You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut definisi, pertumbuhan karang merupakan pertambahan panjang linier, berat, volume
atau luas kerangka atau bangunan kapur (calsium) spesies karang dalam kurun waktu tertentu
(Buddemeir dan Kinzie,1976). Namun untuk penentuan pertumbuhan karang yang paling sering
digunakan adalah pengukuran pertambahan berat daripada kerangka karang.
Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi
lingkungan perairan. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari, hydrodinamis (gelombang dan arus), ketersediaan bahan makanan, sedimen, subareal
exposure dan faktor genetik.
Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang Acropora dan non-
Acropora (English et.al., 1994). Perbedaan Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur
skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan non-
Acropora hanya memiliki radial koralit.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan secara umum mengenai proses
pertumbuhan karang sebagai salah satu proses interaksi adaptasi system tubuhnya terhadap
ekologis.

1.3. Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat mengetahui secara
umum mengenai proses pertumbuhan karang sebagai salah satu proses interaksi adaptasi
system tubuhnya terhadap ekologis.

1|Pertumbuhan Karang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

REPRODUKSI & PERTUMBUHAN KARANG


Menurut definisi, pertumbuhan karang merupakan pertambahan panjang linier, berat, volume atau luas
kerangka atau bangunan kapur (calsium) spesies karang dalam kurun waktu tertentu (Buddemeir dan Kinzie,1976).
Pertumbuhan karang dimulai dari proses reproduksi dan selanjutnya tumbuh menjadi karang dewasa.
2.1 Reproduksi Karang
Seperti hewan lain, karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual.
 Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet
betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan
potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru
 Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi). Sifat
reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan
(pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan).
Baik reproduksi secara seksual maupun secara aseksual dijalankan oleh karang tentunya untuk tujuan
mempertahankan keberadaan spesiesnya di alam. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga kedua
metode tersebut saling melengkapi. Berikut adalah perbandingan reproduksi aseksual dan seksual dipandang dari
sisi ketahanan dan adaptasi terhadap lingkungan.

2|Pertumbuhan Karang
Gambar 1. Skema Reproduksi dan Pertumbuhan.

2.2 Petumbuhan dan Akresi Karang


1. Penempelan (recruitment/settlement)
Larva planula akan dapat melanjutkan ke tahap penempelan pada dasar perairan bila kondisi substrat
mendukung seperti:
 cukup kokoh
 tidak ditumbuhi alga
 arus cukup untuk adanya makanan
 penetrasi cahaya cukup agar zoox bisa tumbuh
 sedimentasi rendah
2. Karang muda
Kemampuan karang muda untuk terus hidup memang sangat tergantung pada kondisi substrat, sebagai contoh:
 Karang akan tumbuh lebih baik di substrat yang padat
 karang lebih mampu bertahan hidup bila posisi substrat vertikal daripada horisontal
 karang akan tumbuh lebih cepat di tempat dangkal tapi yang lebih survive di perairan yang sedikit
lebih dalam.
3. Kematangan seksual
Dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
a. Perubahan kondisi lingkungan ke arah lebih buruk mengganggu proses kematangan seksual, misalnya
 Sedimentasi 􀃆 energi karang akan terkuras untuk membersihkan polip sehingga kematangan seksual
terhambat
 Pestisida dari pertanian 􀃆 menurunkan penempelan dan metamorfosis
 Tumpahan minyak 􀃆 mengecilkan ukuran gamet
 Polusi oleh minyak 􀃆 menghentikan proses pembentukan larva pada brooding spesies.
b. Pada Goniastrea favulus, Kojis dan Quinn menemukan jika ada luka dan perlu energy memperbaiki
jaringan, maka kemampuan reproduksinya akan turun (lihat Richmond 2001)
c. Bentuk koloni:
 Karang yang bentuk koloninya besar seperti Lobophyllia corymbosa, ukuran polip akan berperan
dalam kematangan seksual (lebih cepat)
 Karang cabang, seperti Pocillopora dan Acropora butuh 2-3 tahun untuk matang seksual
 Massive seperti Porites butuh 4-7 tahun
4. Pertumbuhan koloni dan terumbu
Pertumbuhan karang dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik.
 Faktor abiotik dapat berupa intensitas cahaya, lama penyinaran, suhu, nutrisi, dan sedimentasi. Connel
dalam percobaannya menemukan bahwa jumlah atau lama penyinaran adalah faktor yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan karang (lihat Wood 1983). Karang memiliki kemampuan hidup dalam
perairan miskin nutrien dan mampu beradaptasi terhadap kenaikan nutrien yang bersifat periodik,

3|Pertumbuhan Karang
seperti runoff. Karang tidak dapat beradaptasi terhadap kenaikan nutrien secara mendadak dalam
jumlah besar.
 Faktor biotik meliputi predasi, kompetisi, agresi karang lain, dan lainnya.
5. Kalsifikasi
Kalsifikasi adalah adalah proses yang menghasilkan kapur untuk pembentukan rangka karang.
 Kapur dihasilkan dalam reaksi yang terjadi dalam ektodermis karang.
 Reaksi pembentukan deposit kapur, mensyaratkan tersedianya ion kalsium dan ion karbonat. Ion kalsium
tersedia dalam perairan yang berasal dari pengikisan batuan di darat. Ion karbonat berasal dari pemecahan
asam karbonat.
Kalsium karbonat yang terbentuk kemudian membentuk endapan menjadi rangka hewan karang.
Sementara itu, karbondioksida akan diambil oleh zooxanthellae untuk fotosintesis. Pengambilan atau
pemanfaatan karbon (CO2) dalam jumlah yang sangat besar untuk keperluan kalsifikasi yang kemudian
menghasilkan terumbu karang sebaran vertikal dan horisontal yang amat luas, menjadikan terumbu karang
sebagai CARBON SINK.

 Kalsifikasi dipengaruhi oleh fotosintesis zooxanthellae dan hasilnya. Sebagai contoh Pearse dan Muscatine
menggunakan senyawa radioaktif untuk menelusuri hasil fotosintesis. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil
fotosintesis banyak di ujung-ujung cabang (lihat Wood 1983). Hasil fotosintesis menunjang pertumbuhan
cabang
 Kenaikan nutrien akan menurunkan kalsifikasi karena terjadi peningkatan fosfat.

6. Akresi
Akresi adalah pertumbuhan koloni dan terumbu ke arah vertikal maupun horisontal. Karang melalui
reproduksi aseksualnya menghasilkan karang-karang baru yang berhubungan satu dengan lainnya. Karang-
karang tersebut membentuk koloni, yang kemudian tumbuh menjadi bentuk yang khas. Ragam bentuk
pertumbuhan koloni tersebut meliputi:

4|Pertumbuhan Karang
Gambar 2. Bentuk-bentuk Koloni Karang.

a. Bercabang
Koloni ini tumbuh ke arah vertikal maupun horisontal, dengan arah vertikal lebih dominan. Percabangan
dapat memanjang atau melebar, sementara bentuk cabang dapat halus atau tebal. Karang bercabang
memiliki tingkat pertumbuhan yang paling cepat, yaitu bisa mencapai 20 cm/tahun. Bentuk koloni seperti
ini, banyak terdapat disepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang terlindungi atau
setengah terbuka.
b. Padat
Pertumbuhan koloni lebih dominan ke arah horisontal daripada vertikal. Karang ini memiliki permukaan
yang halus dan padat; bentuk yang bervariasi, seperti setengah bola, bongkahan batu, dan lainnya; dengan
ukuran yang juga beragam. Dengan pertumbuhan < 1 cm/tahun, koloni tergolong paling lambat tumbuh.
Meski demikian, di alam banyak dijumpai karang ini dengan ukuran yang sangat besar. Umumnya
ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu.
c. Lembaran
Pertumbuhan koloni terutama ke arah horisontal, dengan bentuk lembaran yang pipih. Umumnya terdapat
di lereng terumbu dan daerah terlindung. Dijumpai di perairan.
d. Seperti meja
Bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang
berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.

2.3. Jenis-jenis Pertumbuhan Karang


Bentuk pertumbuhan karang terbagi atas 2 jenis yaitu bentuk pertumbuhan Acropora dan bentuk pertumbuhan
non-Acropora.
1. Bentuk Pertumbuhan non-Acropora
a. Bentuk bercabang (Branching), memiliki cabang lebih panjang dari diameter yang dimiliki.
b. Bentuk padat (Massive). Permukaan karang ini halus dan padat, ukurannya bervariasi dan ada yang
berbentuk seperti batu.

5|Pertumbuhan Karang
c. Bentuk kerak (Encrusting) tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang kasar dan keras
serta berlubang-lubang kecil.
d. Bentuk lembaran (Foliose), merupakan lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu,
berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar.
e. Bentuk jamur (Mashroom), berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan.
f. Bentuk submasif (Submassive) bentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-kolom kecil.
g. Karang api (Millepora), semua jenis karang api yang dapat dikenali dengan adanya warna kuning di
ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar bila disentuh
h. Karang biru (Heliopora) dapat dikenali dengan adanya warna biru pada karangnya
2. Bentuk Pertumbuhan Acropora
a. Acropora bentuk bercabang (Branching Acropora) bentuk bercabang seperti ranting pohon.
b. Acropora meja (Tabulate Acropora) Bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja.
c. Acropora merayap (Encursting Acropora), bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang
belum sempurna.
d. Acropora Submasif (Submassive Acropora), percabangan benttuk ganda/lempeng dan kokoh.
e. Acropora berjari (Digitate Acropora), bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan.
Koloni karang akan tumbuh terus tumbuh membentuk terumbu. Ada beberapa macam bentuk terumbu berdasar
Teori Penenggelaman (Subsidence Theory) oleh Charles Darw in (1842), yaitu terumbu tepi, terumbu penghalang,
dan atol. Masing-masing dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang ke arah laut
terbuka.
b. Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh goba (lagoon)
dengan kedalaman 40 – 70 meter. Umumnya terumbu karang ini memanjang menyusuri pantai.
c. Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan yang
dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atau terumbu petak.

2.4 Faktor Pertumbuhan Karang.


Jenis karang yang dominan di suatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat tempat karang itu
hidup. Pada suatu habitat, jenis karang yang hidup dapat didominasi oleh suatu jenis karang tertentu. Pada daerah
rataan terumbu biasanya didominasi karang-karang kecil yang umumnya berbentuk masif dan submasif. Lereng
terumbu biasanya ditumbuhi oleh karang-karang bercabang.
Karang masif lebih banyak tumbuh di terumbu terluar dengan perairan berarus. Gelombang berpengaruh
terhadap perubahan bentuk koloni terumbu. Karang yang hidup di daerah terlindung dari gelombang (leeward zones)
memiliki bentuk percabangan ramping dan memanjang, berbeda pada gelombang yang kuat (windward zones)
kecenderungan pertumbuhan berbentuk percabangan pendek, kuat, merayap atau submasif. Secara umum ada empat
faktor dominan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan, yaitu cahaya, tekanan hidrodinamis (gelombang dan
arus), sedimen dan subareal exposure.

6|Pertumbuhan Karang
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pertumbuhan karang adalah pertambahan panjang linier, berat, volume atau luas kerangka atau
bangunan kapur (calsium) spesies karang dalam kurun waktu tertentu. Proses pertumbuhan karang
dimulai setelah proses reproduksi berlangsung dan meliputi beberapa tahap antara lain penempelan
larva planula, tumbuh jadi karang muda berlanjut pada kematangan seksual dan kalsifikasi (proses
yang menghasilkan kapur dan pembentukan rangka karang) kemudian tumbuh berkoloni (Akresi)
Ada 2 jenis pertumbuhan karang dibagi yaitu:
a. Bentuk pertumbuhan Acropora yang terdiri atas Acropora bentuk cabang, Acropora meja,
Acropora merayap, Acropora submasif, dan Acropora berjari.
b. Bentuk pertumbuhan non-Acropora yang terdiri atas Bentuk bercabang, Bentuk padat,
Bentuk kerak, Bentuk lembaran, Bentuk jamur, Bentuk submasif, Karang api dan Karang
biru.
Secara umum ada empat faktor dominan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan, yaitu
cahaya, tekanan hidrodinamis (gelombang dan arus), sedimen dan subareal exposure.

7|Pertumbuhan Karang
DAFTAR PUSTAKA

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. dari Marine Biology: An
Ecological Approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M.
Hutomo, & S. Sukardjo. 1992. dari. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
xv+459 hlm.

Glynn, P.W. 2001. bioerosion and coral-Reef Grow th: A Dinamic Balance. Dalam: Birkeland, C. (ed.)
2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York: 68-95.

8|Pertumbuhan Karang

You might also like