You are on page 1of 12

1

STUDI KASUS
(John W. Creswell)
Oleh Yani Kusmarni

Creswell dalam bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And


Research Design” mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu: biografi,
fenomenologi, grounded theory study, studi kasus dan etnografi. Salah satu
tradisi yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah studi kasus yang telah lama
dipandang sebagai metode penelitian yang “amat lemah”. Para peneliti yang
menggunakan studi kasus dianggap melakukan “keanehan” dalam disiplin
akademisnya karena tingkat ketepatannya (secara kuantitatif), objektivitas dan
kekuatan penelitiannya dinilai tidak memadai.1 Walaupun demikian, studi kasus
tetap dipergunakan secara luas dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, baik dalam
bidang psikologi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, sejarah dan ekonomi
maupun dalam bidang ilmu-ilmu praktis seperti pendidikan, perencanaan wilayah
perkotaan, administrasi umum, ilmu-ilmu manajemen dan lain sebagainya.
Bahkan sering juga diaplikasikan untuk penelitian evaluasi yang menurut
sebagian pihak merupakan bidang metode yang sarat dengan kuantitatifnya.
Semuanya ini merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dipertanyakan
bahwa apabila studi kasus itu memiliki kelemahan, mengapa para peneliti
menggunakannya ?. Oleh karena itu makalah ini akan mengkaji: Apakah itu studi
kasus ?; Bagaimana menggunakan teori dan pertanyaan penelitian dalam studi
kasus ?; Bagaimana pengumpulan data studi kasus ?; Bagaimana analisis data
studi kasus ?; Bagaimana penulisan laporan studi kasus ?; Bagaimana melakukan
standar kualitas dan verifikasi dalam studi kasus ? berdasarkan buku John W.
Creswell.

Apakah Studi Kasus itu ?

Creswell memulai pemaparan studi kasus dengan gambar tentang


kedudukan studi kasus dalam lima tradisi penelitian kualitatif yang dikemukakan
Foci berikut ini:

1
Dapat dilihat di buku Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods.
(Washington : COSMOS Corporation, 1989), hlm. 1
2

A Case Study

A Case
A Portrait

Cultural Group
Individual

An Ethnography

A Biography A Theory

A Concept or
Phenomenon
A Ground Theory
A Phenomenology

Dari gambar di atas dapat diungkapkan bahwa fokus sebuah biografi


adalah kehidupan seorang individu, fokus fenomenologi adalah memahami
sebuah konsep atau fenomena, fokus suatu teori dasar adalah seseorang yang
mengembangkan sebuah teori, fokus etnografi adalah sebuah potret budaya dari
suatu kelompok budaya atau suatu individu, dan fokus studi kasus adalah
spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang mencakup individu,
kelompok budaya ataupun suatu potret kehidupan.2 Lebih lanjut Creswell
mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus yaitu : (1)
mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi; (2) Kasus tersebut merupakan
sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan tempat; (3) Studi kasus
menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya untuk
memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons dari suatu
peristiwa dan (4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan
“menghabiskan waktu” dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu
kasus.3 Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah
objek studi (Stake, 1995) maupun mempertimbangkannya menjadi sebuah
metodologi (Merriam, 1988).

Berdasarkan paparan di atas, dapat diungkapkan bahwa studi kasus


adalah sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat” atau “suatu
kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data
yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam

2
Gambar diambil dari buku John W.Creswell, Qualitative Inquiry and Research
Design: Choosing Among Five Tradition. (London: SAGE Publications, 1998), hlm. 37-38
3
Ibid, hlm. 36-37
3

suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan
kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu.4
Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti
menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan
(program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan
informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data selama periode tertentu.

Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih


studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah
program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi:
observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan. Konteks
kasus dapat “mensituasikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting
fisik maupun setting sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan fokus di
dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi
(studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan
menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut
(studi kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus
hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif.5 Untuk itu Lincoln Guba
mengungkapkan bahwa struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu
dan pelajaran yang dipelajari.6

Menurut Creswell, pendekatan studi kasus lebih disukai untuk


penelitian kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman
dan detail suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus.7 Oleh
karena itu penelitian studi kasus membutuhkan waktu lama yang berbeda
dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya.8 Tetapi pada saat ini, penulis studi kasus dapat
memilih pendekatan kualitatif atau kuantitatif dalam mengembangkan studi
kasusnya. Seperti yang dilakukan oleh Yin (1989) mengembangkan studi kasus
kualitatif deskriptif dengan bukti kuantitatif. Merriam (1988) mendukung suatu
pendekatan studi kasus kualitatif dalam bidang pendidikan. Hamel (1993)
seorang sosiolog menunjukkan pendekatan studi kasus kualitatif untuk sejarah.
Stakes (1995) menggunakan pendekatan ekstensif dan sistematis untuk
penelitian studi kasus. Untuk itu Creswell menyarankan bahwa peneliti yang akan

4
Ibid, hlm. 61
5
Ibid, hlm. 61-62
6
Ibid, hlm. 36
7
Michael Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation (London: SAGE
Publications, 1991), hlm. 23
8
Creswell mencontohkan penelitian Hamel (1993) yang mencoba melacak asal mula
studi kasus ilmu sosial modern melalui antropologi dan sosiologi. Hamel mengutip studi Pulau
Trobriand dari ahli antropologi Malinowksi, studi tentang keluarga dari sosiolog asal Perancis
LePlay dan studi kasus di Universitas Chicago Jurusan Sosiologi pada tahun 1920-an dan 1930-
an, yaitu studi yang dilakukan oleh Thomas & Znaniecki tahun 1958 dengan judul The Polish in
Europe and America sebuah sejarah dalam penelitian studi kasus kualitatif
4

mengembangkan penelitian studi kasus hendaknya pertama-tama,


mempertimbangan tipe kasus yang paling tepat. Kasus tersebut dapat
merupakan suatu kasus tunggal atau kolektif, banyak tempat atau di dalam-
tempat, berfokus pada suatu kasus atau suatu isu (instrinsik-instrumental).
Kedua, dalam memilih kasus yang akan diteliti dapat dikaji dari berbagai aspek
seperti beragam perspektif dalam permasalahannya, proses atau peristiwa.
Ataupun dapat dipilih dari kasus biasa, kasus yang dapat diakses atau kasus
yang tidak biasa.

Lebih lanjut Creswell mengemukakan beberapa “tantangan” dalam


perkembangan studi kasus kualitatif sebagai berikut :
1. Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik
2. Peneliti hendaknya mempertimbangkan apakah akan mempelajari sebuah
kasus tunggal atau multikasus
3. Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar pemikiran dari peneliti untuk
melakukan strategi sampling yang baik sehingga dapat pula mengumpulkan
informasi tentang kasus dengan baik pula
4. Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu
kasus tertentu. Dalam merancang sebuah studi kasus, peneliti dapat
mengembangkan sebuah matriks pengumpulan data dengan berbagai
informasi yang dikumpulkan mengenai suatu kasus
5. Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat
dari aspek waktu, peristiwa dan proses.9

Bagaimana penggunaan teori dan pertanyaan penelitian dalam studi


kasus ?

Studi kasus kualitatif menerapkan teori dalam cara yang berbeda.


Creswell mengungkapkannya dengan contoh studi kasus kualitatif dari Stake
(1995) tentang reformasi di Sekolah Harper yang menggambarkan sebuah studi
kasus deskriptif dan berorientasi pada isu. Studi ini dimulai dengan
mengemukakan isu tentang “reformasi sekolah”, kemudian dilanjutkan dengan
deskripsi sekolah, komunitas dan lingkungan. Selama isu suatu kasus masih
berkembang, teori belum dapat digunakan dalam studi kasus ini. Menurut
Creswell sebuah teori membentuk arah studi (Mc Cormick, 1994). Studi dimulai
dengan definisi “non pembaca”, kemudian dilanjutkan pada dasar teori bagi studi
yang “dibingkai” dalam sebuah teori interaktif. Studi berlanjut dengan melihat
kemampuan dan ketidakmampuan membaca siswa akan memprediksi kegagalan
dan keberhasilan siswa dalam membaca dan menulis. Hal ini berhubungan erat
dengan faktor internal dan eksternal. Kemudian studi berlanjut dengan
mengeksplorasi pengalaman seorang siswa yang berusia 81/2 tahun. Dalam

9
Ibid, hlm 63
5

kasus penembakan di kampus, kita tidak memposisikan studi di dalam dasar


teori tertentu sebelum pengumpulan data, tetapi setelah pengumpulan data
sehingga acapkali dikenal dengan teori-setelah.10

Menurut Creswell dalam studi kasus kualitatif, seseorang dapat


menyusun pertanyaan maupun sub pertanyaan melalui isu dalam tema yang
dieksplorasi, juga sub pertanyaan tersebut dapat mencakup langkah-langkah
dalam prosedur pengumpulan data, analisis dan konstruksi format naratif. Sub
pertanyaan yang dapat memandu peneliti dalam melakukan penelitian studi
kasus sebagai berikut :
• Apa yang terjadi ?
• Siapa yang terlibat dalam respons terhadap suatu peristiwa tersebut ?
• Tema respons apa yang muncul selama 8 bulan mengikuti peristiwa ini ?
• Konstruksi teori apa yang dapat membantu kita memahami respons di
kampus ?
• Konstruksi apa yang unik dalam kasus ini ?

Sedangkan pertanyaan-pertanyaan prosedural adalah sebagai berikut :


• Bagaimana suatu kasus dan peristiwa tersebut digambarkan ? (deskripsi
kasus)
• Tema apa yang muncul dari pengumpulan informasi tentang kasus ? (analisis
materi kasus)
• Bagaimana peneliti menginterpretasikan tema-tema dalam teori sosial dan
psikologi yang lebih luas ? (pelajaran yang dipelajari dari kasus berdasarkan
literatur). 11

Bagaimana pengumpulan data studi kasus ?

Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai


sumber informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya”
untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Yin
mengungkapkan bahwa terdapat enam bentuk pengumpulan data dalam studi
kasus yaitu: (1) dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda,
laporan-laporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping,
artikel; (2) rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei,
daftar nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dsb; (3)
wawancara biasanya bertipe open-ended; (4) observasi langsung; (5) observasi
partisipan dan (6) perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat
atau instrumen, pekerjaan seni dll.12 Lebih lanjut Yin mengemukakan bahwa
keuntungan dari keenam sumber bukti tersebut dapat dimaksimalkan bila tiga

10
Ibid, hlm. 87
11
Ibid, hlm. 105
12
Robert K. Yin, Op.Cit, hlm.103 - 118
6

prinsip berikut ini diikuti, yaitu: (1) menggunakan bukti multisumber; (2)
menciptakan data dasar studi kasus, seperti : catatan-catatan studi kasus,
dokumen studi kasus, bahan-bahan tabulasi, narasi; (3) memelihara rangkaian
bukti.13 Sedangkan Asmussen & Creswell menampilkan pengumpulan data
melalui matriks sumber informasi untuk pembacanya. Matriks ini mengandung
empat tipe data yaitu: wawancara, observasi, dokumen dan materi audio-visual
untuk kolom dan bentuk spesifik dari informasi seperti siswa, administrasi untuk
baris. Penyampaian data melalui matriks ini ditujukan untuk melihat kedalaman
dan banyaknya bentuk dari pengumpulan data, sehingga menunjukkan
kekompleksan dari kasus tersebut. Penggunaan suatu matriks akan bermanfaat
apabila diterapkan dalam suatu studi kasus yang kaya informasi. Lebih lanjut
Creswell mengungkapkan bahwa wawancara dan observasi merupakan alat
pengumpul data yang banyak digunakan oleh berbagai penelitian. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua alat itu merupakan pusat dari semua tradisi
penelitian kualitatif sehingga memerlukan perhatian yang tambahan dari peneliti.

Bagaimana analisis data studi kasus ?

Menganalisis data studi kasus adalah suatu hal yang sulit karena
strategi dan tekniknya belum teridentifikasikan secara baik. Tetapi setiap
penelitian hendaknya dimulai dengan strategi analisis yang umum yang
mengandung prioritas tentang apa yang akan dianalisis dan mengapa. Demikian
pun dengan studi kasus, oleh karena itu Creswell memulai pemaparannya
dengan mengungkapkan tiga strategi analisis penelitian kualitatif, yaitu: strategi
analisis menurut Bogdan & Biklen (1992), Huberman & Miles (1994) dan Wolcott
(1994).14 Menurut Creswell, untuk studi kasus seperti halnya etnografi
analisisnya terdiri dari “deskripsi terinci” tentang kasus beserta settingnya.
Apabila suatu kasus menampilkan kronologis suatu peristiwa maka
menganalisisnya memerlukan banyak sumber data untuk menentukan bukti pada
setiap fase dalam evolusi kasusnya. Terlebih lagi untuk setting kasus yang
“unik”, kita hendaknya menganalisa informasi untuk menentukan bagaimana
peristiwa itu terjadi sesuai dengan settingnya.15

Stake mengungkapkan empat bentuk analisis data beserta


interpretasinya dalam penelitian studi kasus, yaitu: (1) pengumpulan
kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-contoh data serta
berharap menemukan makna yang relevan dengan isu yang akan muncul; (2)
interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu contoh serta
menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini merupakan suatu

13
Ibid, hlm. 119 - 128
14
Ketiga strategi analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 8.1 dalam buku Creswell,
hlm. 141.
15
Ibid, hlm. 153
7

proses dalam menarik data secara terpisah dan menempatkannya kembali secara
bersama-sama agar lebih bermakna; (3) peneliti membentuk pola dan mencari
kesepadanan antara dua atau lebih kategori. Kesepadanan ini dapat
dilaksanakan melalui tabel 2x2 yang menunjukkan hubungan antara dua
kategori; (4) pada akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi
naturalistik melalui analisa data, generalisasi ini diambil melalui orang-orang
yang dapat belajar dari suatu kasus, apakah kasus mereka sendiri atau
menerapkannya pada sebuah populasi kasus. Lebih lanjut Creswell
menambahkan deskripsi kasus sebagai sebuah pandangan yang terinci tentang
kasus. Dalam studi kasus “peristiwa penembakan”, kita dapat menggambarkan
peristiwa itu selama dua minggu, menyoroti pemain utamanya, tempat dan
aktivitasnya. Kemudian mengumpilkan data ke dalam 20 kategori dan
memisahkannya ke dalam lima pola. Dalam bagian akhir dari studi ini kita dapat
mengembangkan generalisasi tentang kasus tersebut dipandang dari berbagai
aspek, dibandingkan, dibedakan dengan literatur lainnya yang membahas
tentang kekerasan di kampus.

Dari paparan di atas dapat diuraikan bahwa “persiapan terbaik” untuk


melakukan analisis studi kasus adalah memiliki suatu strategi analisis. Tanpa
strategi yang baik, analisis studi kasus akan berlangsung sulit karena peneliti
“bermain dengan data” yang banyak dan alat pengumpul data yang banyak pula.
Untuk Robert K. Yin merekomendasikan enam tipe sumber informasi seperti yang
telah dikemukakan pada bagian pengumpulan data. Tipe analisis dari data ini
dapat berupa analisis holistik, yaitu analisis keseluruhan kasus atau berupa
analisis terjalin, yaitu suatu analisis untuk kasus yang spesifik, unik atau
ekstrim.16 Lebih lanjut Yin membagi tiga teknik analisis untuk studi kasus, yaitu
(1) penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan logika penjodohan pola. Logika
seperti ini membandingkan pola yang didasarkan atas data empirik dengan pola
yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi alternatif). Jika kedua pola ini
ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas internal studi kasus yang
bersangkutan; (2) pembuatan eksplanasi, yang bertujuan untuk menganalisis
data studi kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang
bersangkutan dan (3) analisis deret waktu, yang banyak dipergunakan untuk
studi kasus yang menggunakan pendekatan eksperimen dan kuasi eksperimen.17

Creswell mengemukakan bahwa dalam studi kasus melibatkan


pengumpulan data yang banyak karena peneliti mencoba untuk membangun
gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Untuk diperlukan suatu analisis
yang baik agar dapat menyusun suatu deskripsi yang terinci dari kasus yang
muncul. Seperti misalnya analisis tema atau isu, yakni analisis suatu konteks
kasus atau setting dimana kasus tersebut dapat menggambarkan dirinya sendiri.
Peneliti mencoba untuk menggambarkan studi ini melalui teknik seperti sebuah
16
Ibid, hlm. 63
17
Robert K. Yin, hlm. 140-150
8

kronologi peristiwa-peristiwa utama yang kemudian diikuti oleh suatu perspektif


yang terinci tentang beberapa peristiwa. Ketika banyak kasus yang akan dipilih,
peneliti sebaiknya menggunakan analisis dalam-kasus yang kemudian diikuti oleh
sebuah analisis tematis di sepanjang kasus tersebut yang acapkali disebut
analisis silang kasus untuk menginterpretasi makna dalam kasus.

Bagaimana penulisan laporan studi kasus ?

Merriam (1988) mengungkapkan bahwa tidak ada format standar


untuk melaporkan penelitian studi kasus.18 Lebih lanjut Yin menyatakan bahwa
tahap pelaporan merupakan salah satu tahap yang sebenarnya paling sulit dalam
menyelenggarakan studi kasus.19 Creswell mengemukakan bahwa studi kasus
membentuk struktur yang “lebih besar” dalam bentuk naratif tertulis. Hal ini
disebabkan suatu studi kasus menggunakan teori dalam deskripsikan kasus atau
beberapa analisis untuk menampilkan perbandingan kasus silang atau antar
tempat. Untuk itu Yin menyarankan bahwa untuk menyusun laporan studi kasus
seorang peneliti hendaknya menyusun rancangan beberapa bagian laporan
(misalnya bagian metodologi) daripada menunggu sampai akhir proses analisis
data. Dalam menyusun laporan studi kasus, Yin menyarankan enam bentuk
alternatif yaitu: analisis-linear, komparatif, kronologis, pembangunan teori,
“ketegangan” dan tak berurutan.20

Keseluruhan Struktur Retorika

Peneliti dapat membuka dan menutup dengan suatu gambaran untuk


menarik pembaca ke dalam suatu kasus. Pendekatan ini disarankan oleh Stake
(1995) yang memberikan gambaran umum bagi penyerapan ide-ide dalam suatu
studi kasus sebagai berikut :
• Penulis hendaknya membuka dengan sebuah gambaran umum sehingga
pembaca dapat mengembangkan sebuah pengalaman yang mewakilinya
untuk mendapatkan suatu “feeling” dari waktu dan tempat yang diteliti
• Kemudian, penulis mengidentifikasi isu-isu, tujuan dan metode studi sehingga
pembaca dapat mempelajari mengenai bagaimana studi tersebut, latar
belakang dan isu-isu seputar kasus
• Hal ini kemudian diikuti oleh deskripsi ekstensif tentang kasus dan
konteksnya
• Agar pembaca dapat memahami kompleksitas dari suatu kasus, penulis agar
menampilkan beberapa isu-isu kunci. Kekompleksan ini dibangun melalui
referensi hasil penelitian maupun pemahaman pembaca terhadap suatu kasus

18
Creswell,. Op.Cit., hlm.186
19
Robert K. Yin., Op.Cit., hlm. 169
20
Ibid
9

• Kemudian beberapa isu diteliti “lebih jauh”. Pada poin ini penulis hendaknya
memilah dengan baik data yang terkumpul
• Penulis menyusun suatu ringkasan tentang apakah penulis memahami kasus
itu, apakah melakukan generalisasi naturalistik awal, kesimpulan yang diambil
apakah merupakan pengalaman pribadi atau pengalaman yang mewakili bagi
pembacanya yang kemudian membentuk persepsi pembaca
• Pada akhirnya penulis mengakhiri pemaparannya dengan sebuah gambaran
penutup, sebuah catatan pengalaman yang mengingatkan pembaca bahwa
laporan ini adalah pengalaman seseorang yang mengalami suatu kasus
kompleks

Creswell mengungkapkan bahwa ia menyukai gambaran umum di atas,


karena memberikan deskripsi kasus dengan menampilkan tema, pernyataan atau
interpretasi pembaca serta memulai dan mengakhiri dengan skenario yang
realistis. Sebuah model laporan kasus lain adalah laporan kasus substantif
Lincoln dan Guba (1985) yang menggambarkan sebuah deskripsi dengan teliti
mengenai konteks atau setting, sebuah deskripsi transaksi atau proses yang
diamati dalam konteks, isu yang diteliti dan hasil penelitian (pelajaran yang
dipelajari). Sedangkan pada tingkat yang lebih umum pelaporan studi kasus
dapat ditemukan pada matriks 2x2 dari Yin (1989). Matriks tersebut didasarkan
pada asumsi bahwa studi kasus tunggal dan multikasus mencerminkan
pertimbangan desain yang berbeda yaitu: desain kasus tunggal holistik, desain
kasus tunggal terjalin, desain multikasus holistik dan desain multikasus terjalin.
Desain kasus tunggal dipergunakan apabila mengkaji suatu kasus unik atau
beberapa sub-unit analisis seperti studi kasus yang berkenaan dengan program
publik tunggal, sedangkan desain holistik digunakan untuk mengkaji sifat umum
dari suatu program. Desain holistik mungkin bersifat lebih abstrak karena desain
ini mencakup keseluruhan kasus yang lebih baik daripada desain terjalin.

Struktur Retorika Terjalin

Desain terjalin merupakan suatu perangkat penting guna


memfokuskan suatu inkuiri studi kasus. Asmussen dan Creswell mencontohkan
“peristiwa penembakan di kampus”. Pertama-tama dimulai dari kota dimana
situasi dikembangkan, kemudian diikuti oleh kampus dan ruangan kelas.
Pendekatan “menyempitkan” setting dari sebuah lingkungan kota yang tenang
pada ruangan kelas di kampus akan memudahkan peneliti melihat kedalaman
studi ini dengan sebuah kronologi peristiwa yang terjadi. Dalam membandingkan
deskripsi vs analisis, Merriam (1998) menyarankan keseimbangan yang tepat
seperti : 60% - 40% atau 70% - 30% antara sebuah deskripsi kongkrit
mengenai setting dengan peristiwa sebenarnya. Studi tentang peristiwa insiden
penembakan di kampus juga menampilkan sebuah studi kasus tunggal dengan
naratif tunggal tentang kasus tersebut, temanya maupun interpretasinya.
10

Bagaimana melakukan standar kualitas dan verifikasi dalam studi


kasus?

Stake (1995) menyatakan bahwa suatu studi kasus memerlukan


verifikasi yang ekstensif melalui triangulasi dan member chek. Stake
menyarankan triangulasi informasi yaitu mencari pemusatan informasi yang
berhubungan secara langsung pada “kondisi data” dalam mengembangkan suatu
studi kasus. Triangulasi membantu peneliti untuk memeriksa keabsahan data
melalui pengecekan dan pembandingan terhadap data. Lebih lanjut Stake
“menawarkan” triangulasi dari Denzin (1970) yang membedakan empat macam
tringulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber
data, peneliti, teori dan metodologi.

Untuk member check, Stake merekomendasikan peneliti untuk


melakukan pengecekan kepada anggota yang terlibat dalam penelitian studi
kasus ini dan mewakili rekan-rekan mereka untuk memberikan reaksi dari segi
pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan
oleh peneliti. Lebih lanjut Stake memberikan sebuah “daftar cek kritik” untuk
laporan studi kasus dan membaginya ke dalam 20 kriteria untuk menilai sebuah
laporan studi kasus yang baik sebagai berikut:
• Apakah laporan itu mudah di baca ?
• Apakah laporan itu tepat secara umum, yaitu tiap kalimat berkontribusi pada
keseluruhan laporan ?
• Apakah laporan tersebut memiliki sebuah struktur konseptual (misalnya tema
atau isu) ?
• Apakah isu-isunya dikembangkan secara serius dan ilmiah ?
• Apakh kasusnya didefinisikan secara baik ?
• Apakah terdapat cerita pada presentasi ?
• Apakah pembaca memberikan masukkan dari beberapa pengalaman yang
mewakilinya ?
• Apakah kutipan-kutipan digunakan secara efektif ?
• Apakah heading, angka-angka, instrumen, lampiran, indeks digunakan secara
efektif ?
• Apakah laporan tersebut diedit dengan baik ?
• Apakah pembaca disarankan untuk membuat pernyataan baik itu lewat atau
di bawah interpretasi ?
• Apakah perhatian yang memadai telah dibayar pada beragam konteks ?
• Apakah data mentah yang baik akan ditampilkan ?
• Apakah sumber data dipilih dengan baik dan jumlahnya memadai ?
• Apakah observasi dan interpretasi yang muncul telah ditriangulasi ?
• Apakah peranan dan sudut pandang peneliti muncul dengan baik ?
• Apakah “sifat” audiens yang dimaksud akan nampak ?
• Apakah empati ditujukan untuk semua aspek ?
11

• Apakah maksud pribadi penulis dikaji ?


• Apakah laporan tersebut muncul dan beresiko pada individu ? 21

Sedangkan Robert K.Yin mengemukakan prosedur laporan studi kasus


sebagai berikut : (1) kapan dan bagaimana memulai suatu tulisan; (2)
identifikasi kasus: nyata atau tersamar ?; (3) tinjauan ulang naskah studi kasus:
suatu prosedur validasi.22 Untuk menyusun suatu cerita pada studi kasus,
Asmussen & Creswell (1995) mencoba mengkaji studi kasus kualitatif tentang
“respon kampus pada seorang siswa penembak” melalui laporan kasus substantif
dari Lincoln & Guba. Format Lincoln & Guba ini dimulai dengan :
• membuktikan penjelasan masalah, sebuah deskripsi yang terinci mengenai
konteks atau setting serta proses yang diamati, sebuah diskusi tentang
elemen penting dan pada akhirnya menyusun hasil penelitian melalui
“pelajaran yang dipelajari”.
• setelah memperkenalkan studi kasus dengan masalah kekerasan di kampus,
kemudian penulis memberikan deskripsi secara terinci mengenai setting dan
kronologis peristiwa. Kemudian beralih kepada tema penting yang muncul
dalam analisis. Tema ini terbagi ke dalam dua tema yakni: tema
organisasional dan tema psikologis atau sosio-psikologi.
• mengumpulkan data melalui wawancara dengan informan, observasi,
dokumentasi dan materi audio-visual. Dengan menanyakan hal-hal sebagai
berikut : Apa yang terjadi ?; Apa yang dilibatkan dalam respon peristiwa
tersebut ?; Tema respon apa yang muncul selama 8 bulan ?; Konstruksi
teoritis apa yang dikembangkan secara unik pada kasus ini ?
• naratif menggambarkan peristiwa dengan menghubungkan konteks pada
bingkai kerja yang lebih luas
• melakukan verifikasi kasus dengan menggunakan beberapa sumber data
untuk suatu tema melalui triangulasi dan pengecekkan anggota.23

Kesimpulan

Studi kasus menjadi berguna apabila seseorang/peneliti ingin


memahami suatu permasalahan atau situasi tertentu dengan amat mendalam
dan dimana orang dapat mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi ,
kaya dalam pengertian bahwa suatu persoalan besar dapat dipelajari dari
beberapa contoh fenomena dan biasanya dalam bentuk pertanyaan. Studi kasus
pada umumnya berupaya untuk menggambarkan perbedaan individual atau
variasi “unik” dari suatu permasalahan. Suatu kasus dapat berupa orang,
peristiwa, program, insiden kritis/unik atau suatu komunitas dengan berupaya
menggambarkan unit dengan mendalam, detail, dalam konteks dan secara

21
Ibid, hlm. 214
22
Robert K. Yin., hlm. 190-192
23
Creswell, Op.Cit, hlm 221-222
12

holistik. Untuk itu dapat dikatakan bahwa secara umum, studi kasus lebih tepat
digunakan untuk penelitian yang berkenaan dengan how atau why .

Penekanan studi kasus adalah pada kedalaman dan kerincian:


wawancara mendalam, penggambaran secara rinci dan pengungkapkan kasus
dengan sungguh-sungguh melalui penerapan teori dalam cara yang berbeda,
yakni tidak memposisikan studi di dalam dasar teori tertentu sebelum
pengumpulan data, tetapi setelah pengumpulan data sehingga acapkali dikenal
dengan teori-setelah. Demikian pun dalam pengumpulan datanya yang diambil
dari berbagai sumber informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan
data yang “kaya” untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu
kasus. Analisis datanya memerlukan banyak sumber data untuk menentukan
bukti pada setiap fase dalam evolusi kasusnya. Terlebih lagi untuk setting kasus
yang “unik”, kita hendaknya menganalisa informasi untuk menentukan
bagaimana peristiwa itu terjadi sesuai dengan settingnya. Sedangkan dalam
penulisan laporannya, studi kasus membentuk struktur yang “lebih besar” dalam
bentuk naratif tertulis. Hal ini disebabkan suatu studi kasus menggunakan teori
dalam deskripsikan kasus atau beberapa analisis untuk menampilkan
perbandingan kasus silang atau antar tempat. Untuk itu disarankan bahwa untuk
menyusun laporan studi kasus menyusun laporan studi kasus seorang peneliti
hendaknya menyusun rancangan beberapa bagian laporan (misalnya bagian
metodologi) daripada menunggu sampai akhir proses analisis data. Studi kasus
juga memerlukan verifikasi yang ekstensif melalui triangulasi dan member chek
sehingga dapat membantu peneliti untuk memeriksa keabsahan data melalui
pengecekan dan pembandingan terhadap data.

Daftar Pustaka

John W. Creswell. (1998). Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing


Among Five Traditions. London: SAGE Publications

Michael Quinn Patton. (1991). How to Use Qualitative Methods in Evaluation.


London: SAGE Publications

Robert K. Yin. (1989). Case Study Research Design and Methods. Washington:
COSMOS Corporation

You might also like