You are on page 1of 40

c c

   



 c  

Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk

meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan salah

satu unsur penting. Gizi kurang pada balita akan menimbulkan gangguan

pertumbuhan fisik dan mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas di masa

dewasa. Keadaan tersebut terjadi karena pada usia tersebut kebutuhan gizi lebih

besar dan balita merupakan tahapan usia yang rawan gizi (1).

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 diperkirakan

sekitar 5 juta anak menderita gizi kurang, 1,5 juta diantaranya menderita gizi

buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi

buruk tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-

kwashiorkor, yang memerlukan perawatan kesehatan yang intensif di Puskesmas

dan Rumah Sakit.

Selama tahun 2007, kasus gizi buruk di Kalsel tercatat 126 kasus. Di

Banjarmasin, tercatat 42 kasus. Di Kabupaten Banjar 25 kasus, Tanah Laut 23

kasus, Barito Kuala dan Hulu Sungai Tengah masing-masing 8 kasus, Hulu

Sungai Utara 5 kasus, Kotabaru 4 kasus, Hulu Sungai Selatan dan Tabalong

masing-masing 3 kasus, Tanah Bumbu 2 kasus, sedangkan Kabupaten Tapin,

Balangan, dan Kota Banjarbaru, masing-masing 1 kasus.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikerdas) Provinsi Kalimantan selatan tahun

2007 menggambarkan bahwa prevalensi gizi buruk dan kurang masih mencapai
26,5%. Sebagian besar kabupaten/kota belum mencapai target nasional perbaikan

gizi tahun 2015 dari target Indonesia (18,5%). Walaupun demikian berdasarkan

Profil kesehatan kota Banjarmasin tahun 2006, jumlah balita yang ditimbang di

Provinsi Kalimantan Selatan hanya sebesar 45,13%, balita yang berat badannya

naik 68,4% dan Balita BGM (bawah garis merah) adalah 4,48%.

POSYANDU atau Pos Pelayanan Terpadu mempunyai peran penting

dalam deteksi dini gizi kurang pada balita. Semua kegiatan Posyandu sangat

tergantung pada Kader Posyandu. Dengan adanya masalah tingginya prevalensi

gizi kurang pada anak balita yang berhubungan dengan tingginya bayi lahir

dengan berat badan rendah (1).

Untuk mengetahui keadaan gizi dan mengenali apakah anak tumbuh

normal. Departemen Kesehatan meluncurkan Kartu Menuju Sehat (KMS) baru

bagi Balita perempuan dan laki-laki, sebagai alat sederhana yang mudah

digunakan di tingkat keluarga (2).

KMS sebagai alat untuk memantau tumbuh kembang anak telah digunakan

dalam kegiatan posyandu di Indonesia sejak tahun 1974. Kegiatan penimbangan

secara rutin dan teratur setiap bulan di Posyandu dapat mendeteksi lebih awal

memburuknya keadaan gizi anak balita tersebut. Anak dengan gangguan gizi

seminggu/sebulan sebelum menjadi malnutrisi maka pertumbuhannya akan

terhenti, sehingga dengan menimbang berat badan anak secara teratur setiap bulan

dan menuliskannya di dalam KMS merupakan salah satu langkah penting untuk

deteksi dini gangguan gizi anak (2).


Selain penimbangan berat badan, KMS juga berfungsi dalam memberikan

informasi tentang tahapan perkembangan, makanan dan pola makan yang

dianjurkan serta jadwal imunisasi dan pemberian vitamin. Namun dalam

pelaksanaannya, penggunaan KMS hanya terbatas untuk mencatat berat badan

anak. Bahkan seringkali KMS tidak dibawa pulang ibu tetapi ditinggal/ disimpan

petugas sehingga fungsi KMS menjadi tidak optimal. Idealnya KMS selalu

dibawa dan disimpan oleh masing masing ibu, sehingga mereka bisa memantau

perkembangan dan pertumbuhan anaknya (2).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka revitalisasi Posyandu harus

mendapat perhatian yang cukup dalam pembangunan gizi dan kesehatan

masyarakat. Untuk menjawab pertanyaan umum tentang berapa persen

masyarakat yang ikut berpartisipasi aktif di Posyandu dan melakukan pemantauan

pertumbuhan anak balita.

c
     

Anak balita dengan gizi kurang atau buruk akan mempengaruhi kualitas

generasi bangsa di masa depan, sehingga perlu dipikirkan bagaimana upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pendeteksian secara dini gangguan gizi pada

balita, salah satunya dengan mengoptimalisasikan penggunaan kartu menuju sehat

dalam pemantauan tumbuh kembang balita.




c c

    

Konsep gizi yang menyatakan bahwa manusia memerlukan zat-zat tertentu

dari makanan dalam jumlah tertentu pula, pada dasarnya adalah konsep abad

modern. Oleh karena itu gizi baru diakui sebagai ilmu pengetahuan (sain) pada

awal abad ke-20 setelah penemuan bidang ilmu lain khususnya di bidang ilmu

kimia, fisiologi (faal), dan penemuan vitamin, protein, dan zat gizi lain yang

menjadi dasar ilmu gizi (1).

Perkembangan ilmu gizi dan teknologi pangan mengikuti perkembangan

masalah yang dihadapi manusia. Dari waktu ke waktu ilmu gizi menghadapi

tantangan untuk dapat menentukan jenis dan kecukupan gizi yang optimal untuk

mendukung kelangsungan hidup manusia yang aktif, cerdas dan produktif.

Dengan tantangan tersebut dan adanya krisis ekonomi yang sampai saat ini masih

banyak dirasakan oleh penduduk miskin, maka perlu revitalisasi Posyandu sebagai

salah satu alternatif untuk pemanatauan pertumbuhan anak Balita (1).

Adanya tantangan perkembangan ilmu dan tuntutan masyarakat akan

pemenuhan zat gizi, maka ilmu gizi semakin bersifat µinterdisiplin¶ sebagai sain

dan aplikasinya dalam pembangunan manusia secara utuh. Dengan demikian

untuk memecahkan masalah gizi dan kemiskinan diperlukan ilmu pertanian,

teknologi pangan, biokimia, biomolekuler, genetika, fisiologi, toksikologi,

epidemiologi serta ilmu sosial dan perilaku (1).


Ada empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu anemia gizi besi (AGB),

Kurang Vitamin A (KVA), Kurang Energi Protein (KEP) dan Gangguan akibat

kurang Iodium (GAKI). Semua masalah gizi tersebut penanganannya terpadu

dilakukan di Posyandu (1).

     

Tahap pertumbuhan anak pada tahun pertama sangat cepat, kemudian

akan berkurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun. Pertumbuhan

akan berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik, pada masa akil balik usia

12-16 tahun pertumbuhannya akan kembali cepat. Pertumbuhan akan kembali

melambat secara berangsur-angsur sampai usia kira-kira 18 tahun akan berhenti

(3).

Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka

disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang

dibutuhkan disebut gizi kurang, sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi

dari yang dibutuhkan disebut gizi lebih. Dalam keadaan gizi yang baik dan sehat

atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila

dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu,

misalnya anak tersebut akan kurus, atau pendek (3).

Pada anak normal pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan

kesehatan yang baik dan gizi seimbang/baik. Salah satu cara terbaik untuk

mengukur kesehatan seorang anak adalah dengan mengukur pertumbuhannya, dan

salah satu cara termudah untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan

menimbang berat badan anak secara teratur dan membandingkannya dengan berat
badan standar sesuai umur. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang paling

banyak digunakan yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan

tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak, seperti

terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang menurun. Sebagai indikator

status gizi, barat badan dalam bentuk indeks berat menurut umur (BB/U) dan berat

menurut tinggi badan (BB/TB) memberikan gambaran keadaan kini (4).

!"!# $  

Yang dimaksud dengan kelompok rawan gizi adalah kelompok masyarakat

yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena

kekurangan penyediaan bahan makanan. Adapun yang termasuk ke dalam

kelompok rawan gizi ialah :bayi umur 0 ± 1 tahun%kelompok balita 1 - 5 tahun%

 kelompok anak sekolah 6 ± 13 tahun.

& !"! '

 Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi, bila

dinyatakan dalam satuan berat badan, karena bayi sedang adalam periode

pertumbuhan yang sangat pesat. Bayi sehat yang dilahirkan dengan berat badan

cukup sekitar 2,5 ± 3,5 kg, maka berat badannya akan naik 300-500 gram per

bulannya (5).

 Makanan bayi yang alamiah adalah ASI yang dianjurkan diberikan kepada

bayi sampai sekitar 2 tahun. Pada umur 2 tahun ASI dihentikan dan makanan

anak diganti dengan jenis makanan orang dewasa yang dikonsumsi oleh

keluarga umumnya. Penggantian ASI dengan makanan untuk orang dewasa


(menyapih) sebaiknya dilakukan secara berangsur-angsur agar anak dan alat

pencernaannya mengadakan penyesuaian sedikit demi sedikit (5).

þ& !"!c  

Anak balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan

yang pesat, namun anak balita justru merupakan kelompok umur yang paling

sering menderita kekurangan gizi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

mengenai hal tersebut, dimana anak balita masih dalam periode transisi dari

makanan bayi ke makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi(5).

& !"!  ! 

 Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang

lebih baik dari kelompok balita, walaupun demikian masih terdapat berbagai

kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misalnya berat badan yang

kurang. Keluhan yang banyak disuarakan oleh kaum ibu mengenai kelompok

umur ini yaitu bahwa mereka kurang nafsu makan, sehingga sulit sekali

disuruh makan yang cukup dan teratur (5).

    " ' 

Proses metabolik anak relatif lebih aktif dibandingkan dengan orang

dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat

badan karena sebagian dari makanan tersebut harus digunakan untuk

pertumbuhan. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang

mengandung cukup kalori, selain kalori dalam makanan harus cukup tersedia

protein, karbohidrat, mineral, air, vitamin dan beberapa asam lemak dalam
jumlah tertentu. Apabila jumlah minimal keperluan tersebut tidak dapat

dipenuhi dalam waktu lama akan timbul gejala gizi kurang (6).

Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap kualitas

generasi mendatang. Anak yang mengalami gizi kurang akan mengalami

gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Beberapa dampak

gizi kurang pada balita antara lain :

- Pertumbuhan fisik terhambat, anak akan mempunyai tinggi badan lebih

pendek.

- Perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, anak akan mempunyai IQ

lebih rendah. Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko

kehilangan IQ 10-13 poin.


-
 Daya tahan tubuh anak menurun sehingga mudah terserang penyakit infeksi,

yang semakin memperburuk keadaan gizi (7).

Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan bentuk malnutrisi yang

terdapat terutama pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di

negara-negara sedang berkembang. Bentuk KEP berat memberi gambaran klinis

yang khas, misalnya bentuk kwashiorkor, bentuk marasmus atau bentuk campuran

kwashiorkor marasmus. Pada kenyataannya sebagian besar penyakit KEP terdapat

dalam bentuk ringan. Gejala penyakit KEP ringan ini tidak jelas, hanya terlihat

bahwa berat badan anak lebih rendah jika dibandingkan dengan anak seumurnya.

Etiologi KEP dibedakan menjadi dua yaitu etiologi langsung dan etiologi

tidak langsung :
a. Penyebab langsung : masukan makanan yang kurang dan penyakit atau

kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorpsi dan lain-

lain. anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh

secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit infeksi.


 Penyebab tidak langsung : faktor ekonomi, faktor perumahan dan sanitasi,

faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan dan

lain-lain.

Faktor etiologi bervariasi sehingga derajat KEP pun bervariasi dari yang

ringan sampai yang berat (marasmus, kwashiorkor dan marasmik-kwashiorkor).

KEP ringan dan sedang merupakan keadaan patologik akibat kekurangan energi

dalam waktu yang cukup lama, meskipun masukan protein dan zat gizi lainnya

mungkin cukup.

Marasmus dimulai dari mengurangnya hingga hilangnya lemak subkutan

yang berlanjut dengan menyusutnya jaringan otot serta organ lain, baik morfologi

maupun fungsinya (dikatakan anak marasmik hidup dari tubuhnya/makan

tubuhnya sendiri).

Kwashirkor dapat terjadi akibat tubuh selalu kekurangan protein dalam diit

dan lebih banyak mendapat diit kaya karbohidrat (energi relatif cukup).

Marasmik-kwashiorkor merupakan peralihan yang terjadi dari kwashiorkor

menjadi marasmus atau sebaliknya, bergantung pada diit yang diperolehnya.

' (   

Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat

termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi


masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Penurunan status gizi

ini dapat terjadi pada kelompok rawan gizi (8).

Untuk mempertahankan status gizi yang baik perlu intervensi gizi melalui

pemberian makanan tambahan (PMT) khususnya kepada keluarga miskin dan

kelompok yang rentan gizi.

Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan

makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,

pola asuh yang tidak memadai (2).

Beberapa penelitian tentang penyebab masalah gizi di Indonesia adalah

sebagai berikut (2) :

1. Pola pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

† Masih rendahnya bayi yang mendapat ASI ekslusif sampai usia 6 bulan.

Berdasarkan SDKI 1995 sekitar 54% ibu yang memberikan ASI secara

ekslusif , dan hasil data dasar ASUH antara 7-13% (2002), beberapa alasan

sehingga tidak semua ibu memberikan ASI pada bayinya adalah jumlah ASI

kurang memadai sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi, tidak

selamanya ibu bersama-sama dengan bayi, pada umumnya faktor pekerjaan,

faktor kesehatan ibu yang kurang memadai, misalnya ibu menderita suatu

penyakit yang dikhwatirkan dapat menular kepad bayinya kemudian alasan

estetika, seorang ibu akan lebih mementingkan keindahan tubuhnya daripada

kesehatan anaknya.
† Setelah bayi lahir, tidak semua ibu memberikan ASI . Hanya sepertiga ibu

yang memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. ASI yang

pertama keluar mengandung kolostrum yang penting bagi pertahanan tubuh

dan perkembangan bayi selanjutnya.

† Bayi sudah diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI pada minggu

pertama setelah kelahiran. Terdapat 26-49% ibu dan 13-33% bidan

memperkenalkan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah

kelahiran.

þ
      

Interaksi ibu dan anak berdampak positif dengan keadaan gizi anak. Anak

yang mendapat perhatian lebih secara fisik maupun emosional, maka keadaan

gizinya lebih baik dibandingkan teman sebayanya yang kurang mendapat

perhatian dari orang tua.


  ) )  " '   

Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa

konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh terhadap status

pertumbuhan anak. Data dasar ASUH 2002, menunjukkan bahwa :

† Balita yang pernah ditimbang sebanyak 60,1%-85,9% dan 30,9-58,8%

diantaranya yang ditimbang secara teratur setiap bulannya.

† Suplementasi kapsul vitamin A diberikan kepada 50,4%-%9% bayi

† Kunjungan neonatal sekitar 21,5%-62,2% dan 31,3%-3,57% bayi yang mendapat

imunisasi campak


(
   

Selain ketidakseimbangan asupan makanan penyakit infeksi juga

mempengaruhi gizi. Kesehatan lingkungan yang baik artinya tersedianya sarana

air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat, akan mengurangi resiko kejadian

penyakit infeksi.

Ä
   "       

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah

keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga

tidak dapat dipenuhi.

  

Status gizi ð utritio l sttus) merupakan ekspresi dari keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari utriture dalam bentuk

variabel tertentu. Dalam pembahasan status gizi ada 3 konsep yang satu sama lain

saling berkaitan. Ketiga konsep itu adalah (9):

1. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses

pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan

produksi energi. Proses ini disebut gizi ( utritio ).

2. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi disatu

pihak dan pengeluaran oleh organisme dipihak lain disebut ´ utriture´.

3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh ³nutriture´ terlihat

melalui variabel tertentu disebut sebagai status gizi ( utritio l sttus).


Oleh karena itu dalam merujuk keadaan gizi seseorang perlu disebutkan

variabel yang digunakan dalam penentuan, misalnya tinggi badan (TB) atau

variabel pertumbuhan lainnya. Variabel yang digunakan dalam menentukan status

gizi disebut indikator status gizi (9).

Pemeriksaan status gizi dilakukan dengan 2 metode yaitu metode langsung

dan metode tidak langsung. Metode langsung antara lain pemeriksaan

antropometri, tanda-tanda klinis, biokimiawi dan biofisik. Sedangkan pemeriksaan

dengan metode tidak langsung yaitu dengan melihat statistik vital, konsumsi

makanan dan faktor ekologi (7).

Perbedaan antara status gizi dan indikator status gizi yaitu bahwa indikator

status gizi memberikan refleksi tidak hanya status gizi tetapi refleksi dari

pengaruh-pengaruh faktor non gizi. Oleh karena itu indikator yang digunakan

walaupun sensitif tetapi tidak selalu spesifik untuk status gizi (7).

Klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku. Baku antropometri yang

sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO NCHS. Berdasarkan baku Harvard

status gizi dapat dibagi menjadi empat, yaitu (8):

1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.

2. Gizi baik untuk well ourished

3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM

( rotei Clori Ml utritio )

4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmus-kwashiorkor

dan kwashiorkor.
Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat

Depkes RI tahun 1999.

 ! * !)"! +&

Gizi lebih > 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi baik 80 %-120% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi sedang 70%-79,9% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi kurang 60%-69,9% Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

*) Laki-laki dan perempuan sama

Klasifikasi menurut WHO8 :

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi

Normal Rendah Rendah Baik, Pernah Kurang

Normal Normal Normal Baik

Normal Tinggi Tinggi Jangkung

Rendah Rendah Tinggi Buruk

Rendah Rendah Normal Buruk, Kurang

Rendah Normal Tinggi Kurang

Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas

Tinggi Tinggi Normal Lebih, tanpa obesitas

Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah obesitas


#(c 

Untuk melakukan deteksi pertumbuhan seorang anak diperlukan 2

komponen penting yaitu pengukuran antropometri dan kurva pertumbuhan sebagi

baku.

 !"! 

Antropometri telah lama dikenal sebagai indikator sederhana untuk

menilai status gizi perorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri

dapat dilakukan oleh siapa saja yaitu dengan latihan yang cepat dan sederhana.

Indikator antropometri pada umumnya dianggap sebagai alat pengukur

status gizi yang amat sensitif. Tingginya sensitivitas ini ditunjukkan dengan fakta

proses penyesuaian terhadap kekurangan gizi menyangkut terhambatnya

pertumbuhan tubuh serta penggunaan lemak dan otot. Akibat dari kekurangan gizi

terjadi pada tahap awal dan makin berat apabila kekurangan itu makin meningkat,

artinya respon terhadap kesenjangan gizi berlaku cepat dan berkelanjutan,

meskipun harus diingat bahwa tidak semua indeks antropometri mempunyai

sensitivitas sama untuk perubahan keadaan gizi.

Ukuran-ukuran tubuh (antropometri) merupakan refleksi dari pengaruh

faktor genetik dan lingkungan seperti konsumsi makanan dan penyakit infeksi.

Keadaan pertumbuhan seseorang erat kaitannya dengan masalah konsumsi energi

dan protein, sehingga ukuran-ukuran sederhana tubuh dijadikan refleksi keadaan

pertumbuhan misalnya berat badan dan tinggi badan. Hal ini dapat digunakan

untuk menilai gangguan pertumbuhan dan keadaan kurang gizi akibat defisiensi
energi atau protein. Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat

memberi gambaran status energi dan protein seseorang (status gizi) (6).

Beberapa macam antropometri yang digunakan antara lain : Berat Badan

(BB), Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB), Lingkaran Lengan Atas

(LLA), Lingkaran Kepala (LK), Lingkaran Lengan Dada (LD), dan lapisan Lemak

Bawah Kulit (LLBK). Di Indonesia, jenis antropometri yang banyak digunakan

adalah BB dan TB, pada umumnya dilakukan pada anak-anak di bawah lima

tahun (balita). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri

disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain seperti : BB/U,

PB/U atau TB/U, BB/TB atau BB/P (7).

   !"!  


 c   

Berat badan merupakan ukuran antropometik yang terperpenting dipakai

pada kesempatan pemeriksaan kesehatan anak pada semua kelompok umur.

Berat badan merupakan hasil peningkatan/ penurunan semua jaringan yang

ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-

lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator pada saat ini untuk

mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap

perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan dapat diulangi dan dapat

ditimbang dengan alat relatif murah. Kerugian indikator berat badan ini

tidak sensitif terhadap proporsi tubuh misalnya pendek gemuk atau tinggi

kurus.
þ
 ,   -   

Panjang badan/Tinggi badan merupakan ukuran antropometri kedua yang

terpening. Keistimewaannnya adalah ukuran panjang/tinggi badan pada

masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai.

Walaupun kemudian tinggi badan ini berfluktuasi dimana tinggi badan

meningkat pesat pada masa bayi kemudian melambat dan menjadi pesat

kembali (olese e growth spurt), selanjutnya melambat lagi dan akhirnya

berhenti pada umur 18-20 tahun. tulang-tulang anggota gerak berhenti

bertambah panjang.


   "  

Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakaranial, dipakai untuk

menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal, maka

kepala akan kecil, sehingga lingkar kepala akan lebih kecil dari normal

(mikrosefal) Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada aliran cairan

serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala,

sehingga lingkaran kepala akan lebih besar dari normal (makrosefal).

(
     

Lingkaran lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan

otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingan

dengan berat badan. Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/keadaan

tumbuh kembang pada kelompok usia pra sekkolah.


Ä
 "  

Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular merupakan

refeleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit, yang mencerminkan

kecukupan energi. Dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya kadaan gizi lebih,

khususnya pada kasus obesitas.

c " ! 

Bebertapa baku antropometrik berat badan dan tinggi badan yang

dikenal saat ini adalah sebagai berikut


 c c! !  . 

Baku Harvard disusun berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian

Stuart (1930-1939) pada sejumlah anak Kaukasia dengan gisi relatif baik di

Ameriksa Serikat. Baku Harvard dipergunakan secara luas pada kartu

pertumbuhan di Amerika Latin dan Asia.


 c  

Data yang dipergunakan pada baku Tanner diperoleh dari penelitian di

berbagai negara di Eropa yaitu Perancis, Belanda, Swedia, Swiss, dan

Inggris. Baku Tanner ini dipakai sebagai baku pertumbuhan untuk Inggris

oleh International Children.s Centre UK Study. David Morley, tahun 1975

menggunakan baku Tanner untuk menyusun kartu pertumbuhan anak

pertama yang dikenal dengan Koo to Helth Chrt.

i
 "  ! 

Jumadias tahun 1964 mengumpulkan data berat dan tinggi badan anak usia

6-18 tahun dengan menggunakan persentil. Berdasarkan penelitian tersebut


didapatkan persentil ke-50 Jumadias berada di bawah 80% persentil ke-50

NCHS. Sedangkan persentil ke-90 Jumadias berada pada persentil ke-50

NCHS.

Husaini YK, dkk, mengumpulkan data berat dan panjang badan bayi usia 0-

12 bulan serta berat dan tinggi badan anak usia 12-60 bulan di Klinik gizi

Bogor periode 1970-1984 sebagai bahan referensi antropometrik nasional.


c *

Baku NCHS pertama tahun 1977 disusun berdasarkan data berat badan,

tinggi badan pada populasi di Amerika sejak tahun 1860 yang dikumpulkan

oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) secara

berkala. Baku NCHS ini dipakai oleh WHO.


 **þ 

Kurva CDC, dipublikasikan pada bulan Mei 2000, merupakan

perbaikan/revisi dari Kurva yng dibuat olleh National Center for Health

Statistics (NCHS) pada tahun 1977 dan terdapat tambahan berupa Kurva

Indeks Masa Tubuh terhadap umur. CDC menganjurkan penggunakan kurva

IMT/U untuk semua anak berusia 2 samapi 20 tahun menggantikan kurva

sebelumnya (1977) berat terhadan umur

 #(c   (   ( /   (,

 &

David Morley merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan

anak yang disebut ³ road to health chart´ pada tahun 1975 di desa Imesim Nigeria.

Kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak berusia 0-5 tahun. Kartu ini
juga dilengkapi dengan beberapa atribut penyuluhan dan catatan yang penting

untuk diingat dan diperhatikan oleh ibu/ petugas kesehatan, antara lain riwayat

kelahiran, imunisasi, pemberian ASI, dll.7 Oleh UNICEF kartu ini diadopsi

sebagai komponen integral pada pelayanan kesehatan primer secara menyeluruh

yang sangat bermanfaat bagi negara-negara berkembang.

Garis acuan yang digambarkan pada KMS Morley dipakai persentil sesuai

dengan International Children¶s Centre UK Study yaitu sebagai berikut:

a. Garis atas adalah persentil ke-50 berat badan rata-rata untuk laki-laki

b. Garis bawah adalah persentil ke-3 berat badan anak wanita.

KMS yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan perbaikan yang

dilakukan pada tahun 1995, dimana Standar Harvard diganti dengan standar

WHO-NCHS, Grafik pada KMS dimulai dari yang terkecil 70% (garis merah)

sampai dengan sebesar 120% baku Median Standar WHO-NCHS.


Pengukuran status gizi dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat)

1) Definisi

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan

murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.

Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu

dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,

termasuk bidan dan dokter.


KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga

untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau

ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.

KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan

untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan

gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan-

nya.

KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,

imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan

anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian

makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang

tua balita tentang kesehatan anaknya.

2) Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat)

Manfaat KMS adalah :

a) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara

lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,

penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian

ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

b) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

c) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk

menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

3) Cara Memantau Pertumbuhan Balita


Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil

penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil

penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan

sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik

pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,

mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya

a) Balita naik berat badannya bila :

(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

(2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

Indikator KMS bila balita naik berat badannya

b) Balita tidak naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar, atau garis

pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.


Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami

gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung

dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah

d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita

mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke

Puskesmas/ Rumah Sakit.


Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil

e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan

f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna

atau pindah ke pita warna diatasnya.


Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat

b. Pengukuran status gizi dengan NCHS

Kriteria keberhasilan nutrisi ditentukan oleh status gizi :

1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO ± NHCS.

2) Gizi kurang, jika berat badan menurut umur 61% sampai 80% standart WHO ±

NHCS.

3) Gizi buruk, jika berat badan menurut umur ” 60% standart WHO ± NHCS.

Rumus Antropometri pada anak :

1) Berat badan

Umur 1 ± 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8

2) Tinggi badan

Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir

Umur 2 ± 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77


0 1  # /01 &

Penyelenggaraan posyandu (11)

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu

merupakan wahana kegiatan keterpaduan KB-kesehatan ditingkat kelurahan atau

desa, yang melakukan kegiatan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA,

Imunisasi dan penanggulangan diare (11).

Adapun pengertian mengenai posyandu bayak para ahli mengemukakan

sangat berpariasi tergantung dari sudut mana memandangnya. Secara sederhana

yang di maksud dengan posyandu adalah: ³pusat kegiatan dimana masyarakat

dapat sekaligus memperoleh pelayanan Kb-kesehatan´.

Dari aspek prosesnya maka pengertiannya adalah sebagai berikut:

³merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan,

khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi

setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal´.

Posyandu apabila dipandang dari hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan,

adalah: ³forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-

upaya kesehatan yang propesional kepada masyarakat sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat´.

, "'  !'  

Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk:

1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.

2. Mempercepat penerimaan NKKBS.


3.Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatankegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan

kebutuhan.

'  !'  

Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, pos

KB desa, pos kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu

sebaiknya melayani seratus (100) balita/700 penduduk atau disesuaikan dengan

kemampuan petugas dan keadaan setempat, geografis, jarak antara rumah, jumlah

kepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya.

Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh

masyarakat dan ditentukan sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat

dilaksanakan dipos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa,

tempat pertemuan RK/RT atau ditempat khusus dibangun masyarakat.

Penyelenggaraan dilakukan dengan ³pola lima meja´ sebagaimana

diuraikan antara lain:

Meja 1: pendaftaran

Meja 2: penimbangan bayi dan anak balita

Meja 3: pengisian KMS (kartu menuju sehat)

Meja 4: peyuluhan perorangan

- Mengenai balita berdasarkan penimbangan, berat badan yang naik/tidak naik,

diikuti dengan pemberian makanan tambahan, pralit dan vitamin A dosis tinggi.

- Terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian zat gizi.

- Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemberian


kondom, pil ulangan atau tablet busa.

Meja 5: Pelayanan tenaga propesional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi

dan pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

 #  

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kegiatan di Posyandu, dimana

anggotanya berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakata itu sendiri dan

bekerjasama secara sukarela. Secara umum istilah kader kesehatan yaitu

kaderkader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu.

Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan

antara lain:

L. A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan: ³kader

kesehata dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela

yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat´.

Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader:

³Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh

masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela´.

, "   

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dibidang

kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat

bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu

sendiri.

Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat

secara aktip dan bertanggung jawab. Keikut sertaan masyarakat dalam


meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adaya

dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber

daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini

merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan.

Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-

rata tingkat desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan

tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:

a. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatanterhadap

diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhan dan lain-lain.

b. Penimbangan dan penyuluhan gizi.

c. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi,

pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya

menanamkan NKKBS.

d. Peyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya

menamakan NKKBS.

e. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan,

pembuatan jamban keluarga da sarana air sederhana.

f. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.

2. Dari Segi Kemasyarakatan

Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat. Dalam

upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan

keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikut sertakan masyarakat


dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan

membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif

yaitu, berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan

dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.

Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama

ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan

demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapai juga

merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanay kader,

maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat

adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan

pembangunan dalam bidang kesehatan.

   

Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya

kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan

kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik

menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua

pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut

didalam maupun diluar Posyandu antara lain:

a. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:

- Melaksanan pendaftaran.

- Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.

- Melaksanakan pencatatan hassil penimbangan.


- Memberikan penyuluhan.

- Memberi dan membantu pelayanan.

- Merujuk.

b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:

1. Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan

diare.

2. Mengajak ibi-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.

3. Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan

permasalahan yang ada:

- pemberantasan penyakit menular.

- Penyehatan rumah.

- Pembersihan sarang nyamuk.

- Pembuangan sampah.

- Penyediaan sarana air bersih.

- Menyediakan sarana jamban keluarga.

- Pembuatan sarana pembuangan air limbah.

- Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.

- P3K

- Dana sehat.

- Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Peranan Kader diluar Posyandu KB-kesehatan:

- Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survey

mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan


masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan

penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas

pembagian tugas menurut jadwal kerja.

- Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat

peraga dan percontohan.

- Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotng ronyong,

memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan

dilaksanakan dan lain-lain.

- Memberikan pelayanan yaitu, :

! Membagi obat

! Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan

! Mengawasi pendatang didesanya dan melapor

! Memberikan pertolongan pemantauan penyakit

! Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya

- Melakukan pencatatan, yaitu:

! KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb

! KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya

! Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang

diimunisasikan

! Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang

naik timbangan

! Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk

- Melakukan pembinaan mengenai laima program keterpaduan KB-kesehatan


dan upanya kesehatan lainnya.

- Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK atau

diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan

informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan.

- Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.

- Melakukan pertemuan kelompok.

'  ,  

Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan

masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader

yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader

yang merupakan pilihan masyarakat dan memdapat dukungan dari kepala desa

setempat kadang-kadang tidak gampang.

Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui

musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga

mendukung. Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat

dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.

- Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia

- Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader

- Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.

- Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya

- Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader

lainnya dan berwibawa

- Sanggup membina paling sedik 10 KK untuk meningkatkan keadaan


kesehatan lingkungan

- Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunayai keterampilan

Pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader antara lain:

- Berasal dari masyarakat setempat.

- Tinggal di desa tersebut.

- Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.

- Diterima oleh masyarakat setempat.

- Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain.

- Sebaiknya yang bisa baca tulis.

Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas

dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain,

sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta

mempunya krebilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat,

memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca

tulis, sanggup membina masayrakat sekitarnya.

Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya

meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam

bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu.

Adapun tugas kader adalah:

1. Melakukan penyuluhan gizi

2. Memberikan paket pertolongan gizi


3. Memberitahukan ibu-ibu tentang waktu dan tempat kegiatan penimbangan

dilaksanakan dan mengajak untuk membawa bayi-bayi, batita dan balitanya

datang ke pos pelayanan gizi ke posyandu

4. Mengunjungi serta menggerakan ibu-ibu yang tidak membawa anaknya pada

penimbangan pertama maupun penimbangan selanjutnya.

Secara teknis, pelaksanaan penyuluhan di Posyandu yang bisa dilakukan

oleh kader adalah:

a. Pesan penyuluhan dilaksanakan berdasarkan hasil penimbangan balita

b. Penyuluhan kelompok di Posyandu dengan materi GAKI, anemia, KEP, KVA,

PUGS, dll

c. Metode penyuluhan ceramah, demonstrasi, peragaan, simulasi, pameran, dll

d. Media yang digunakan antara lain: media simulasi UPGK, lembar balik MKS,

poster, bahan makanan sumber vitamin A dan besi, kapsul vitamin A, kapsul

minyak beryodium

e. Waktu: setiap jadwal penimbangan di Posyandu

f. Pencatatan dan pelaporan: menggunakan R1 Gizi, F1 gizi dan buku kegiatan

Posyandu

g. Tenaga penyuluh adalah kader atau tenaga kesehatan dan tenaga sektor lain

terkait.

#.  !' 

Tujuan dan Sinerginya Dalam Pembangunan Gizi


Dalam pemantauan pertumbuhan anak berbasis klinik, ada beberapa

masalah penting yang dapat merupakan faktor penentu gagalnya program PSG.

Adapun faktor-faktor tersebut adalah :

(1) Frekuensi kehadiran menunjukkan masih adanya ibu yang menimbangkan

anaknya tidak secara rutin. Disamping itu ibu tidak mau menimbangkan anaknya

karena takut ketularan penyakit dari kantong yang digunakan untuk penimbangan

anak.

(2) Timbangan yang digunakan tidak pernah diperiksa ketepatannya.

(3) Pada waktu penimbangan tidak dilakukan perintah agar anak mengenakan

pakaian seminim mungkin. Hal ini dilakukan agar anak tidak menangis.

(4) Penimbangan tidak dibaca pada 100 gram terdekat.

(5) Pada pencatatan berat badan (BB) kadang-kadang diisi tidak sesuai dengan

umur. Demikian juga titik-titik BB tidak dihubungkan.

(6) Tidak dilakukan konsultasi tentang BB maupun kurva pertumbuhan anak

kepada ibu.

Sementara pada beberapa Posyandu di perdesaan masih banyak kejadian

seperti :

(1) KMS ditinggal di Posyandu atas permintaan ibu-ibu karena takut hilang.

(2) Tidak ada tindak lanjut bila ada pertumbuhan terhambat kecuali pada anak

dengan status BGM.

(3) Sistem rujukan maupun PMT hanya untuk BGM dengan kelainan atau

komplikasi.
(4) Beberapa Posyandu pengobatan maupun imunisasi dilakukan di tempat bidan

desa.

(5) Penggunaan sistem informasi hanya merupakan sekedar laporan tidak

digunakan ditempat.

Sampai saat ini pelaksanaan pemantauan status gizi dan kesehatan anak

masih terfokus pada Posyandu. Namun belakangan ini kepopuleran Posyandu

mulai menurun seiring dengan kesibukan dan keterbatasan waktu para kadernya.

Akibatnya kegiatan Posyandu yang semula terdiri dari lima meja menjadi

seadanya meja di tempat Posyandu dilaksanakan.

µTempat¶ (=Puskesmas, Polindes, dan Posyandu) adalah jalur yang

digunakan untuk menyalurkan produk (dalam hal ini Growth Monitoring and

Promotion = GMP) kepada masyarakat dan tempat dimana µGMP¶ dilaksanakan.

Penyediaan dan pelaksanaan µGMP¶ tidak hanya melibatkan sistem pengadaan

peraturan dan kebijakan, tapi juga membutuhkan upaya tenaga kesehatan (Nakes)

dan Kader; kerabat / keluarga dan tetangga pengguna produk µGMP¶. Selain

µTempat¶ yang berupa Puskesmas, Polindes, dan Posyandu, jalur yang digunakan

untuk menyalurkan produk (GMP) kepada masyarakat ini dapat berupa µOrang¶

seperti dukun bayi yang membagikan oralit; atau Guru SD yang memberikan

imunisasi.

Dengan adanya krisis ekonomi maka perlu pemulihan fungsi utama

Posyandu, yaitu kegiatan memonitor pertumbuhan anak Balita melalui

pemantauan peningkatan berat badan anak. Jadi bukan untuk pelayanan kesehatan

ibu dan anak (KIA) yang banyak ragam atau jenis pelayanan yang semuanya akan
membuat kejenuhan dan kerepotan para kader Posyandu. Sebaliknya para kader

Posyandu dituntut untuk mampu menangani masalah kesakitan µakut¶ pada anak

Balita sehingga mereka harus mengetahui bagaimana managemen anak balita

yang sakit secara terpadu di Posyandu dan Polindes tempat Bidan Desa

melaksanakan tugas pelayanannya.


c c



Gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

yang mempengaruhi pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kualitas

sumberdaya manusia. Pemantauan pertumbuhan dengan melakukan

penimbangan bulanan menggunakan KMS merupakan suatu cara sederhana

namun mempunyai arti penting untuk mengetahui secara dini dan mencegah

terjadinya gangguan pertumbuhan. Untuk itu diperlukan peran aktif kader

posyandu untuk dapat melakukan deteksi dini gizi kurang pada balita.

You might also like