Professional Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
sedang berkembang setelah diabetes. Pada tahun 2000 diperkirakan kurang lebih
67 juta orang akan menderita glaukoma dan 10% diantaranya (6,7 juta orang)
akan mengalami kebutaan bilateral disebabkan oleh penyakit ini.2,3 Glaukoma juga
dikenal dengan sebutan silent thief of sight, karena hampir 50% pasien dengan
suatu penyakit.
yang sama yaitu kerusakan struktural dari nervus optikus yang menyebabkan
lensa, sehingga disebut dengan lens induced glaucoma Lens induced glaucoma
Dari penelitian yang dilakukan pada Rumah Sakit Mata Aravind di India
Selatan pada tahun 2000 didapatkan bahwa lens induced glaucoma merupakan
penyebab terbesar dari glaukoma sekunder dengan persentase 25% dari total kasus
yang ada.
makanya dibutuhkan suatu diagnosis dan pengobatan secara cepat dan tepat
1
2. Definisi
dasarnya berbeda, namun ditandai dengan kerusakan menetap nervus optikus pada
karakteristik pada diskus optikus dan gangguan lapangan pandang. Tekanan intra
okular merupakan faktor resiko yang cukup penting dan bervariasi pada tipe-tipe
resiko untuk menderita glaukoma. Jadi, sesuai dengan definisi di atas, seseorang
disebut menderita glaukoma apabila terdapat kerusakan pada nervus optikus dan
individu dapat mentolerir peningkatan tekanan intraokuler lebih baik dari yang
lain. Terjadi atau tidaknya suatu glaukoma tergantung pada sejauh mana suatu
kerusakan.
yang sama yaitu kerusakan struktural dari nervus optikus yang menyebabkan
2
3. Epidemiologi
diabetes.1 Pada tahun 2000 diperkirakan kurang lebih 67 juta orang akan
menderita glaukoma dan 10% diantaranya (6,7 juta orang) akan mengalami
kebutaan bilateral disebabkan oleh penyakit ini.2,3 Di Amerika Utara, penyakit ini
merupakan penyebab utama kebutaan dan memiliki insiden 1 per 100 orang
penduduk di atas usia 40 tahun. Dari seluruh jumlah ini hanya 50% yang dapat
terdeteksi, sedangkan setengah bagian lagi tidak dapat terdeteksi karena dalam
penyakit.
2,7 juta orang menderita glaukoma sekunder. Lens induced glaucoma yang
Rumah Sakit Mata Aravind di India Selatan pada tahun 2000 didapatkan bahwa
4. Anatomi
Korpus siliaris bersama dengan iris dan khoroid membentuk suatu sistim
pada mata yang dikenal dengan sistim uveal. Korpus siliaris membentang
3
sepanjang 6 mm dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris dan secara kasar
memiliki bentuk segitiga pada potongan melintang. Korpus siliaris terdiri atas otot
siliaris, prosessus siliaris (pars plikata) pada bagian anterior, dan pars plana pada
Otot Siliaris
berdasarkan arah serabut ototnya, yaitu lapisan longitudinal, sirkular, dan radial.
Lapisan sirkular merupakan lapisan paling dalam pada segmen anterior dari
korpus siliaris dan berjalan paralel bersama limbus. Fungsi serat sirkular adalah
lembah diantara processus siliaris. Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain
Lapisan ini terletak lebih dalam dari otot siliaris dan berada pada posisi
radial di dalam kamera okuli posterior. Bagian anterior dari lapisan ini terletak
kurang lebih 1,5-2 mm dari posterior limbus. Terdapat sekitar 70 processus siliaris
mayor pada daerah yang memiliki panjang 2 mm, lebar 0,5 mm, dan tebal 1 mm
ini. Bentuk processus tersebut tidak beraturan dan terdapat silia yang lebih kecil
diantara bagian tersebut. Setiap processus mayor terdiri atas susunan kapiler pada
bagian paling dalam, stroma yang longgar pada lapisan di atasnya, dan 2 lapis
epitel yang terdiri atas epitel berpigmen pada lapisan dalam dan tidak berpigmen
pada bagian luar. Sebagai lapisan terluar, epitel tidak berpigmen dihubungkan satu
4
sama lain oleh tight junction dan desmosom, sedangkan lapisan epitel pigmen
Lensa
Lensa terletak pada segmen anterior mata. Bagian depan dari lensa adalah
iris yang berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Lensa
mata difiksasi oleh zonular fibers yang menghubungkan lensa dengan ciliary
body. Lensa memiliki bentuk bikonvek yang menyerupai elips dimana bagian
mm.
Lensa terbagai atas 3 bagian utama: kapsul lensa, epitelium lensa, dan
serabut lensa. Kapsul lensa membentuk bagian terluar dari lensa dan serabut lensa
membentuk bagian terbesar dari interior lensa. Epitelium lensa terletak antara
kapsul lensa dan bagian terluar dari serabut lensa. Epitelium lensa hanya
1) Kapsul Lensa
Kapsul lensa merupakan membran basal yang licin dan transparan yang
mengelilingi lensa. Bagian ini dibentuk oleh epitelium lensa dan memiliki
sangat elastis sehingga cendrung membulat ketika tidak ada tegangan yang
mikrometer dimana lapisan paling tebal terletak dekat dengan ekuator lensa dan
2) Epitelium lensa
5
Epitelium lensa terdiri atas sel epitel kuboid sederhana yang terletak pada
bagian anterior lensa diantara kapsul lensa dan serabut lensa. Sel epitelium lensa
mengatur kebanyakan fungsi homeostasis dari lensa. Saat ion, nutrien, dan cairan
masuk dari aqueous humor ke dalam lensa, pompa Na+/K+ ATPase pada epitelium
lensa akan memompa ion keluar dari lensa untuk mempertahankan osmolaritas
dan volume lensa. Aktivitas dari NA+/K+ ATPase akan menjaga dan mengeluarkan
cairan serta bahan lain yang masuk ke dalam lensa untuk mempertahankan fungsi
dan struktur lensa. Sel epitelium lensa juga berfungsi menyediakan progenitor
3) Serabut lensa
Serabut lensa membentuk sebagian besar lensa. Bagian ini memiliki bentuk
panjang dan transparan dengan diameter antara 4-7 mikrometer dan panjang
kurang lebih 12 mm. Serabut lensa terentang dari bagian anterior sampai posterior
lensa. Saat dipotong secara horizontal, serabut lensa tersusun secara konsentrik
Lensa terbagi atas beberapa bagian yang masing-masing bagian memiliki umur
tertentu. Dari dalam (lapisan tertua) keluar, lensa terbagi atas embryonic nucleus,
fetal nucleus, adult nucleus, dan outer cortex. Serabut lensa baru dibentuk oleh sel
epitelium lensa dan terletak pada bagian outer cortex. Serabut lensa yang matur
4) Crystallins
Lebih dari 90% protein lensa terdiri atas crystallin yang bersifat water-
soluble protein. Tiga tipe crystallin yang ditemukan di lensa yaitu crystallin α, β,
6
dan γ. Crystallin cendrung untuk membentuk suatu ikatan dengan berat molekul
tinggi dan mudah larut pada serabut lensa sehingga meningkatkan indeks refraksi
merupakan tipe crystallin yang paling banyak ditemukan pada lensa. Faktor lain
mitokondria pada serabut lensa yang matur. Serabut lensa juga memiliki
cytoskeleton yang cukup kokoh yang dapat mempertahankan bentuk dan kerangka
dari serabut lensa. Gangguan atau mutasi dalam komponen cytoskeleton dapat
5. Aqueous Humor
Aqueous humor dihasilkan oleh processus siliaris. Ada 3 proses yang terjadi
didalam produksi cairan ini, yaitu: difusi sederhana, ultrafiltrasi, dan sekresi aktif.
tekanan. Difusi dan ultrafiltrasi merupakan suatu transport pasif cairan yang
stroma. Dari stroma, cairan akan menuju bilik posterior melalui bantuan sekresi
aktif.
posterior yang akan berakibat terjadinya pergerakan air dari reservoir di stroma
7
menuju bilik posterior. Belum diketahui dengan pasti ion apa saja yang turut
terlibat di dalam proses transport ini. Saat ini yang baru diketahui adalah
keterlibatan ion natrium, kalium, dan bikarbonat. Dalam transport ini juga
pompa ion dan enzim karbonik anhidrase yang berfungsi mengkatalisir perubahan
CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3-. HCO3- ini sangat penting diperlukan di
volume cairan bilik mata anterior per menit. Kecepatan pembentukan kurang lebih
sekitar 2-2,5 mL/menit. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kecepatan ini,
antara lain adalah integritas barier darah aqueous, aliran darah ke korpus siliaris,
dan pengaturan neurohumoral dari jaringan pembuluh darah dan epitel siliaris.
Ada sirkulasi sikardian dalam produksi aqueous humor dimana paling rendah
selama tidur. Produksi aqueous humor juga dipengaruhi oleh umur, menurun 2%
tiap dekade
penting untuk integritas struktural dan fungsi optikal dari mata. Cairan
aqueous menempati bilik anterior dan posterior dan memiliki volume sekitar
200 mikroliter.
amino) untuk kornea, lensa, dan jala trabekular. Melalui cairan ini juga sisa-
8
c) Aqueos humor juga membantu respon imun seluler dan humoral
Aliran keluar aqueous humor terbagi atas 2, yaitu: pressure dependent dan
pathway mengarah pada aliran nontrabekula yang disebut juga dengan aliran
uveoskleral.
terjadi pada 85-90% aliran aqueous pada dewasa. Jala trabekula terdiri atas 3
merupakan bagian utama tempat terjadinya tahanan aliran keluar. Dari kanal
selanjutnya akan menuju vena episklera dan konjungtiva. Dari vena-vena tersebut,
9
aliran aqueous menuju vena siliaris aterior dan oftalmika superior yang pada
Pada lintasan uveoskleral, aqueous akan masuk dari bilik anterior ke celah
jaringan pada muskulus siliaris dan akar iris menuju ruang suprakhoroid.
Kemudian dari daerah ini aqueous akan keluar dari bola mata melalui sklera atau
sepanjang syaraf dan pembuluh yang memasuki bola mata ke jaringan orbita.
Pada orang dewasa jalur ini hanya mengambil 10-15% dari aliran aqueous,
sedangkan pada anak-anak hampir 40-50% aliran aqueous melalui lintasan ini.
6. Klasifikasi
10
3. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan
ekstraokuler
1) Glaukoma phakos
a. Glaukoma phakolitik
b. Glaukoma kapsular
c. Glaukoma phakoanafilaktik
2) Glaukoma phakomorfik
11
Glaukoma yang disebabkan oleh bentuk lensa. Glaukoma ini dapat
disebabkan oleh:
b. Mikrophakia (spherophakia)
c. Anterior lentikonus
3) Glaukoma phakotopik
penyebabnya.
2. Glaukoma pigmentasi
3. Sindrom eksfoliasi
5. Trauma
6. Pascaoperasi
12
7. Glaukoma neovaskular
pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai adanya glaukoma telah rutin dilakukan
setiap kunjungan ke dokter mata. Berikut ini pemeriksaan yang rutin dilakukan
1. Pemeriksaan ketajaman
penglihatan
intraokuler kurang dari 5 mmHg disebut dengan hipotoni dan lebih dari 21 mmHg
seseorang menderita glaukoma, tapi hal ini merupakan faktor resiko yang
dengan kornea yang tipis akan menujukkan hasil yang lebih rendah daripada
13
tekanan intraokuler sebenarnya dan hal ini terbalik pada pasien yang memiliki
kornea yang tebal. Oleh karena perbedaan hasil pengukuran ini, maka pada
penderita yang memiliki ketebalan kornea di bawah 0,5 atau di atas 0,6 mm harus
lebih berhati-hati karena bisa terjadi deviasi hasil pengukuran, baik itu di atas atau
a) Secara palpasi
mata dan teraba fluktuasi pada bagian bawah indentasi maka tekanan
akan semakin dalam pin tonometer akan tertanam dan semakin jauh
contoh pada penurunan rigiditas sklera pada mata miopia akan menyebabkan
pin tonometer tertanam lebih dalam. Oleh karena itu, pada pemeriksaan
applanasi.
14
Gambar. Tonometer Schiotz.
c) Tonometer applanasi
15
Gambar. Hasil Pemeriksaan Tonometer Applanasi.
mengenai membran penerima tekanan pada alat ini. Metode ini tidak
memerlukan anestesi karena tidak ada bagian alat yang mengenai mata
sehingga dengan mudah dipakai oleh teknisi dan berguna dalam program
penyaringan.
ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata, misalnya dengan menggunakan
penglihatan yang tajam dan halus seperti membaca, menonton, dan mengenal
disadari karena lapangan pandang sentral masih dalam keadaan baik pada tahap
awal. Oleh karena itu penting dilakukan pemeriksaan lapangan pandang untuk
dengan tes konfrontasi. Pada kecurigaan adanya hemianopsia homonim kiri atau
16
kanan, dapat dilakukan tes konfrontasi simultan dimana kedua sasaran digerakkan
secara sistematik dari bintik buta. Beberapa perimeter sudah menggunakan sistem
layar, seperti: humprey’s field analyzer, carl zeiss meditec, dan thornwood.
Sementara itu, beberapa yang lain masih bersifat manual dan menggunakan
cahaya yang digerakkan sepanjang layar, seperti: goldman perimeter dan mason.
cekungan yang ada, dan area pucat yang semakin meluas.10 Pada orang normal
rasio cup-diskus optikus sekitar 0,2-0,3. Cup merupakan daerah pada diskus
optikus yang tidak memiliki serat nervus optikus. Pada orang normal, cup
berbentuk oval pada posisi horizontal dengan neural rim terlebar terdapat pada
kuadaran inferior, diikuti bagian superior, nasal, dan temporal. Rasio cup-diskus
di atas 0,6-0,7 merupakan kecurigaan adanya glukoma pada pasien dan ini
bertambah (makin banyaknya serat saraf optikus yang mati) sehingga pasien akan
kebutaan.
17
Selain itu, pada glaukoma letak pembuluh darah dapat bergeser ke arah
a. b.
5. Gonioskopi
Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang
diantaranya terdapat jalinan trabekula. Konfigurasi sudut ini, yakni apakah lebar
(terbuka), sempit, atau tertutup akan menimbulkan dampak penting pada aliran
keluar cairan aqueous. Lebar sudut kamera anterior dapat diperkirakan dengan
pencahayaan oblik kamera anterior dengan sebuah senter tangan atau dengan
struktur sudut. Apabila keseluruhan jalinan trabekula, taji sklera, dan prosessus
iris dapat dilihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis schwalbe atau
18
sebagian kecil dari jalinan trabekula yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit.
a.
b. c.
19
8. Manifestasi Klinis
penumpukan deposit debris lensa pada endotel kornea, edem kornea yang
juga dapat ditemukan pada bilik anterior dan sama seperti yang terjadi
tekanan intraokuler.
2. Glaukoma phakoanafilaktik
hari hingga bulan setelah trauma pada lensa. Protein lensa normalnya
20
terisolasi di dalam kapsul lensa. Jika terjadi ruptur kapsul, sensitisasi
epiteloid dan sel raksasa yang mengelilingi area yang rusak. Peningkatan
3. Glaukoma phakomorfik
dan mendorong bagian perifer iris ke arah depan. Kedua mekanisme ini
5. Glaukoma phakotopik
Subluksasi lensa (ruptur parsial dari zonula) atau dislokasi (ruptur komplit
21
inferonasal), dan ektopia lentis simpel. Pada pemeriksaan slit lamp
9. PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan
intraokular dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk
menjernihkan kornea, menurunkan inflamasi intraokular, miosis, serta mencegah
terbentuknya sinekia anterior perifer dan posterior. Obat-obat yang bisa diberikan
pada penderita glaukoma sebagai berikut:
1. Prostaglandin analog, seperti:
a. Latanaprost (Xalatan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari.
b. Bimanoprost (lumigan)
2. β-Adrenergic antagonist ( β-bloker ), seperti :
Timolol maleate (timoptic) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5%
dan dosis pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi
akuos dan menurunkan TIO 20-30%.
3. Adrenergic agonist
i. Epinefrin (epifrin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5%, 1%,
2% dan dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan
aliran akuos dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. .
ii. Dipivefrin HCl (propin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,1% dan
dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran
akuos dan menurunkan TIO sebesar 15-20%.
4. β2-Adrenergik agonist :
22
Apraclonidin HCl (iopidin) : obat ini mempunyai konsentrasi
0,5%, 1% dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari.
b. Topikal
Dorzolamide (trusopt) : obat ini mempunyai konsentrasi 2% dan
dosis pemakaian 2-3 kali sehari.
23
7. Hiperosmotic agents
a. Mannitol parenteral (osmitrol) :
b. Gliserin (oral) : obat ini mempunyai konsentrasi 50% dan dosis
pemakaian 2gr/kgBB.
B. Non Medikamentosa
Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja.
Indikasi untuk dilakukannya operasi, yaitu:
1. Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai.
2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif
meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah
dilakukan laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya.
3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan
keruksakan diskus yang berat.
3. Trabekulektomi
Trabekulektomi merupakan teknik bedah utnuk mengalirkan cairan
melalui saluran yang ada dan sering dilakukan pada glaukoma sudut
terbuka..
24
Teknik ini dimulai dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu :
eksposure, robekan konjungtiva, flap sklera, parasentesis, sklerostomi,
iridektomi, penutupan flap sklera, pengaturan aliran dan penutupan
konjungtiva.
10. Prognosis
terjadi tidak dapat dihilangkan. Oleh karena itu, tindakan yang dapat kita lakukan
jalan terakhir untuk mempertahankan bagian nervus optikus yang masih ada.
25
Selain itu, deteksi secara dini merupakan langkah yang paling baik sehingga dapat
dilakukan pengobatan secara cepat dan tepat untuk menghindari progresivitas dari
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidarta Ilyas, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung seto.
26