You are on page 1of 1

Bengkoang ()

Tahun 2000 lalu, ketika banyak orang memusatkan perhatian pada bakal datangnya
milenium baru, saya justru kena musibah. Hampir sepanjang tahun itu, bisul selalu
menyerang tubuh saya.

Penyakit yang konon disebabkan oleh darah kotor ini tumbuh silih berganti di sekujur tubuh
saya. Ibarat tentara, mereka seperti pa sukan Sekutu yang menyerang Irak dari segala
penjuru, tanpa pernah khawatir kehabisan pasokan logistik.

Bisul itu tumbuh di pantat, kaki, tangan, bahkan kepala. Tentu saja saya pusing tujuh
keliling menghadapi serangan ini. Betapa tidak, satu bisul sembuh, yang lainnya tumbuh.
Berbagai upaya sudah dicoba untuk menghentikan berkembangnya bisul-bisul tak diundang
itu. Namun hasilnya nihil. Di antara terapi yang pernah saya lakukan, menyisipkan garam
setelah bisul pecah. Toh, usaha terakhir yang lumayan menyiksa ini pun tak banyak
membantu.

Akhirnya, di tengah keputusasaan, saya mendatangi bidan desa. Sialnya, (barangkali sudah
menjadi nasib saya untuk selalu bisulan) stok obat bisul di Puskesmas sedang habis tak
bersisa. Alih-alih memberi obat pengganti, Bu Bidan malah menyarankan saya untuk rajin
mengonsumsi bengkoang yang pohonnya banyak tumbuh di desa saya. Karena sudah putus
asa, saran itu kujalani juga.

Ajaibnya, entah karena sudah bosan menghinggapi saya atau ada sebab musabab lainnya,
bisul-bisul itu pelan-pelan menghilang, tak lagi tumbuh di tubuh saya. Peristiwa itu terjadi
sejak saya rajin makan bengkoang. Mungkinkah bengkoang bisa digunakan sebagai
pembersih darah, di samping khasiatnya yang telah tersohor sebagai pemutih kulit? Untuk
memastikannya, tentu perlu diadakan penelitian medis lebih lanjut.

You might also like