You are on page 1of 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Hati

2.1.1 Anatomi

Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga

perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang

dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan

darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh

ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan

mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus

quadratus.17,18

Untuk mengetahui perbedaan bentuk hati normal dan tidak normal dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Anatomi Hati Gambar 2.2 Hati Normal Gambar 2.3 Kanker Hati

Universitas Sumatera Utara


Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : 19

a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien

seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral.

b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.

Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica

mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat

racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan

nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan

ke peredaran darah tubuh.19

2.1.2 Fisiologi Hati

Fungsi utama hati yaitu : 17

a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada

kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.

b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin

yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun

yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).

c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi

toksin dan obat.

d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau

rusak.

e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam

emulsifikasi dan absorbsi lemak

Universitas Sumatera Utara


2.2 Pengertian Kanker Hati

Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel baru pada suatu

organ yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan

gerakan yang berbeda dari sel asalnya serta merusak bentuk dan fungsi sel asalnya.

Kanker hati adalah pertumbuhan sel yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali pada

hati sehingga merusak bentuk dan fungsi organ hati.20

Dalam keadaan normal sel hati akan membelah diri jika ada penggantian sel-

sel hati yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus

sehingga terjadi penumpukan sel baru yang menimbulkan desakan dan merusak

jaringan normal pada hati. Kanker hati primer yaitu karsinoma hepatoseluler

merupakan kanker hati yang sering dijumpai dan salah satu kanker yang paling

banyak didunia. Penemuan dini kanker hati sukar dilakukan karena awalnya tidak

menimbulkan gejala. Akibatnya, sebagian besar penderita kanker hati terdeteksi

dalam stadium lanjut. 20

2.3 Patologi

Berdasarkan pengamatan secara makroskopis kanker hati terdiri atas 3 bentuk

yaitu :21

2.3.1 Tipe noduler, berbentuk multi noduler, biasanya hati membesar dengan nodul

yang bermacam-macam besar dan bentuknya dan sering disertai sirosis.

2.3.2 Tipe masif, bentuk masif yang besar pada salah satu lobus dengan hanya 1

nodul saja, tumor besar tersebut sering terdapat di lobus kanan dan pada lobus

lainnya dijumpai tumor kecil.

Universitas Sumatera Utara


2.3.3 Tipe difus, umumnya besar hati terdapat dalam batas normal tapi seluruhnya

terisi oleh sel-sel kanker dan kadang-kadang susah dibedakan dengan sirosis

portal.

Menurut WHO secara histologik tipe kanker hati berdasarkan struktur sel

tumor dibedakan atas trabecular (sinusoidal), pseudoglandula (asiner), compact

(padat), dan serous. 22

2.4 Epidemiologi Kanker Hati

2.4.1 Distribusi Frekuensi

a. Distribusi Frekuensi Menurut Orang

Kanker hati dapat terjadi pada semua golongan usia, tetapi jarang ditemukan

pada usia muda, kecuali di wilayah yang endemik infeksi virus hepatitis B (HBV)

serta banyak transmisi HBV secara perinatal. Umumnya dengan wilayah insiden

HBV tinggi, umur penderita kanker hati 10-20 tahun lebih muda daripada umur

penderita di wilayah yang insidennya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh infeksi

HBV sebagai salah satu penyebab kanker hati, banyak ditularkan pada masa

perinatal.22

Menurut penelitian Yang dkk. (2002) di Taiwan yang menggunakan desain

cohort, proporsi penderita kanker hati pada interval usia 40-59 tahun yaitu 55,54 %,

usia < 40 tahun yaitu 27,26%, dan usia >59 tahun yaitu 17,2 %.23 Di Indonesia kanker

hati banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun.20 Menurut penelitian Rifai A. (1995-

1998) di RS Wahidin Semarang dengan menggunakan desain cohort, usia rata-rata

Universitas Sumatera Utara


kejadian penyakit kanker hati adalah 47,5 tahun dengan rasio pria dengan wanita

5,7:1.24

Pada umumnya pria lebih banyak menderita kanker hati daripada wanita,

dengan perbandingan masing-masing negara yang berbeda-beda.21 Berdasarkan data

Globocan (2002), di negara-negara maju rasio penderita kanker hati pria : wanita

yaitu 3,3 : 1 sedangkan di negara-negara berkembang 2,5 : 1.4 Kejadian kanker hati

lebih tinggi pada pria, bisa disebabkan karena laki-laki lebih banyak terpajan oleh

faktor risiko kanker hati seperti virus hepatitis dan alkohol.22

b. Distribusi Frekuensi Menurut Tempat

Secara geografis di dunia terdapat tiga kelompok wilayah kanker hati yaitu

wilayah tingkat insiden rendah (kurang dari tiga kasus) ; menengah (tiga hingga

sepuluh kasus) ; dan tinggi (lebih dari sepuluh kasus per 100.000 penduduk). Tingkat

insiden tertinggi tercatat di Asia Timur dan Asia Tenggara serta di Afrika Tengah

sedangkan yang terendah di Amerika Tengah. Sekitar 80% kasus kanker hati di

dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara serta

Afrika Tengah yang juga diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi tinggi virus

hepatitis.22

c. Distribusi Frekuensi Menurut Waktu

WHO tahun 2000 melaporkan IR kanker hati di dunia yaitu 9 per 100.000

penduduk.9 Tahun 1999 IR kanker hati pada pria : wanita di Amerika Tengah 2,06 :

1,64 per 100.000 penduduk, di Afrika Tengah 24,21 : 12,98 per 100.000 penduduk, di

Asia Timur 35,46 : 12,66 per 100.000 penduduk, dan di Asia Tenggara 18,35 : 5,7

per 100.000 penduduk.25 Di Jepang (2002) IR kanker hati pada pria sebesar 24 per

Universitas Sumatera Utara


26
100.000 penduduk dan di Filipina yaitu 21 per 100.000 penduduk. Di Indonesia

(2002) IR kanker hati pada pria : wanita yaitu 20 : 6 per 100.000 penduduk .9

2.4.2 Faktor Determinan Terjadinya Kanker Hati

a. Host

Kejadian kanker dapat menyerang semua usia dan golongan. Meskipun

demikian, risiko kanker lebih besar saat orang telah berusia lebih dari 40 tahun.27.

Berdasarkan jenis kelamin, kejadian kanker hati lebih banyak ditemukan pada pria.21

Menurut penelitian Hadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin yang menggunakan desain

case series, umur rata-rata penderita kanker hati yaitu 50,3 dan berdasarkan jenis

kelamin, tertinggi pada pria dengan proporsi 81,38% dan terendah pada wanita

dengan proporsi 18,62%.28

b. Agent

b.1 Sirosis Hati

Sirosis hati merupakan faktor risiko utama kanker hati di dunia dan

melatarbelakangi lebih dari 80% kasus kanker hati. Setiap tahun 3-5% dari pasien

sirosis hati akan menderita kanker hati, dan kanker hati merupakan salah satu

penyebab kematian pada sirosis hati.21 Pada tahun 2002, PMR sirosis hati di dunia

yaitu 1,7%.11 Waktu yang dibutuhkan dari sirosis hati untuk berkembang menjadi

kanker hati sekitar 3 tahun.20

Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sirosis hati.

Penggunaan alkohol sebagai minuman, saat ini sangat meningkat di masyarakat.

Peminum berat alkohol (>50-70 gr/ hari dan berlangsung lama) berisiko untuk

menderita kanker hati melalui sirosis hati alkoholik. Mekanisme penyakit hati akibat

Universitas Sumatera Utara


konsumsi alkohol masih belum pasti, diperkirakan mekanismenya yaitu sel hati

mengalami fibrosis dan destruksi protein yang berkepanjangan akibat metabolisme

alkohol yang menghasilkan acetaldehyde. Fibrosis yang terjadi merangsang

pembentukan kolagen. Regenenerasi sel tetap terjadi tetapi tidak dapat mengimbangi

kerusakan sel. Penimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol-

benjol dan mengeras sehingga terjadi sirosis hati.22

Sirosis hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap

negara, di negara Barat etiologi sirosis hati tersering diakibatkan oleh alkohol.21.

Menurut penelitian Coon dkk. (2008) di Nottingham dengan desain cohort, RR pada

peminum alkohol 2,34 untuk terkena kanker hati, RR HBV yaitu 6,41 dan RR HCV

yaitu 1,39.29 Sedangkan di Indonesia terutama diakibatkan infeksi virus hepatitis B

dan C. Virus hepatitis B menyebabkan sirosis hati sebesar 40-50%, virus hepatitis C

sebesar 30-40% dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui.22

Menurut penelitian Rasyid (2006) di Medan dengan menggunakan desain

case series, pada 483 penderita kanker hati ditemukan 232 orang (63%) menderita

sirosis hati, 91 orang hepatitis B (25%) dan 44 orang (12%) hepatitis C, dengan

jumlah seluruhnya 367 orang (76%). Sedangkan 116 orang lagi (24%) tidak

berhubungan sama sekali dengan sirosis hati, hepatitis B ataupun hepatitis C.30 Dari

hasil penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan dengan desain case series pada

164 penderita sirosis hati, 35 orang (21,3%) sudah mengalami komplikasi kanker

hati.31

Universitas Sumatera Utara


b.2 Hepatitis B dan C

Hubungan antara infeksi HBV dan HCV dengan timbulnya kanker hati

terbukti. Sebagian besar wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka

kejadian kanker hati yang tinggi.22 Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia,

tahun 2003 IR hepatitis B di Indonesia yaitu 14 per 100.000 penduduk. Dan tahun

2005 di Sumatera Utara PR hepatitis B yaitu 52 per 100.000 penduduk.12 Pada tahun

2008, PR hepatitis C di Indonesia 3 per 100.000 penduduk, dengan PR tertinggi di

provinsi DKI Jakarta yaitu 31 per 100.000 penduduk.32

Berdasarkan penelitian Greten dkk. (2005) di Jerman pada 389 penderita

kanker hati tahun 1998-2003, penderita pria yaitu 309 orang (79,43%) dan wanita

yaitu 80 orang (20,57%). Penderita dengan riwayat penyakit sebelumnya hepatitis B

yaitu 57 orang (14,6%), hepatitis C yaitu 78 orang (20,05%), hepatitis B dan C yaitu

7 orang, hemokromatosis yaitu 17 orang (4,37%), dan sisanya tidak berhubungan

dengan riwayat penyakit sebelumnya.33 Menurut penelitian Nouso dkk. (2008) di

Jepang dengan desain cohort, RR penderita hepatitis C untuk terkena kanker hati 0,96

sedangkan RR penderita hepatitis B adalah 1,1.34

Karsinogenisitas HBV dan HCV pada hati terjadi melalui proses inisiasi,

promosi, dan progresi. Inisiasi diawali dengan integrasi virus hepatitis ke dalam

hepatosit yang menimbulkan kelainan kromosom sehingga mengubah sifat-sifat asli

hati dan menghambat aktifitas sel penekan tumor. Virus hepatitis terintegrasi meluas

ke sel hati karena sudah kebal terhadap respon imunitas. Pada tahap promosi terjadi

proses nekrosis dan kematian sel akibat dari aktifitas virus hepatitis yang diikuti

Universitas Sumatera Utara


regenerasi berulang kali. Pada tahap progresi sel-sel telah mengalami transformasi

keganasan dan mengalami replikasi lebih lanjut.35

b.3 Aflatoksin

Aflatoksin B1 adalah zat racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus

flavus, sering ditemukan pada jenis polong-polongan yang sudah menghitam dan

mengeriput serta produk olahannya yang kadaluarsa seperti kacang tanah, kacang

kedelai, keju dll. Aflatoksin terbentuk dalam makanan yang disimpan berbulan-bulan

di lingkungan panas dan lembab. Mekanisme karsinogenisitas aflatoksin sehingga

dapat meningkatkan kejadian kanker hati yaitu dengan menghasilkan mutasi-mutasi

gen, di mana mutasi gen tersebut bekerja menggangu fungsi penekan tumor.36

Menurut penelitian Gameell dkk. (2009) di Mesir dengan menggunakan desain

penelitian case control, terdapat korelasi positif antara kejadian kanker hati dengan

kadar aflatoksin dalam tubuh (p<0,01) yaitu terjadi peningkatan kadar aflatoksin pada

penderita kanker hati.37

b.4 Hemokromatosis

Hemokromatosis adalah kelainan genetik yang diturunkan yaitu

kecenderungan untuk menyerap jumlah besi yang berlebihan dari makanan di mana

unsur-unsur beracun tersebut akan terakumulasi dalam hati sehingga menyebabkan

kerusakan hati termasuk kanker hati.38 Kanker hati akan berkembang sampai dengan

30% dari pasien-pasien dengan hemokromatis keturunan. Pasien yang mempunyai

risiko yang paling besar adalah hemokromatosis yang disertai dengan sirosis hati.

Pengangkatan efektif kelebihan besi (perawatan hemokromatosis) tidak akan

mengurangi risiko menderita kanker hati jika sudah disertai sirosis hati.36

Universitas Sumatera Utara


c. Environment

Lingkungan fisik di Indonesia yang berada pada iklim tropis, ideal untuk

suhu pertumbuhan jamur Aspergillus flavus penghasil aflatoksin yaitu tumbuh di

tempat yang lembab dan panas.39 Selain itu, lingkungan psikologis secara tidak

langsung juga memberikan andil dalam perkembangan penyakit kanker misalnya

adanya stress, tekanan dan konflik dapat menimbulkan kecemasan, insomnia, dan

tidak nafsu makan yang pada akhirnya akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga

penyakit mudah menyerang.27

2.5 Gambaran klinis

Pada fase subklinis belum ditemukan gejala yang jelas pada penderita, berikut

gejala yang ditemukan pada fase klinis yaitu : 26

2.5.1 Nyeri abdomen kanan atas

Penderita kanker hati stadium lanjut sering datang berobat karena tidak

nyaman dengan nyeri di abdomen kanan atas. Nyeri umumnya bersifat tumpul

atau menusuk, intermitten atau kontinu, sebagian area hati terasa terbebat

kencang karena pertumbuhan tumor yang cepat.

2.5.2 Massa abdomen atas : pemeriksaan fisik menemukan splenomegali

Kanker hati lobus kanan dapat menyebabkan batas atas hati bergeser ke atas,

pemeriksaan fisik menemukan hepatomegali di bawah arcus costae tapi tanpa

nodul.

2.5.3 Perut kembung timbul karena massa tumor sangat besar dan gangguan fungsi

hati.

Universitas Sumatera Utara


2.5.4 Anoreksia : timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran

gastrointestinal.

2.5.5 Letih, mengurus : dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan

berkurangnya masukan makanan.

2.5.6 Demam : timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor,

umumnya tidak disertai menggigil.

2.5.7 Icterus : tampil sebagai kuningnya sklera dan kulit, biasanya sudah stadium

lanjut, juga karena sumbat kanker di saluran empedu atau tumor mendesak

saluran hingga timbul icterus.

2.5.8 Ascites juga merupakan stadium lanjut, secara klinis ditemukan perut

membuncit sering disertai odeme di kedua tungkai.

2.5.9 Lainnya : selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu

belakang, kulit gatal dan lainnya, manifestasi sirosis hati seperti splenomegali,

venodilatasi dinding abdomen. Pada stadium akhir sering timbul metastase

paru, tulang, dan organ lain.

2.6 Klasifikasi

Menurut sumber penyebab, Sherlock mengklasifikasikan kanker hati yaitu :22

2.6.1 Karsinoma hepatoseluler : merupakan tumor ganas yang berasal dari

hepatosit. Dari semua tumor ganas yang pernah didiagnosis, 85% merupakan

karsinoma hepatoseluler.

2.6.2 Kholangiokarsinoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel saluran

empedu, sekitar 10% dan 5% nya adalah tumor hati lainnya.

Universitas Sumatera Utara


2.6.3 Sarkoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat hati.

2.6.4 Hemangioblastoma : merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan

pembuluh darah.

2.7 Stadium Klinis

Tingkat penyakit (stadium) kanker hati terdiri dari :22

2.7.1 Stadium I

Satu fokal tumor berdiameter ≤ 3 cm yang terbatas hanya pada salah satu

segmen.

2.7.2 Stadium II

Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm, tumor terbatas pada segmen I atau

multifokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

2.7.3 Stadium III

Tumor pada segmen I meluas ke lobus kiri (segmen IV) atau ke lobus kanan

segmen V dan VIII atau tumor dengan invasi periferal ke sistem pembuluh

darah atau pembuluh empedu tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau

lobus kiri hati.

2.7.4 Stadium IV

Multifokal tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati atau invasi

tumor ke dalam pembuluh darah hati ataupun pembuluh empedu atau invasi

tumor ke pembuluh darah di luar hati seperti pembuluh darah vena limpa

(vena lienalis) atau vena cava inferior atau adanya metastase keluar dari hati.

Universitas Sumatera Utara


2.8 Pencegahan

2.8.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial adalah pencegahan yang dilakukan terhadap orang

yang belum terpapar faktor risiko. Pencegahan yang dilakukan antara lain :1,27

a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan

dengan gizi seimbang.

b. Hindari makanan tinggi lemak dan makanan yang mengandung bahan

pengawet/ pewarna.

c. Konsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan suplemen yang bersifat

antioksidan, peningkat daya tahan tubuh.

2.8.2 Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang

yang sudah terpapar faktor risiko agar tidak sakit. Pencegahan primer yang dilakukan

antara lain dengan :20,27,30

a. Memberikan imunisasi hepatitis B bagi bayi segera setelah lahir sehingga

pada generasi berikutnya virus hepatitis B dapat dibasmi.

b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang virus hepatitis (faktor-

faktor risiko kanker hati) sehingga kejadian kanker hati dapat dicegah melalui

perilaku hidup sehat.

c. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol karena

alkohol akan semakin meningkatkan risiko terkena kanker hati.

Universitas Sumatera Utara


d. Menghindari makanan yang tersimpan lama atau berjamur karena berisiko

mengandung jamur Aspergillus flavus yang dapat menjadi faktor risiko

terjadinya kanker hati.

e. Membatasi konsumsi sumber radikal bebas agar dapat menekan

perkembangan sel kanker dan meningkatkan konsumsi antioksidan sebagai

pelawan kanker sekaligus mangandung zat gizi pemacu kekebalan tubuh.

2.8.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang

sudah sakit agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui

diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.1

a. Diagnosis

Melakukan pemeriksaan berkala bagi kelompok risiko tinggi seperti pengidap

virus Hepatitis B dan C, dokter, promiskus, dan bagi orang yang mempunyai anggota

keluarga penderita kanker hati. Pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali pada

penderita sirosis hati dengan HBsAg positif dan pada penderita hepatitis kronis

dengan HBsAg negatif atau penderita penyakit hati kronis atau dengan sirosis dengan

HBsAg negatif pernah mendapat transfusi atau hemodialisa diperiksa 6 bulan

sekali.21

Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. 21,40

a.1 Anamnesis

Sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam fase lanjut dengan

keluhan nyeri perut kanan atas. Sifat nyeri ialah nyeri tumpul,terus-menerus, kadang-

Universitas Sumatera Utara


kadang terasa hebat apabila bergerak. Di samping keluhan nyeri perut ada pula

keluhan seperti benjolan di perut kanan atas tanpa atau dengan nyeri, perut

membuncit karena adanya asites. Dan keluhan yang paling umum yaitu merasa badan

semakin lemah, anoreksia, perasaan lekas kenyang.40

a.2 Pemeriksaan fisik

Bila pada palpasi abdomen teraba hati membesar, keras yang berbenjol-benjol,

tepi tumpul lebih diperkuat, bila pada auskultasi terdengar bising pembuluh darah

maka dapat diduga sebagai kanker hati.40

a.3 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan Alfa-

fetoprotein (AFP) yaitu protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal.

Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/ml, kadar AFP meningkat pada

60%-70% pada penderita kanker hati.23 Selain itu, dapat juga dilakukan

pemeriksaan HBsAg karena pada penderita penyakit hati seperti kanker hati

ditemukan HBsAg.21

2. Ultrasonografi (USG) Abdomen

Dengan USG, hati yang normal tampak warna keabu-abuan dan tekstur

merata. Bila ada kanker akan terlihat jelas berupa benjolan berwarna kehitaman,

atau berwarna putih campur kehitaman dan jumlahnya bervariasi pada tiap

pasien, benjolan dapat terdeteksi dengan diameter 2-3 cm Untuk meminimalkan

kesalahan hasil pemeriksaan AFP, pasien sirosis hati dianjurkan pemeriksaan

USG setiap tiga bulan.30

Universitas Sumatera Utara


3. Computed Tomography Scanning (CT Scann)

CT Scann adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan prinsip

daya tembus sinar-X digunakan untuk mendeteksi ukuran, jumlah tumor, lokasi

dan sifat kanker hati dengan tepat.22 Pemeriksaan dengan CT scann letak kanker

dengan jaringan tubuh sekitarnya terlihat jelas, dan kanker yang paling kecil

pun sudah dapat terdeteksi.41

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan gelombang

magnet (nonradiasi). Pemeriksaan dengan MRI dilakukan bila ada gambaran CT

scann yang masih meragukan atau pada penderita ada risiko bahaya radiasi

sinar-X. MRI dapat menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker

hati serta menampilkan saluran empedu dalam hati, memperlihatkan struktur

internal jaringan hati dan kanker hati.41

b. Pengobatan

Pemilihan pengobatan kanker hati ini sangat tergantung pada hasil

pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan pengobatan hendaklah dipastikan

besarnya ukuran kanker, spesifik lokasi kanker, lesi kanker serta ada tidaknya

penyebaran ke tempat lain.30

Berikut pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker hati yaitu :

b.1 Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian anti tumor pada penderita kanker untuk

memperpanjang umur. Dilakukan dengan memberikan obat anti kanker ke

dalam arteri hepatika sehingga obat secara langsung masuk sel-sel kanker pada

Universitas Sumatera Utara


hati. Obat tersebut akan mengecilkan tumor. Obat kemoterapi yang banyak

digunakan adalah 5 Fluorourasil dan Adriamisin.21

b.2 Pembedahan

Pembedahan hati pada stadium dini penyakit merupakan pengobatan

yang paling baik dan paling bisa diharapkan memberikan penyembuhan

Pembedahan hanya dapat dilakukan bila tumor pada hati hanya 1 lobus saja

serta tidak terdapat tanda-tanda sirosis hati, karena pembedahan penderita

kanker hati yang disertai sirosis hati akan menimbulkan risiko yang tinggi

dalam pembedahan.21

b.3 Radiasi

Radiasi tidak banyak peranannya dalam pengobatan kanker hati. Hal ini

disebabkan karena pada umumnya keganasan yang mengenai hati bersifat relatif

resisten terhadap pengobatan radiasi dan sel hati yang normal peka terhadap

radiasi.39

b.4 Embolisasi

Pengobatan kanker dengan cara memasukkan kateter ke dalam arteri

hati lalu menyuntikkan potongan-potongan kecil berupa gel foam. Embolisasi

merupakan salah satu pengobatan penderita kanker hati yang tidak bisa lagi

dibedah. Hanya saja, jika tidak berhasil malah dapat semakin memperburuk

proses sirosis hati dan menimbulkan tejadinya metastase.39

Universitas Sumatera Utara


b.5 Transplantasi Hati

Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang

lain ke dalam tubuh seseorang. Bila kanker hati ditemukan pada pasien yang

sudah ada sirosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau

sudah hampir seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang

masuk ke vena porta maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari

transplantasi hati. 41

c. Prognosis

Pada umumnya prognosis kanker hati adalah jelek. Tanpa pengobatan terjadi

kematian rata-rata sesudah 6-7 bulan sejak keluhan pertama. Dengan pengobatan

hidup penderita dapat diperpanjang sekitar 11-42 bulan. Menurut penelitian Hadi

penderita kanker hati yang ditemukan pada stadium dini, masa hidup penderita dapat

lebih dari 6 tahun. Manifestasi terakhir sebelum kematian dapat berupa koma

hepatikum, perdarahan masif berupa hematemesis dan melena, syok yang didahului

oleh perasaan nyeri yang hebat di daerah hati. Nyeri yang hebat tersebut bisa

disebabkan oleh pecahnya tumor.21

2.8.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu berupa perawatan terhadap

penderita kanker hati melalui pengaturan pola makan, pemberian suplemen

pendukung penyembuhan kanker, dan cara hidup sehat agar dapat mencegah

kekambuhan setelah operasi.40

Universitas Sumatera Utara

You might also like