You are on page 1of 13

desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

PEMILIHAN DAN PENATAAN VEGETASI SEBAGAI SIMBOL PROSES


PERJALANAN SUKU SASAK

Ifa Nur Ainina


0710650029
Kelas B
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Umiversitas Brawijaya Malang
dreamonster_majesty@yahoo.co.id

ABSTRAK

Dalam perancangan sebuah Pusat KebudayaanSasak, pemilihan dan penataan vegetasi


adalah aspek yang penting dalam perancangan sebuah bangunan, karena fungsinya
yang tidak hanya sebagai elemen estetika dan peneduh namun juga sebagai fungsi
filosofis simbol kehidupan dan pribadi Suku Sasak. Penataan vegetasi juga
mempengaruhi efektifitas makna yang disampaikan oleh dan melalui vegetasi.
Kehidupan Suku Sasak yang tidak lepas dari proses perjalanan menjadi konsep utama
perancangan secara holistik, tak terkecuali penataan lansekap. Dengan mengusung
konsep perjalanan, maka vegetasi yang dipilih dan tata penataan vegetasi juga
mengikuti filosofi perjalanan sekaligus membentuk alur perjalanan bagi para
pengunjung. Selain itu, filosofi Suku Sasak yang banyak diinspirasi oleh kadal meteng
yang selalu hemat menjadi konsep bentukan massa dan tata lansekap. Proses
perjalanan yang dibagi menjadi fase titik nol, past, present, future, dan zenith ini
memunculkan makna yang berbeda-beda sesuai pengembangan kebudayaan Suku
Sasak. Setiap zona juga membentuk analogi kadal meteng yang terlihat dari atas. Oleh
karena itu, pemilihan vegetasi bervariasi sesuai jenis vegetasinya dan ketinggiannya,
mulai dari pepohonan tinggi, pepohonan sedang, perdu-perduan, dan bunga-bungaan.
Zona titik nol digambarkan sebagai masa ketidaktahuan manusia yang dilambangkan
dengan lansekap hutan heterogen lebat dengan pepohonan yang tinggi bertajuk lebar.
Zona past dilambangkan dengan konsep hutan lebat yang tatanannya membentuk ekor
kadal meteng. Zona present dilambangkan dengan hutan estetis yang membentuk perut
kadal. Zona future dilambangkan dengan tatanan vegetasi yang tidak lebat namun
tertata rapi yang membentuk dada kadal, sedangkan zona zenith dilambangkan dengan
vegetasi yang jarang yang berkesan modern dan membentuk kepala kadal. Perjalanan
vegetasi ini menjadi bagian dari filosofi Sasak yang kontinu dan selaras dengan konsep
Pusat KebudayaanSasak.
Kata-kata kunci : Vegetasi, penataan lansekap, perjalanan, kadal meteng

Vegetasi: Peran dan Fungsinya


Pulau Lombok yang didiami Suku Sasak menyimpan potensi panorama alam yang luar
biasa yang sudah terkenal baik di kalangan domestik maupun mancanegara. Namun selain
menyimpan keindahan panorama, sesungguhnya pulau ini juga menyimpan kekayaan historis
dan budaya yang masih cukup kental, yaitu budaya Suku Sasak selaku penghuni pulau ini. Seiring
dengan semakin populernya Pulau Lombok sebagai objek wisata, budaya Suku Sasak mendesak
untuk dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa dan untuk menunjukkan identitas Suku
Sasak ke seluruh dunia, sekaligus melindungi budaya asli ini dari pengaruh budaya modern yang
tidak sesuai dengan falsafah kehidupan Suku Sasak. Untuk mewujudkan fungsi pelestarian,
pengembangan, serta apresiasi budaya Sasak ini maka dicanangkanlah pembangunan Pusat
KebudayaanSasak.

Suku Sasak identik dengan konsep proses perjalanan, di mana sejarah mereka sarat akan
proses yang panjang sejak zaman pra sejarah hingga masa reformasi kini. Proses perjalanan inilah
yang membentuk kebudayaan mereka hingga seperti saat ini. Hinga saat ini budaya juga tidak
berhenti, melainkan terus berkembang sesuai dengan dinamika zaman. Selain proses perjalanan,
Suku Sasak juga banyak berkaca pada filosofi kadal meteng yang senantiasa hemat, tidak
berlebih-lebihan dalam makan. Konsep perjalanan dan kadal meteng ini menjadi filosofi dasar
Suku Sasak yang diterapkan pada desain Pusat KebudayaanSasak. Proses perjalanan ini tampak
pada seluruh aspek elemen bangunan, tidak terkecuali ruang luar bangunan atau lansekap.

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Sesuai dengan filosofi masyarakat Sasak yang hidup selalu menyatu dengan alam, maka
elemen ruang luar Pusat KebudayaanSasak memegang peranan penting dalam konsep kesatuan
seluruh bangunan. Elemen ruang luar, terutama vegetasi, tidak hanya berperan fungsional,
namun juga memiliki peran filosofis yang erat kaitannya dengan Suku Sasak. Suku Sasak tidak
merusak alam dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, justru mereka hidup bersanding dengan
alam secara seimbang. Oleh karena itu, konsep lansekap yang diusung tidak hanya tentang
penambahan berbagai elemen soft material, tetapi juga harus mempertahankan vegetasi eksisting
dan lokalitas yang ada.

Dalam konteks desain Pusat KebudayaanSasak, ruang luarnya memiliki porsi yang lebih
besar daripada luas bangunan sebagai cerminan Suku Sasak yang hidup selaras dengan alam
terbuka. Oleh karena itu, desain elemen soft material memegang peranan penting dalam
pemenuhan dan pencitraan keseluruhan bangunan. Elemen soft material yang berupa elemen
vegetasi selain berperan untuk fungsi tertentu—misal peneduh ataupun pengarah sirkulasi—juga
berperan untuk menunjukkan filosofi tertentu dan menjadi point of interest Pusat
KebudayaanSasak yang ikonik. Elemen soft material ini harus sesuai dengan iklim lokal dan
mampu selaras dengan massa yang ada.

Lokasi di pesisir pantai Kuta di Pulau Lombok memiliki karakteristik daerah pantai yang
cenderung berupa padang rumput dan pasir serta dan tidak banyak terdapat tanaman-tanaman
heterogen. Vegetasi yang dominan pada daerah demikian adalah semak-semak, perdu,
rerumputan, dan pepohonan khas daerah pantai seperti pohon kelapa dan pohon ketapang.
Karakter lokal ini harus tetap dipertahankan untuk mengukuhkan konsep Pusat
Kebudayaansekaligus sebagai bentuk kepedulian terhadap alam. Modifikasi vegetasi, baik dengan
penambahan vegetasi maupun penebangan vegetasi, tidak boleh merusak konteks pesisir yang
ada.

Selain dengan memperkuat karakter vegetasi lokal untuk menunjang konsep kesatuan
dengan bangunan, penambahan vegetasi juga diperlukan untuk berbagai fungsi penunjang, mulai
dari fungsi filosofi, peneduh, maupun faktor estetika. Pemilihan vegetasi harus cermat dengan
mempertimbangkan karakter tanaman serta karakter tanah di tapak. Pemilihan vegetasi secara
cermat tidak hanya untuk menyesuaikan dengan konsep bangunan secara keseluruhan, namun
juga membawa misi-misi tertentu, misalnya tanaman peneduh, tanaman habitat hewan, ataupun
tanaman kontemplasi. Aspek artistik dan visual juga menjadi persyaratan estetika yang harus
dapat diwujudkan dengan media vegetasi, misalnya dengan penataan vegetasi sesuai dengan
ketinggiannya, warnanya, atau bahkan aromanya.

Jenis-jenis Vegetasi dan Pengelompokannya


Elemen vegetasi tidak bisa lepas dari konsep keseluruhan desain tapak bangunan.
Peranan vegetasi sangat beraneka ragam, seperti halnya jenis vegetasi itu sendiri. Dalam konteks
pusat budaya, vegetasi memegang peranan dominan karena prosentase ruang terbuka hijau yang
lebih luas daripada luas bangunan keseluruhan.

Menurut Rustam Hakim (1991), fungsi tanaman adalah:


a. Pengontrol pemandangan (visual control)
b. Penghalang secara fisik (physical barrier)
c. Pengontrol iklim (climate control)
d. Pelindung dari erosi
e. Memberikan nilai estetika (aesthetics values)

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam mengklasifikasikan tanaman secara


arsitektural biasanya ditinjau dari tajuk, bentuk massa dan struktur tanaman. Menurut DPU
(1996), pengertian dari beberapa istilah tersebut adalah:
a. Tajuk merupakan keseluruhan bentuk dan kelebaran maksimal tertentu dari ranting dan
daun suatu tanaman.
b. Struktur Tanaman ialah bentuk tanaman yang terlihat secara keseluruhan.

Berdasarkan bentuk massa, tajuk dan struktur tanaman, Laurie (1986) dan Djuwita (2007)
mengelompokkan tanaman menjadi :
a. Tanaman pohon

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal
dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman berkayu adalah
tanaman yang membentuk batang sekunder dan jaringan xylem yang banyak. Biasanya,
tanaman pohon digunakan sebagai tanaman pelindung dan point of interest. Namun
demikian pengelompokan pohon lebih dicirikan oleh ketinggiannya yang mencapai lebih
dari 8m.
b. Tanaman perdu
Tanaman golongan perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang
cukup kaku dan kuat untuk menopang bagian-bagian tanaman. Golongan perdu biasanya
dibagi menjadi tiga, yaitu perdu rendah, perdu sedang, dan perdu tinggi.
c. Tanaman semak (shrubs)
Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama dan sederajat.
Bambu hias termasuk dalam golongan tanaman ini. Pada umumnya tanaman ini
mempunyai ketinggian di bawah 8 m.
d. Tanaman merambat (liana)
Tanaman golongan liana lebih banyak digunakan untuk tanaman rambat dan tanaman
gantung. Liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu dan tidak cukup kuat
untuk menopang bagian tanaman lainnya.
e. Tanaman Herba, Terna, Bryoids dan Sukulen
Golongan herba (herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit
jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Kana
dan tapak darah termasuk dalam golongan tanaman herba. Tanaman bryoids, terdiri dari
lumut, paku-pakuan, dan cendawan. Ukurannya dibagi berdasarkan tinggi vegetasi.
Bentuk dan ukuran daunnya ada yang besar, lebar, menengah, dan kecil (jarum dan
rumput-rumputan) dan campuran. Tekstur daun ada yang keras, papery dan 179 sekulen.
Coverage biasanya sangat beragam, ada tumbuhan yang sangat tinggi dengan penutupan
horizontal dan luas, relatif dapat sebagai penutup, ada yang menyambung dan terpisah-
pisah. Penutupan tumbuhan merupakan indikasi dari sistem akar di dalam tanah.
Sistem akar sangat penting dan mempunyai pengaruh kompetisi pada faktor-faktor
ekologi. Tanaman sekulen adalah jenis tanaman ’lunak’ yang tidak berkayu dengan
batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air dan tahan terhadap kondisi yang
kering. Kaktus termasuk dalam golongan tanaman sekulen.

Sebagai unsur yang dominan dalam ruang terbuka hijau, berdasarkan tampilan artistik
visual dan estetika, pohon dapat dikelompokkan menjadi:
a. Berdasarkan bentuk tajuknya, pohon dapat dikelompokkan menjadi :
1) pohon berbentuk tiang /kolom
2) pohon berbentuk payung
3) Pohon bertajuk bulat
4) Pohon bertajuk oval
5) Pohon bertajuk melebar di atas
6) Bohon bertajuk segi tiga
7) Pohon bertajuk tidak beraturan
b. Berdasarkan kerapatan/kepadatan massanya, dapat dikelompokkan menjadi:
1) Transparan, seperti flamboyan dan cemara angin;
2) Sedang, seperti angsana, akasia, dan sebagainya.
3) Massif, seperti beringin dan cemara gembel;
c. Berdasarkan kesan struktural yang ditimbulkannya, terdapat pohon yang memberi kesan:
1) Berstruktur ringan jika tanaman itu memberi kesan ramping, yaitu tanaman dengan
cabang atau ranting kecil, berdaun kecil atau halus dan jarang;
2) Berstruktur sedang, yaitu jika batang, cabang, dan rantingnya sedang seperti palem
hijau, rambutan, akalipa, dan sebagian jenis puring;
3) Berstruktur berat, jika batang, cabang dan rantingnya besar dan berdaun lebat
seperti beringin, trembesi, dan karet munding; Selain itu ada pula pohon yang
terkesan gagah seperti beringin, ataupun yang terkesan magis seperti kamboja dan
cempaka.

Penanaman vegetasi yang mempertimbangkan aspek arsitektural akan lebih meningkatkan


fungsi ruang terbuka hijau. Penggolongan tanaman berdasarkan aspek arsitektural berarti
tanaman itu fungsinya lebih ditingkatkan dalam konsep pembentukan ruang luar/space.

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Membentuk space berarti mengolah tanaman sebagai pembatas maupun pengisi space. Menurut
Djamal (2005) dan DPU (1996), fungsi tanaman dalam pembentuk dan pengisi ruang meliputi:
a. Tanaman Pelantai (Ground Cover)
Tanaman pelantai adalah tanaman yang membentuk kesan lantai. Tanaman kelompok
ini termasuk tanaman 182 penutup tanah seperti rerumputan dan lumut. Tanaman ini
setinggi tinggi sekitar mata kaki. Selain rumput, beberapa jenis tanaman herba berbunga
juga sering dimanfaatkan sebagai penutup tanah. Selain untuk menutupi tanah dari
curahan air hujan langsung, tanaman hias bunga ini pun memberikan kesan semarak
karena akan berbunga pada masanya.
b. Tanaman Pendidinding, Pembatas dan Pengarah
Tanaman pendinding adalah tanaman yang membentuk kesan dinding, dibagi menjadi :
1) Tanaman yang membentuk dinding rendah, yaitu tanaman setinggi mata kaki
sampai setinggi lutut seperti semak yang masih pendek dan tanaman border
(pembatas);
2) Tanaman yang membentuk dinding sedang, yaitu tanaman yang setinggi lutut
sampai setinggi badan seperti semak yang sudah besar dan perdu;
3) Tanaman yang membentuk dinding tinggi, yaitu tanaman yang setinggi badan
sampai beberapa meter seperti tanaman perdu dan beberapa jenis cemara dan
bambu.
Selain sebagai physical barrier, tanaman ini dapat berfungsi menjadi pengarah
pergerakan, pengontrol visual , kebisingan maupun debu dan polutan lainnya.
Tanaman pembatas, pengarah dan pembentuk pandangan adalah jenis tanaman
berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pemandangan yang kurang
baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke
suatu tujuan tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga
dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.
Tanaman pengarah, penahan dan pemecah angin adalah jenis tanaman yang berfungsi
sebagai pengarah, penahan dan pemecah angin, dapat berbentuk pohon atau perdu yang
diletakkan dengan suatu komposisi membentuk kelompok.
c. Tanaman Pengatap atau Peneduh
Tanaman peneduh atau pengatap adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan
percabangan yang tingginya Iebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar ke
samping seperti pohon yang rindang dan dapat memberikan keteduhan dan menahan
silau cahaya matahari, terutama bagi pejalan kaki.
d. Tanaman sebagai Ornamen dan Pengisi Ruang
Tanaman sebagai ornamen atau penghias adalah tanaman yang mempunyai warna
menarik pada bunga, daun, kulit batang atau dahan, serta yang bertajuk indah. Sebagai
tanaman penghias, bisa dimanfaatkan untuk menghias dinding, pengisi ruang atau yang
lainnya. Kehadiran tanaman pengisi ruang cenderung menjadi point of interest melalui
penataan yang sculptural. Tanaman untuk fungsi ini bisa ditanam secara sendirian atau
berkelompok (komunal).

Pemilihan dan Penataan Vegetasi pada Pusat KebudayaanSasak


Pemilihan dan penataan vegetasi sejalan dengan konsep perjalanan. Di sini konsep
perjalanan diimplementasikan dalam pemilihan jenis-jenis vegetasi yang beragam. Oleh karena
itu, berdasarkan konsep perjalanan tersebut, maka pembagian vegetasi didasarkan atas zona-zona
yang menggambarkan perjalanan Suku Sasak, yaitu:
a. Titik Nol
Zona titik nol adalah zona transisi pengunjung dari area luar bangunan menuju ke area
bangunan Pusat Budaya. Kesan yang hendak ditampilkan pada zona ini adalah khidmat,
tenang, asli, dan menggambarkan rasa ketidaktahuan manusia dalam memulai sebuah
kehidupan dan budaya. Dengan demikian, pola lansekap yang cocok adalah konsep hutan
di mana pengunjung akan dikurung oleh barisan pohon untuk memunculkan kesan
hening dan tertekan. Hutan ini ditatta secara acak untuk menonjolkan konsep alami
tanpa sentuhan tangan manusia. Konsep hutan ini dimunculkan oleh vegetasi berupa
pepohonan besar dan bertajuk lebar, antara lain angsana, mahoni, dan tanjung. Tajuk
lebar dan tinggi pepohonan yang menjulang mampu memunculkan kesan intimidasi,
seolah manusia adalah kecil di alam semesta. Selain pepohonan besar tersebut,
pepohonan lokal juga turut dipertahankan, antara lain pohon kelapa, kamboja, bambu,
dan ketapang. Selain pepohonan juga diterapkan tanaman perdu-perduan. Pohon

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

mahoni, kelapa, dan angsana tingginya bisa mencapai 20 meter. Pohon tanjung, bambu,
kamboja, dan ketapang memiliki tinggi maksimal hingga 12 meter. Sedangkan tinggi
perdu-perduan sekitar 1 meter. Penataannya acak dengan susunan hutan yang heterogen
untuk menimbulkan kesan alami.

Gambar : Pohon Angsana


Sumber : http://tukangtaman.blogspot.com/2009_12_01_archive.html

Gambar : Pohon Tanjung


Sumber : http://www.sabrinaflora.com/All_file_gambar/Pohon%20tanjung.jpg

Gambar : Pohon Kelapa


Sumber : http://pradinacweet.blogdetik.com/2010/01/25/multi-guna-pohon-kelapa/

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Gambar : Pohon Mahoni


Sumber : http://senopati-kepra.blog.friendster.com/2009/03/menanam-pohon-mahoni/

b. Past Zone
Pada zona ini konsep yang ditonjolkan adalah perenungan budaya Suku Sasak dengan
menilik sejarah Suku Sasak yang masih asli. Untuk mendukung konsep ini vegetasi yang
diterapkan sama dengan vegetasi pada zona titik nol, yaitu hutan lebat yang mengurung
pengunjung. Namun dengan adanya massa pada zona ini maka penataan vegetasi
disesuaikan dengan penataan massa bangunan. Vegetasi yang diterapkan adalah angsana,
mahoni, tanjung, ketapang, bambu, kamboja, dan kelapa (eksisting). Pohon mahoni,
kelapa, dan angsana tingginya juga sama seperti pada zona past, yaitu mencapai 20
meter. Pohon tanjung, bambu, kamboja, dan ketapang memiliki tinggi maksimal hingga
12 meter. Sedangkan tinggi perdu-perduan sekitar 1 meter.
c. Present Zone
Pada zona ini konsep yang diterapkan adalah zona transisi dari masa lalu dan titik
pengembangan kebudayaan dengan menilik masa lalu dan mengembangkannya untuk
masa depan. Vegetasi yang diterapkan tetap menggunakan konsep hutan namun dengan
modifikasi penataan vegetasi yang lebih tertata. Jenis vegetasi yang diterapkan juga sama,
yaitu mahoni, tanjung, ketapang, bambu, kamboja, dan kelapa (eksisting). Namun di
samping pepohonan juga ada penambahan semak-semak, yaitu lavender sebagai
aromatherapy untuk kontemplasi pengunjung. Seperti halnya pada zona sebelumnya,
pohon mahoni, kelapa, dan angsana tingginya juga mencapai 20 meter. Pohon tanjung,
bambu, kamboja, dan ketapang memiliki tinggi maksimal hingga 12 meter. Sedangkan
tinggi perdu-perduan juga hanya sekitar 1 meter.

Gambar : Semak lavender


Sumber : http://onfertileground.com/m/On%20Fertile%20Ground

d. Future Zone
Konsep zona ini adalah berakhirnya pengembangan budaya namun sekaligus menjadi
awal proses selanjutnya. Oleh karena itu, konsep vegetasi yang diterapkan adalah

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

lansekap yang tertata rapi untuk menunjukkan sentuhan tangan manusia. Aplikasi
vegetasi antara lain pepohonan, perdu-perduan, dan bunga-bunga yang menimbulkan
kesan estetika. Pepohonan yang diterapkan adalah pohon kelapa (eksisting), tanjung,
cempaka, bougenville, dan bambu jepang. Semak-semak yang diterapkan adalah teh-
tehan, phylodendron, agave, sanseviera. Bunga-bunga yang diterapkan adalah spider lily
dan teratai pada kolam. Pohon tanjung, bambu, cempaka, bougenville, dan ketapang
memiliki tinggi maksimal hingga 12 meter. Pohon kelapa, sesuai eksisting lahan,
tingginya berkisar antara 12 hingga 20 meter. Tinggi perdu-perduan sekitar 1 meter,
sedangkan bunga-bungaan hanya sekitar 50 cm. Meskipun vegetasi yang diterapkan
cukup banyak, penataan lansekap tidak lebat seperti hutan untuk menonjolkan kesan
keterbukaan terhadap dunia luar. Konsep modern yang ditonjolkan oleh pemilihan
vegetasi harus diimbangi dengan penataan lansekap yang harmonis ketinggian, warna,
bahkan aromanya.

Gambar : Bambu Jepang


Sumber : http://www.travelpod.com/travel-blog-entries/awos1244/japan-2007/1175156100/tpod.html

Gambar : Pohon Cempaka


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Cempaka_hutan

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Gambar : Pohon Bougenville


Sumber : http://onfertileground.com/m/On%20Fertile%20Ground/.html

Gambar : Phylodendron
Sumber : http://tukangtaman.blogspot.com/2009_12_01_archive.html

Gambar : Teratai
Sumber : http://www.awatergarden.com/plants.html

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Gambar : Spider lily


Sumber: http://www.fs.fed.us/wildflowers/regions/southern/HematiteLake.html

Gambar : Sanseviera
Sumber : http://onfertileground.com/m/On%20Fertile%20Ground.html

Gambar : Agave
Sumber : http://www.magnoliagardensnursery.com/productdescrip/Agave_DwarfVariegated.html

e. Zenith Zone
Zona ini menggambarkantitik akhir perjalanan serta titik perenungan akhir supaya
pengunjung mengambil hikmah dari perjalanannya. Konsep lansekap yang sesuai adalah
lansekap modern dengan pemilihan vegetasi yang sedikit namun justru menonjolkan
kesan modern dan terbuka. Jenis vegetasi yang diterapkan adalah pohon kelapa dan
ketapang. Terdapat pula perdu-perduan seperti teh-tehan dan phylodendron. Sebagai
elemen estetika juga ditambahkan tanaman-tanaman air pada kolam, seperti teratai dan
cattail. Sesuai dengan eksisting, ketinggian pohon kelapa berkisar antara 12-20 meter.
Pohon ketapang tidak terlalu tinggi, hanya berkisar antara 9-12 meter. Tanaman air dan

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

perdu-perduan juga hanya setinggi 50 cm. Sesuai dengan konsep modern, maka penataan
lansekap harus diharmonisasikan sesuai ketinggian, warna, dan fungsinya.

Gambar : Teh-tehan
Sumber : http://tukangtaman.blogspot.com/2009_12_01_archive.html

Gambar : Cattail
Sumber : http://www.awatergarden.com/plants.html

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Implementasi Vegetasi pada Konteks

Gambar: Site Plan Pusat KebudayaanSasak


Sumber : Dokumen Kelompok 1B, 2010

Gambar : Layout Plan yang Menunjukkan Susunan Vegetasi (warna hijau)


Sumber : Dokumen Kelompok 1B, 2010

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Sesuai dengan zona yang telah ditetapkan, maka aplikasi berbagai vegetasi tersebut
ditanam membentuk kesatuan dengan massa yang ada pada zona-zona tersebut. Selain itu,
konsep analogi kadal meteng yang juga menjadi konsep dasar desain Pusat KebudayaanSasak
juga diterapkan dalam bentukan tata lansekap. Bentuk kadal meteng ini sebagai landasan konsep
untuk membentuk sebuah layout plan yang diwujudkan dalam bentuk kadal meteng. Oleh karena
itu, perpaduan konsep perjalanan dengan analogi kadal meteng menghasilkan sebuah pola
penataan lansekap yang membentuk alur tubuh kadal meteng yang seolah kadal tersebut turun
dari bukit menuju laut. Penataan vegetasi berdasarkan zona dan massa bangunan adalah sebagai
berikut:
a. Gerbang utama - Parkir
Dari gerbang utama pengunjung diarahkan ke area parkir dan entrance bangunan. Tanaman
pengarah diperlukan untuk mengarahkan pengunjung menuju tempat-tempat tersebut.
Vegetasi yang diterapkan adalah pohon kelapa yang ditanam di tepi pedestrian dan jalur hijau.
Selain pohon kelapa pohon tanjung dan mahoni yang bertajuk lebar juga diterapkan pada area
ini, namun dengan fungsi sebagai peneduh area parkir.
b. Zona Titik Nol
Pada zona ini terdapat entrance menuju massa bangunan. Lansekap yang ikonik yang mampu
menonjolkan adanya entrance berupa susunan hutan heterogen yang lebat dengan kombinasi
hard material seperti elemen penanda.
c. Past Zone
Massa yang terdapat pada zona ini adalah replika kampung Sasak yang masih tradisional dan
asli. Hutan yang diterapkan disesuaikan dengan penataan massa dan kontur tapak. Hutan ini
tidak hanya terdapat pada area di sekita massa, namun juga tersebar di seluruh area ruang
terbuka hijau yang masih dalam konteks past zone.
d. Present Zone
Bangunan di zona ini adalah amphitheater, toy house, dan bengkel seni. Hutan heterogen
melingkupi area ininamun pada area amphitheater dan bengkel seni hutan lebih tertata untuk
membentuk format perut kadal. Lavender dominan di area bengkel seni supaya pengunjung
bengkel seni bisa mencium armotherapy darinya dan menjadi lebih rileks dalam mencari
inspirasi untuk melakukan kegiatan seni. Vegetasi lebat menjadi point of interest yang bagus
sebagai latar belakang panggung amphitheater.
e. Future Zone
Massa yang terdapat pada zona ini adalah gedung budaya yang mengaplikasikan green roof
sebagai atap. Dengan demikian, vegetasi tidak hanya ditanam di atas tanah, melainkan juga di
atas atap. Perlakuan khusus pada vegetasi atap yaitu pemilihan vegetasi yang tidak terlalu
berat. Pada green roof terdapat area publik dan tanaman-tanaman semak seperti puring,
sanseviera, dan teh-tehan. Terdapat juga pepohonan yang tidak terlalu besar seperti tanjung
dan bougenville. Desiran angin yang menerpa bunga bougenville menjadi elemen estetika yang
menarik sekaligus memunculkan kesan elemen angin. Pada permukaan tanah tanaman yang
diterapkan adalah pohon kelapa dan bambu jepang pada area pameran temporer. Pada lobi
bangunan diterapkan tanaman semak seperti teh-tehan, sanseviera, dan spider lily. Gedung
Busaya ini menggambarkan bentuk dada kadal meteng, oleh karena itu lansekapnya disusun
acak supaya tidak menginterupsi bentuk massa yang sudah melengkung menyerupai dada
kadal.
f. Zenith Zone
Menara pandang merupakan titik puncak dari perjalanan pengunjung selama menyusuri
kebudayaan suku sasak. Vegetasi yang diterapkan adalah pohon kelapa dan tanaman air
seperti cattail. Pohon kelapa ini terletak baik di area menara maupun di ruang terbuka hijau di
sekitar turbin angin. Menara ini membentuk kepala kadal, jadi penyusunan vegetasi ditata
membentuk kepala kadal.
g. Bangunan pendukung
Bangunan pendukung terdiri dari area gathering spot, akses ke pantai, restoran, retail area,
dan mushola. Vegetasi yang diterapkan adalah susunan pohon ketapang di tempat duduk
gathering spot untuk menaungi pengunjung, pohon kelapa sebagai pengarah sirkulasi ke
pantai, dan tanaman estetika seperti perdu dan tanaman air di sekitar area restoran, retail
area, dan mushola. Selain pada area-area tersebut, pada area terbuka hijau terdapat pohon-
pohon kelapa yang tersusun secara acak sesuai kondisi eksisting di area pantai.

Simpulan dan Saran

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a
desain arsitektur v semester gasal 2010-2011

Pemilihan dan penataan lansekap harus mempertimbangkan banyak faktor, misalnya


fungsi, sifat fisik vegetasi, serta makna yang hendak ditampilkan. Konsep perjalanan dan kadal
meteng yang sarat makna filosofis Suku Sasak ditampilkan pada pemilihan dan penataan
lansekap yang berbeda-beda pada setiap zona untuk meniciptakan kesan mengalir yang kontinu.
Namun demikian, pemilihan vegetasi tidak boleh bertentangan dengan kondisi iklim tapak dan
menyesuaikan dengan ciri lokalitas tapak untuk menunjukkan karakter Suku Sasak yang
sesungguhnya.

Daftar Pustaka
Departemen Pekerjaan Umum. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan,
033/T/BM/1996
Djama, Zoer'aini . 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hakim, Rustam. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap. Jakarta: Bina
Aksara
Laurie, Michael. 1986. An Introduction To Landscape Architecture. New York: Elsevier
http://teknik.ums.ac.id/kuliah/ruhiko/file/A5-PDF-FINAL%20buku%20teks%20ruhiko
%20DIM/Fin%20A5-bab%208%20vegetasi%20ars-25%20sept.pdf, diakses tanggal 2 Januari
2011
http://en.wikipedia.org/wiki/vegetation, diakses tanggal 2 Januari 2011
http://www.fs.fed.us/wildflowers/regions/southern/HematiteLake/images/spider_lily_lg.jpg
, diakses tanggal 3 Januari 2010
http://onfertileground.com/m/On%20Fertile%20Ground/.html , diakses tanggal 3 Januari
2010
http://www.sabrinaflora.com/All_file_gambar/Pohon%20tanjung.jpg, diakses tanggal 3
Januari 2010
http://pradinacweet.blogdetik.com/2010/01/25/multi-guna-pohon-kelapa/, diakses tanggal
3 Januari 2010
http://www.travelpod.com/travel-blog-entries/awos1244/japan-
2007/1175156100/tpod.html, diakses tanggal 3 Januari 2010
http://senopati-kepra.blog.friendster.com/2009/03/menanam-pohon-mahoni/, diakses
tanggal 3 Januari 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Cempaka_hutan, diakses tanggal 3 Januari 2010
http://www.magnoliagardensnursery.com/productdescrip/Agave_DwarfVariegated.html,
diakses tanggal 3 Januari 2010
http://tukangtaman.blogspot.com/2009_12_01_archive.html, diakses tanggal 3 Januari 2010
http://www.awatergarden.com/plants.html, diakses tanggal 3 Januari 2010
http://tiyaonline.blogspot.com/2010/12/khasiat-teratai.html, diakses tanggal 3 Januari 2010

a r s i t e k t u r u n i v e r s i ta s b r a w i j a y a

You might also like