You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Operative Dentistry dikenal beberapa jenis pekerjaan restorasi. Adapun dalam
makalah ini akan dibahas tentang restorasi amalgam kavitas kelas III dan kelas V.

Restorasi klas III diindikasikan untuk permukaan proximal dari gigi anterior, tetapi tidak
melibatkan sudut incisal. Bagian permukaan fasial atau lingual juga dapat terlibat pada restorasi
kelas III. Kelas III biasanya digunakan pada permukaan distal caninus maxilla dan mandibula
apabila :

1. Preparasi diperluas dengan hanya melibatkan sedikit permukaan facial

2. Margin gingiva melibatkan sementum primer

3. Pengontrolan air yang sulit

Untuk alasan estetik, amalgam jarang diindikasikan pada permukaan proximal incisal dan
permukaan mesial dari caninus. Amalgam bisa digunakan pada restorasi kelas III yang tidak
melibatkan permukaan fasial atau dibawah dari sudut incisal.

Adapun restorasi kelas V diindikasikan pada bagian 1/3 servikal dari permukaan fasial
atau lingual pada gigi manapun. Restorasi amalgam kelas V bisa digunakan dimana saja di dalam
mulut, sama seperti restorasi amalgam kelas III, biasanya digunakan non estetis, dimana area
yang akses nya terbatas dan tidak mudah terlihat serta kontrol airnya sulit. Karena akses dan area
yang terlihat terbatas, banyak restorasi kelas V yang sulit dilakukan dan menimbulkan masalah
khusus selama preparasi dan prosedur restoratif. Amalgam, komposit, SIK, dan kompomer
sering digunakan untuk merawat karies servikal.

Kualitas dan sifat material yang penting untuk restorasi amalgam kelas III dan kelas V
antara lain kekuatan, keawetan, kemudahan dan keberhasilan sebelumnya.

(Roberson,2006)
Kontra Indikasi

Restorasi amalgam kelas III dan Kelas V biasanya dikontraindikasikan pada kepentingan
estetik karena banyak pasien yang mengeluhkan restorasi amalgam yang terlihat saat berbicara.

Keuntungan

Restorasi amalgam lebih kuat daripada restorasi langsung dari kelas III dan kelas V.
Sebagai tambahan, restorasi amalgam lebih mudah ditempatkan dan biaya yang dikeluarkan
pasien lebih murah. Karena amalgam berwarna metalik maka amalgam sangat mudah
dibedakan dengan struktur gigi di sekitarnya. Restorasi amalgam biasanya lebih mudah untuk
dilakukan finishing dan polishing tanpa merusak permukaan di sebelahnya.

Kerugian

Kerugian utama dari restorasi amalgam kelas III dan kelas V adalah warna metalik yang
menyebabkan tidak estetik. Potensi kontaminasi merkuri merupakan kerugian lainnya.

(Roberson, 2006)

Lesi kelas III Lesi kelas V


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 CLASS III AMALGAM RESTORATIONS

A. Initial Procedure

Setelah review tabel sesuai dengan pasien (termasuk riwayat kesehatannya, rencana
perawatan, dan radiografi, perpanjangan gingiva pada saat preparasi juga harus diantisipasi).
Anestesi sering dibutuhkan ketika gigi vital direstorasi. Untuk menghasilkan restorasi yang baik
maka perlu dilakukan :

1. Perlindungan terhadap jaringan lunak dengan rubber dam

Jika gambaran radiograf menunjukan karies dentin yang luas, maka rubber dam harus
digunakan. Kontrol kelembaban penting pada kavitas yang dalam karena dapat
menimbulkan micro-exposure.

2. Sedikit separasi gigi untuk memperoleh akses

menggunakan bur fissure tungsten carbide. Penggunaan bur kuncup dan bukan bur
fissure sejajar adalah untuk mencegah terbentuknya undercut.

3. Pembentukan kembali kontak proksimal

berkaitan dengan aspek preparasi kavitas yang berperan dalam mempertahankan gigi
dalam kondisi sehat. Yang terpenting adalah perluasan untuk mencegah timbulnya
kembali karies, hal ini sudah menjadi keharusan dari suatu desain kavitas yang baik.

Penggunaan rubber dam umum direkomendasikan, meskipun isolasi dari kapas rol dapat
diterima jika kelembabannya dapat dikendalikan secara baik.
B. Preparasi Gigi

Preparasi permukaan lingual dimulai dari distal caninus rahang atas yang
dicomendasikan, karena penggunaan amalgam mungkin dilakukan di lokasi ini. Restorasi rahang
bawah sering tidak terlihat ketika berbicara.

Bentuk outline dari preparasi amalgam kelas III pada caninus serupa dengan preparasi
konvensional komposit klas III. Perbedaannya, preparasi amalgam menggunakan bur dari
diamond dan menggabungkan enamel bevels. Diperlukan retensi sekunder dan kedalaman axial
yang spesifik dan sama.dan spesifik.Biasanya bentuk outline hanya mencakup permukaan
proksimal, namun dovetail lingual dapat diindikasikan jika sebelumnya sudah ada dovetail atau
jika dibutuhkan retensi tambahan karena restorasi yang lebih besar.

(Roberson,2006)

Tahap awal preparasi gigi.

Pilihan ukuran bur tergantung pada ukuran restorasi. Biasanya digunakan bur No.2 untuk
membuka jalan pada bagian distolingual marginal ridge. Bur No.1/2 atau No.1 digunakan ketika
lesi atau karies gigi kecil. Bur diposisikan sehingga bisa memotong masuk menembus ke dalam
lesi karies, yang biasanya untuk kontak area ginggival (dan sedikit ke dalam) .Idealnya bur
diposisikan pada sumbu tegak lurus terhadap permukaan lingual gigi, dan bur diarahkan pada
sudut mesial gigi tetangga.Posisi penetrasi bur melalui email akan menambah isolasi
pemotongan proksimal enamel yang karies dan menghilangkan beberapa dentin yang terinfeksi.
Penetrasi harus berada pada kedalaman aksial dengan batas awal (yaitu, 0,5-0,6 mm) di dalam
DEJ atau pada 0,75 - 0,8 mm kedalaman aksial ketika margin ginggival berada di permukaan
akar (di sementum). Pada kedalaman aksial 0,75 mm,di permukaan akar memungkinkan jarak 0,
25 mm (diameter bur no.1 / 4 adalah 0,5 mm) antara retensi groove (yang ditempatkan
kemudian) dan margin ginggival cavosurface. Infeksi yang lebih dalam dari kedalaman aksial
akan dibuang kemudian pada waktu preparasi akhir.

Untuk lesi kecil, margin facial diperpanjang 0,2 sampai 0,3 mm ke dalam facial
embrasure (jika perlu), dengan garis lengkung dari insisal ke margin ginggival (yang
mengakibatkan margin yang terlihat sedikit).

Lingual outline menyatu dengan margin incisal dan gingival membentuk preparasi
dengan sedikit bahkan tanpa dinding lingual. Cavosurface angle harus 90 derajat pada semua
margin. Dinding facial, insisal, dan gingival harus bertemu dengan dinding aksial pada angle
yang benar (meskipun dinding lingual bertemu dengan dinding aksial pada sudut tumpul).
Apabila menggunakan round bur yang besar, sudut internal menjadi lebih bulat. Dinding aksial
harus memiliki kedalam yang sama pada dentin dan mengikuti kontur faciolingual dari
permukaan gigi eksternal. Kedalaman dinding aksial terdapat pada dentin yang terinfeksi atau
pada bahan restorasi yang ada.

Ekstensi insisal untuk menghilangkan struktur gigi yang mengalami karies dapat
menghilangkan kontak proksimal. Sangat penting untuk mempertahankan struktur gigi, seperti
pada sudut distoincisal (yaitu kanopi) untuk mengurangi potensi fraktur selanjutnya. Yang
terbaik adalah membiarkan margin insisal berkontak dengan gigi yang berdekatan.

Saat mempreparasi dinding gingiva yang berada di dekat rubber dam atau pada bagian
apikalnya, akan bermanfaat jika menempatkan wedge dalam gingival embrasure sebelumnya
untuk menekan dan melindungi jaringan lunak dan rubber dam. Ketika sedang mempreparasi
dinding gingival, bur dapat mengenai wedge. Wedge segitiga digunakan untuk margin gingiva
yang dalam.

Preparasi gigi diselesaikan dengan menggunakan bur No. ½ untuk menonjolkan aksial
line angle, khususnya sudut axiogingival. Ini memfasilitasi penempatan alur retensi dan
meninggalkan internal line angle sedikit membulat. Rounded internal preparation angle
mengurangi konsentrasi tegangan pada gigi, mengurangi potensi fraktur restorasi. Selain itu, juga
mengkondensasi amalgam secara keseluruhan. Bur No.1/2 juga dapat digunakan untuk
menghaluskan enamel yang terbentuk pada margin gingival dan facial. Margin insisal dari
preparasi yang diperpanjang sering tidak dapat diakses dengan round bur yang lebih besar tanpa
mengenai gigi yang berdekatan.

(Roberson,2006)

Tahap Akhir Preparasi Gigi.

Tahap akhir preparasi gigi melibatkan penghilangkan dentin yang terinfeksi;


perlindungan pulpa; pengembangan resistensi dan retensi sekunder; finishing dinding external;
serta membersihkan, memeriksa, dan bonding. Dokter gigi menghilangkan semua sisa karies
dentin yang terinfeksi pada dinding aksial menggunakan round bur dengan kecepatan lambat
(No.2 atau No.4) atau eskavator ataupun keduanya.

Untuk restorasi amalgam Kelas III, bentuk resistensi terhadap fraktur postrestorative
didapat dari (1) margin cavosurface dan margin amalgam 90 derajat, (2) dinding enamel
didukung oleh sound dentin, (3) ketebalan yang cukup dari amalgam (minimal 1 mm), dan (4)
tidak ada sudut tajam. Bentuk preparasi seperti box menyediakan bentuk retensi primer. Bentuk
retensi sekunder disediakan oleh alur gingiva, incisal cove, dan terkadang lingual dovetail.

Sebuah alur retensi gingiva dibuat dengan menempatkan bur no. ¼ (pada kecepatan
rendah) di axiofacio-gingiva point angle. Bur diposisikan pada dentin untuk mempertahankan
0,2 mm dari dentin antara alur dan DEJ. Seorang dokter gigi menggerakkan bur lingual
sepanjang axio-gingiva line angle, dengan sudut potong umumnya membagi dua sudut antara
dinding gingiva dan aksial. Idealnya, arah dari alur gingival adalah gingiva sedikit lebih ke aksial
(dan arah suatu insisal [yaitu, oklusal] alur akan sedikit lebih ke insisal [yaitu, oklusal] dari
aksial).

Alternatifnya, jika bentuk retensi minimal diperlukan, dua lekukan gingival mungkin bisa
digunakan, sebagai kebalikan dari alur lanjutan. Masing-masing dapat ditempatkan pada
axiogingivofacial dan axiogingivolingual point angle. Diameter dari bur adalah 0,5 mm, dan
kedalaman alur harus setengah ini diameter (0,25 mm). (Lihat arah lokasi dan alur depthwise,
dimana sudut garis gingiva terletak, mengarahkan alur depthwise (seperti yang dijelaskan)
seharusnya tidak merusak enamel. Ketika mempersiapkan retensi alur pada permukaan akar,
sudut pemotongan yang lebih cavosurface margin gingiva untuk alur menjadi sekitar 0,3 mm.
Diperlukan kehati-hatian dalam membuat alur retensi gingiva. Jika dentin yang mendukung
email gingiva dihapus, email akan dengan mudah fraktur. Selain itu, jika alur hanya ditempatkan
di dinding aksial, tidak ada perkembangan bentuk retensi yang efektif , dan ada risiko
keterlibatan pulpa.

Seorang dokter gigi menyiapkan lekuk retensi insisal di axiofacioincisal point angle
dengan bur no. ¼ dalam dentin, diperlukan kehati-hatian agar tidak terjadi kerusakan pada
enamel. Hal ini juga ditujukan ke incisal point angle dan siap untuk setengah diameter bur
tersebut. Merusak email insisal (atau insisal kanopi) harus dihindari. Untuk gigi Caninus
Maxilla, palm and thub grasp digunakan untuk mengurangi bagian incisal. Preparasi gigi
amalgam klas III mungkin telah siap. Mirip seperti klas I dan II amalgam, direkomendasikan
bahwa klinisi mempersiapkan retensi mekanis (bahkan jika menggunakan sistem Adhisive).

Sebuah lingual dovetail tidak diperlukan berukuran kecil atau sedang pada restorasi
amalgam Kelas III. Ini dapat digunakan dalam preparasi besar, terutama preparasi dengan
ekstensi insisal berlebihan dalam bentuk apa retensi tambahan yang diperlukan. Dovetail
mungkin tidak diperlukan (bahkan pada preparasi besar), namun, jika bentuk retensi insisal
sekunder dapat dilakukan secara tepat dan efektif

Jika lingual dovetail diperlukan, dokter gigi hanya mempersiapkan setelah preparasi
awal dari bagian proksimal telah selesai. Pada kenyataannya, struktur gigi dibutuhkan untuk
isthmus antara bagian proximal dan dovetail mungkin hilang ketika bentuk proximal outline
dipersiapkan. Lingual dovetail harus konservatif, umumnya tidak menjangkau lebih jauh dari
titik tengah mesiodistal pada permukaan lingual, hal ini bervariasi menurut besarnya karies
proksimal. Kedalaman aksial dove tail harus mendekati 1 mm, dan dinding aksial harus paralel
terhadap permukaan lingual gigi. Dinding ini mungkin atau tidak ada di dalam dentin. Dokter
gigi memposisikan bur no.245 di bagian proksimal pada kedalaman dan angulasi yang
benar,serta menggerakkan bur dalam arah mesial. Angulasi yang benar menempatkan sumbu
panjang bur tegak lurus terhadap permukaan lingual. Dokter gigi menggerakan bur ke titik yang
sesuai dengan tingkat paling mesial dari dovetail. Berikutnya, dokter gigi menggerakan bur
pada bagian insisal dan gingival untuk membuat dimensi incisogingival yang cukup pada
dovetail(sekitar 2.5mm). Dokter gigi mempersiapkan dinding insisal dan gingiva isthmus pada
kurva yang mulus untuk menghubungkan dovetail pada outline proksimal.

Trimmer margin gingiva dapat digunakan untuk bevel (atau putaran) garis sudut
axiopulpal (yaitu perbatasan proksimal dan preparasi dovetail). Hal ini dapat meningkatkan
kekuatan restorasi di perbatasan proksimal dan lingual dengan menyediakan bagian yang
terbesar dan mengurangi konsentrasi tegangan. Konvergensi lingual dari dinding eksternal
dovetail (disiapkan dengan bur no.245) biasanya menyediakan bentuk retensi yang cukup.
Retensi cove, satu di sudut insisal dan satu di pojok gingiva, dapat ditempatkan pada dovetail
untuk meningkatkan retensi jika dinding aksial dovetail berada di dentin. Cove dipreparasi
dengan bur no.33 1 /2 di dalam dentin yang tidak langsung mendukung enamel lingual. Preparasi
ini mungkin memerlukan pendalam dari dinding aksial.
Dokter gigi menghilangkan setiap email yang tidak mendukung, menghaluskan dinding
enamel dan margin, dan menghaluskan sudut cavosurface jika diindikasikan. Semua dinding
preparasi harus memenuhi permukaan gigi eksternal untuk membentuk sudut yang benar (yaitu,
butt joint). Preparasi gigi yang sudah selesai harus diperiksa dengan benar dan dibersihkan
sebelum restorasi. Penilaian yang benar harus dilakukan untuk melihat apakah semua karies telah
dihilangkan, kedalamnnya sudah layak, margin cukup untuk amalgam dan sudut preparasi.

(Roberson, 2006)

C. Teknik Restoratif

1. Aplikasi Sealer

Penggunaan dentin desensitizer pada struktur gigi yang akan di preaprasi sebelum
penempatan amalgam, secrara umum direkomendasikan sebagai sealer. Dentin desensitizer
di berikan pada permukaan gigi yang akan di preparasi selama 30 detik dan dikeringkan,
kemudian amalgam di kondensasi pada gigi yang akan direstorasi.

2. Penempatan Matrix

Insersi amalgam pada preparasi gigi kelas III biasanya dilakukan dari lingual. Ini penting
untuk mengurangi porsi lingual dari material garis matrix secara tepat untuk menghindari
matrix menutupi semua restorasi dan menghalangi akses untuk insersi amalgam. Matrix
yang digunakan adalah material matrix stainless steel dengan lebar 8 mm dan tebal 0.05
mm. Dokter gigi kemudian memotong panjang yang menutupi 1/3 permukaan permukaan
facial dan menambahkan melalui permukaan proksimal lalu ke permukaan facial. Dokter
gigi mengurangi porsi lingual dengan memotong garis pada sudut yang kira-kira sesuai
dengan kemiringan permukaan lingual gigi. Berikutnya, dokter gigi dengan menggunakan
jari membentuk garis mendekati kontur circmferencial gigi. Dokter gigi menepatkan garis
pada resilient paper pad dan burnishes menggunakan egg-shaped burnisher, imparting the
desired contact and countur form. Dokter gigi menempatkan garis pada posisi dan
memasukkan wedges dari facial atau lingual embrasure, yang manapun yang paling baik.
Dokter gigi menstabilkan bagian lingual dari garis menggunakan low-fusing compound.
Sejumlah kecil compound mungkin dapat digunakan pada bagian lingual dan menstabilisasi
material matrix yang dapat tidak stabil karena sudut linguogingival. Operator yang
berpengalaman mungkin melindungi ujung wedge dengan compound yang lebih lembut
sebelum wedge di masukkan dan memposisikan compound serta wedges secara simultan.
Precountured matrik logam dapat digunakan (kecuali custom-made matriks) jika kontur dari
matriks coinsides precontoured dengan permukaan proksimal dipulihkan. Jika preparasi
kecil, dan matrix nya kaku, senyawa tidak boleh digunakan.

3. Condensation dan Carving

Menginsersikan amalgam ke dalam kavitas dengan menggunakan amalgam pistol, kemudian


mengkondensasikan amalgam menggunakan amalgam kondensor. Setelah mengkondensasi ,
menghilangkan permukaan amalgam yang berlebih dengan menggunakan karver yang
berfungsi untuk menyesuaikan tinggi gigitan atau memotong permukaan amalgam yang
berlebihan. Bila ditempatkan dengan benar, maka restorasi amalgam pada gigi incisor dan
caninus ini terlihat cukup mencolok.

4. Finishing and Polishing

Finishing restorasi amalgam mungkin diperlukan untuk memperbaiki perbedaan marjinal


dan juga memperbaiki kontur. Polishing sebuah restorasi amalgam tidak diperbolehkan
dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pengisian karena kristalisasi belum sempurna.
Finishing dan polishing dari permukaan proksimal ditunjukkan dimana amalgam proksimal
dapat diakses. Kawasan ini biasanya meliputi margin facial dan lingual serta oklusal
amalgam yang berkontak. Untuk amalgam bagian proksimal, salah satu alat yang harus
digunakan adalah sandpaper disks yang berputar dengan kecepatan lambat, untuk
manghaluskan enamel dan margin amalgam. Sandpapaer disk juga dapat digunakan untuk
menghaluskan dan kontur marjinal. Dalam persiapan konservasi, apabila margin proksimal
facial tidak dapat diakses untuk finishing dan polishing, Fine abrasive disks atau ujung dari
rubber polishing point yang sudah diasah digunakan untuk memoles bagian proksimal yang
dapat diakses. Margin proksimal dan lingual juga dapat dipoles dengan menggunakan
abrasive rubber-polishing cup. Akhir polishing dapat dicapai dengan fine-grit rubber
polishing point atau dengan rubber cup yang ditambah dengan pumice yang sudah disertai
oleh agen yang tinggi-kilau, seperti endapan kapur.

(Roberson, 2006)
2.2 CLASS V AMALGAM RESTORATIONS

A. INITIAL PROCEDURE

Isolasi yang tepat dapat mencegah kontaminasi uap dari area operasi, meningkatkan
asepsis, dan memfasilitasi akses dan visibilitas. Saliva, cairan sulcus gingival atau perdarahan
gingival harus dihilangkan selama prosedur penghilangan karies, aplikasi liner dan adhesif, serta
insersi dan pengukiran amalgam. Gangguan seperti saliva, cairan sulcus gingival atau
perdarahan gingival tersebut dapat membatasi penilaian visual, sehingga menyebabkan
kontaminasi pulpa selama prosedur penghilangan karies (terutama pada kasus pulpa terbuka),
dan berefek negative terhadap sifat fisik dari material restorative yang akan ditumpatkan. Margin
gingival dari preparasi gigi kelas V biasanya sering dilakukan dari apical sampai gingival crest.

Objektif dari isolasi ini memerlukan anestesi local dan isolasi menggunakan:

1. Gulungan kapas dan benang retraksi, atau

2. Rubber dam dan retainer servikal

Hasil akhir isolasi dengan gulungan kapas dan benang retraksi dapat memuaskan jika
dilakukan dengan benar. Isolasi jenis ini praktis dan sering dilakukan pada operative dentistry.
Benang retraksi ditempatkan ke dalam sulcus gingival sebelum preparasi inisial gigi untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya luka pada gingival karena instrument potong. Penempatan
benang retraksi bersifat sementara, dilakukan untuk retraksi apical nontraumatik, dan
menghasilkan defleksi lateral pada gingival. Benang retraksi dapat diaplikasikan dengan
epinefrin. Epinefrin diabsorpsi dengan cepat pada system sirkulatori gingival yang diretraksi
sehingga dapat menyebabkan tekanan darah naik, meningkatkan denyut jantung dan disritmia.
Prosedur operatif dentistry yang tepat sebaiknya tidak mengabrasi gingival, walaupun preparasi
gigi meluas sampai area subgingiva. Gingival yang terabrasi dapat membuka pintu kapiler
sehingga saat epinefrin terabsorpsi dapat menyebabkan perdarahan. Hal ini dapat mengganggu
visibilitas saat dilakukan prosedur restorasi. Pada pasien dengan risiko penyakit jantung dapat
dilakukan retraksi dengan benang retraksi tanpa menggunakan epinefrin.
Praktisi menempatkan gulungan kapas dan mengeringkan area operasi dengan air
syringe. Benang retraksi dipotong dengan diameter ¼ inchi (6mm) lebih panjang dari tinggi
margin gingival sehingga dapat dengan mudah ditempatkan pada sulcus gingival. Diameter
benang retraksi disesuaikan dengan kedalaman sulcus gingival yang akan diretraksi. Jika sulcus
cukup lebar untuk ditempatkan dua benang retraksi, maka benang yang lebih besar dapat
ditempatkan setelah benang pertama tadi. Biasanya benang dengan diameter kecil ditempatkan
pada area sulcus bagian facial anterior dan gigi premolar karena gingival bebas nya tipis, licin,
dan rapat.

Beberapa praktisi biasanya menempatkan benang retraksi pada Dappen Dish, dibasahi
dengan larutan styptic dan kemudian dikeringkan dengan kain kasa berukuran 2x2 inch (5x5 cm)
untuk menyerap kelebihan cairan. Lalu benang dipilin dengan kuat untuk menghilangkan
kelebihan cairan dan mengurangi diameternya. Instrument ujung tumpul atau ujung eksplorer
dapat digunakan untuk menempatkan benang retraksi. Untuk mengantisipasi perdarahan kecil,
benang retraksi dibasahi dengan larutan styptic sebelum dan setelah diletakkan dalam sulcus.
Benang retraksi juga dapat digunakan saat kering. Selanjutnya digunakan air syringe atau kapas
untuk mengurangi atau menyerap cairan sulcus gingival pada benang retraksi yang sudah
ditempatkan.

(Roberson,2006)

Prosedur pemeriksaan sebelum preparasi restorasi gigi ialah sebagai berikut:

• Access

Untuk menciptakan visualisasi jaringan karies dan memudahkan dalam melakukan prosedur
penghilangan karies sebaiknya dibuat akses (jalan). Akses ini dibuat dengan menggunakan
tungsten carbide pendek kuncup dengan kecepatan tinggi.

(Ford, 1993)

• Menentukan Luas Karies

Jika akses telah diperoleh, kavitas dilebarkan ke arah buko-palatal sampai enamodentinal
junction yang sehat.
(Ford, 1993)

• Penghilangan Karies dan jaringan yang lemah

Stain dan substansi lunak pada gigi yang termasuk ke dalam karies harus dihilangkan. Stain pada
amelodentinal junction dihilangkan, tetapi jangan sampai mencapai pulpa pada karies yang
dalam. (Heasman,2003)

Desain harus dapat memungkinkan dibersihkannya semua karies pada bagian tepi gigi,
khususnya pada enamodentinal junction. Sisa karies yang diperbolehkan tetap ada yaitu sejumlah
kecil karies yang terletak di atas pulpa. Pemakaian pewarna dapat digunakan untuk membedakan
antara jaringan yang perlu dipreparasi dan jaringan yang tidak. Segera setelah karies dibersihkan
kavitas harus diperiksa untuk memastikan bahwa barier dentin antara kavitas dan pulpa masih
tetap utuh dan pulpa tidak terbuka.

(Eccbs,1994)

• Pembuangan karies dalam

Karies yang mungkin masih tertinggal di dinding axial dibuang dengan bur ukuran medium
dengan kecepatan rendah. Jika dentin karies telah terbuang, periksalah kemungkinan adanya
undercut pada daerah enamodentinal junction. Undercut itu harusnya dibersihkan.

(Ford,1993)

• Penghilangan unsupported enamel

Enamel yang tidak disupport oleh dentin memiliki risiko tinggi untuk fraktur selama proses
fungsional, sehinga dapat menyebabkan kegagalan restorasi.

(Heasman,2003)

• Membuat bentuk yang memuaskan secara biologis

Hal terpenting ialah perluasan untuk mencegah timbul kembalinya karies dan juga hubungan
kavitas terhadap kamar pulpa.

(Eccbs, 1994)
• Membuat bentuk yang memuaskan secara mekanik

Untuk mencegah pergeseran atau patahnya restorasi. Efek kavitas terhadap kekuatan gigi juga
harus diperhatikan bersamaan dengan konsentrasi stress tambahan yang dihasilkan oleh restorasi.

(Eccbs, 1994)

ILUSTRASI GAMBAR

B. Preparasi Gigi

Lesi kelas adalah gigi dengan karies maupun tanpa karies pada sepertiga servikal pada
sisi fasial atau lingual/ palatal permukaan gigi. Dimana dibutuhkan perhatian khusus,
perencanaan perawatan khusus, dan teknik restoratif khusus karena perbedaannya dengan lesi
karies lainnya. Lesi karies kelas V disebabkan karena bacterial plaque yang menempel pada
permukaan gigi dan menyebabkan demineralisasi gigi. Namun pada lesi non-karies kelas V,
masih belum jelas dan kontroversial. Yang jelas adalah, erosi dan abrasi berperan penting pada
etiologi terjadinya lesi non-karies kelas V. Karena letak lesinya tersebut, maka lesi kelas V
terkadang membutuhkan teknik restoratif yang “troublesome”. Kontrol kelembaban sangat sulit
didapat maupun dipertahankan pada area lesi kelas V, dan pendekatan operatif pada jaringan
lunak sangat sering dilakukan pada lesi ini (Summitt, 2001).

Sebenarnya bentuk outline preparasi gigi klas V amalgam adalah perluasan dari tepi
cavosurface atau struktur gigi, dan mempertahankan kedalaman aksial yaitu 0.5mm di dalam
Dentino-Enamel Junction (DEJ) dan 0.75mm di dalam sementum (ketika di permukaan akar).
Bentuk outline preparasi klas V amalgam mempertimbangkan lokasi dan ukuran karies atau
material restorasi yang sudah lama.
Operator harus memperhatikan persiapan enamel wall untuk mengevaluasi kedalaman
enamel yang terdekalsifikasi dan untuk menentukan apakah kavitas ada pada perifer dinding atau
tidak. Ketika tidak terjadi kavitas dan ketika dekalsifikasi tidak terlihat meluas pada enamel,
besarnya bentuk outline seharusnya berhenti. Pada beberapa kasus, jika semua dekalsifikasi
termasuk pada bentuk outline, preparasi akan meluas ke area proksimal di servikal. Preparasi
akan susah dan mungkin tidak dapat dikembalikan. Full-crown restorasi harus dipertimbangkan
untuk gigi dengan dekalsifikasi servikal yang luas.

Pertimbangan Umum
Restorasi ini, dibatasi pada permukaan fasial dari molar dan premolar, dimaksudkan
untuk menumpat karies dan menggantikan substansi gigi yang berpotensi karies di dekat gingiva.
Secara umum, ragangan kavitas klas V hanya meliputi email dan dentin. Suatu kesalahan yang
umum terjadi adalah pembatasan panjang kavitas dan mengakhiri tepi mesial dan distal di
tengah-tengah email yang terdekalsifikasi.

Walaupun restorasi klas V adalah restorasi satu permukaan, tetapi dapat menjadi sumber
kegagalan klinis. Ada beberapa kesulitan preparasi, penempatan dan penyelesaian akhir,
khususnya di sepanjang gingiva. Sesuai dengan bentuk permukaan luar yang cembung, dinding
aksial dipreparasi sedemikian rupa sehingga gigi mendapat tambalan amalgam yang cembung
serta mempunyai ketebalan yang sama.

Tugas utama operator dalam preparasi gigi adalah untuk mempertahankan keseragaman
dalamnya kavitas pada permukaan molar yang panjang dan untuk membentuk butt-joint. Retensi
didapat dari undercut ke arah oklusal dan gingival, dan boleh bulat dan bersudut, tergantung atas
jenis bur yang dipakai. Pembersihan kavitas dari karies dilakukan secara manual dengan
ekskavator, demikian juga dengan perubahan pada ragangan untuk membuang email yang tidak
disokong dentin.

Urutan Preparasi

Jika visibilitasnya baik dan tumpuan jari ideal, lebih baik dipakai handpiece kecepatan
tinggi daripada kecepatan rendah. Keseragaman kedalaman kavitas tidak mudah dikontrol karena
operator menggerakkan bur dan handpiece di atas permukaan bukal yang cembung. Untuk alasan
ini, lebih baik dipakai bur konus terbalik yang besar untuk memotong massa yang tebal. Karena
retensi tambahan dibutuhkan untuk kavitas klas V, garis sudut internal boleh tajam dan lebih
baik persegi (angular) daripada bulat. Tepi oklusal harus bertemu dengan permukaan pada sudut
tegak lurus, sehingga sejajar dengan batang email. Undercut gingival dan oklusal tidak perlu
berlebihan tetapi harus jelas dan terpotong rapi.

Dalam beberapa keadaan, email tak tersokong dentin dapat meluas ke bawah sudut-sudut
gigi menuju ke bagian proksimal tambalan amalgam yang lama. Pada kasus ini, merupakan
tindakan yang tepat untuk memperluas kavitas ke tambalan di dekatnya, mengakhiri kavitas
seakan berakhir pada email.

Pertimbangan Tambahan

- Sering suatu gigi terkena lesi pada sisi proksimal yang berseberangan dengan sisi yang sudah
ditambal. Biasanya tambalan yang sudah ada dibongkar dan dibuat kombinasi tambalan
mesio-oklusal-distal (MOD).

- Jika bagian oklusal amalgam sulit diungkit, pemotongan tambahan pada ujung alur bukal dan
lingual biasanya bisa membuka kunci gesekan yang masih ada dan memungkinkan fragmen-
fragmen dikeluarkan dengan mudah. (Grundy, 1992)

- Jika keutuhan struktural diragukan, pemasangan pelindung tonjol profilaktik merupakan


indikasi. Hal ini berlaku terutama pada premolar atas, karena setelah lesi proksimal yang
dalam diekskavasi, dentin yang menghubungkan tonjol fasial dan lingual bisa hilang atau
menjadi sangat lemah. Pada keadaan seperti ini. Tonjol lingual harus dipotong dan diganti
dengan amalgam bersama dengan MOD.
- Permukaan distal dari kaninus sebaiknya tidak direstorasi dengan komposit karena tekanan
oklusal yang disalurkan ke atasnya dari premolar pertama bawah. Karena cingulum cenderung
menekan tonjol lingual dari premolar, preparasi parit yang dimodifikasi sudah cukup.
(Grundy, 1992)

- Lesi-lesi yang lebih besar memerlukan penjangkaran tambahan dalam bentuk dovetail, yang
mencangkup permukaan lingual.

- Amalgam, meskipun merupakan bahan yang rapuh, bisa memenuhi kebutuhan untuk semua
gigi.

Preparasi Inisial Gigi


Restorasi amalgam klas V jarang digunakan pada gigi kaninus mandibula, tapi di sini
ditampilkan sebagai ilustrasi. Prinsip umum yang sama diterapkan untuk preparasi semua lokasi
gigi lainnya. Menggunakan tapered fissure bur (fig. 1) atau ukuran yang sesuai, operator
mengaplikasikannya pada lesi karies (atau yang ada restorasinya) pada kedalaman inisial aksial
0,5mm di dalam DEJ (fig. 2). Kedalaman ini biasanya 1-1,25mm dari total kedalaman aksial,
tergantung pada lokasi incisogingival (oklusogingival). Enamel lebih tebal pada oklusal dan
insisal daripada servikal. Namun, jika preparasi pada permukaan akar, kedalaman aksial rata-rata
0,75mm.

Figur 1. Tapered fissure bur.


Figur 2. Aplikasi tapered fissure bur pada inisiasi preparasi restorasi klas V amalgam.

Ujung bur pada kedalaman inisial adalah terletak pada dentin, pada dentin yang sudah
berkaries, atau pada material restorasi yang sudah lama. Tepi pada ujung bur dapat digunakan
untuk penetrasi area, ini lebih efisien daripada menggunakan flat end bur, mengurangi
kemungkinan bur mengalami “crawling”. Ketika preparasi inisial sudah dibuat, bur
dipertahankan untuk menjamin bahwa semua dinding luar perpendikuler terhadap permukaan
gigi luar dan paralel ke enamel rods (fig. 2). Seringnya hal ini menyebabkan penyesuaian
orientasi handpiece untuk mencukupi kecembungan servikal, mesio-distal, dan incisogingival
(oklusogingival) pada gigi. Dokter gigi dapat memperluas preparasi pada insisal, gingival,
mesial, maupun distal sampai selisih cavosurface diposisikan pada struktur gigi yang tepat untuk
menyeimbangkan kedalaman inisial aksial yang sebesar 0,5mm
di dalam DEJ (jika pada permukaan akar kedalaman aksial nya
0,75mm).

Figur 3. Dinding luar preparasi kavitas,


paralel terhadap enamel rods.

Saat memperluas sisi mesial dan distal, besar kemungkinan diperlukan upaya untuk
melindungi rubber dam dari bur dengan menempatkan flat-bladed instrument melampaui rubber
dam. Dinding aksial harus terletak pada dentin, jika tidak ada bekas infeksi karies atau material
restorasi yang lama. Preparasi pada kedalaman dinding aksial 0,5mm di dalam DEJ hasil dari
kedalaman yang seragam untuk seluruh preparasi. Karena dinding aksial mengikuti kontur
mesio-distal dan incisogingival (oklusogingival) pada permukaan fasial gigi, biasanya cembung
pada kedua arahnya.
Alternatifnya, round carbide burs dengan ukuran yang sesuai (biasanya no. 2 atau no.4)
(fig. 4 dan fig. 5) dapat digunakan untuk preparasi inisial gigi. Round bur diindikasikan pada
area yang sulit dijangkau untuk fissure bur yang tertahan secara perpendikuler terhadap
permukaan gigi. Jika dibutuhkan, round bur yang lebih kecil mungkin juga digunakan untuk
membatasi sudut internal pada preparasi-preparasi ini, yang dapat meningkatkan ketepatan
tempat retensi groove.

Figur 4. Round carbide burs No. 2

Figur 5. Round carbide burs No. 4

Preparasi akhir gigi


Preparasi akhir gigi termasuk menghilangkan sisa dentin yang terinfeksi; perlindungan
pulpa; pembentukan retensi; menyelesaikan dinding eksterior; dan pembersihan, memeriksa dan
desensitizing. Sisa dari dinding aksial dentin yang terinfeksi dihilangkan dengan bur No. 2 atau
No. 4. Material restorasi lama (termasuk base dan liner), sisanya dapat dibiarkan jika: (1) Tidak
ada tanda klinis atau radiografis karies rekuren, (2) tepi base dan liner-nya masih utuh, dan (3)
gigi asimtomatik.

Karena dinding mesial, distal, gingival, dan insisal gigi yang dipreparasi tegak lurus
terhadap permukaan luar gigi, sehingga bentuknya menjadi divergen ke arah fasial. Akibatnya,
bentukan ini tidak menghasilkan retensi yang cukup cekat, dan bentuk retensi harus disediakan
karena bentuk retensi primer untuk restorasi amalgam adalah makromekanikal. Bur No. ¼ (fig.
6) digunakan untuk preparasi dua retensi groove, yang satu sepanjang incisoaxial line angle dan
yang satu lagi sepanjang gingivoaxial line angle. Handpiece diatur sedemikian rupa sehingga bur
No. ¼ diarahkan sampai sudut yang terbentuk di persimpangan dinding aksial dan dinding insisal
(oklusal).

Figur 6. Round carbide burs No. 1/4

Menggunakan empat coves, 2 grooves penuh, dapat menjaga dentin di dekat pulpa,
mengurangi kemungkinan pulpa terbuka secara mekanik. Kedalaman harus mendekati 0,25mm,
yang merupakan setengah dari diameter bur. Groove sebaiknya tidak sampai menghilangkan
dentin yang mendukung enamel.

Jika tidak mungkin menggunakan bur No. ¼ untuk akses, chisel pembentuk sudut 7-85-
2½-6 dapat digunakan untuk preparasi bentuk retensi. Pembentukan retensi bundar dengan bur
No. ¼ lebih disukai, karena amalgam lebih mudah terkondensasi pada area bundar daripada area
yang bersudut tajam, menghasilkan adaptasi yang lebih baik dari amalgam ke retensi groove.
Terakhir, operator membersihkan preparasi menggunakan semprotan udara-air dan evacuation.
Penggunaan semprotan udara untuk menghilangkan kelembaban (tanpa mengeringkan struktur
gigi). Jika preparasi telah selesai, desensitizer diaplikasikan.

Preparasi Area Luas yang Mencakup Line Angles

Karies pada permukaan lingual dapat melebihi sudut garis gigi. Gigi molar rahang atas,
terutama molar kedua paling sering mengalami kerusakan (karies) yang luas. Contoh, jika
terdapat distal karies di sebelah fasial (lingual), maka restorasi harus mengelilingi sudut garis
gigi. Hal ini untuk mencegah kebutuhan restorasi klas II proksimal untuk mengembalikan
permukaan distal.

Preparasi seringkali menggunakan fissure bur, kemudian menggunakan round bur yang
memiliki diameter yang sama dengan fissure bur. Round bur digunakan untuk mengutamakan
sudut internal pada bagian distal.Untuk membuat retensi pada restorasi maka retensi groove
berada di sepanjang oklusoaksial dan gingivoaksial.

Jika bentuk outline klas V mendekati restorasi proksimal, maka lebih baik preparasi
dilakukan sampai restorasi proksimal, daripada meninggalkan struktur gigi yang tipis di antara
kedua restorasi. Jika dalam perawatan terdapat restorasi klas II dan klas V pada gigi yang sama,
maka preparasi dan restorasi klas II diselesaikan terlebih dahulu sebelum memulai restorasi klas
V. Jika restorasi klas V dilakukan pertama, kemungkinan restorasi akan rusak oleh matrix band
dan wedge yang diperlukan untuk restorasi klas II.

C. TEKNIK RESTORASI

1. Lining pada kavitas


Semen zinc phosphate tersedia dalam bentuk serbuk dan cairan yang dicampurkan dalam
glass slab dengan spatula stainless steel. Serbuk tersusun dari zinc oxide dan magnesium oxide
dengan sedikit modifier. Komponen uatama penyusun cairan adalah orthophosphoric acid
dengan penyangga berupa garam larut seperti aluminium, zinc, dan magnesium phosphate. Air
yang terkandung dalam cairanharus dipertahankan pada level konstan ketika digunakan
(Hampson, 1973).

Ketika serbuk dicampur dengan cairan terjadi reaksi yang memproduksi panas,
menghasilkan substansi solid yang mungkin merupakan zinc phosphate tersier. Mungkin saja
permukaan partikel serbuk larut terlebih dahulu dan pada tahap ini semen dimasukkan ke dalam
kavias. Belakangan terbentuk garam tersier dan presipitat dalam bentuk kristal. Pencampuran
yang terlalu lama harus dihindari sebab dapat mengganggu pembentukan kristal dan membuat
semen menjadi rapuh (Hampson, 1973).

Semen harus dicampurkan dengan hati-hati agar hasil yang sempurna tercapai. Proporsi
srbuk dan cairan yang telaah ditetapkan oleh pabrik harus dipakai. Untuk ahli bedah gigi, agar
waktu memanipulasi semen cukup, bias menggunakan slab yang telah didinginkan, terutama
apabila suhu udara panas. Temperature slab harus tidak lebih rendah dari titik embun ruangan,
jika lebih rendah akan terjadi kelembaban yang dapat merusak semen. Serbuk dimasukkan dalam
cairan sedikit demi sedikit dan meluas, pengadukan harus dilakukan secara cepat dan seluruh
partikel semen harus teraduk merata. Proses pencampuran hrus mencapai lebih kurang 90 detik.
Serbuk dan cairan harus disimpan dalam tempat yang kering dan bertutup sebagai pelindung agar
tahan lama dari udara yang mengandung kelembaban yang dapt mengubah keseimbangan kimia
semen (Hampson, 1973).

Semen zinc oxide dan minyak cengkeh bias didapat dalam bentuk serbuk dan cairan yang
akan dicampur menjadi satu dengan cara yang sama dengan semen zinc phosphate. Penelitian
memperlihatkan bahwa semen zinc phosphate mengiritasi pulpa apabila bahan tersebut
ditempatkan pada kavitas yang dalam, sedangkan semen zinc oxide dan minyak cengkeh lebih
netral dan tidak mengiritasi. Semen zinc oxide dan minyak cengkeh memiliki waktu setting yang
lama, ini menyebabkan sulit dilakukannya filling material lain secara cepat. Kekurangan ini
dapat diatasi dengan menambahkan akselerator berupa zinc acetate dan glacial acetic acid pada
semen sehingga protective lining menjadi keras dalam waktu kurang lebih 4 menit. Preparasi lain
menggunakan calcium hydroxide base seperti Dycal dan Hydrex juga dapat digunakan sebagai
alternatif terhadap preparasi zinc oxide dan eugenol. Bai preparasi zinc oxide maupun calcium
hydroxide, sangat dianjurkan apabila kavitas dalam. Lapisan dari salah satu material diletakkan
di bagian yang terdalam pada kavitas dan dilapisi zinc phosphate atau polycarbonate lining
(Hampson, 1973).

Lining pada Kavitas

Kavitas harus dilapisi sehingga dasarnya lebih kurang 1 mm di bawah amelo-dentinal


junction agar memungkinkan cukup amalgam untuk di-carving dan polishing. Karena semen
hanya merupakan perlindungan pada pulpa, konsistensinya harus minimal dengan ketebalan
yang sesuai agar tidak larut. Kita tidak boleh menempatkan terlalu banyak semen pada bagian
pulpo-axial line angle dan pada posisi ini line angle yang tumpul lebih diharapkan daripada line
angle yang tajam. Harus hati-hati, kita tidak boleh menutupi dinding tepi kavitas dengan semen,
karena cepat atau lambat, semen akan larut dan meninggalkan celah di antara amalgam dan gigi,
hal ini dapat menyebabkan karies nantinya (Hampson, 1973).

2. Penempatan Matriks
Umumnya restorasi amalgam kelas V ditempatkan tidak menggunakan matriks.
Kondensasi tersulit dijumpai pada preparasi gigi dengan dinding axial yang mesio-distalnya
konveks. Metode yg banyak dipakai untuk pengaplikasian matriks adalah dengan membatasi
amalgam di bidang mesial dan distalnya (Fig. 18-36). Matriks berbahan stainless steel yang
pendek, masing-masing di permukaan mesial dan distal ditempatkan di kontak proksimal, lalu
secara hati-hati di arahkan ke sulkus gingiva, lalu di wedge. Strip matriks dibuat cukup lebar
dengan meluas ke arah oklusal sepanjang masing-masing kontak proksimal dan cukup panjang
untuk melewati facial line angles. Strip tersebut membutuhkan bahan yang memberikan
kestabilan dan kekakuan. Hal ini sangat membantu saat pengaplikasian bahan campuran dalam
jumlah yang kecil di ujung wedge sebelum insersi wedge. Strip tersebut harus memberikan
resistensi agar dapat menahan bidang mesial dan distal, dimana mendukung kondensasi di pusat
restorasi. Tepi gingiva steel strip harus sering dirapikan agar sesuai dengan kontur dari dasar
sulkus gingiva untuk mencegah kerusakan jaringan lunak. Daripada menggunakan steel strip
yang pendek, yang lebih panjang lebih tepat digunakan dengan arah satu kontak proksimal yang
melewati permukaan lingual, dan diarahkan ke kontak yang lain, dengan matrix berbentuk U-
shaped. Merapikan tepi gingival agar sesuai anatomi interproximal jaringan lunak lebih sulit
dengan satu strip matrix daripada menggunakan dua strip (Roberson, 2006).

3. Kondensasi dan Pengukiran


Dokter gigi memasukkan campuran amalgam menggunakan amalgam carrier ke dalam
preparasi sedikit demi sedikit dan mengkondensasi ke daerah retensi, dengan ukuran kondensor
yang sesuai. Selanjutnya, dokter gigi mengkondensasi amalgam pada dinding mesial dan distal.
Kemudian, memasukkan amalgam di bagian tengah preparasi agar dapat diukir untuk
membentuk kontur yang benar. Semakin permukaan restorasi menjadi lebih cembung,
kondensasi menjadi semakin sulit. Sebuah kondensor besar atau plastic instrument yang
diaplikasikan pada amalgam dapat membantu melawan tekanan yang terjadi di restorasi.
(Roberson, 2006)

Carving/ pengukiran dapat dimulai segera setelah insersi amalgam. Semua ukiran harus
dilakukan dengan menggunakan sisi explorer tine atau carver Hollenback no. 3, yang dipegang
sejajar dengan tepi. Prosedur pengukiran ini dimulai dengan menghilangkan kelebihan amalgam
untuk memperlihatkan tepi incisal (atau oklusal). Dilanjutkan dengan menghilangkan kelebihan
amalgam untuk memperlihatkan tepi mesial dan distal. Kemudian, dokter gigi menghilangkan
ekses pada margin gingiva. Pengukiran pada daerah tepi harus menghasilkan kontur cembung
pada restorasi. Penggunaan carving instrument yang tidak tepat dapat mengakibatkan restorasi
memiliki kontur yang buruk. Catatan pada Figure 18-41 bagaimana carving instrument
diposisikan untuk memberikan kontur yang diinginkan. Seharusnya tidak ada kelebihan amalgam
pada tepi, karena hal ini dapat menyebabkan lepasnya restorasi , membuat cacat pada tepi, atau
menyebabkan iritasi gingiva. (Roberson, 2006).

Ada saat-saat yang tepat dimana dibutuhkan pengubahan kontur facial akibat terjadi
perubahan tingkat jaringan lunak (misal, lesi cervical pada pasien yang dirawat secara
periodontal). Kontur facial dapat ditambah sehingga mencegah impaksi makanan di sulkus
gingiva serta memudahkan pasien untuk membersihkannya. Overkontur harus dihindari karena
dapat mengurangi stimulasi dan mengurangi pembersihan gingiva selama mastikasi (Roberson,
2006).
Saat rubber dam dan retainer servikal no. 212 digunakan untuk mengisolasi, operator
wajib membersihkan area menggunakan semprotan udara-air dan explorer untuk membuang
semua partikel amalgam, terutama di area sulkus. Operator menyingkirkan retainer no. 212
secara hati-hati untuk membuka penghubung retainer sehingga cukup lebar, hal ini dilakukan
untuk menghindari kerusakan permukaan restorasi. Lalu operator menyingkirkan rubber dam dan
membersihkan kembali area tersebut untuk memastikan bahwa tidak ada amalgam yang tersisa di
sulkus (Roberson, 2006).

Setelah amalgam diukir untuk memperoleh kontur yang tepat, permukaan yang lebih
halus dapat diperoleh dengan burnishing (mengkilapkan) selanjutnya smoothing (menghaluskan)
menggunakan rubber cup dan pasta abrasive halus. Walaupun polishing tidak menunjukkan
manfaat dalam jangka waktu yang lama, namun dengan adanya permukaan yang halus dapat
mengurangi deposit plak (Summit et.al, 2006).

4. Finishing dan Polishing


Tujuan dari polishing adalah untuk menciptakan sebuah restorasi yang halus dan
permukaan gigi yang diinginkan dengan mengembailkan kontur normal, tepi yang halus, serta
menciptakan penampilan secara keseluruhan dan ketahanan dari restorasi itu sendiri. Pada
permukaan interproksimal sering terdapat kelebihan amalgam yang dapat menjadi lokasi
potensial untuk retensi plak. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap
kerusakan dan penyakit periodontal. (Hampson, 1973).
Jika prosedur pengukiran (carving) telah dilakukan dengan benar, maka tidak diperlukan
finishing pada restorasi. Sedikit kapas yang dibasahi cukup untuk menghaluskan hasil ukiran
pada restorasi. Akan tetapi, finishing dan polishing restorasi amalgam tetap diperlukan untuk
memperbaiki restorasi jika terdapat perbedaan tepi ataupun untuk meningkatkan kontur.
Operator harus berhati-hati ketika menggunakan instrument batu atau alat potong berputar pada
bagian tepi di bawah CEJ karena dapat menyebabkan hilangnya sementum atau bentukan
struktur gigi dan tepi gingival (Fig. 18-42). Fig. 18-43 menggambarkan pembentukan rubber
abrasive point untuk mempermudah akses ke daerah gingival pada restorasi amalgam kelas V.
Polishing restorasi amalgam tembaga tinggi (high-copper) tidak diperlukan karena amalgam
tembaga tinggi tidak mudah terkena korosi serta kerusakan tepi jika dibandingkan dengan
tembaga rendah (low-copper). Namun, beberapa operator lebih memilih untuk memoles semua
restorasi amalgam untuk memperoleh permukaan yang halus dan mengkilap. (Roberson, 2006)

Polishing Restorasi Amalgam Kelas V :

1. Haluskan permukaan dengan menggunakan 3/8 inci extrafine garnet disk. Selama
menggunakan disk, usahakan agar tetap pada gerakan konstan dan gunakan light pressure
serta slow speed.
2. Haluskan dengan menggunakan extrafine sand disk.
3. Polish dengan menggunakan rubber cup dan serbuk pumice.
4. Mengkilapkan dengan tin oxide.
(Howard, 1973)
KESIMPULAN

 Restorasi klas III diindikasikan untuk permukaan proximal dari gigi anterior, tetapi tidak
melibatkan sudut incisal.

 Restorasi kelas V diindikasikan pada bagian 1/3 servikal dari permukaan fasial atau
lingual pada gigi manapun.

 Restorasi amalgam kelas III dan Kelas V biasanya dikontraindikasikan pada kepentingan
estetik.

 Restorasi amalgam lebih kuat, lebih mudah ditempatkan, biaya yang dikeluarkan pasien
lebih murah, mudah dibedakan dengan struktur gigi di sekitarnya, dan lebih mudah
untuk dilakukan finishing dan polishing tanpa merusak permukaan di sebelahnya.

 Kerugian utama dari restorasi amalgam kelas III dan kelas V adalah warna metalik yang
menyebabkan tidak estetik.
Daftar Pustaka

Eccbs, J. D et al. 1994. Konservasi Gigi, Edisi 2. Widya Medika : Jakarta

Ford, Pitt. 1993. Restorasi Gigi, Edisi 2. EGC : Jakarta

Grundy JR, Jones JG. 1992. A Colour Atlas of Clinical Operative Dentistry: Crowns and
Bridges, 2nd ed. Aylesdbury: Wolfe Publishing Ltd.

Hampson, I.E. 1973. Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed. London: William Heinemann
Medical Books Ltd.

Heasman, Peter. 2003. Master Dentistry, Pediatric Dentistry, and Orthodontic, vol.2. China:
Churchill Livingstone.

Howard, W.W. 1973. Atlas of Operative Dentistry. 2nd ed. St. Louis: The CV Mosby
Company.

Roberson, T.M. 2006. Studervant’s Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. St.
Louis: Mosby Elsevier.
Summit, J.B, et.al. 2001. Fundamentals of Operative Dentistry: A Contemporary Approach,
2nd ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.

Summit, J.B et.al. 2006. Fundamental of Operative Dentistry: A Contemporary Approach.


3rd ed. Illnois: Quintessence Publishing Co, Inc.

You might also like