You are on page 1of 14

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Vol. 10, No.1, Juni 2009, hal. 1 - 14

ANALISIS VECTOR AUTO REGRESSIVE (VAR) TERHADAP


KORELASI ANTARA BELANJA PUBLIK DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI DI SULAWESI SELATAN, TAHUN 1985-2005

Abustan 1
Mahyuddin 1
1
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
E-mail: abustan64@yahoo.co.id

ABSTRACT
Vector Auto Regression (VAR) is an analysis or statistic method which can be used to
predict time series variable and to analyst dynamic impact of disturbance factor in
the variable system. In addition, VAR analysis is very useful to assess the
interrelationship between economic variables. This research through the following
test phases: unit root test, test of hypothesis, Granger causality test, and form a
vector autoregresion model (VAR). The data used in this research is the GDP data
and budget data of South Sulawesi in the period 1985-2004. The research aims to
analyze the interrelationship between public expenditure and economic growth in
South Sulawesi. The result showed statistically significant in economic growth
(PDRB) influence public expenditure (APBD), however, not vice versa. Otherwise,
for the need of APBD prediction, the used of lag 4 was the optimum model based on
the causal relationship to PDRB.
Keywords: hubungan kausalitas, belanja publik, pertumbuhan ekonomi, Vector Auto
Regression (VAR) analysis

PENDAHULUAN sebagai kekuatan eksogenus yang mengubah


Dalam teori ekonomi pembangunan diketa- output agregat. Dengan kata lain, dalam
hui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan kasus ini pertumbuhan ekonomi merupakan
pengeluaran pemerintah mempunyai hubu- fungsi dari pengeluaran pemerintah. Sebalik-
ngan timbal balik yang positif. Aliran nya, Hukum Wagner “hukum meningkatnya
Keynesian menunjukkan bahwa pembelan- ekspansi aktivitas publik” menekankan
jaan pemerintah memacu pertumbuhan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai deter-
ekonomi. Pandangan ini menjelaskan bahwa minan utama pertumbuhan sektor publik
dengan meningkatnya pengeluaran pemerin- (Wagner, 1983 dalam Mankiw, 2007 dan
tah akan mendorong peningkatan permintaan Donrbusch, et,al, 1987) yang berarti penge-
berbagai barang dan jasa yang diproduksi luaran pemerintah merupakan fungsi dari
perekonomian secara agregat, sehingga pertumbuhan ekonomi. Analogi untuk hubu-
mendorong pertumbuhan perekonomian. ngan ini adalah dengan meningkatnya per-
Jadi, pengeluaran pemerintah dipandang tumbuhan ekonomi, maka tingkat peneri-
maan pemerintah dari sektor pajak juga
2 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

meningkat yang akhirnya meningkatkan cukup menggembirakan dengan rata-rata


pengeluaran pemerintah. Selain itu pertum- mencapai sekitar 5,94 persen pertahun,
buhan ekonomi yang tinggi juga mencermin- melampaui kinerja pertumbuhan ekonomi
kan semakin besarnya kebutuhan layanan nasional yang hanya tumbuh sekitar 4,74
jasa pemerintah, sehingga dibutuhkan persen per tahun dalam periode yang sama,
anggaran pemerintah yang semakin besar juga lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan
pula. ekonomi kawasan KTI (5,25 persen per
Implikasi kebijakan dari adanya hubu- tahun). Sementara di sisi lain kinerja belanja
ngan timbal balik antara tingkat pengeluaran publik (pengeluaran pemerintah) Sulawesi
pemerintah dan tingkat pertumbuhan ekono- Selatan yang diukur dari APBD Provinsi plus
mi tersebut adalah pada pembuatan proyeksi/ APBD kabupaten/kota se Sulawesi Selatan,
perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan juga memiliki tingkat pertumbuhan yang
tahunan dan target pertumbuhan ekonomi. cukup tinggi yang pada nilai aktualnya
Dengan memegang asumsi bahwa hubungan tumbuhan rata-rata 22,51 persen pertahun.
timbal balik tersebut terjadi, maka dalam Berdasarkan gambaran kinerja dua variabel
membuat proyeksi pengeluaran pemerintah makro ekonomi Sulawesi Selatan tersebut,
harus memperhitungkan variabel pertum- maka pertanyaan mendasarnya adalah apakah
buhan ekonomi; dan sebaliknya dalam mem- APBD Sulawesi Selatan yang setiap tahun-
proyeksikan angka pertumbuhan ekonomi, nya hanya berkontribusi rata-rata 8,92 persen
variabel pengeluaran pemerintah harus terhadap PDRB mampu menjadi variabel
dijadikan salah satu faktor penentu. determinan yang signifikan terhadap pertum-
buhan ekonomi Sulawesi Selatan, atau justru
Hubungan kausalitas secara timbal balik
kinerja pertumbuhan Sulawesi Selatan yang
seperti yang digambarkan memang secara
menjadi faktor penentu terhadap tingginya
teoritis memungkinkan, namun faktanya
pertumbuhan belanja publik (APBD) di
seringkali hanya merupakan hubungan satu
daerah ini. Atau bisa jadi kedua variabel
arah saja. Oleh karena itu, kajian ini dituju-
makro ekonomi tersebut memiliki hubungan
kan untuk menguji hubungan kausalitas
kausalitas secara timbal balik, membentuk
antara PDRB dan Belanja pemerintah
hubungan yang bersinergi sehingga keduanya
(APBD) di Sulawesi Selatan apakah terjadi
memiliki kenerja yang cukup mengesankan.
secara timbal balik atau satu arah saja (hanya
Lebih lanjut pertanyaannya adalah bagaima-
PDRB mempengaruhi APBD atau hanya
na bentuk hubungan kausalitas dari kedua
APBD mempengaruhi PDRB). Dengan
variabel tersebut, sehingga dapat digunakan
memahami hubungan kausalitas tersebut,
untuk melakukan proyeksi kinerja kedua
maka kajian ini diharapkan dapat melahirkan
variabel ini berdasarkan hubungan kausa-
model proyeksi opitimal berdasarkan hubu-
litasnya. Berdasarkan hal tersebut maka
ngan kausalitas yang ada, melalui model
rumusan permasalahan yang ingin dijawab
analisis vector auto regression (VAR).
dalam studi ini adalah:
Dengan mengamati data deret waktu
1. Apakah PDRB Sulawesi Selatan secara
selama dua dekade terakhir (1985-2005)
signifikan mempengaruhi APBD Sula-
dimana pertumbuhan ekonomi Sulawesi
wesi Selatan?.
Selatan menunjukkan pertumbuhan yang

2
Abustan dan Mahyuddin – Analisis Vector Auto Regressive (Var) 3

2. Apakah APBD Sulawesi Selatan secara pertumbuhan ekonomi beberapa periode ke


signifikan mempengaruhi PDRB Sula- depan, berdasarkan hubungan kausalitasnya.
wesi Selatan?. 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi dan
3. Apakah keduanya menunjukkan hubu- Belanja Pemerintah
ngan satu arah atau memiliki pengaruh
secara timbal balik (dua arah)?. Teori yang membahas mengenai hubungan
4. Bagaimana model persamaan yang baik pengeluaran pemerintah dengan pertumbu-
untuk melakukan proyeksi nilai PDRB han ekonomi diuraikan panjang lebar dalam
atau APBD Sulawesi Selatan beberapa The General Theory Keynes. Teori ini
periode ke depan, berdasarkan hubungan menguraikan bahwa pendapatan total pereko-
kausalitasnya?. nomian dalam jangka pendek, sangat
ditentukan oleh keinginan rumah tangga,
Tujuan utama dari analisis ini adalah
perusahaan dan pemerintah untuk membelan-
mengevaluasi secara empiris keterkaitan
jakan pendapatannya. Untuk memodelkan
hubungan sebab akibat antara besaran belan-
pandangan Keynesian mengenai pengaruh
ja pemerintah pada sektor publik dan pertum-
pengeluaran pemerintah terhadap pertum-
buhan ekonomi (PDRB) dalam model
buhan ekonomi ini diilustrasikan dengan
bivariat. Secara khusus tulisan ini akan
pemodelan yang disebut perpotongan Keyne-
melakukan (1) pengujian unit root terhadap
sian (Mankiw, 2007), seperti yang ditunjuk-
variabel belanja publik (APBD) dan variabel
kan pada gambar 1.
PDRB, (2) pengujian kausalitas Granger
antara APBD dan PDRB di Sulawesi Selatan, Besarnya kenaikan output sebagai
(3) mendapatkan model vektor Auto Regres- dampak dari kenaikan pengeluaran peme-
sive (VAR) yang sesuai untuk memproyeksi rintah disebut pengganda pembelian peme-
kebutuhan belanja publik (APBD) dan target rintah (Government purchases multiplier)
yang diukur dengan rasio ∆Y/∆G. Implikasi

Kenaikan Pengeluaran aktual


Pengeluaran
pemerintah (∆G)
Pemerintah
Pengeluaran

Pengeluaran yang
direncanakan

Meningkatkan
pendapatan sebesar :
ΔG
1 − MPC

Y1 Y2 Output (Y)

Gambar 1. Perpotongan Keynesian, Pergeseran ke atas dalam Pengeluaran Pemerintah


yang Direncanakan Sebesar ∆G Meningkatkan Output Sebesar ∆G/(1-MPC)

3
4 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

dari perpotongan Keynesian adalah bahwa publik. Sejumlah studi menemukan hubu-
kenaikan output (∆Y) lebih besar dari ngan positif yang nyata antara pertumbuhan
kenaikan pengeluaran pemerintah (∆G), hal sektor publik dan pertumbuhan ekonomi
ini di sebabkan karena adanya efek berantai hanya untuk negara berkembang tetapi bukan
yang ditimbulkan dari peningkatan penge- pada negara maju, yang lainnya malahan
luaran pemerintah. Proses ini bermula dari melaporkan hubungan negatif antara pembe-
perubahan awal pengeluaran pemerintah lanjaan pemerintah dan GNP.
sebesar ∆G meningkatkan output ∆Y sebesar
∆G, peningkatan output atau pendapatan ini 2. Teori Ekonometrika
selanjutnya meningkatkan konsumsi masya- Vector Auto Regression (VAR) biasanya
rakat sebesar MPC x ∆G, di mana MPC digunakan untuk memproyeksikan sistem
(Marginal Propensity to Consume) adalah variabel-variabel runtut waktu dan untuk
kecenderungan mengkonsumsi marginal. menganalisis dampak dinamis dari faktor
Kenaikan dalam pendapatan yang kedua ini gangguan yang terdapat dalam sistem
sekali lagi meningkatkan konsumsi sekarang variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis
sebesar MPC x (MPC x ∆G) dan seterusnya, VAR bisa dipadankan dengan suatu model
sehingga angka pengganda ini merupakan persamaan simultan, oleh karena dalam
seri geometri tidak terhingga. Secara aljabar analisis VAR kita mempertimbangkan bebe-
pengganda pemerintah ini dapat dituliskan: rapa variabel endogen secara bersama-sama
dalam suatu model. Perbedaannya dengan
ΔY model persamaan simultan biasa adalah
= 1 + MPC + MPC 2 + MPC 3 + ...
ΔG bahwa dalam analisis VAR masing-masing
variabel selain diterangkan oleh nilainya di
ΔY masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai
= 1 /(1 − MPC )
ΔG masa lalu dari semua variabel endogen lain-
nya dalam model yang diamati. Di samping
itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada
Selanjutnya menurut (Loizides, et, al,
variabel eksogen dalam model tersebut
2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan
(Nachrowi, 2006; Pindyck, dkk 1998;
substansial dari besaran pengeluaran peme-
Verbeck, M, 2000).
rintah baik di negara maju maupun pada
negara berkembang ini sejak Perang Dunia Keunggulan dari analisis VAR antara
II, dan pengaruhnya pada pertumbuhan lain adalah: (1) Metode ini sederhana, kita
ekonomi jangka panjang (atau sebaliknya), tidak perlu khawatir untuk membedakan
telah banyak menjadi subyek penelitian. Di mana variabel endogen, mana variabel ekso-
sisi lain, studi pembiayaan publik telah gen; (2) Estimasinya sederhana, dimana
diarahkan untuk mengidentifikasikan penye- metode OLS biasa dapat diaplikasikan pada
bab pertumbuhan sektor publik. Hukum tiap-tiap persamaan secara terpisah; (3) Hasil
Wagner mengenai pengeluaran publik adalah perkiraan (forecast) yang diperoleh dengan
salah satu usaha paling awal yang menekan- menggunakan metode ini dalam banyak
kan pertumbuhan ekonomi sebagai determi- kasus lebih bagus dibandingkan dengan hasil
nan mendasar dari pertumbuhan sektor yang didapat dengan menggunakan model

4
Abustan dan Mahyuddin – Analisis Vector Auto Regressive (Var) 5

persamaan simultan yang kompleks sekali- rupiah dengan pertumbuhan ekonomi secara
pun. Selain itu, analisis VAR juga merupa- statistik juga bisa memberikan indikasi lain,
kan alat analisis yang sangat berguna, baik di yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi lebih
dalam memahami adanya hubungan timbal ditentukan oleh faktor-faktor lain, di luar
balik (interrelationship) antara variabel- investasi pemerintah.
variabel ekonomi, maupun di dalam pemben- Kebijakan otonomi daerah merupakan
tukan model ekonomi berstruktur. pendelegasian kewenangan yang disertai
dengan penyerahan dan pengalihan penda-
3. Penelitian Terdahulu
naan, sarana dan prasarana serta sumber daya
Aplikasi model VAR untuk melihat interre- manusia (SDM) dalam kerangka desentra-
lationship antar variabel pertumbuhan eko- lisasi fiskal. Dalam menghadapi desentrali-
nomi dan investasi pemerintah di Indonesia sasi fiskal menunjukkan bahwa potensi fiskal
telah dilakukan oleh Hadi, Y. S. (2003). pemerintah daerah antara satu dengan daerah
Studi ini menggunakan data series nasional yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbe-
dalam kurun waktu 1983/1984 hingga daan ini pada gilirannya dapat menghasilkan
1999/2000 dan menunjukkan bahwa dalam pertumbuhan ekonomi yang beragam pula.
periode yang diamati, investasi pemerintah di Pertumbuhan ekonomi adalah proses
sektor fiskal, khususnya pengeluaran pemba- kenaikan output per kapita (Boediono, 1985).
ngunan rupiah ternyata tidak mempunyai Secara tradisional, pertumbuhan ekonomi
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbu- ditujukan untuk peningkatan yang berkelan-
han ekonomi. Temuan ini menunjukkan jutan pada Produk Domestik Regional
bahwa sebagaimana menurut aliran Klasik Daerah/PDRB (Saragih, 2003; Kuncoro,
terdapat dichotomy antara sektor riil dan 2004). Hasil penelitian yang dilakukan Lin
sektor moneter, dalam studi ini juga dan Liu (2000) menunjukkan desentralisasi
ditemukan antara dichotomy antara sektor riil memberikan dampak yang sangat berarti bagi
dan sektor fiskal di Indonesia. Alasan yang pertumbuhan ekonomi daerah. Oates (1995),
mungkin bisa digunakan untuk menjelaskan Lin dan Liu (2000) yang membuktikan
hal ini adalah bahwa dalam penyusunan adanya hubungan yang positif dan signifikan
rencana APBN, pembiayaan rupiah diperla- antara desentralisasi fiskal dengan pertum-
kukan sebagai residu, dan tidak dikaitkan buhan ekonomi. Hasil ini mendukung sintesa
dengan besarnya kebutuhan investasi dalam yang menyatakan bahwa, pemberian otonomi
pertumbuhan ekonomi, namun tergantung yang lebih besar akan memberikan dampak
kepada ketersediaan dana yang ada. Penge- yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi,
luaran pembangunan rupiah ini identik hal inilah yang mendorong daerah untuk
dengan tabungan pemerintah yang notabene mengalokasikan secara lebih efisien berbagai
merupakan selisih antara penerimaan dalam potensi lokal untuk kepentingan pelayanan
negeri dengan pengeluaran rutin. Dalam publik (Lin dan Liu, 2000; Mardiasmo, 2002;
kondisi seperti ini, hubungan yang tidak Wong, 2004).
signifikan antara pembiayaan rupiah dengan
Louizides, menggunakan data tahunan
PDB merupakan hal yang masuk akal. Tidak
dari UK, Yunani, dan Irlandia, paper ini
signifikannya hubungan antara pembiayaan
mengkaji hubungan antara besaran pertum-

5
6 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

buhan pemerintah dan pertumbuhan penda- adalah data PDRB menurut Harga konstan
patan pada sistem bivariate dan trivariate, 2000. Sedangkan APBD merupakan penju-
berdasarkan pada analisis kointegrasi, stra- mlahan antara APBD provinsi Sulawesi
tegi ECM dan uji kausalitas Granger. Berda- Selatan dan jumlah APBD Kabupaten/kota se
sarkan hasil empiris yang didapat, muncul Sulawesi Selatan yang dideflasi menurut
kesimpulan sebagai berikut. Pertama, pada Indek harga konsumen (IHK) tahun 2000.
ketiga negara penyebab pertumbuhan Perkembangan nilai dari dua variabel yang
Granger pengeluaran publik adalah pendapa- akan diuji kausalitasnya ditunjukkan pada
tan nasional baik dalam jangka pendek gambar 2.
maupun jangka panjang, dihasilkan baik
dalam analisis bivariate maupun trivariate. Model Empiris
Analisis ini secara umum menilai hipotesis Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Vector
bahwa ekspansi publik adalah menghambat Auto Regression (VAR) merupakan salah
pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. satu alat analisis yang tidak saja berguna
Tingkat pertumbuhan yang mendasarinya untuk melihat hubungan kausalitas antara
yang berdampak pada sektor publik adalah variabel, tapi juga dapat digunakan untuk
positif, yang berarti bahwa pembelanjaan menentukan model proyeksi. Untuk mema-
publik mendukung pembangunan ekonomi. hami analisis VAR, model secara empiris
Kedua, Yunani menunjukkan dukungan pada diilustrasikan sebagai berikut:
hipotesis Wagner yaitu kenaikan output
menyebabkan pertumbuhan pada pengelua- Yt = a10 + a11Yt-1 + a12Zt-1 + a13Yt-2 +
ran publik. Ini nampak pada uji bivariate dan
a14Zt-2 + eyt (i)
juga trivariate. Ketiga, data Inggris juga
menunjukkan pola serupa jika model triva- Zt = a20 + a21Yt-1 + a22Zt-1 + a23Yt-2 +
riate (dengan inflasi sebagai variabel tamba-
a24Zt-2 + ezt (ii)
han) digunakan. Sebaliknya, hasil untuk
Irlandia tidak menunjukkan pengaruh kausa-
litas tipe Wagnerian. Terakhir, disebutkan dimana:
bahwa meskipun variabel potensial lainnya Y = PDRB pada tahun t
t
seperti suku bunga riil atau hutang publik
Z = APBD pada tahun t
terhadap GNP belum dieksplorasi, studi ini t
Y = PDRB pada tahun t-n
mengindikasikan kemungkinan dimensiona- t-n

litas hubungan makro antara pendapatan Z = APBD pada tahun t-n


t-n
perkapita riil dan besaran sektor publik. a ,a = konstanta
10 20
e ,e = faktor gangguan
yt zt
METODE PENELITIAN

Data Dua persamaan di atas menunjukkan


bahwa dua variabel ekonomi yang diamati,
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah
yakni produk domestik regional bruto
data tahun PDRB dan APBD Sulawesi
(PDRB) dan APBD, saling mempengaruhi
Selatan dari tahun 1985-2004. Data PDRB
satu sama lain. Sebagai contoh, PDRB dalam

6
Abustan dan Mahyuddin – Analisis Vector Auto Regressive (Var) 7

Perkembangan PDRB dan APBD Sulawesi Selatan Tahun


1985-2005 (Rp.Juta)
45,000,000

40,000,000

35,000,000

30,000,000

25,000,000

20,000,000

15,000,000

10,000,000

5,000,000

-
85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

00

01

02

03

04

05
19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

20

20

20

20

20

20
PDRBHK APBD

Gambar 2. Perkembangan Nilai PDRB Harga Konstan Sulawesi Selatan dan APBD Sulawesi
Selatan dari Tahun 1985-2005

tahun t (Y ) dipengaruhi oleh PDRB dalam tujuan dari analisis VAR adalah untuk
t
periode sebelumnya (Y dan Y ), dan oleh menilai adanya hubungan timbal balik di
t-1 t-2
APBD dalam tahun sebelumnya (Z dan antara variabel-variabel yang diamati, dan
t-1
Z ). Demikian pula, APBD dalam tahun t bukan test untuk data. Akan tetapi, apabila
t-2
data yang diamati adalah stationer, hal ini
(Z ) dipengaruhi oleh APBD dalam tahun
t akan meningkatkan akurasi dari analisis
sebelumnya (Z dan Z ), dan oleh PDRB
t-1 t-2 VAR (Juanda, 2008; Nachrowi, 2006; dan
dalam periode sebelumnya (Y dan Y ). Verbeek, 2006).
t-1 t-2

Model pengujian unit root pada variabel


Metode Analisis
PDRB dan APBD adalah menggunakan
Dalam rangka menguji kausalitas antara model pengujian Augmented Dickey-Fuller
PDRB dan APBD Sulawesi Selatan dengan Test (ADF Test), di mana model ini meng-
metode VAR, maka beberapa tahapan asumsikan bahwa ε t dari ΔYt = δYt −1 + ε t
analisis pengujian sebagai berikut, di mana adalah independently dan identical distri-
semua tahapan dalam analisis ini menggu- buted (IID) variabel acak, dengan nilai rataan
nakan software Eviews 4.1.:
nol dan varians σ konstan. Jika δ = 0 ,
2

1. Uji akar unit (Unit Root Test) maka ε t adalah IID atau mempunyai unit
root, dan data time series yang memiliki unit
Uji akar unit ini digunakan untuk melihat
root disebut data non-stationary. Data time
apakah data yang diamati stationer atau
series dikatakan tidak mengandung unit root
tidak. Test ini sebenarnya hanya merupakan
pelengkap dari analisis VAR, mengingat

7
8 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

atau bersifat stationer jika nilai statistik ADF Berdasarkan model regresi uji kausalitas
test lebih besar dari nilai kritis 10 persen. Granger yang dimodelkan, maka hipotesis
yang akan diuji adalah:
2. Uji Hipotesis (Hyphothesis Testing) Cau-
H0 : PDRB tidak mempengaruhi (tidak
salitas Granger (Granger Causality Test)
menyebabkan) APBD Sulawesi Sela-
Dalam rangka membentuk model VAR tan
antara PDRB dan APBD Sulawesi Selatan, H1 : PDRB mempengaruhi (menyebabkan)
maka metode analisis untuk melihat hubu- APBD Sulawesi Selatan
ngan kausalitas antara variabel tersebut H0 : APBD tidak mempengaruhi (tidak
digunakan Uji Kausalitas Granger, di mana menyebabkan) PDRB Sulawesi Sela-
bentuk hubungan kausalitas Granger yang tan
dimodelkan adalah:
H1 : APBD mempengaruhi (menyebabkan)
PDRB Sulawesi Selatan
PDRBt = ∑ ai APBDt −i + ∑ bi PDRBt − j + uit

….... (1) Jika nilai probabilitas dari kedua hipote-


dan sis di atas lebih kecil dari nilai kesalahan
yang dapat ditolerir (α = 0,05) maka kedua-

APBDt = ∑ ci APBDt −i + ∑ d i PDRBt − j + u it nya diputuskan untuk menolak H0, sehingga


interpretasinya adalah PDRB dan APBD
..….. (2) Sulawesi Selatan saling mempengaruhi seca-
ra timbal balik. Akan tetapi jika hanya satu
hipotesis H0 yang ditolak, berarti hubungan
di mana
antara PDRB dan APBD hanya merupakan
PDRBt = PDRB Sulawesi Selatan pada hubungan kausalitas yang satu arah.
tahun t (IHK 2000=100)
PDRBt − j = PDRB Sulawesi Selatan pada 3. Model Vektor Otoregresi (VAR)

tahun sebelumnya ke-j (IHK Setelah melakukan uji kausalitas dengan


2000=100) metode Kausalitas Granger test, maka lang-
= APBDProvinsi + APBD Kabu- kah selanjutnya adalah membentuk Model
APBDt
VAR. Jika ternyata berdasarkan hasil uji
paten/ Kota se Sulawesi Sela-
kausalitas pada persamaan (1) dan (2)
tan pada tahun t di deflasi
menunjukkan hubungan yang saling mempe-
dengan IHK (2000=100)
ngaruhi maka model VAR akan menjadi:
APBDt −i = APBD Provinsi +APBD Kabu-
paten/Kota se Sulawesi Selatan PDRBt = a1i + ∑ β1t PDRBt −i + ∑ γ 1t APBDt −i + ε t
pada tahun sebelumnya ke-i di …... (3)
deflasi dengan IHK (2000 = dan
100)
ai , bi , ci , d i = Konstanta APBDt = a2i + ∑ β2t PDRBt −i + ∑γ 2t APBDt −i + ε t
u ti = faktor gangguan …... (4)

8
Abustan dan Mahyuddin – Analisis Vector Auto Regressive (Var) 9

Penentuan jumlah lag yang akan diguna- merupakan akumulasi dari APBD Provinsi
kan dalam menentukan model VAR adalah di plus APBD Kabupaten/kota se Sulawesi
dasarkan pada uji Akaike Information Crite- Selatan yang di deflasi menurut IHK tahun
rion (AIC) dan Schwarz Information Crite- 2000, terlihat bahwa variabel ini bersifat
rion (SIC). Pengujian lag dilakukan di mulai stationer pada data First different. Hasil
dari Lag 2 dan berhenti pada lag yang lebih pengujian unit root ini juga menghasilkan
besar jika nilai AIC dan SIC sudah semakin nilai Durbin-Watson statistik yang cukup
kecil. baik yakni sebesar 2,05 pada data level dan
2,10 untuk second different pada variabel
HASIL PENELITIAN DAN PDRB. Sedangkan untuk variabel APBD
PEMBAHASAN nilai statistik DW sebesar 1,94 pada data
level dan 1,95 pada first different.
Pengujian Unit root
Pengujian Kausalitas Granger
Dengan bantuan program Eviews 4.1, dilaku-
kan Augmented Dickey-Fuller Test untuk Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian
melakukan uji akar unit (Unit Root Test) kausalitas Granger menunjukkan bahwa nilai
untuk menguji apakah variabel PDRB probabilitas pada pengujian APBD terhadap
Sulawesi Selatan dan APBD Sulawesi PDRB Sulawesi Selatan sebesar 0,77939,
Selatan bersifat stationer atau tidak. Dengan yang berarti pada tingkat kesalahan yang
mencakup trend dan intercept, diperoleh hasil dapat ditolerir α = 0,05 hipotesis yang
perhitungan bahwa untuk variabel PDRB menyatakan APBD berpengaruh terhadap
harga konstan 2000 pada data level secara PDRB (H1) tidak dapat di terima dan
signifikan mengandung unit root, yang berati menerima H0, dengan kata lain secara
bahwa pada data level ini variabel PDRB sifnifikan tidak berpengaruh terhadap PDRB.
Sulawesi Selatan tidak stationer. Derajat Sedangkan nilai probabilitas pada pengujian
intgrasi pada variabel ini terjadi pada data pengaruh PDRB terhadap APBD menunjuk-
second different, yang berarti bahwa PDRB kan nilai probabilitas sebesar 0,00032, yang
Sulawesi Selatan bersifat stationer pada data berarti pada tingkat kepercayaan 99 persen,
second different, untuk jelasnya hasil hipotesis yang menyatakan bahwa PDRB
pengujian uniit root variabel yang dianlisis berpengaruh terhadap APBD (H1) dapat di
berdasarkan metode Augmented Dickey- terima dan menolak H0 yang berarti pula
Fuller Test (ADF-Test) dapat dilihat pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan
tabel 2. (PDRB) merupakan variabel determinan
Pada tabel 2 terlihat pula bahwa untuk yang signifikan terhadap besarnya APBD.
variabel APBD Sulawesi Selatan yang

9
10 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

Tabel 2. Hasil Pengujian Unit root Data Level pada Variabel APBD Sulawesi Selatan

Null Hypothesis: D(PDRBHK,2) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.645059 0.0087
Test critical values: 1% level -4.571559
5% level -3.690814
10% level -3.286909
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(APBDK) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.873264 0.0347
Test critical values: 1% level -4.532598
5% level -3.673616
10% level -3.277364
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Tabel 3. Hasil Kausalitas Grunger antara Variabel PDRB dan APBD Sulawesi Selatan

Pairwise Granger Causality Tests


Date: 07/16/08 Time: 12:29
Sample: 1985 2005
Lags: 4
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability
APBD does not Granger Cause PDRBHK 17 0.43641 0.77939
PDRBHK does not Granger Cause APBD 19.8758 0.00032

Berdasarkan hasil pengujian kausalitas merupakan fungsi dari PDRB dan tidak
Granger seperti yang ditunjukkan pada tabel sebaliknya.
2 terlihat bahwa hubungan kausalitas antara
PDRB dan APBD Sulawesi Selatan tidak Analisis Model Vektor Auto Regressive
menunjukkan hubungan yang timbal balik (2 (VAR)
arah), tetapi hanya hubungan satu arah, di Dalam membentuk model VAR, maka lebih
mana arah pengaruhnya adalah APBD lebih awal harus ditentukan dulu berapa
jumlah lag yang paling sesuai dengan model.

10
Abustan dan Mahyuddin – Analisis Vector Auto Regressive (Var) 11

Untuk menentukan jumlah lag yang paling sesuai dengan model adalah lag 4, dengan
sesuai dengan model, maka kriteria yang di nilai AIC sebesar 58.56502 dan nilai SIC
gunakan adalah di dasarkan pada nilai uji sebesar 59.44724. Pada lag 4 selain memiliki
Akaike Information Criterion (AIC) dan nilai AIC dan SIC minimum juga memiliki
Schwarz Information Criterion (SIC) yang nilai R-squared yang lebih tingi dibanding-
menghasilkan nilai minimum. Hasil analisis kan mengguakan lag lainnya. Dengan demi-
menunjukkan bahwa nilai AIC dan SIC pada kian maka kesimpulannya adalah PDRB dan
lag 4 menurun dan meningkat lagi pada lag APBD memiliki hubungan kausalitas yang
5. Dengan demikian jumlah lag yang paling lebih baik pada lag 4.

Tabel 4. Penentuan Model VAR antara Variabel PDRB dan APBD Sulawesi Selatan

Vector Autoregression Estimates


Date: 07/08/08 Time: 13:21
Sample(adjusted): 1989 2005
Included observations: 17 after adjusting
endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Lag = 4 Lag = 3 Lag = 2
PDRBHK APBDK PDRBHK APBDK PDRBHK APBDK

PDRBHK(-1) 1.238509 -0.15458 1.279911 0.008827 1.227975 0.009648


-0.36222 -0.0554 -0.29231 -0.21452 -0.2537 -0.17663
[ 3.41918] [-2.79046] [ 4.37862] [ 0.04115] [ 4.84019] [ 0.05462]

PDRBHK(-2) -0.569345 0.338874 -0.619624 0.017015 -0.27449 0.028473


-0.57371 -0.08774 -0.45274 -0.33226 -0.24759 -0.17238
[-0.99239] [ 3.86228] [-1.36862] [ 0.05121] [-1.10865] [ 0.16518]

PDRBHK(-3) 0.195995 -0.656472 0.284064 0.011635


-0.57491 -0.08792 -0.28184 -0.20684
[ 0.34091] [-7.46645] [ 1.00788] [ 0.05625]

PDRBHK(-4) 0.066515 0.480131


-0.35259 -0.05392
[ 0.18865] [ 8.90412]

APBDK(-1) -0.029251 1.263582 -0.067343 1.094493 -0.008762 1.043112


-0.59289 -0.09067 -0.48642 -0.35697 -0.40902 -0.28477
[-0.04934] [ 13.9358] [-0.13845] [ 3.06603] [-0.02142] [ 3.66298]

APBDK(-2) 0.405975 -0.553913 0.454401 -0.24679 0.285022 -0.03183


-1.03626 -0.15848 -0.87119 -0.63935 -0.43345 -0.30178
[ 0.39177] [-3.49522] [ 0.52159] [-0.38600] [ 0.65756] [-0.10547]

APBDK(-3) -0.155874 -0.258716 -0.103078 0.217235


-1.04276 -0.15947 -0.73371 -0.53846
[-0.14948] [-1.62232] [-0.14049] [ 0.40344]

11
12 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

APBDK(-4) 0.163678 1.168686


-1.15065 -0.17597
[ 0.14225] [ 6.64131]

C 2677609 376740.6 2319148 -588451.4 1801289 -588443


-1790067 -273759 -1260662 -925179 -1021080 -710899
[ 1.49582] [ 1.37617] [ 1.83963] [-0.63604] [ 1.76410] [-0.82774]
R-squared 0.988306 0.99766 0.990043 0.947661 0.990474 0.948827
Adj. R-squared 0.976612 0.995321 0.984612 0.919112 0.987752 0.934206
Sum sq. resids 8.39E+12 1.96E+11 8.54E+12 4.60E+12 9.67E+12 4.69E+12
S.E. equation 1024265 156643.4 880892.1 646471.9 831213 578709.8
F-statistic 84.5139 426.4177 182.2986 33.19471 363.9215 64.89566
Log likelihood -252.9862 -221.0643 -267.505 -261.9357 -283.0409 -276.1613
Akaike AIC 30.8219 27.06638 30.50056 29.88175 30.32009 29.59592
Schwarz SC 31.26301 27.5075 30.84681 30.228 30.56863 29.84446
Mean dependent 27989172 2293461 27313807 2180078 26633804 2074815
S.D. dependent 6697546 2289936 7101309 2273049 7510837 2256154
Determinant Residual Covariance 1.12E+22 3.05E+23 2.20E+23
Log Likelihood (d.f. adjusted) -479.8026 -537.7524 -564.5153
Akaike Information Criteria 58.56502 61.30583 60.47529
Schwarz Criteria 59.44724 61.99834 60.97237

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel penentunya adalah PDRB pada t-1.
menentukan model VAR dimana keputusan Sedangkan dalam rangka memproyeksi
yang diambil didasarkan pada tingkat signifi- APBD ke depan variabel maka variabel
kansi pada kesalahan yang dapat ditolerir penentunya adalah APBD pada t-2 dan
α = 0,05 yaitu dengan membandingkan nilai PDRB pada t-1 dan juga PDRB pada t-4
t-hitung (nilai pada baris ke tiga) dibanding- sebagai variabel determinannya. Oleh karena
kan dengan t-tabel di mana pada α = 0,05, itu, untuk menggunakan model VAR dalam
nilai t-tabelnya sebesar 1,761. Jika t-hitung melakukan proyeksi PDRB dan APBD
lebih besar pada t-tabel maka dinyatakan Sulawesi Selatan adalah dengan mengguna-
berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan kan model VAR pada Lag 4 dengan model
hasil pengujian bahwa PDRB Sulawesi seperti terlihat berikut ini:
Selatan hanya dipengaruhi oleh PDRB pada
t-1. Sedangkan nilai APBD dipengaruhi oleh
PDRB pada t-1 dan PDRB pada t-4, APBD
pada t-2. Dengan demikian dalam rangka
melakukan proyeksi PDRB ke depan maka

12
Abustan dan Mahyuddin – Analisis Vector Auto Regressive (Var) 13

Estimation Proc:
===============================
LS 1 4 PDRBHK APBDK @ C

VAR Model:
===============================
PDRBHK = C(1,1)*PDRBHK(-1) + C(1,2)*PDRBHK(-2) + C(1,3)*PDRBHK(-3) + C(1,4)*PDRBHK(-4) +
C(1,5)*APBDK(-1) + C(1,6)*APBDK(-2) + C(1,7)*APBDK(-3) + C(1,8)*APBDK(-4) + C(1,9)

APBDK = C(2,1)*PDRBHK(-1) + C(2,2)*PDRBHK(-2) + C(2,3)*PDRBHK(-3) + C(2,4)*PDRBHK(-4) +


C(2,5)*APBDK(-1) + C(2,6)*APBDK(-2) + C(2,7)*APBDK(-3) + C(2,8)*APBDK(-4) + C(2,9)

VAR Model - Substituted Coefficients:


===============================
PDRBHK = 1.238508757*PDRBHK(-1) - 0.5693445993*PDRBHK(-2) + 0.1959946348*PDRBHK(-3) +
0.06651483999*PDRBHK(-4) - 0.02925112553*APBDK(-1) + 0.4059754773*APBDK(-2) -
0.15587393*APBDK(-3) + 0.1636783666*APBDK(-4) + 2677609.311

APBDK = - 0.1545799013*PDRBHK(-1) + 0.3388735955*PDRBHK(-2) - 0.6564723342*PDRBHK(-3) +


0.4801311131*PDRBHK(-4) + 1.263582267*APBDK(-1) - 0.5539130764*APBDK(-2) -
0.2587161642*APBDK(-3) + 1.168686071*APBDK(-4) + 376740.6334

KESIMPULAN ekonomi karena adanya multiplier


Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan berantai ternyata tidak dapat dibuktikan
tersebut di atas maka dapat ditarik beberapa di Sulawesi Selatan.
kesimpulan berikut: 4. Dalam melakukan model proyeksi
1. Berdasarkan hasil pengujian unit root, PDRB dan APBD berdasarkan hubu-
menunjukkan bahwa variabel PDRB dan ngan kausalitasnya, maka penggunaan
APBD Sulawesi Selatan pada data level lag 4 menghasilkan model VAR yang
tidak stationer atau mengandung unit paling sesuai.
root. Variabel PDRB menjadi stasioner Rekomendasi yang dapat diberikan
pada data second different, sedangkan sebagai berikut:
variabel APBD stasioner pada data first 1. Hendaknya perencanaan pengeluaran
different. pemerintah lebih difokuskan pada
2. Hubungan kausalitas antara PDRB dan sektor-sektor produktif sehingga dapat
APBD hanya satu arah yakni PDRB mejadi instrumen yang efektif dalam
sebagai determinan terhadap APBD dan peningkatan dan perluasan kapasitas
tidak sebaliknya. Berarti bahwa kinerja produksi dan menunjang pertumbuhan
belanja publik tidak berdampak pada ekonomi.
pertumbuhan ekonomi. 2. Dalam melakukan proyeksi kebutuhan
3. Pandangan Keynesian yang menyatakan APBD di Sulawesi Selatan, hendaknya
bahwa pengaruh perubahan pengeluaran memperhatikan variabel ekonomi lain-
pemerintah akan memberikan dampak nya, terutama target pencapaian pertum-
yang lebih besar terhadap pertumbuhan buhan ekonomi.

13
14 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

DAFTAR PUSTAKA sis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta:


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Dornbusch, R, dan Fischer, S, 1987 Makro
Ekonomi. Edisi Keempat. Alih Bahasa Universitas Indonesia.
oleh Mulyadi, J, A, Jakarta: Erlangga. Oates, Wallace E. 1995. Comment on “Con-
Hadi, Y. S. 2003, Analisis Vector Autore- flict and Dillemas of Decentralization”
gressive (VAR) terhadap Korelasi anta- by Rudolf Holmes. The World Bank
Research Observer. Hal: 351-353
ra Pendapatan Nasional dan Investasi
Pemerintah Indonesia, 1983/1984-1999/ Pindyck, Rober S. and Daniel L. 1998, Eco-
2000; Jurnal Keuangan dan Moneter nomic Models and Econometric Fore-
Volume 6 Nomor 2, Jakarta. cast, 4th edition. New York: N.Y.
John Loizides dan George Vamvoukas, 2005, McGraw Hill.
Government Expenditure and Economic Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi
Growth: Evidence From Trivariate Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Causality Testing Athens University Of Otonomi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indo-
Economics And Business; Journal of nesia.
Applied Economic Volume VIII Nomor Verbeck, M., 2000, A Guide Modern
1. Econometrics, Singapore: John Wiley
Juanda, B. 2008, Modul Mata Kuliah Eko- & Sons, Ltd.
nometrika Lanjut, Bogor: Program Yustikasari, D.Y., 2007, Pengaruh Pertum-
Studi Perencanaan Pembangunan Wila- buhan ekonomi, Pendapatan Asli Dae-
yah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjan rah dan Dana Alokasi Umum terhadap
Institut Pertanian Bogor. Pengalokasian Anggaran Belanja Mo-
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pem- dal. Makalah, disampaikan pada Sim-
bangunan Daerah: Reformasi, Peren- posium Nasional Akuntansi X,
canaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: UNHAS Makasar.
Penerbit Erlangga.
Lin, Justin Yifu dan Zhiqiang Liu. 2000.
Fiscal Decentralization and Economic
Growth in China, Economic Develop-
ment and Cultural Change Chicago.
Vol. 49. Hal: 1-21.
Mankiw, N, G, 2007, Makroekonomi, Alih
Bahasa Liza F dan Nurmawan, I. Edisi
Keenam. PT, Jakarta: Gelora Aksara
Pratama.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta: Pener-
bit Andi.
Nachrowi, N.D. 2006, Pendekatan Populer
dan Praktis Ekonometrika untuk Anali-

14

You might also like