Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Amebiasis hati merupakan komplikasi ekstra intestinal dari infeksi oleh
entamoeba histolitika. Penyakit ini masih sering dijumpai terutama di negara
tropis. Dulu penyakit ini lebih dikenal sebagai abses tropik, karena disangka
hanya terdapat di daerah tropik atau subtropik saja. Ternyata sangkaan tersebut
tidak benar, karena kemudian ditemukan juga tersebar di seluruh dunia.(1)
Abses hati amebik merupakan komplikasi ekstra intestinal yang paling
sering terjadi sesudah infeksi E. histolytica yaitu pada 1-25% (rata-rata 1,8%)
penderita dengan amebiasis intestinalis klinis. E. histolytica didalam feses dapat
ditemukan dalam 2 bentuk yaitu bentuk vegetative atau trofozoit dan bentuk kista
yang dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia.(2)
Secara Mikroskopis
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym
hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari
hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-
lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang
disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di
bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari
sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya
mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain
.Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan
sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-
lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari
vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian
Variants
ALA biasanya terjadi di lobus kanan hati dan soliter (30% - 70%). presentasi yang
tidak biasa termasuk abses multipel, abses lobus kiri, abses penyajian sebagai lesi
tekan, dan abses robek ke jeroan. Ini adalah klinis penting karena sifat dapat
disembuhkan penyakit ini dan berpotensi fatal hasil dalam abses diobati.
Left lobe abscess: 35% pasien datang dengan abses lobus kiri. Setengah ini
memiliki terkait lesi pada lobus kanan sementara sisanya telah soliter abscess12
lobus kiri. Pasien ini memiliki durasi yang lebih lama dari gejala (3-4 minggu)
dan demam kurang umum diamati dibandingkan dengan abses lobus
kanan. Mungkin hadir sebagai massa epigastrika besar dengan gerakan yang
minimal dengan respirasi. Sering kali, putus asa clinician's, telah bingung dengan
pseudokista pankreas. Pasien ini juga memiliki berat badan dengan lokalisasi hati
miskin gejala. Komplikasi seperti peritonitis dan toxaemia adalah secara
2.3. Epidemiologi
Insiden hati amebic yang pasti sukar diketahui dan laporan setiap penelitian
berbeda oleh karena tergantung populasi yang diambil dan cara penelitian.
Penelitian secara otopsi mengahasilkan angka yang lebih tinggi daripada secara
klinis yaitu antara 7,6%-84,4% (rata-rata 36,6%) sedangkan secara klinis 1-25%
(rata-rata 8,1%).(2)
Pria lebih sering menderita abses hati amebik dibanding wanita. Prevalensi
terbanyak ditemukan pada umur antara 30-50 tahun sedangkan di RS Hasan
Sadikin Bandung kejadian terbanyak pada decade 5 dan ke-6.
Kejadian penyakit ini lebih sering bila didapatkan pada daerah atau masyarakat
dengan sanitasi jelek, tingkat ekonomi rendah dan yang padat.
Terdapat terutama di negara tropik dan subtropik dengan sanitasi yang masih
buruk seperti India, Pakistan, Indonesia, Asia, Afrika dan Mexico. Tapi dapat juga
di Negara lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada kaum pria jika
dibandingkan dengan kaum wanita, dengan perbandingan 4 : 1. Lebih sering pada
orang-orang dewasa. Pada lebih kurang penderita amebiasis timbul komplikasi
pada hati. Menurut penelitian ADAM DAN HADI di Bagian Penyakit Dalam R.S.
Hasan Sadikin sejak januari 1974 sampai dengan Oktober 1975, hanya dirawat 6
penderita amebiasis hati. Tapi pada penelitian selanjutnya oleh
ABDURACHMAN DAN HADI dari Januari 1978 s/d Juni 1979, ditemukan 32
penderita yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Ini kemungkinan
meningkatnya sarana diagnostik.(1)
Sekitar 10% dari populasi dunia terinfeksi Entamoeba, mayoritas dengan dispar
Entamoeba noninvasif. Amebiasis terjadi akibat infeksi dengan E. histolytica dan
merupakan penyebab paling umum ketiga kematian akibat penyakit parasit
(setelah schistosomiasis dan malaria).Spektrum luas penyakit klinis yang
disebabkan oleh Entamoeba ini disebabkan sebagian perbedaan antara kedua
spesies menginfeksi. Kista dari E. histolytica dan dispar E. secara morfologis
identik, tapi histolytica E. memiliki isoenzymes unik, antigen permukaan, spidol
DNA, dan sifat virulensi (Tabel 202-1). Kebanyakan operator tanpa gejala,
termasuk pria homoseksual dan pasien dengan AIDS, pelabuhan E. dispar dan
infeksi diri terbatas.Pengamatan ini menunjukkan bahwa dispar E. tidak mampu
menyebabkan penyakit invasif, sejak Cryptosporidium dan belli Isospora, yang
juga menyebabkan penyakit diri sendiri hanya terbatas pada orang
imunokompeten, menyebabkan diare parah pada pasien dengan AIDS.Namun,
faktor tuan rumah berperan serta. Dalam sebuah penelitian, 10% dari pasien
Similarities
1. Both species are spread through ingestion of infectious cysts.
Differences
1. Only E. histolytica causes invasive disease.
4. The two species have distinct surface antigens and isoenzyme markers.
Wilayah insiden tertinggi (karena sanitasi yang tidak memadai, dan padat)
termasuk negara yang paling berkembang di daerah tropis, terutama Meksiko,
India, dan bangsa Amerika Tengah dan Selatan, Asia tropis, dan Afrika. Dalam
studi tindak lanjut 4-tahun anak-anak prasekolah di daerah endemik tinggi
Bangladesh, 80% anak memiliki paling sedikit satu episode infeksi dengan E.
histolytica dan 53% memiliki lebih dari satu episode. Tentu kekebalan yang
diperoleh tidak berkembang namun biasanya berumur pendek dan berkorelasi
dengan kehadiran di bangku sekresi antibodi IgA ke kepatuhan lektin
asetilgalaktosamin galaktosa utama N-(Gal / GalNAc). Kelompok-kelompok
utama di amebiasis risiko di negara maju dikembalikan pelancong, imigran baru,
pria homoseksual, dan narapidana lembaga.
2.4. Penyebab
Entamoeba Histolytica masih tetap merupakan salah satu parasit protozoa
yang paling penting bagi manusia. Amebiasis ditemukan secara endemik di
banyak negara Tropik seperti Afrika, Timur jauh, Asia, Amerika Latin dan
Amerika Utara bagian selatan.
Abses hati amebik merupakan komplikasi ekstra intestinal yang paling
sering terjadi sesudah infeksi E. histolytica yaitu pada 1-25% (rata-rata 1,8%)
penderita dengan amebiasis intestinalis klinis. E. histolytica didalam feses dapat
ditemukan dalam 2 bentuk yaitu bentuk vegetative atau trofozoit dan bentuk kista
yang dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia.
Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering
dan suasana asam. Bentuk trofozoit ada berukuran kecil (yaitu 10-20 mikron) dan
berukuran besar (yaitu 20-60 mikron). Bentuk trofozoit ini akan mati dalam
suasana kering dan suasana asam. Trofozoid besar sangat aktif bergerak, mampu
memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan.
Entamoeba histolitika mempunyai 3 bentuk yaitu: bentuk minuta, bentuk
kista, dan bentuk aktif (vegetative). Bentuk katif menembus dinding usus untuk
membentuk ulkus. Lokalisasi ulkus amebika biasanya di Soekum. Parasit tersebut
merusak jaringan dengan cara sitolitik dan terdapat kemungkinan pembuluh darah
juga terkena, sehingga dapat menimbulkan perdarahan. Adanya erosi di vena
dapat menyebabkan terjadinya penyebaran parasit melalui vena portal dan masuk
ke hati, terutama di lobus kanan dan terjadi hepatitis amebika.
Jarak waktu serangan di intestinal dengan timbulnya kelainan di hati
berbeda-beda. Bentuk yang akut dapat memakan waktu kurang dari 3 minggu.
Tetapi bentuk yang kronis lebih dari 6 bulan, bahkan mungkin sampai 57 tahun.
Oleh karena itu penderita intestinal amebiasis tidak luput dari kemungkinan
menderita abses hepatis amebika.
b
Contact the CDC at 770-488-7760.
c
Card agglutination is provided to endemic countries by the World Health Organization.
d
Limited specificity; most sensitive for L. donovani.
Note: troph, trophozoite; tryp, trypomastigote form; IIF, indirect immunofluorescence; RE,
reticuloendothelial; PCR, polymerase chain reaction; EIA, enzyme immunoassay; CNS, central
nervous system; IFA, indirect fluorescent antibody; CSF, cerebrospinal fluid; DFA, direct
fluorescent antibody.
1. Negara tropik dan subtropik dengan sanitasi yang masih buruk seperti
India, Pakistan, Indonesia, Asia, Afrika dan Mexico.
2. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada kaum pria jika dibandingkan
dengan kaum wanita, dengan perbandingan 4 : 1. Lebih sering pada orang-
orang dewasa.
2.6. Patogenesis
Ada beberapa mekanisme yang telah dikemukakan antara lain : faktor virulensi
parasit yang menghasilkan toksin, ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi
parasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya antigen permukaan dan
penurunan imunitas cell-mediated.
2.7 Patologi
Abses hati amebic biasanya terletak di lobus superoanterior. Besarnya
abses bevariasi dari beberapa sentimeter sampai abses besar sekali yang
mengandung beberapa liter pus. Abses dapat tunggal (soliter) ataupun ganda
(multiple). Walaupun ameba berasal dari usus, kebanyakan kasus abses hati
amebic tidak menunjukkan adanya amebiasis usus pada saat bersamaan, jadi ada
infeksi usus lama bertahun-tahun sebelum infeksi menyebar ke hati.
Istilah hepatitis amebic tidak tepat untuk terus dipertahankan dan dipakai
karena secara histologik jaringan hati sekitar abses tetap normal. Sejak awal
penyakit, lesi ameba didalam hepar tidak pernah difus melainkan proses local.
Proses hepatolitik tetap asimtomatik dan gejala-gejala akan muncul jika daerah ini
meluas membentuk suatu abses yang lebih besar. Lesi kecil akan sembuh dengan
pembentukan jaringan parut, sedangkan pada dinding abses besar akan ditemukan
fibrosis. Jarang terjadi klasifikasi, dan amebiasis tidak pernah menjadi sirosis hati.
Hati biasanya membesar, tergantung pada besarnya abses. Lokalisasi yang
sering ialah di lobus kanan. Abses di lobus kiri jarang terdapat hanya kurang lebih
15%, lebih kurang 70% bersifat soliter dan 30% multipel. Cairan abses biasanya
kental berwarna coklat susu, yang terdiri dari jaringan rusak dan darah yang
Riwayat Penyakit
Cara timbulnya abses hati amebic biasanya tidak akut, menyusup yaitu
terjadi dalam waktu lebih dari 3 minggu. Demam ditemukan hampir pada seluruh
kasus yaitu pada 92-96,8%. Terdapat rasa sakit diperut atas pada 97,75-96% yang
sifat sakit berupa perasaan ditekan atau seperti ditusuk. Rasa sakit akan bertambah
bila penderita berubah posisi atau batuk. Penderita merasa lebih enak bila
berbaring sebelah kiri untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula terjadi
sakit dada kanan bawah atau sakit bahu bila abses terletak dekat diafragma dan
sakit di epigastrium bila absesnya di lobus kiri.
Anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan dan penurunan berat
badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan.
Batuk dan gejala iritasi pada diafragma seperti cegukakan (“hiccup”) bisa
ditemukan walaupun tidak ada rupture abses melalui diafragma. Diare dengan
atau tanpa terbukti colitis amebic, terjadi pada kurang dari 20%. Kegagalan faal
hati fulminan sekunder terhadap abses, merupakan keadaan yang sangat jarang
terjadi.
Pada bentuk akut gejalanya lebih nyata, dan biasanya timbul dalam masa
kurang dari 3 minggu. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut
kanan atas. Rasa nyeri terasa ditusuk-tusuk dan tersa panas, demikian nyerinya
sampai perut di pegang, terutama kalau berjalan sampai membungkuk ke depan
kanan. dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin
disebabkan karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada kahirnya dapat timbul
gejala pleuritis. Rasa nyeri pleuropulmonal lebih sering timbul pada abses hepatis
jika dibandingkan dengan hepatitis. Rasa nyeri tersebut dapat menjalar ke
punggung atau scapula kanan. Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul
batuk-batuk. Keadaaan serupa ini dapat timbul pada waktu timbul perforasi abses
hepatis ke paru-paru. Batuk disertai dengan sputum berwarna coklat susu.
Sebagian penderita mengeluh diare. Hal seperti itu memperkuat diagnose yang
dibuat.
Pada pemeriksaan dapat dijumpai penderita tampaka kesakitan. Kalau
jalan membungkuk ke depan kanan sambil memegang perut kakan atas yang sakit.
Badan teraba panas. Hati membesar dan bengkak. Pada tempat abses teraba
lembek dan nyeri tekan. Di bagian yang di tekan dengan satu jari terasa nyeri,
berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu jari
mudah diketahui terutama bila letaknya di intercostals bawah lateral. Ini
menunjukan bahwa tanda Ludwig positif dan merupakan tanda khas abses hepatis.
Lokalisasi abses terbanyak ialah di lobus kanan, jarang di lobus kiri. Batas paru-
paru hati meninggi. Ikterus jarang sekali ditemukan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan tinja jarang sekali ditemukan ameba. Menurut beberapa
kepustakaan ditemukan sekitar 4-40%. Ditemukannya ameba dalam tinja, akan
banyak membantu diagnosis. Walaupun demikian pemeriksaan tinja harus
dilakukan berulang kali.
Jumlah leukosit meninggi sekitar 10-20 ribu / mm 3. Pada bentuk akut
sering jumlah leukosit melebihi 16.000/mm3, sedang pada bentuk kronik terdapat
sekitar 13.000/mm3.
Tes seroamuba positif, tes faal hati menunjukkan batas-batas normal. Pada
keadaan yang berat dapat ditemukan penurunan kadar albumin dan sedikit
peninggian kadar globulin, dengan protein total dalam batas-batas normal. Pada
keadaan memberat dapat ditemukan penurunan kadar albumin dan sedikit
peninggian kadar globulin, dengan protein total dalam batas-batas normal. Setelah
penyakitnay sembuh, segera nasehati segera normal.
Pemeriksaan serologic sangat membantu dalam menegakkan diagnosis
dengan sensitivitas 91-93% dan spesifisitas 94-99%. Pemeriksaan serologic
positif berarti sedang atau pernah terjadi amebisis invasive. Didaerah endemic
Pemeriksaan Rontgen
Pada sinar tembus toraks tampak diafragma kanan meninggi dengan
gerakan terbatas. Dan mungkin ada efusi pleura. Pada foto thoraks bisa didapatkan
pula kelainan lain seperti corakan bronkovaskuler paru kanan bawah bertambah,
infiltrate, atelektasis, garis adesi tegak lurus dari difragma ke paru-paru. Abses
paling sering di bagian superoanterior hepar sehingga tampak ada kubah di bagian
anteromedial diafragma kanan.
Abses di lobus kiri memberikan gambaran deformitas berbentuk bulan
sabit di daerah curvatura minor pada foto memakai bubuk barium. Secara
angiografi abses pembuluh disekelilingnya yang berdistorsi dan
hipervaskulerisasi.
Thipo Ardini 028 Page
25
Ultrasonogerafi (USG)
Ultrasonografi (USG) termasuk salah satu sarana diagnostik tidak
invasive, mudah dan aman penggunaannya, dapat dilakukan setiap saat adalah
biasa digunakan untuk menditeksi abses hati. Wang dan kawan-kawan (1964)
meneliti 218 penderita abses hati secara USG, dan dibuktikan dengan fungsi pada
154 penderita, laparatomi 50 penderita, seorang pada otopsi, dari 13 penderita
lainnya berhasil baik dengan pengobatan saja. Vcary dan kawan-kawan (1977)
telah melakukan UGS pada 8 penderita dengan abses hati. Penulis sendiri (1986)
meneliti 59 penderita abses hati amubik selama 4 tahun di lobus kanan, 8 di lobus
kiri dan 6 letaknya di kedua lobi. Disamping itu ditemukan abses tunggal pada 55
penderita, dan abses ganda pada 4 penderita (2 terletak di lobus kanan saja dan 2
terletak pada kedua lobi). USG selain dapat menentukan letak abses, juga dapat
menentukan diameter nya. Pada penelitian ini ditemukan diameter terkecil yaitu
kurang dari 3 cm pada 10 penderita, 15 penderita dengan diameter antara 3-5cm,
28 penderita dengan diameter 5-15 cm, dan dengan diameter lebih dari 15 cm
ditemukan pada 6 penderita.
Gambaran USG dari abses hati umumnya memperlihatkan suatu lesi bebas
gema yang bulat atau oval berdinding ireguler. Jadi lesi ini termasuk suatu bentuk
massa kistik. Bedanya hanya di dalam daerah lesi ditemukan butir-butir gema
internal yang kasar tersebar terutama di dasar. Pada peninggian intensitas
gelombang suara atau gain, batas lesi makin tegas, dan gema internal makin jelas
dalam daerah bebas gema. Pada dinding distal tampak peninggian densitas gema
yang disebut distal enhancement.
Gambaran USG yang khas dan lengkap seperti kriteria diatas hanya
ditemukan yaitu pada 37,8% kasus saja sedang di RSHS kami mendapatkannya
pada 41,67%.
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Demam biasanya tidak begitu tinggi kurva suhu bisa intermiten atau
remiten. Lebih dari 90% didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri tekan. Hati
akan membesar kearah caudal dan cranial dan mungkin mendesak kea rah perut
atau ruang intercostals. Pada perkusi di atas daerah hepar akan terasa nyeri.
Konsistensi biasanya kistik, tetapi bisa juga agak keras seperti keganasan. Abses
yang besar tampak sebagai massa yang membenjol di daerah dada kanan bawah.
Pada kurang dari 10% abses terletak di lobus kiri yang sering kali terlihat seperti
massa yang teraba nyeri di daerah epigastrium.
Ikterus jarang terjadi, kalau ada biasanya ringan. Bila ikterus hebat
biasanya disebabkan abses yang besar atau multiple, toraks di daerah kanan
bawah mungkin di dapatkan adanya efusi pleura atau “friction rub” dari pleura
yang disebabkan oleh iritasi pleura.
Gambaran klinik abses hati amebic mempunyai spectrum yang luas dan
sangat bervariasi, hal ini disebabkan lokasi abses, perjalanan penyakit dan
penyulit yang terjadi. Pada penderita gambaran bisa berubah setiap saat. Dikenal
gambaran klasik dan tidak klasik.
- Pada gambaran klinik klasik didapatkan penderita mengeluh demam dan
nyeri perut kanan atas atau dada kanan bawah, dan didapatkan
hepatomegali yang nyeri. Gambaran klasik didapatkan pada 54-70%
kasus.
- Pada gambaran klinik tidak klasik ditemukan pada penderita ini gambaran
klinik klasik seperti di atas tidak ada. Ini disebabkan letak abses pada
bagian hati yang tertentu memberikan manifestasi klinik yang menutupi
gambaran yang klasik.
2.12. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
2. Flagyl Resochin
4x250 2x250
3x750 mg/hari
2 hari 19 hari
3. Tindakan pembedahan
Pembedahan dilakukan bila:
1. Abses disertai infeksi sekunder.
2. Abses yang jelas menonjol kedinding abdomen atau ruang interkostal.
3. Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
4. Rupture abses ke dalam rongga intraperitoneal /pleura/pericardial.
1. Infeksi sekunder
Merupakan infeksi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
2. Rupture atau pendarahan langsung
Organ atau rongga yang terkena tergantung pada letak abses, misalnya
abses di lobus kiri mudah pecah ke pericardial dan intraperitoneum.
Perforasi yang paling sering adalah ke pleuropulmonal (10-20%),
kemudian ke rongga intraperitoneum (6-9%) selanjutnya pericardium
(0,01%) dan organ-organ lain seperti kulit dan ginjal.
3. Komplikasi vaskuler
Rupture ke dalam vena porta, saluran empedu atau traktus
gastrointestinalis jarang terjadi.
4. Parasitemia, amebiasis serebral
E.histolytica dapat merusak aliran darah sistemik dan menyangkut di
organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi
fokal intracranial.
Bila terapi adekuat, resolusi abses akan sempurna tetapi imunitas tidak
permanen dan dapat terjadi lagi re-infeksi.
BAB III
KESIMPULAN
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang di sebabkan bakteri, jumur,
maupun nekbrosis steril yang dapat masuk melalui kandung kemih yang
terinfeksi, infeksi dalam perut, dsb. Adapun gejala-gejala yang sering timbul
diantaranya demam tinggi, nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dll. Dan pada
umumnya diagnosis yang di pakai sama seperti penyakit lain yaitu pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan laboratorium. Secara konvensional
penatalaksanaan dapat dilakukan dengan drainase terbuka secara operasi dan
antibiotik spektrum luas.
Harrison, T.R., Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th ed., The McGraw-
Hill Companies, Inc., United States Amerika, 2008.
Sherwood, Lauralee, Human Physiology from cell to systems, 6th edition, hal: 605-
610, Thomson Coorporation, United States Amerika, 2007.
Hadi, Sujono, Gastroenterologi, 2nd ed, hal: 668-682, Alumni, Bandung, 2002.
Soeparman, dkk., Buku Ajar Penyakit Dalam Abses Hati Amoebik, jilid 1, edisi 1st,
hal:328-332, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2001.