You are on page 1of 16

“Anatomi Dasar Ginjal”

Makalah Semester Pendek Basic Structure and Function

Disusun untuk memenuhi penilaian Semester Pendek Basic Structure and


Function

Oleh :
Hamid Hunaif Dhofi Alluza
0710710076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I

PENDAHULUAN

Ginjal adalah organ ekskresi pada manusia yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari
darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Ginjal memiliki
peran yang penting sebagai salah satu dari organ yang menjaga fungsi
homeostasis dan metabolisme tubuh.
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal).

Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang


melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga
L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati.

Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan
ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan
yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.

Berikut ini merupakan beberapa fungsi dari ginjal:

1. Pengeluaran zat sisa organik


2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
4. Pengaturan produksi sel darah merah
5. Pengaturan tekanan darah
6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan kadar asam
amino darah
7. Ekskresi zat beracun

Banyak sekali manifestasi klinis akibat dari gangguan dan kelainan pada ginjal,
oleh karena itu, mengetahui anatomi ginjal beserta fungsi fisiologisnya merupakan
hal yang sangat penting dalam ilmu kedokteran.
BAB II
ISI

A. ANATOMI KASAR
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal
sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12),
sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-
kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah
pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal
kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.

Batas-batas anatomis (syntopi) Ginjal:

Ren Sinistra Ren Dekstra


Aterior  Dinding dorsal gaster  Lobus kanan hati
 Pankreas  Duodenum pars descendens
 Limpa  Fleksura hepatica
 Vasa lienalis  Usus halus
 Usus halus
 Fleksura lienalis

Posterior Diafragma, m.psoas major, m. quadratus lumborum, m.


transversus abdominis(aponeurosis), n.subcostalis,
n.iliohypogastricus, a.subcostalis, aa.lumbales 1-2(3), iga 12
(ginjal kanan) dan iga 11-12 (ginjal kiri).
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

 Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari


korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
 Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
 Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah
korteks
 Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut
saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus
pengumpul dan calix minor.
 Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
 Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
 Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Jika sebuah ginjal dipotong membelah pada bagian tengah, maka dapat
dibedakan menjadi bagian luar yang disebut korteks, dan bagian dalam yang
disebut medula. Bagian korteks berwarna coklat tua sedangkan medulla coklat
agak terang. Korteks ginjal tersusun atas nefron: dalam medula, tubulus
koligens. Struktur yang berbeda morfologi, fisiologi dan asal embriologi dari
nefron paling menyolok. Lobulus ginjal terdiri dari satu susunan medula
(medulla ray) dengan jaringan korteks yang mengelilinginya. Tiap lobulus
ginjal memiliki duktus koligens dan semua unit filtrasi ginjal bermuara
kedalam duktus ini. Pada manusia dewasa lobus-lobus dan lobulus-lobulus
ginjal tidak selalu terikat dengan nyata.

Pada bagian medula terdapat bentukan seperti piramid yang disebut piramida
renalis yang merupakan kumpulan saluran pengumpul air kemih yang bersatu
membentuk pelvis renalis. Medula ginjal terdiri dari 10-18 struktur yang
berbentuk kerucut (piramida renalis). Piramid medula yang dasar dan pinggir-
pinggir berada pada zona korteks dan puncaknya menonjol yang disebut papila
ginjal. Kaliks-kaliks bersatu membentuk pelvis ginjal yang merupakan bagian
atas uteter yang melebar. Permukaan papila ginjal ditembus oleh 10-12 lubang-
lubang muara duktus koligens membentuk area cribrosa (daerah kibrosa).
Dasar piramid medula tersusun atas parallel 400-500 tubulus-tubulus panjang
secara pararel (medullary rays), menembus korteks. Tiap medulla rays terdiri
dari duktus koligens yang lurus dikelilingi oleh banyak tubulus nefron sejajar
yang merupakan unit filtrasi ginjal.
B. UNIT FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL GINJAL

Unit struktural dan fungsional dasar dari ginjal dalam pembentukan urine
adalah nefron (nephron). Nefron dapat dibedakan menjadi nefron vaskuler
dan nefron epitel. Nefron pembuluh yaitu arteriole aferen, glomerulus,
arteriole eferen, dan kapiler peritubuler. Nephron epithel yaitu kapsula
Bowman, tubulus convulatus proksimal, loop of Henle, tubulus convulatus
distal, dan tubulus collectivus. Setiap satu buah ginjal normal manusia
dewasa dapat mengandung 1-4 juta unit nefron. Setiap 1 unit nefron terdiri
atas corpuskula renalis, tubulus kontortus proksimal, bagian tipis dan tebal
lengkung Henle serta tubulus kontortus distal. Unsur-unsur nefron tertanam
pada lamina basalis yang dilanjutkan dengan sejumlah kecil jaringan
penyambung organ. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring
yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) dan saluran-saluran (tubulus).

1. Glomerulus

Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan


cabang dari arteriol aferen. Setelah memasuki badan ginjal (korpus
ginjal)korpuskula renalis, arteriol aferen biasanya bercabang menjadi 2-5
cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler.
Tekanan hidrostatik darah arteri yang terdapat dalam kapiler-kapiler ini.
glomelurus diatur oleh arteriol eferen
2. Kapsula Bowman

Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Glomerulus


berfungsi sebagai penyaring darah. Kapsula Bowman  merupakan epitel
berdinding ganda. Lapisan luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis
gepeng, dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel khusus yang disebut podosit
(sel kaki) yang letaknya meliputi kapiler glomerulus. Antara kedua lapisan
tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana
basalis, dan sel-sel endotel kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi
yang berlubang-lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler
dengan ruang kapsuler. Sel-sel endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-
pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-kapiler pada organ lain.
Hasil filtrasi cairan darah pada glomerulus atau disebut cairan ultrafiltrat (urin
primer) selanjutnya ditampung pada rongga kapsul.
3. Korpuskula ginjal

Kesatuan antara glomelurus dengan kapsula Bowman membentuk korpuskula


renalis (disebut juga badan Malphigi). Korpuskula renalis berlanjut menjadi
tubulus kontortus proksimal. Setiap korpuskula mengandung gulungan
kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.
Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler
dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.

4. Tubulus contortus proksimal (TCP)

Tubulus contortus proksimal merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok


mulai pada korpuskula renalis berlanjut menjadi lengkung Henle (loop of
Henle). Tubulus kontortus proksimal (TKP) biasa ditemukan pada potongan
melintang korteks. TKP dibatasi oleh epitel kubus selapis dengan apeks sel
menghadap lumen tubulus memiliki banyak mikrofili membentuk brush
border. Permukaan mikrovili brush border berperan membantu reabsorbsi
berbagai zat yang terdapat dalam cairan ultrafiltrat. Pada reabsobsi,
sitoplasma apical sel mempunyai banyak kanakuli berasal dari dasar
mikrovili. Di dekat kanakuli terdapat vesikel kecil sebagai akibat selama
pinositosis. Bertambahnya permukaan membran sel pada basis sel melalui
mana pompa natrium adalah sifat-sifat sel yang ikut dalam transport ion.
5. Loop of Henle

Lengkung Henle merupakan saluran panjang berbentuk seperti huruf Udapat


dibedakan menjadi segmen tipis dan segmen tebal. Lengkung Henle memiliki
lubang lebih lebar daripada TKD karena diding LH terdiri dari sel-sel gepeng
dengan inti menonjok ke dalam lumen. Bagian tipis lengkung Henle
merupakan kelanjutan dari tubulus kontortus proksimal, sebagian besar
berjalan turun (descenden) dan bagian tebal berjalan ke atas (ascenden).
Bagian tipis menyerupai kepiler darah sehingga sukar dibedakan.

Lengkung Henle tebal strukturnya sama dengan tubulus kontortus distal.


Bagian descenden lengkung Henle bersifat permiabel terhadap air dan ion-
ion, sehingga memungkinkan pergerakan bebas air, Na+ dan Cl-. Sedangkan
bagian ascenden tidak permiabel terhadap air dan sangat aktif mentranspor
klorida ke cairan insterstitial. Bertanggungjawab langsung pada hipertonisitas
cairan insterstitial daerah medula sebagai akibat kehilangan natrium dan
klorida. Oleh karena itu, cairan dalam tubulus yang mencapai tubulus
kontortus distal adalah hipotonik.

Vasarekta atau Pembuluh lurus daerah medulla terletak sedemikian rupa


sehingga sirkulasi darah tidak mengganggu tingkat osmotik yang ditimbulkan
oleh pompa klorida Lengkung Henle dan membentuk “countercurrent
exchange system”. Arteriolarteriol dan vena-vena lurus merupakan pembuluh
yang sangat tipis dengan dinding yang mirip seperti dinding kapiler. Tiap-tiap
pembuluh lurus satu arteri dan satu vena membentuk lengkung yang cabang-
cabangnya berjalan di pinggir-pinggirnya. Fungsi lengkung Henle adalah
mengatur tingkat osmotik darah dan hipertonik/hipotonik urin.

Bila berjalan melalui arteriol lurus kearah bagian dalam medulla, darah
kehilangan air dan mendapatkan natrium karena dalam medulla cairan
interstitial lambat laun menjadi lebih hipertonik. Bila darah kembali dengan
arah yang berlawanan sekali lagi ia berhubungan dengan gradient yang sama,
tetapi sekarang gradiennya berkurang dan kehilangan natrium dan
mendapatkan air. Air yang hilang pada pembuluh descenden diperoleh
kembali oleh pembuluh ascenden, dan natrium yang masuk ke pembuluh
descenden dikembalikan oleh pembuluh ascenden. Fungsi perubahan osmotik
dalam pembuluh lurus adalah untuk mempertahankan gradient osmotik yang
tetap terdapat dalam medulla ginjal. Pergerakan air dan natrium ini adalah
secara pasif, berlangsung tanpa menggunakan energi. Segmen nefron ini
bertanggung jawab pada pembentukan urin akhir yang hipertonik. Dan hanya
binatang dengan lengkung Henle dalam ginjalnya mampu menghasilkan urin
hipertonik.

6. Tubulus contortus distal (TCD)

Tubulus kontortus distal yang merupakan nefron terminal. Di tubulus


kontortus distal, terjadi pertukaran ion. Bila aldosteron bekerja, natrium
direabsorbsi dan ion kalium diekskresi oleh tubulus kontortus proksimal yang
merupakan tempat mekanisme pengawasan garam total dan air. Tubulus
distal juga mengsekresi ion hidrogen dan ion ammonium ke dalam urine
tubulus. Aktivitas ini penting untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa darah. berperanan nyata untuk pemekatan urin. Urin yang meninggalkan
tubulus kontortus distal hampir selalu isotonis.
8. Aparatus Jukstaglomerulus

Dekat dengan badan ginjal, tunika media ateriol aferen mengalami modifikasi
dan terdiri atas sel-sel yang mempunyai bentuk seperti sel-sel epiteloid, bukan
otot polos seperti lazimnya arteriol. Terdapat sel-sel yang dinamakan sel
jukstaglomelurus yang mempunyai inti seperti rokok dan sitoplasmanya
berwarna gelap yang dipenuhi dengan granula. Sel-sel jukstaglomelurus
berfungsi menghasilkan enzim renin. Renin berperan mengubah protein
plasma yang dinamakan angiotensinogen menjadi angiotensin I. Zat ini
sebagai akibat kerja ‘converting enzyme’ yang diduga terdapat dalam paru-
paru, bila kehilangan dua asam amino berubah menjadi okta peptide yang
dinamakan angiotensin II. Efek fisiologi utama dari angiotensin II adalah
meningkatkan sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Defisiensi
natrium merangsang pengeluaran renin yang akan mempercepat sekresi
aldosteron. Akibatnya reabsorpsi ion natrium yang dapat menghambat
ekskresi renin. Kelebihan natrium dalam darah akan menekan sekresi renin
yang mengakibatkan penghambatan pembentukan aldosteron yang akan
meningkatkan kosentrasi natrium urin. Jadi apparatus jukstaglomelurus
mempunyai peranan homeostatic dalam mengawasi keseimbangan ion
Natrium (Na).

8. Tubulus koligens (tubulus collectivus)

Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens yang apabila
bersatu membentuk saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus
papilaris Bellini. Tubulus koligens merupakan unsur utama medulla berjalan
lurus. Tubulus koligens yang lebih kecil dibatasi oleh epitel kubis, sedangkan
garis tengah duktus koligens terdiri atas sel-sel berwarna muda. Tubulus yang
besar dengan tubulus koligens yang lebih kecil yang berasal masing-masing
medullary ray ternyata saling mengadakan hubungan tegak lurus mulai pada
tubulus distal tetapi yang penting pada tubulus koligens adalah mekanisme
yang tergantung pada hormon antidiuretik (ADH) untuk pemekatan atau
pengenceran terakhir urin. Dinding tubulus distal dan tubulus koligens sangat
mudah ditembus air bila terdapat ADH dalam jumlah besar.

Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang


mengalirkan filtrat dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulatus
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada
tubulus konvulatus distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya
yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle 
menjaga tingkat osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk
filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk
menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian
besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus
kolektivus melalui osmosis.

Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus


juxtaglomerular. mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan
menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk
urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

C. SUPLAI DARAH

Ginjal sebagai alat untuk menyaring darah, maka ginjal merupakan alat tubuh
yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak. Darah yang menuju ke
ginjal berasal dari aorta abdominalis (pembuluh arteri besar perut) yang
kemudian bercabang menjadi arteri renalis (pembuluh darah ginjal) kemudian
masuk ke dalam ginjal melalui bagian cekungan ginjal (hilus renalis). Arteri
renalis sebelum memasuki ginjal biasanya bercabang menjadi 2 (dua) yaitu satu
pada bagian anterior (depan) ginjal dan lainnya pada posterior (belakang). Setelah
masuk ke dlam ginjal, arteri renalis bercabang menjadi arteri interlobaris, arteri
arcuata, arteri interlobularis, arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen,
kapiler peritubuler (juxta glomerulare), vena interlobularis, vena arcuata, vena
interlobularis, vena renalis.

Dalam medula ditemukan venulae rectae, yaitu tempat darah mengalir kembali ke
vena-vena arkuata. Pembuluh ini mengandung darah yang telah difiltrasi di dalam
glomeruli, yang memegang peranan yang penting dalam mempertahankan
osmolaritas jaringan interstitial medulla yang tinggi. Kapiler-kapiler korteks
bagian luar dan kapsul ginjal bersatu membentuk vena-vena stelata yang bermuara
kedalam vena-vena interlobularis. Vena-vena mengikuti perjalanan yang sama
seperti arteri. Darah dari vena-vena interlobularis mengalir ke dalam venavena
arkuata, dan dari sini ke vena-vena interlobaris. Vena-vena interlobaris
membentuk vena renalis dimana darah kemudian meninggalkan ginjal.

Dinding ateriol eferen banyak mengandung otot polos yang mampu mengubah
garis tengah lumen, sedangkan lumen ateriol aferen tetap konstan pada garis
tengahnya, karena sel otot polos yang mengelilinginya berperan dalam sekresi
daripada peranan kontraksi. Glometulus adalah kapiler darah. Glomeruli
mengandung kapiler-kapiler arteri.

D. PERSARAFAN

Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis


(vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk
kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk
ke ginjal”.
DAFTAR PUSTAKA

Daveris. 2010. Anatomi ginjal dan saluran kemih.


http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-
saluran-kemih/

Ethel, Sloane. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Cetakan I. Jakarta.
EGC.

Nurcahyo, Heru. 2008. Ilmu Kesehatan Jilid 1. Jakarta. Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional, h. 99 – 122.

NursingBegin.com. 2010. Anatomi Fisiologi Ginjal.


http://nursingbegin.com/anatomi-fisiologi-ginjal/

Tortora, Gerard. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Edition.


Salford. Wiley Publishing.

You might also like