Professional Documents
Culture Documents
N I
A
O
M
N
TA
A
L
R
G
E
U
N S
U U
N G L E
sekapur sirih
Salam Lestari...!
Ada yang pergi dari Leuser, ada yang datang ke Leuser. Yah...pergeseran, perpindahan, mutasi, atau apapun namanya itu
baru saja dirasakan Balai (Besar) Taman Nasional Gunung Leuser. Pak Wir yang salah satu bidan lahirnya Jejak Leuser juga
mendapatkan tugas baru sebagai Kasubdit Pemolaan dan Pengembangan, di Bogor. Dan sekarang, posisi tertinggi di
pengelola taman nasional paling barat di negeri tercinta ini dijabat oleh Pak Nurhadi Utomo. Terus, siapa saja yang lainnya?
Silahkan pembaca simak di halaman 12.
Redaksi JL mengucapkan terima kasih kepada Pak Wir, tanpa beliau mungkin JL tidak pernah ada. Redaksi sangat
menghargai, bahwa di saat-saat terakhirnya di TNGL Pak Wir masih menyempatkan diri menulis ‘dari kepala balai’ dan
bersama tim TNGL menulis untuk Laporan Utama.
Terima kasih Redaksi ucapkan kepada para penulis artikel di JL edisi ini; kepada Mr. Koen, Kang Suer, Mas Agus, Lely
yang sedang menjemput ilmu di Negeri Tulip, Bobby, Pak Harto, dan Noni atas puisi bagusnya.
Pemberdayaan resort menjadi topik utama dalam JL edisi ini, sebuah terobosan pengelolaan taman nasional dengan resort
sebagai ujung tombak utama. Di masa datang, diharapkan fungsi resort menjadi garda depan dalam usaha melestarikan
Leuser, baik fungsi ke dalam kawasan, maupun fungsi di luar kawasan...’berhubungan baik’ dengan masyarakat sekitar
kawasan, demi kesejahteraan mereka juga.
Pak Harto, dulu staf Balai TNGL sekaligus seorang peneliti yang produktif, ternyata di masa pensiunnya juga masih sudi
memberikan kontribusi kepada JL melalui tulisannya tentang laba-laba cantik, yang ternyata banyak ditemukan di kawasan
TNGL.
Mungkin dan semoga akan banyak hal baru bisa didapatkan di JL edisi ini.
Selamat Membaca.
b u l e t i n
Jejak Leuser
Pelindung
Kepala Balai TNGL
MENU
MENU HARI HARI
13
INI
16 Communities: Friends or Foes?
INI
Tinggal Klik…
27 SEPUTAR KITA
30 INTERMEZZO
31 WANASASTRA
Transisi Kepemimpinan
DARI
pekerjaan-pekerjaan yang sedang berjalan, seperti baik dan terjaga. Konservasi ternyata bukan sekedar
DARI KEPALA
penegakan hukum kasus perambahan di SKW IV Besitang, ”pekerjaan”. Bagi mereka, dan bagi kami, konservasi adalah
yang memang harus segera ditindaklanjuti, agar panggilan hidup.Konservasi adalah tujuan kami bertahan
konsistensi penegakan hukum dapat dirasakan di tingkat dan bekerja sekuat tenaga. Kami mencoba memposisikan
lapangan; penyelesaian kasus pendudukan kawasan oleh diri untuk melihat dan mensikapi konservasi bukan sekedar
pengungsi asal Aceh di Besitang-yang perlu kooridinasi ”proyek”. Sikap mental dan moralitas ini patut dihargai.
intensif dengan Menko Kesra; penyelesaian perambahan Patut dilanjutkan.
sawit yang telah diujicoba untuk dimusnahkan; rehabilitasi
kawasan Besitang dengan melibatkan masyarakat, adalah Akhirnya, kami mengucapkan ”Selamat Bertugas” kepada
KEPALA
beberapa hal yang memang tidak bisa ditawar-tawar lagi Mas Nurhadi Utomo-kakak seperguruan di Fakultas
untuk tetap dilanjutkan dengan serius. Kehutanan UGM dan timnya. Diharapkan para mitra tetap
mendukung bekerja bahu membahu menyelesaikan ”sisa”
BALAI
TNGL sebagai Warisan Dunia terancam untuk dimasukkan pekerjaan rumah, membangun TNGL menuju pengelolaan
ke dalam list in danger. Setelah dilakukan evaluasi oleh yang lebih baik, seperti yang diamanatkan dalam Visi Balai
Tim IUCN dan UNESCO pada bulan Maret 2007, TNGL: ” Pengelolaan TNGL yang efektif, didukung dan
disimpulkan adanya kemajuan yang signifikan di TNGL, bermanfaat bagi para pihak”.
sehingga evaluasi baru akan dilakukan lagi pada tahun
2009. TNGL diwajibkan untuk menyelesaikan persoalan Dan kami memohon maaf kepada semua pihak-rekan,
laten kawasan, terutama perambahan dan illegal logging. sahabat, kolega, mitra, tokoh masyarakat, para staf Balai
Tentu bila hal ini terjadi akan memalukan Pemerintah TNGL yang bekerja di lapangan, atas kekhilafan dan
Indonesia di mata masyarakat internasional. Upaya kekurangan selama bertugas menjadi Kepala Balai TNGL
penegakan hukum yang konsisten sejak akhir 2005, sejak Januari 2005. Semoga semua kerja kolektif yang telah
BALAI
pembenahan sistem kerja, tim kerja, dan dukungan dari kita bangun bersama selama ini-walaupun hanya setitik,
jajaran penegak hukum, dan dukungan dari Ditjen PHKA akan membuahkan hasil yang baik dan bermanfaat untuk
dalam menyiapkan Emergency Action Plan, merupakan kemaslahatan masyarakat dan kelestarian hutan tropis di
hal-hal yang dapat melepaskan TNGL dari status Sumatera bagian Utara. Agar kita dapat mewariskan kepada
keterancaman tersebut. Namun harus diingat bahwa TNGL generasi mendatang, suatu sumberdaya hutan yang tidak
akan dievaluasi lagi oleh Tim yang sama pada tahun 2009 terlalu rusak. Sumberdaya hutan itu bukanlah ”milik” kita
yang merupakan evaluasi terakhir dan apabila tidak ada generasi saat ini. Kita sekedar diserahi tugas untuk
perubahan yang berarti di bidang perambahan, illegal menjaganya, sehingga kelak mereka-generasi yang belum
logging, dan pendudukan kawasan secara ilegal, dapat lahir itu-mendapatkan kesempatan yang sama untuk
dipastikan TNGL akan masuk ke dalam klasifikasi Warisan menikmatinya. Oleh karena itu, sebaiknya kita jauhi sikap
Dunia Terancam Punah. dan mentalitas antroposentrisme-suatu sikap yang selalu
ingin menaklukan dan menguasai alam untuk kepentingan
Hal-hal tersebut di atas merupakan tantangan bagi greedy-keserakahan sesaat manusia.
manajemen baru dan sekaligus juga peluang untuk lebih
bekerja keras dengan dukungan para mitra, seperti Tanggungjawab melindungi alam dari kepunahan yang
Pemerintah Spanyol melalui UNESCO, WHC, FFI, YLI, berskala lintas generasi ini tentu teramat berat, namun juga
SOCP, OIC, Walhi, Pemerintah Daerah, dan mitra-mitra merupakan tugas mulia. Tugas yang sesungguhnya adalah
lokal, seperti Konservasi Leuser (KONSER), Gepal, Opel, mandat yang diberikan Tuhan-Sang Pencipta Alam Semesta
dan Lembaga Pariwisata Tangkahan. Juga orang-orang ini, kepada para utusanNya. Tugas mulia untuk siapa?
biasa dari kalangan masyarakat dan staf TNGL yang Apakah hanya Departemen Kehutanan, atau Balai TNGL
menurut kami adalah tokoh-tokoh pendekar konservasi saja? Jawabannya adalah bukan. Mandat menyelamatkan
nyata di lapangan, antara lain Sdr.Yashut di Kutacane, lingkungan, dengan isu sentral yang paling hangat saat ini,
Jejak Leuser
Sdr.Saiful Bahri, Pak Okor-pencetus ide dan OC global warming, pemanasan global itu menjadi
Konferensi Rakyat Tangkahan, Sdr. Wahdi Azmi, Edy, tanggungjawab bersama. Di Indonesia, tanggungjawab
Diding, Selamat-FFI, Sdr. Panut-OIC, Sdr.Budiman- bersama ini dipelesetkan menjadi ”sama-sama tidak
Kepala Resort Sekoci, Sdr.Jokas-Kepala Resort Sei bertanggungjawab”. Untuk TNGL, tidak ada titik balik lagi
Betung, Sdr.Tagor Nainggolan-Kepala Resort Sei Lepan, kecuali kita harus bahu membahu menyelamatkan sisa hutan
Sdr.Maraenggan-Kepala Seksi Lembah Alas, Sdr. tropis ini dari kepunahan. Dan sebagian tanggungjawab itu
Gunawan Alza-Kepala Seksi Tapaktuan, Sdr.Olo dipikul oleh Balai TNGL yang kini telah menjadi Balai
Simbolon-Kepala Seksi Bukitlawang, Sdr.Subhan-Kepala Besar TNGL.***
Seksi Besitang, Sdr.Ujang Wishnu Barata-penggerak
Besitang, Pak Piyu, Pak Karman, Sdr.Samsul-Gepal, Wiratno
Sdr.Gandhi-Simphoni FM, Datuk Besitang-Oka Hamzah, inung_w2000@yahoo.com
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
5
yang datang dan yang pergi....
Menurut ceritanya, ternyata Pak Nur bukan orang baru di TNGL ini. Beliau
Pengembangan, Direktorat Konservasi Kawasan-PHKA dan berkantor di sudah berulangkali datang ke Tanah Leuser ini. Kunjungan pertama adalah
Bogor. pada tahun 1982, yaitu saat mengikuti kunjungan Prince Bernard ke Gurah
dan Ketambe. Pada tahun itu juga, selama 3 bulan Pak Nur kembali lagi ke
Selamat datang Pak Nur... Selamat datang di bumi Leuser, mari kita Leuser untuk peninjauan tata batas dari daerah sekitar Besitang, Bohorok,
bersama-sama menciptakan Leuser yang lebih indah bagi dunia konservasi Dairi, Kutacane, Blangkejeren, Tapaktuan, sampai dengan daerah Kluet.
alam... Tahun 1988 Pak Nur kembali lagi ke TNGL, saat launching bantuan dari
Bank Dunia.
Yup..! Balai TNGL eh Balai Besar TNGL kini telah mempunyai wajah
pemimpin baru yaitu Bapak Ir Nurhadi Utomo, atau kita panggil saja Pak Berbicara tentang TNGL sekarang, Pak Nur mengungkapkan bahwa secara
Nur. Perubahan selalu ada, apapun itu dan dimanapun itu. Dan itu juga yang khusus yang menjadi perhatian selain daerah Langkat adalah Kutacane
terjadi di organisasi di dalam lingkup Departemen kehutanan, dan itu pula karena sekitar 80 persen hutan di Kutacane dan sekitarnya adalah kawasan
yang dialami organisasi pengelola Taman Nasional Gunung Leuser. Seiring TNGL, jadi pertimbangan kebutuhan kayu dan lahan di daerah perlu
dengan peningkatan status TNGL menjadi Balai Besar yang setara dengan mendapat perhatian lebih agar tidak merangsek ke kawasan taman nasional.
eselon IIb, terjadi pula pergeseran-pergeseran di struktur organisasi beserta Disamping hal-hal tersebut di atas, pengelola TNGL juga tidak akan
para punggawa-punggawanya. Sekarang, di TNGL setidaknya ada 5 pejabat melupakan pengembangan Bukitlawang, Tangkahan, Ketambe, Kluet, serta
baru setingkat eselon IIIb yang duduk di struktur Balai Besar Taman daerah potensi lain untuk kegiatan ekowisata dan penelitian.
Nasional Gunung Leuser (kemudian akan kita sebut BB TNGL), yaitu Ibu
Sri Andayani sebagai Kepala Bagian Tata Usaha, Pak Amon Zamora Pak Nur berharap tentang Leuser ke depan, “Kita ingin memajukan wilayah
sebagai Kepala BidangTeknik Konservasi, Pak Abubakar Cekmad sebagai Leuser dan sekelilingnya agar menjadi tempat yang lestari, layak untuk
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Tapaktuan (BPTN kegiatan ekowisata dan penelitian, serta masyarakat sekeliling Leuser
I), Pak Zulkarnain sebagai Kepala BPTN II Kutacane, dan Pak Ari sejahtera. Di sisi lain, dalam pengelolaannya, Saya ingin TNGL menjadi
Subiantoro sebagai Kepala BPTN III Stabat. Selamat bekerja di ranah center of excellent, menjadi salah satu taman nasional yang mampu
Leuser Ibu dan Bapak-bapak.... menjawab semua tantangan dan pertanyaan. Semua pertanyaan tentang
taman nasional dengan segala potensi dan permasalahannya dapat dijawab
Tentang Pak Nur... di Leuser. Itu karena saat ini kita sudah punya semua, mulai dari fauna,
ekowisata sampai dengan perlindungan beserta dengan segala
Pak Nurhadi adalah seorang putra Ngawi yang dilahirkan pada tanggal 16 permasalahannya”. Lanjut Pak Nur, “Kita juga siap dikunjungi oleh semua
Mei 1952 dari keluarga forester Perhutani. Saat ditanyakan riwayat pihak, melalui penelitian dan natural tourism. Sambil jalan kita benahi
pendidikannya, suami dari Ibu Erna Sri Lestari Wijayanti ini bercerita; pelanggaran-pelanggaran yang selama ini terjadi di Leuser, tentu saja
memulai karir belajarnya di sebuah SD di Ngawi dan saat sang Bapak dengan dukungan semua pihak”.
pindah tugas ke Madiun, Nurhadi Kecil pindah juga sekolahnya ke SD
Bakti Madiun yang kemudian meluluskannya pada tahun 1966. Lulus SD, Selamat datang dan selamat berbakti di tanah konservasi Leuser Pak...
Pak Nur melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 3 Madiun, SMA Negeri 3
Madiun, dan akhirnya masuk Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta pada tahun 1972. Selama kuliah di Yogya, Pak Nur nyambi
kerja sebagai co ass dan sempat bekerja di PT Inhutani I Kalimantan Barat
di tahun 1976. “Saat itu memang baru rame-ramenya reboisasi”, kata Pak
Nur. Sambil menyelam minum air, selama bekerja itu Pak Nur sekalian
membuat sebuah penelitian untuk skripsi, dengan judul: Perbandingan
penggunaan mikorisa terhadap pertumbuhan Pinus merkusii.
Ketika ngobrol bareng JL, Bapak dari Widya Nurprajanti dan Ashrilia
Nurmasari ini juga sempat bercerita tentang pengalaman
kerjanya.Pengalaman kerja pertama beliau peroleh saat masih menjadi
mahasiswa, yaitu selama tahun 1976-1979 beliau bekerja di PT Inhutani I
Kalbar. Setelah itu kembali ke fakultas untuk menyelesaiakan kuliahnya.
Selepas mencapai gelar sarjana di UGM, pada tahun 1981 bekerja di PPA
(yang merupakan cikal bakal organisasi konservasi seperti TNGL). Tahun
1983 Pak Nur diangkat menjadi Kepala Seksi Pengusahaan Taman Nasional
yang kemudian berkembang menjadi Seksi Pengembangan Taman Nasional.
Tahun 1989-1993 ditugaskan menjadi kepala di Sub Balai KSDA Bali,
Denpasar. Selepas dari Denpasar, tahun 1993-1998 mendapat mandat
menjadi Kepala Balai TN Dumoga Bone yang kemudian dengan adanya
permintaan dari masyarakat berganti dengan TN Bogani Nani Wartabone.
Karir Pak Nur berkembang lagi saat pada tahun 1999 dipasrahi tugas
sebagai kepala Balai KSDA Jatim I, tahun 2005 menjadi Kepala Subdit Pak Wir dan Pak Nur, 5 Juni 2007 Foto: Bisro Sy
yang perlu dijawab dengan melakukan banyak saja. Hal-hal mendasar seperti inilah yang sebenarnya
perubahan-perubahan mendasar dari sistem perlu segera dibenahi.
pengelolaan taman-taman nasional. Perubahan yang
bersifat paradigmatik maupun sampai pada tataran Implikasi dari tidak hadirnya petugas di lapangan, di
strategis dan teknis. tingkat resort antara lain adalah:
Staf-staf Resort Sekoci dan Resort Sei Betung, SKW Besitang dengan segala ‘kesibukannya’...
Vol. 3 No 7 Tahun 2007
8
3. Usulan Penataan Balai Pengelolaan Taman kegiatan setiap tahun untuk setiap resort akan sangat
Nasional (BPTN), Seksi Pengelolaan Taman tergantung kepada potensi dan problema yang dihadapi.
Nasional (SPTN), Resort, Perbedaan ini akan mendorong kompetisi antar resort,
4. Kajian luas perambahan per DAS, per Resort, sehingga dapat dikawal proses pembelajaran antar resort,
5. Prediksi panjang batas luar kawasan per Resort, dalam hal penyelesaian masalah maupun dalam
per SPTN, per BPTN, pengembangan potensi-potensi lokal yang bernilai
LAPORAN
LAPORAN UTAMAUTAMA
6. Kajian DAS, kerentanan lahan, potensi banjir, dsb. ekonomi dan dapat mendorong penciptaan lapangan kerja
berbasis kawasan taman nasional.
Pada saat ini, sedang disusun suatu database untuk
seluruh TNGL yang berbasis resort. Tujuan dari Profil Resort TNGL
pembangunan database ini tidak lain adalah untuk
membangun : ”Pola Pengelolaan Taman Nasional Berdasarkan kajian awal, diperoleh kondisi atau profil
Berbasis Resort”. Setiap resort akan dikaitkan ke resort-resort di wilayah TNGL seperti tergambar pada
dalam 2 (dua) hal. Pertama, secara intern akan dapat tabel dan grafik halaman 10 dan 11.
diakses semua tentang kawasan, misalnya panjang
batas, jumlah dan kondisi pal batas, persoalan di Data dari tabel tersebut menunjukkan bahwa beban
sepanjang batas ke dalam kawasan (perambahan, kerusakan berturut-turut terjadi pada BPTN II Kutacane
illegal logging, perburuan liar), peta pemain dan aktor (13.319 Ha) , BPTN III Stabat (4.879 Ha), BPTN I
intelektual, kondisi sarana dan prasarana kantor resort, Tapaktuan (1.571 Ha). Dengan demikian, fokus investasi
keadaan pegawai-polhut, PEH, non struktural, dsb. dalam bentuk penegakan hukum penyelesaian
Kedua, secara eksternal akan dikaitkan dengan desa- perambahan, illegal logging perlu disesuaikan dengan
desa yang berbatasan dengan Resort yang besaran kerusakan tersebut. Namun demikian, perlu
bersangkutan, yang meliputi profil desa, lembaga- digarisbawahi bahwa penanganan persoalan-persoalan
lembaga formal dan informal di setiap desa, tokoh kawasan tentu harus dipertimbangkan aspek sejarah
formal dan informal, potensi desa, keadaan tata guna kerusakan, sejarah penataan batas kawasan, konflik-
lahan, komoditas unggulan setempat, dan seterusnya. konflik eksternal antara masyarakat dengan pihak Balai
TNGL di masa lalu, kondisi dan situasi dinamika politik
Dari database tersebut dapat dilakukan kajian tentang lokal-misalnya untuk seluruh wilayah BPTN di Nanggroe
gap, antara besaran problem, potensi yang dapat Aceh Darussalam, adalah sangat nyata dan harus disikapi
dikembangkan, dengan kondisi kapasitas, motivasi dengan bijaksana.
kerja, dan sarana prasarana di tingkat resort. Dengan
mengetahui besarnya gap tersebut, maka dapat Kesimpulan Awal
diprediksi dua hal. Pertama, kebutuhan pelatihan dan
atau pendampingan bagi kepala resort dan stafnya. Berdasarkan kajian spasial yang telah dilakukan, kajian
Kedua, kebutuhan pelatihan dan pendampingan bagi yang dilakukan melalui penyusunan Rencana Strategis,
kelompok-kelompok masyarakat desa disekitar resort analisis data-data dari upaya penegakan hukum dan
tersebut agar dapat mengembangkan berbagai pemantauan kondisi lapangan yang didukung dengan
komoditas unggulan setempat, baik yang berasal dari Laboraturium GIS/ remote sensing, dapat diambil
lahan desa maupun dari dalam kawasan taman beberapa kesimpulan awal yang menarik, dengan uraian
nasional. sebagai berikut;
Kondisi profil desa-desa di setiap resort akan berbeda Luas setiap resort, besaran persoalan, panjang batas,
dengan resort lainnya. Dengan demikian, usulan aksesibilitas, keadaan tata guna lahan di sekitar resort, tipe
daerah penyangga, profil desa-desa di sekitar resort dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan :
l
peningkatan kapasitas staf, sarana prasarana;
l Usulan fokus dan prioritas kegiatan baik yang tahunan
maupun yang berjangka menengah-panjang, dan
l Identifikasi dan analisis kapasitas mitra di berbagai
tingkatan dan keahlian.
Sumber : Analisis Batas TNGL sesuai Keputusan Menhut No.276/kpts-II/1997 (Lab. GIS BTNGL, April 2007)
Luas lahan rusak/terbuka didasarkan perhitungan perubahan penutupan hutan 1990-2000 (WCS, 2007)
Tangkahan
Cinta Raja
Sei Lepan
Sekoci
LAPORAN
Sei Betung
LAPORAN UTAMAUTAMA
Trenggulun
Bekancan
Marike
Bohorok
Bukit Lawang
Mardingding
Muara Situlen
Lawe Malum
Lawe Alas
Pulo Gadung
Lawe Mamas
Resort
Lawe Mengkudu
SP. Ketambe
Lawe Gurah
Marpunge
Jambur Gele
Lesten
Pinding
Sangir
Agusan
Kedah
Tongra
Bakongan
Kluet Selatan
Menggamat
Krueng Baro
Tangan-tangan
Babahrot
Alur Sungai Pinang
Tangkahan
Cinta Raja
Sei Lepan
Sekoci
Sei Betung
Trenggulun
Bekancan
Marike
Bohorok
Bukit Lawang
Mardingding
Muara Situlen
Lawe Malum
Lawe Alas
Pulo Gadung
Lawe Mamas
Resort
Lawe Mengkudu
SP. Ketambe
Lawe Gurah
Marpunge
Jambur Gele
Jejak Leuser
Lesten
Pinding
Sangir
Agusan
Kedah
Tongra
Bakongan
Kluet Selatan
Menggamat
Krueng Baro
Tangan-tangan
Babahrot
Alur Sungai Pinang
Koordinasi lintas SKW perlu dilakukan oleh BPTN Untuk mewujudkan manajemen yang efektif di tingkatan
khususnya yang menyangkut persoalan dan resort tersebut bukanlah hal yang mudah. Diperlukan 3 - 5
pengembangan potensi yang terjadi pada lintas SKW baik tahun upaya yang konsisten untuk mengawal proses
yang menyangkut aksesibilitas antar kabupaten maupun ke peningkatan kapasitas dan sistem kerja berbasis resort
propinsi. Pengembangan kemitraan di tingkat kabupaten tersebut. Hal ini perlu didukung oleh Ditjen PHKA dengan
dan lintas kabupaten, termasuk upaya-upaya kampanye pengawalan dan pemantauan perkembangan lapangan yang
dan komunikasi konservasi. tegas dan lugas, agar proses pembelajaran dapat
didokumentasi dan dapat ditularkan kepada UPT Taman
Tugas pokok Kepala Balai Besar yang setingkat direktur Nasional lainnya di seluruh tanah air.***
atau Eselon IIb lebih kepada upaya-upaya mensinergikan
C
antik...! Itulah kesan pertama ketika melihat ukuran 8 - 10 mm sedangkan yang jantan hanya ± 3 mm.
laba-laba yang bersenjata duri tajam di bagian
atas perutnya ini. Makhluk ini termasuk ke Jenis Gasteracantha sturi memiliki ukuran tubuh dan
dalam hewan tidak bertulang belakang dan tubuh yang panjang duri yang kurang lebih sama dengan jenis G.
beruas-ruas. Makhluk ini dibedakan dari serangga doriae. Pada kedua jenis ini, corak bangunan pada
karena: 1) memiliki 4 pasang kaki, 2) memiliki tiga
pasang mata, 3) tubuhnya terdiri dari : cephalo-thorax bagian atas (dorsal) dari perut bukan berupa bercak
dan abdomen, 4) perut (abdomen) tidak beruas-ruas, melainkan lebih kepada bangunan garis yang tebal.
dan 5) mampu memproduksi benang sutera. Yang membedakan diantara kedua jenis ini adalah
apabila pada G. Sturi corak warna
Yang membedakan laba-laba berduri yang berada di atas warna dasar
dengan laba-laba jenis lain ialah hitam adalah berupa garis putih,
tubuhnya yang keras, rata dan terdapat 3 maka pada G. doriae garis tersebut
(tiga) pasang duri sebagai senjata yang berwarna kuning. Bagian perut
terletak di bagian atas (dorsal) dari bawah (ventral) dan cephalo-thorax
perutnya. Senjata berupa duri ini kedua jenis laba-laba ini sama-sama
menjadi panjang menyerupai tanduk berwarna hitam.
pada jenis Gasteracantha arcuata, yaitu
pada baris duri kedua, melebihi dari Jenis Gasteracantha kuhlii ditandai
panjang tubuhnya. Seperti umumya dengan corak dan warna badan yang
laba-laba, betina ukurannya lebih besar khas, dimana pada bagian atas perut
adalah berwarna dasar putih dengan
Jejak Leuser
K
K EE
prosoma, kemudian carapace terangkat dan
terkelupas.
Proses pengelupasan selanjutnya, bagian prosoma
H AH
Desmier/ Suharto
melebar ke bagian opisthosoma (bagian belakang =
abdomen = perut). Lapisan kutikula kulit abdomen
tua ketika itu mengkerut karena volume abdomen
yang menurun. Sebelum abdomen benar-benar
TI A T I
mengelupas, spinnerets (bagian dimana benang sutera
dikeluarkan) berperan memutus benang yang
menghubungkan bagian dalam dengan kulit luar.
Gasteracantha hasseltii betina
Kurang lebih bersamaan ketika abdomen telah bebas
mengelupas, kaki-kakinya ditarik ke luar dari kulit
lama. Proses pengelupasan bagian kaki merupakan
bagian paling sulit dan bisa berakibat fatal pada laba-
laba banyak di antara mereka yang harus putus paha
(femur) dan kehilangan kaki. Kaki yang hilang pada
proses ganti kulit dapat tumbuh kembali bagi laba-laba
yang masih berusia muda (juvenile). Proses ganti kulit
pada Gasteracantha sp. berlangsung antara 10 15
menit.
Desmier/ Suharto
Siklus Hidup
Musim kawin biasanya berlangsung dari Agustus
Oktober. Bila pada betina laba-laba Pholcidae selalu
membawa kumpulan telur terbungkus benang
(cocoon) ke manapun pergi sampai menetas, hal ini
tidak terjadi pada Gasteracantha. Mereka meletakkan Gasteracantha doriae betina
telurnya di serasah di tanah. Telur yang terkumpul
dalam satu coccon jumlahnya mencapai ratusan, tetapi
yang menetas dan mencapai usia desawa kurang dari
10%. Sejak telur-telur menetas, untuk mencapai usia
dewasa memakan waktu lebih dari 200 hari. Kematian
terjadi karena predasi dan dalam proses ganti kulit.
Mereka dapat bertahan hidup 1 2 tahun, tetapi satwa
jantan umurnya lebih pendek karena mereka akan mati
segera setelah kopulasi usai. Laba-laba Atipus sp
betina dapat hidup selama 7 tahun.***
Desmier/ Suharto
Gunung Leuser
Gasteracantha arcuata betina
Lebih baik menjaga mulut anda tetap tertutup dan membiarkan orang lain menganggap anda
bodoh, daripada membuka mulut anda dan menegaskan semua anggapan mereka.
-Mark Twain-
Pengelolaan berbasis resort yang makin mendekatkan taman nasional dengan masyarakat dan pemda di sekitar taman
merupakan pola yang akan dikembangkan di TNGL. Hal itu diharapkan dapat mengurangi ancaman terhadap kawasan
sekaligus meningkatkan dukungan terhadap TNGL sebagaimana konsep yang disampaikan David Hales. Angin perubahan
yang telah berhembus diharapkan dapat dipertahankan dan ditingkatkan seiring dengan perubahan status TNGL menjadi
Balai Besar untuk mencapai tujuan taman nasional yang memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan ekologi.
strategy, based on a pro-active approach outward from *) Technical Adviser for Environmental Sciences
the border, which aims to reduce conflicts inside the UNESCO Office, Jakarta
park. Realizing the limited capacity of GLNP Regional Science Bureau for Asia and the Pacific
managment in coping with transboundary issues, Tel: +62-(0)21-7399818 ext. 814
Wiratno recognizes that the future of GLNP depends Mobile: +62-(0)816 351153
on a wide range of stakeholders, including local Fax: +62-(0)21-72796489
communities. His policies during the last two years UNESCO House
have reached out to communities and partners, and Jl. Galuh (II) No. 5
invited them to help the GLNP authorities to protect the Kebayoran Baru
park. Jakarta 12110, INDONESIA
www.unesco.or.id
Sistem Penelusuran Kasus (Case Tracking System) ini, kasus-kasus Penebangan liar dan perdagangan gelap
diperlukan computer dengan kapasitas harddisk masih hidupan liar. Namun untuk tulisan ini, penjelasan lebih
tersisa 5 Megabytes. Komputer sudah memiliki difokuskan pada kasus-kasus penebangan liar:
minimal sistem Windows 97 dan Microsoft Access dari
Office 2000 atau Office XP 1. Memasukan Data, terdiri dari:
n Data illegal Logging (informasi umum; pelaku;
Untuk mempermudah pengguna, database ini juga daftar sitaan; barang bukti; penanganan pelaku;
dilengkapi dengan manualnya untuk instalasi,
proses hukum; vonis; entri/edit; keterangan)
pengisian data, pencarian data, hingga analisa data.
Untuk memahami program ini, cukup diperlukan n Daftar Kayu Komersil (tipe kayu; family; nama
waktu paling banyak 2 jam saja. ilmiah; nama lokal; nama dagang)
DINAMIKA
DINAMIKA
2 Taman Nasional Gunung Supply Air PDAM, masyarakat, dan
Gede Pangrango swasta
3 Taman Nasional Ciremai Regulasi Air untuk PDAM, masyarakat dan
pertanian, perikanan, air swasta
minum, dan industri
4 Taman Nasional Bromo Supply air untuk Masyarakat, PDAM, hotel
Tengger Semeru dam/reservoir untuk air
minum
5 Taman Nasional Baluran Regulasi Air Perusahaan botol air minum,
hotel, masyarakat
6 Taman Nasional Gunung Regulasi Air masyarakat
Leuser
7 Taman Nasional Danau Regulasi Air masyarakat
Sentarum
8 Taman Nasional Rinjani Regulasi Air masyarakat
9 Taman Nasional Bukit Tiga Regulasi Air masyarakat
Puluh
10 Taman Nasional Bukit Baka Regulasi Air masyarakat
Bukit Raya
Sumber: Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Ekowisata, (2005), Midora, L & Anggraeni, D (2006)
Departemen Kehutanan R.I, 45 Taman Nasional di WWF, 2004, Payment for Environmental Services in
Indonesia, 17 February 2007 Lombok, Mataram, Indonesia.
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan;
tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran.
- James Thurber -
Vol. 3 No. 7 Tahun 2007
23
Hilangnya Nilai Manfaat
Oleh:
Bobby Nopandry*)
W
masyarakat manggut-manggut mendengar penjelasan Di Dusun Salipotpot, salah satu dusun di sekitar
WAC
ini, tetapi (saya yakin) tidak cukup menyentuh hati kawasan konservasi ini, harga durian saat ini mencapai
mereka. Rp 4.000,- - Rp 5.000,- per butir, hampir sama dengan
harga di Medan. Coba bayangkan berapa hasil yang
Durian dan petai merupakan nilai langsung yang bisa dihasilkan dari ratusan pohon durian itu saat ini.
AA NCA A N A
seketika dapat dikenali oleh masyarakat. Memberi Misalkan saja di sekitar dusun ini berdiri 100 pohon
lukisan betapa mereka telah kehilangan kesempatan durian saja (ini merupakan pengandaian minimum).
untuk memanfaatkan komoditi-komoditi ini telah Dengan asumsi setiap pohon menghasilkan 5 buah saja
memberi gambaran langsung kepada masyarakat per hari pada musim panen berarti tak kurang dari 500
betapa mereka telah dirugikan oleh perambahan. butir buah bisa dinikmati warga per harinya. Dengan
Durian dan petai merupakan bahan konsumsi yang harga di atas, hasil ini mencapai nilai Rp 2.500.000,-
akrab di masyarakat. Selain itu, kedua hasil ini per hari ! Untuk musim panen dengan jangka waktu
merupakan komoditi yang bernilai dalam skala sekurang-kurangya satu bulan maka nilai durian (saja)
ekonomi rumah tangga atau kampung. Demikian juga tak kurang dari Rp 75.000.000,- untuk pemasukan bagi
komoditi lain seperti langsat, manggis, asam, dan dusun dan warga Salipotpot. Jumlah nominal ini sangat
beragam jenis lain yang banyak terdapat di dalam memadai untuk masyarakat, baik dengan sistem
kawasan-kawasan konservasi. pembagian rata ke setiap kepala keluarga atau untuk
Contohnya di SM Dolok Surungan (lagi). Dulu, pada kas kolektif kampung. Dengan sistem kas kolektif,
tahun 1980-an, sebelum terjadi perambahan kawasan hasil yang diperoleh bisa digunakan untuk keperluan
ini memberikan hasil durian dan petai dalam jumlah pembangunan sarana dan prasarana kampung seperti
yang melimpah. Ratusan pohon durian menjadi incaran rumah ibadah, jalan, jembatan dan acara-acara desa.
warga yang tinggal di sekitarnya setiap musim Sebuah bayangan yang 'menggairahkan' untuk
berbuah. Demikian juga dengan petai yang hasilnya, diciptakan kembali. Apalagi rincian tadi masih bisa
diceritakan oleh warga, bisa mencapai jumlah dua truk ditambahkan lagi dengan hitung-hitungan komoditi
colt diesel (skala pengangkutan yang umum sekarang) petai yang kabarnya bisa laku seharga Rp 1.500,- per
pada puncak musim untuk sekali panen. Belum lagi 'papan' di rumah-rumah makan, langsat, asam gelugur,
hasil-hasil lain seperti asam gelugur, langsat, manggis, rotan dan manggis hutan. Semua komoditi ini kita
dan rotan yang juga tersedia di dalam kawasan. kenali sebagai barang yang laku dipasaran, bisa
disediakan hutan, dan oleh peraturan tidak haram
Namun, cerita yang digali dari ingatan masyarakat ini dimanfaatkan. Lagipula potensi ini dapat dinikmati di
juga menyebutkan bahwa pada masa itu prasarana jalan hampir seluruh perkampungan di sekitar kawasan.
dan kendaraan masih belum begitu memadai. Oleh
karena itu hasil-hasil ini hanya bisa dimanfaatkan Paradigma pengelolaan hutan secara partisipatif
sebatas kemampuan konsumsi masyarakat, belum bisa merupakan hal yang utama dalam pengelolaan hutan,
Subhan
Jejak Leuser
Kerendahan hati menuntun pada kekuatan, bukan kelemahan. Mengakui kesalahan dan melakukan
perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri.
-John McCloy-
KITA
Foto: Bisro Sy.
H ari Senin, tanggal 28 Mei 2008 Besitang kembali ‘punya gawe’ lagi, penghijauan kecil-kecilan. Inti dari
acara ini adalah dilaksanakannya acara penanaman Pohon Sungkai oleh siswa Medan International School
(MIS) di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Kegiatan yang bertema 'Tree Planting for Leuser" ini
dilakukan di lahan eks. PT Putri Hijau di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Resort Sei Betung, Seksi
Konservasi Wilayah IV Besitang, pada titik GPS N 04 02' 58" E 98 03' 50".
Jejak Leuser
Acara ini merupakan kelanjutan dari kegiatan di MIS medio bulan Maret 2007, yaitu pengenalan hutan, konservasi
serta TNGL kepada siswa di sekolah tersebut. Antusiame yang tinggi untuk peduli lingkungan dapat terlihat pada
sesi tanya jawab, dimana hampir semua siswa bertanya tentang Leuser.
Tujuan utama dilaksanakannya acara ini adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kepedulian serta rasa cinta
anak-anak terhadap ‘kesehatan’ alam, lingkungan, hutan, dan khususnya terhadap Taman Nasional Gunung Leuser.
Jokkas Simandalahi, Kepala Resort Sei Betung, berharap agar acara semacam ini sering dilaksanakan oleh
manajemen TNGL demi masa depan Leuser. Suatu hal yang selanjutnya diamini oleh Kepala Seksi Besitang,
Subhan,S.Hut, “ini merupakan tonggak awal untuk menerjemahkan wacana Sahabat Leuser”. Setuju Pak...
--Bis-
Tampilan sama, semangat sama-Lindungi Leuser Sekedar refreshing Sapaan sejuk untuk rakyat
SEPUTAR
SEPUTAR KITA
anggal 20-23 Juni 2007 TNGL bersama Lembaga Pariwisata Tangkahn(LPT) dan Fauna
& Flora International (FFI) mempunyai hajatan besar, Konferensi Rakyat Pedesaaan
Leuser. Menurut ketua panitia, Syamsul Bahri, tujuan dilaksanakannya kegiatan ini
adalah untuk membangun gelombang bagi lahirnya gerakan ekologis nasional melalui
solidaritas horizontal seluruh penduduk desa yang berbatasan dengan sumberdaya alam (baca:
Taman Nasional Gunung Leuser). Sedangkan tujuan khususnya adalah dalam rangka
meratifikasi berbagai konvensi internasional tentang lingkungan hidup ke seluruh penduduk di
dusun-dusun pada setiap desa yang berbatasan dengan sumberdaya alam secara langsung, serta
merevitalisasi sektor - sektor produksi di pedesaan yang berbatas dengan sumberdaya alam
untuk mewujudkan pembangunan yang adil dan berkelanjutan.
Acara ini diikuti tidak kurang dari 60 utusan desa sekitar TN Gunung Leuser dari Kabupaten
Karo, Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan yang dilaksanakan di Buluh
Regent Land, Kawasan Ekowisata Tangkahan-TNGL ini dibuka oleh Kepala Pusat
Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I, Ir. Sriyono,MM. Pada hari terakhir,
kegiatan ini mendapat kehormatan besar dikunjungi Menteri Kehutanan yang didampingi oleh
Direktur Jenderal PHKA, dan Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan.
Dalam acara diskusi yang sangat meriah ini, dibentuk beberapa kelompok kecil yang mewakili
KITA
cluster-cluster yang telah dirancang sebelumnya. Kelompok Cluster I (Socioforestry)
membahas permasalahan Besitang dan diikuti oleh delegasi desa-desa dari Kecamatan Besitang
dan Sei Lepan, Kabupaten Langkat. Di kelompok ini, pembahasan permasalahan Besitang
terbagi atas 3 (tiga) komisi, yaitu: Komisi I : Pokja Penyelesaian Permasalahan Perambahan,
Komisi II : Pokja Penyelesaian Permasalahan Pengungsi Aceh di Kawasan TNGL, serta Komisi
III : Pokja Rehabilitasi Kawasan TNGL di Wilayah Besitang - Sei Lepan.
Cluster II (Ecotourism) membahas ekowisata, terutama wacana pengembangan ekowisata
Tangkahan-Bukitlawang. Pembahasan cluster ini diikuti oleh perwakilan dari desa-desa di
Kecamatan Batang Serangan dan Bohorok. Sedangkan pembahasan Cluster III (Agropolitan-
Agrotourism) diikuti oleh desa-desa dari Kec. Salapian dan Kec Sei Bingai, Kab. Langkat, serta
perwakilan dari Kabupaten Karo dan Deli Serdang.
Menurut ketua panitia, Saiful Bahri, Konferensi Rakyat Pedesaan Leuser ini menurut rencana
akan diselenggarakan dengan melibatkan seluruh desa di sekeliling batas TNGL di Provinsi
NAD dan Sumut, dan muaranya adalah dengan diselenggarakan Kongres Bumi se-Sumatera
pada tahun 2009. Sip! “Semoga Suucchheeesss...!”, kata Pak Karman.
-Bis-
INTERMEZZO
INTERMEZZO
S ebuah renungan bagi kita semua.... Kalau kita tinggal di negara empat musim, maka pada musim gugur akan
terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang
dengan formasi berbentuk huruf "V". Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan
angsa tersebut terbang dengan formasi "V".
Fakta:
Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung” bagi burung yang terbang
tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk
n 1 menembus dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat
menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian.
s o Pelajaran:
s
Le
Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas
mereka, dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka
menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Fakta:
Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang
n 2 sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung
yang diberikan burung di depannya.
o
ss
Pelajaran:
Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan
L e mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang
lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama
Fakta:
n 3 Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan
angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
o Pelajaran:
ss Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan
Le memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal
kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.
Fakta:
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk
memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
n 4 Pelajaran:
s o Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling
s menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati
Le atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari.
Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Jejak Leuser
Fakta:
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar dari
formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka
n 5 tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang
o dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasilain untuk mengejar rombongan mereka.
ss Pelajaran:
Le Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama
kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik.
WANASASTRA
WANASASTRA
Bertumpuk gelondong di tepian
Mengapung-apung berakit-rakit
Diam membisu menghitung untung
Gemerincing
Tak bergeming
Siapa peduli air bah
Toh air akan mengering
Siapa peduli kekeringan
Toh hujan akan datang
Siapa peduli hidup atau mati
Toh itu alamiah
Siapa peduli?
Mati sajalah
Bertumpuk berkas gelondong di meja hijau
Mengapung-apung tak berujung
Diam membisu tiada untung
Bergerincing
Tak memicing
Siapa peduli hukum
Toh palu ada di tangan
Siapa peduli teriakan
Toh suara akan hilang
Jejak Leuser
UNESCO
O N D IA L
W O R LD H
EM
United Nations
ER
TA
OI
N
I