You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Arsitektur Tradisional Bali merupakan perwujudan keindahan manusia
dan alamnya yang mengeras ke dalam bentuk-bentuk penggunaan dengan ragam
hias yang dikenakannya. Benda-benda alam yang diterjemahkan ke dalam bentuk-
bentuk ragam hias, tumbuh-tumbuhan, binatang, unsur alam, nilai-nilai agama dan
kepercayaan disarikan ke dalam suatu perwujudan keindahan yang harmonis.
Bentuk-bentuk hiasan, tata warna, cara membuat dan penempatannya
mengandung arti dan maksud-maksud tertentu. Hiasan bentuk dalam pola-pola
yang memungkinkan penempatannya di beberapa bagian tertentu dari bangunan
atau elemen-elemen yang memerlukan hiasan.
Ciri-ciri hakiki dari benda-benda alam yang dijadikan bentuk-bentuk
hiasan masih menampahkan identitas walaupun diolah dalam usaha penonjolan
nilai-nilai keindahannya.
Dalam pengertian tradisional, bumi terbentuk dari lima unsur yang disebut
Panca Mahabuta, apah (air/zat cair), teja (sinar), akasa (udara), pertiwi (tanah
bebatuan/zat padat), unsur-unsur tersebut melatar belakangi perwujudan bentuk-
bentuk hiasan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Ornamemen apa saja yang biasanya digunakan dalam Arsitektur
Tradisional Bali?
2. Bagaimana penempatan ornamennya pada Arsitektur Tradisional Bali?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui dalam
mengenal ornament-ornamen yang biasa disunakan pada Arsitektur Tradisional
1
Bali. Karena ragam hias tersebut memiliki makna-makna tertentu dan menmbah
nilai estetika pada bangunan Tradidional Bali itu sendiri.

I.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat dibuatnya makalah ini adalah diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan dalam merencanakan Arsitektur Tradisional Bali.

I.5 BATASAN MASALAH


Pada laporan penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah Ragam Hias
Arsitektur Tradisional Bali.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pendahuluan

Ragam hias dalam bangunan-bangunan tradisional mengandung arti dan


maksud-maksud tertentu. Penyajian keindahan, ungkapan simbol-simbol dan
penyampaian komunikasi merupakan maksud dan arti ragam hias pada bangunan-
bangunan, peralatan dan perlengkapan.
Demikian penulis mengambil contoh ragam hias pada bangunan
tradisional bali ‘BALE UMAT PESAMUAN’ yang terletak di Pura Bukit
Dharma atau Pura Durga Kutri di di Banjar (Dusun) Kutri, Desa Buruan,
Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

3
4
PATRA PAE
Mengambil bentuk tumbuh-tumbuhan sejenis kapu-kapu yang dipolakan dalam
bentuk berulang berjajar memanjang.

PATUNG NAGA
Perwujudan Ular Naga dengan mahkota kebesaran hiasan gelung kepala,
bebadong leher anting-anting telingan rambut terurai, rahang terbuka taring gigi
runcing lidah api bercabang. Patung Naga sikap tegak bertumpu pada dada, ekor
menjulang ke atas gelang dan permata di ujung ekor. Patung naga sebagai
penghias bangunan ditempatkan sebagai pengapit tangga menghadap ke depan
lekuk-lekuk ekor mengikuti tingkat-tingkat tangga ke arah atas.
Pemakaian patung Naga dalam fungsinya sebagai hiasan dan stabilitas losofis
dinamis. Untuk fungsi ritual Patung Naga bersayap juga digunakan untuk pratima
sebagai simbol pemujaan yang disakralkan.

5
MURDHA BAJRA
Murdha Bajra ini diambil dari nama bahasa Negara asalnya, yaitu India.
Divariasikan dari gabungan bentuk yang dirangkai dalam satu kesatuan serasi
dengan mewujudkan identitas baru.

ARCA MANUSIA
Arca manusia tersebut diambil dari bentuk seorang wanita yang sedang membawa
guci di kepalanya.

PATUNG SINGA
Wujudnya singa bersayap yang juga disebut Singa Ambara Raja. Dalam keadaan
sebenarnya tidak bersayap. Patung Singa bersayap untuk keagungan keadaan
sebenarnya tidak bersayap. Patung singa difungsikan juga untuk sendi alas tugeh
seperti patung Garuda. Bahannya dari kayu jenis kuat, keras dan awet. Patung
singa digunakan pula untuk sendi alas tiang pada tiang-tiang struktur atau tiang-
tiang jajar dengan bahan dari batu padas keras, atau batu karang laut yang putih
masif dan keras. Patung singa bersayap juga dibuat sebagai kerajinan seni ukur
untuk benda-benda souvenir dari ukuran kecil untuk hiasan meja sampai ukuran

6
besar untuk hiasan ruang. Bahannya dari batu padas kelabu atau kayu jenis keras
yang awet, tanpa atau dengan pewarnaan.
Patung-patung singa bersayap ada pula yang disakralkan untuk Pratima sebagai
simbol-simbol pemujaan. Untuk petualangan sebagai tempat-tempat pembakaran
mayat dalam upacara ngaben selain patung lembu, patung singa juga dipakai
dengan perwujudan dan hiasan sementara yang ikut terbakar bersama pembakaran
mayat di badan Petualangan Patung Singan.

PATRA CINA
Patra Cina diambil dari nama negara asalnya, yaitu China. Divariasikan dari
gabungan patra yang dirangkai dalam satu kesatuan serasi dengan mewujudkan
identitas baru.

KARANG GAJAH
Disebut pula karang asti karena asti adalah gajah. Bentuknya mengambil bentuk
gajah yang diabtrakkan sesuai dengan seni hias yang diexpresikan dengan bentuk
kekarangan. Karang asti yang melukiskan kepala gajah dengan belalai dan taring
gadingnya bermata bulat. Hiasan flora Patra Punggel melegkapi ke arah sisi pipi

7
asti. Sesuai kehidupannya gajah di tanah karang asti ditempatkan sebagai hiasan
pada sudut-sudut bebaturan di bagian bawah.

KAKUL KAKULAN
Mengambil bentuk kakul yang dipolakan dalam bentuk berulang berjajar
memanjang.

KARANG SIMBAR
Karang Simbar dari jenis flora. Karang simbar, suatu hiasan rancangan yang
mendekati atau serupa dengan tumbuh-tumbuhan lekar dengan daun terurai ke
bawah yang namanya simbar manjangan. Karang simbar dipakai untuk hiasan-
hiasan sudut bebaturan di bagian atas pada pasangan batu atau tatahan kertas
pada bangunan pada bangunan bade wadah, bukur atau hiasan-hiasan sementara
lainnya.

8
KARANG GOAK
Bentuknya menyerupai kepala burung gagak atau goak. Disebut pula karang
manuk karena serupa pula dengan kepala ayam dengan penekanan pada paruhnya.
Karang goak dengan paruh atas bertaring dan gigi-gigi runcing mata bulat. Sesuai
dengan kehidupan manuk atau gagak sebagai binatang bersayap, hiasan
Karangmanuk yang juga disebut Karang Goak ditempatkan pada sudut-sudut
bebaturan di bagian atas. Karang Goak sebagai hiasan bagian pipi dan kepalanya
dilengkapi dengan hiasan patra punggel. Karang Goak umumnya disatukan
dengan karang Simbar dari jenis flora yang ditempatkan di bagian bawah Karang
Goak.

9
BAB III
PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah yang saya buat ini, ornament adalah bagian
salah satu bagian terpenting dari Arsitektur Tradisional Bali karena hampir di
setiap bangunan Arsitektur Tradisional Bali menggunakan ornament-ornamen
tersebut sebagai identitas dari arsitektur tradisional itu sendiri. Karena
ornament juga menambah kesan estetis dari sebuah bangunan.

2.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu diperlukan adanya saran dan kritik dari para pembaca maupun dari semua
yang ingin meningkatkan ilmu pengetahuan di dalam bidang arsitektur,
khususnya dalam Arsitektur Tradisional Bali.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Kebudayaan dan Parawisata. 2002. Arsitektur
Tradisional Bali. Bali

10

You might also like