Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu kelainan yang berhubungan dengan tekanan intraokular yang
disertai dengan kerusakan pada saraf optik yang terjadi secara perlahan. Pada sebagian besar
penderitanya terjadi akibat peningkatan intra okular oleh karena adanya sumbatan pada sirkulasi
atau drainase aquos. Pada beberapa pasien, kerusakan bisa disebabkan oleh suplai darah yang
tidak adekuat ke serabut saraf optik vital, kelemahan struktur saraf dan atau adanya masalah pada
serabut saraf itu sendiri.
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang
pandang, kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik,
yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma merupakan masalah kesehatan mata yang penting di Indonesia. Distribusi
penyakit glaukoma di Indonesia sebesar 13,4%. Prevalensi kebutaan akibat penyakit glaukoma
sebesar 0,2% (Depkes, 1997). Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua terbesar di
Indonesia setelah katarak dan seringkali mengenai orang berusia lanjut (Siloam Gleneagles
Hospital, 2002).
Hingga kini penyebab timbulnya penyakit glaukoma belum diketahui, namun ada
beberapa hal yang ditemukan seperti penyakit ini biasanya mengenai manusia dewasa di atas
usia 40 tahun terutama pada usia lanjut, biasanya dalam keluarga sedarah (ayah, ibu, adik, kakak
dan anak kandung) terdapat penderita glaukoma. Penyakit ini tidak menular pada istri, tetangga
atau orang lain karena penyakit ini tidak disebabkan oleh kuman atau virus.
Di Amerika Serikat, penyakit ini lebih dominan pada masyarakat berkulit berwarna (etnis
Afrika) daripada yang berkulit putih (4:1), sedangkan di Indonesia belum ada penelitian
mendalam dan menyeluruh mengenai pola penyakit glaukoma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
Humor akueus atau cairan aquos adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan
belakang. Volumenya sekitar 250 μL dan kecepatan pembentukannya yang bervariasi diurnal
adalah 1,5-2 μL/mnt. Cairan aquous diproduksi di badan siliar dan berjalan antara lensa dan iris,
dan melalui pupil. Cairan aquous membawa oksigen, glukosa dan beberapa nutrisi penting
lainnya. Cairan ini masuk di bilik anterior dan mengalirkannya melalui sudut drainase
(trabecullar meshwork). Jalinan/jala trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan
elastic yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk saringan dengan ukuran pori-
pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schelmm.
Terdapat dua jalur utama keluarnya cairan akuous yaitu :
1. Aliran keluar konvensional menyediakan mayoritas drainase akuous menujuTrabecullar
meshwork. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase cairan aquos juga meningkat.
Aliran cairan aquos ke dalam kanalis Schelmm tergantung pada permukaan saluran-saluran
transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferan dari kanalis Schelmm (sekitar 30 saluran
pengumpul dan 12 vena akueus).
2. Aliran keluar non konvensional atau aliran keluar uveoskleral, menyediakan sisa drainase
aliran keluar akuous dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera. Drainase
aquos melawan tahanan jadi tekanan intraokular dijaga agar tetap lebih tinggi dibanding tekanan
udara namun lebih rendah dibanding tekanan darah.
b. Gonioskopi
Diagnosis POAG membutukan evaluasi yang teliti pada sudut bilik depan untuk
menyingkirkan sudut tertutup atau penyebab sekunder dari peningkatan TIO, seperti reksesi
sudut. dispersi pigmen, sinekia anterior perifer neovaskularisasi sudLit, dan presipitat trabekula.
Gambar 2.9. Pemeriksaan Gonioskopi
c. Penilaian Diskus Optikus
Cupping merupakan ciri normal lempeng optik. Adanya perubahan glaukomataus
dilihat dengan analisa disk optik lapisan serat optik retina yang mengalami perubahan dini
yang dapat dideteksi dengan perimetri otomatis standar. Selain itu dapat juga dengan
menggunakan oftalmoskop konfokal serta dengan merekam ketebalan lapisan serabut saraf di
sekitar lempeng optik.
d. Lapangan pandang
Perimetri statis otomatis merupakan teknik pilihan untuk mengevaluasi lapangan
pandang. Tes permulaan statis dan kinetik kombinasi manual merupakan alternatif yang dapat
dilakukan jika perimetri atomatis tidak tersedia atau pasien tidak mau menggunakannya.
Penyebab hilangnya lapangan pandang akibat selain neuropati saraf glaukomatous sebaiknya
dicari saat anamnesis dan pemeriksaan fisis. Tes lapangan pandang dengan perimetri otomatis
gelombang pendek dan teknologi penggandaan frekuensi dapat mendeteksi lebih dini
dibanding perimetri konvensional. Sangat penting metode pemeriksaan yang sama saat
pemeriksaan lapangan pandang
e. Segmen anterior
Pemeriksaan dengan biomikroskopik slit lamp pada segmen anterior untuk melihat
adanya kelainan yang dihubungkan dengan sudut sempit, patologi kornea atau mekanisme
sekunder pada peningkatan TIO seperti pseudoeksfoliasi- dispersi primer, neovaskularisasi
sudut dan iris, atau inflamasi.
f. Funduskopi
Pemeriksaan fundus untuk melihat struktur nervus saraf optik dengan dilatasi pupil,
bertujuan untuk mencari abnormalitas yang menvebabkan defek lapangan pandang.
I. Penatalaksanaan
Tujuan terapi glaukoma adalah untuk memperlambat progresivitas kerusakan saraf.
Karena kerusakan saraf dari glaukoma ireversibel, pemberian medikasi pada glaukoma tidak
akan mengembalikan penglihatan pada keadaan normal. Glaukoma diterapi dengan
menurunkan tekanan intra okular. Tercapainya tujuan terapi tergantung pada mata setiap
individu dan status kerusakan saraf optik.
Terapi diharapkan menuju stabilisasi saraf optik dan lapangan pandang tiap individu.
Terapi glaukoma paling banyak menggunakan obat tetes mata (obat topikal). Obat oral juga
digunakan untuk menurunkan TIO.
1. Terapi Medikamentosa
Sebagian besar terapi glaukoma dibuat untuk menurunkan dan atau mengontrol TIO
yang dapat merusak saraf optik. Tetes mata merupakan pilihan pertama sebelum pembedahan
dan efektif untuk mengontrol TIO untuk mencegah kerusakan pada mata. Adapun
medikamentosa untuk glaukoma adalah :
a. Supresi pembentukan cairan aquos
• Penghambat adrenergik beta, obat ini bekerja dengan cara menurunkan produksi cairan
aquos dan bisa digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan tetes mata lainnya.
Kontra indikasi utama adalah pada penyakit obstruksi jalan nafas terutama asma.
• Inhibitor karbonat anhidrase, digunakan untuk glaukoma kronik apanila terapi topikal
tidak memberikan hasil memuaskan dan pada glaukoma akut di mana TIO yang sangat
tinggi.
b. Fasilitasi aliran keluar cairan aquos
• Obat parasimpatomimetik, meningkatkan aliran keluar cairan aquos dengan bekerja pada
jalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris.
Obat piihan adalah pilokarpin.
• Epinefrin 0,25-2%.
c. Penurunan volume korpus vitreum
• Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik
sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum. Selain itu,
terjadi juga penurunan produksi cairan aquos. Penurunan volume korpus viterum bermanfaat
dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna yang menyebabkan
pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh perubahan volume korpus viteum atau
koroid) dan menyebabkan penutupan sudut (glaucoma sudut tertutup sekunder).
• Gliserin 1 mL/kg BB dalam suatu larutan 50% dingin dicampur dengan sari lemon,
adalah obat yang paling sering digunakan.
d. Miotik, midriatik dan siklopegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut primer dan
pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut
akibat iris bombe karena sinekia posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran
lensa ke anterior, siklopegik (siklopentolat dan atropine) dapat digunakan untuk melemaskan otot
siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa ke
belakang.
2. Terapi Bedah
a. Bedah drainase glaukoma
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal, sehingga
terbentuk akses langsung humor akueus dari kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau
orbita, dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase. Trabekulotomi telah
mengganti tindakan-tindakan drainase full thicknes. Trabekulektomi adalah operasi konvensional
dimana katup setengah tebal dibuat pada dinding sklera dan sebuah jendela pembuka dibuat di
bawah katup tersebut untuk bagian trabecular meshwork. Katup sclera ini kemudian dijahit tidak
terlalu rapat. Dengan demikian cairan aquos dapat dialirkan keluar melalui jalur ini sehingga
tekanan di dalam bola mata dapat diturunkan dan terjadi pembentukan gelembung cairan pada
permukaan mata.
b. Iridektomi dan iridotomi perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi langsung antara
kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan antara keduanya menghilang. Hal ini dapat
dicapai dengan laser neodinium: YAG atau argon (iridektomi perifer atau dengan tindakan bedah
iridektomi perifer. Walaupun lebih mudah dilakukan, terapi laser memerlukan kornea yang
relatif jernih dan dapat meningkatkan tekanan intra ocular yang cukup besar, terutama apabila
terdapat penutupan sudut akibat sinekia luas.
c. Trabekuloplasti laser
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu geniole
nsake jalinan trabekular dapat mempermudah aliran keluar humous akueus karena efek luka
bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis sclemm serta terjadinya proses-proses seluler
yang meningkatkan fungsi jalinan trabekular.
J. Komplikasi
Jika pengobatan terlambat akan cepat berlanjut pada tahap akhir glukoma yaitu gloukoma
absolut.
K. Prognosis
Diagnosis yang lebih awal dan penanganan dini pada glaukoma dapat memberikan hasil yang
memuaskan