Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
9. Getaran ultrasonik
10. Pemboman dengan elektron (electron bombardment)
11. Sinar laser.
12. Tahanan listrik atau resistansi listrik. Dapat menghasilkan panas yang
cukup tinggi sehingga dengan mudah dapat mencairkan baja. Metode
ini yang biasa digunakan oleh pabrik-pabrik yang menggunakan pelat
sebagai benda kerjanya.
3. Ultrasonic Welding
4. Explosion Welding
5. Roll Welding
Di dalam pengelasan ini hal yang penting adalah bahan fluks dalam jenis
listrik yang digunakan.
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen
yang digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam
induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara.
Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen
dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan
14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air.
Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor.
Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :
BAB III
METODE PERCOBAAN
Menimbang
Mengelas
Nyala Netral
2
Nyala Oksidasi
Mencatat Waktu
Menimbang
Data
Literatur
Pembahasan
Kesimpulan
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
2 Netral
1
3 Oksidasi
t S
G0 G1 Gr x F0 F1 Ff V
Pelat (dtk (cm/dtk
(g) (g) (g) (cm) (g) (g) (g) (g/dtk)
) )
I 458 464,4 6, 12 89 0,13 25,1 17, 7,9 0,033
4 2
II 464, 472,6 8, 12,5 78 0,16 17,2 9,4 7,8 0,1
4 2
III 472, 456 7, 11,5 40 0,2875 24,3 19, 4,5 0,114
6 6 5 8 5
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan pengelasan
19 Oksiasetilen yang telah dilakukan dan
pengamatan nyala apinya maka nyala api Oksiasetilen terbagi menjadi menjadi
tiga,yaitu nyala karburasi,netral dan dekarburasi.
Pada percobaan pertama dan kedua yaitu pengelasan oksiasetilen dengan
nyala netral. Nyala netral ini terjadi karena oksigen dan asetilen yang digunakan
perbandingannya sekitar satu. Nyala yang dihasilkan terdiri atas kerucut dalam
yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.Ada
pun hasil pengamatannya dapat dilihat pada gambar di tabel 2 diatas.
Pada percobaan ketiga yaitu pengelasan oksiasetilen dengan nyala
oksidasi. Nyala oksidasi ini terjadi karena oksigen yang digunakan melebihi dari
pada jumlah asetilen. Nyala yang dihasilkan menjadi pendek dan warna kerucut
dalam berubah dari putih bersinar menjadi ungu. Pada nyala ini akan terjadi
proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair.Ada pun hasil pengamatannya
dapat dilihat pada gambar di tabel 2. ( Harsono W & Toshie O,2000)
1
Dari data pada tabel 3,maka didapat grafik hubungan antara perubahan
berat plat terhadap waktu yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
BAB V
KESIMPULAN
2. Kadar oksigen dan asetilen harus sama agar mendapatkan nyala las
yang netral.
3. Setiap nyala api memepunyai kadar panas yang berbeda sehingga
menghasilkan hasil lassan yang berbeda pula.
4. Dari ketiga nyala api pengelasan oksi asetilen, nyala yang baik adalah
nyala api netral.
5. Semakin lama kecepatan lasnya maka akan didapatkan manik metal
yang banyak dan pengurangan berat pada filler metal. Pengurangan
filler metal yang banyak akan mempengaruhi hasil lasan yang baik dan
merata.
DAFTAR PUSTAKA
23
http://wiedeva.wordpress.com/2009/02/22/horega-da-praktikum-lagi
24
25
2
LAMPIRAN
Pada Pelat I
Gf = G1 – G0
Gf = 464,4 – 458
Gf = 6,4 gram
S=xt=1289
S=0,13 cm/detik
v=Fft=7,989
2
v=0,033 g/detik
Pada Pelat II
Gf = G1 – G0
Gf = 472,6 – 464,4
Gf = 8,2 gram
s=xt=12,578
s=0,16
v=Fft=7,878
v=0,1
V = Ft
V = 4,5540 = 0,114 gr detik-1
1
Retak ini disebut juga retak lambat karena biasanya terjadi antara
beberapa menit sampai 48 jam sesudah pengelasan. Retak ini
disebabakan struktur dari daerah pengaruh panas,hydrogen difusi di
daerah las dan tegangan.
b) Retak lamel
Retak lamel merupakan retak berumpak yang menjalar sepanjang
butiran bukan logam yang ada di dalam baja. Retak ini akibat
tegangan.
c) Retak pada daerah las karena proses pembebasab tegangan
Yaitu retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah
selesai pengelasan.
d) Retak panas
Retak ini biasanya terjadi pada waktu loagam las mendingin setelah
pembekuan selesai. Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang
timbul yang disebabkan oleh penyusutan dan sifat baja yang
ketangguhannya turun pada suhu sedikit dibawah suhu pembekuan.
e) Retak lintang pada logam las
Retak nin biasanya terjadi dengan arah tegak lurus atau melintang
terhadap garis las.
1. Underbread Cracking, terjadi karena adanya hidrogen atau pun karena
kuatnya konstruksi penguat sampingan. Dapat ditanggulangi dengan
menggunakan elektroda las low hidrogen atau pemanasan awal benda
kerja sampai suhu 120 oC.
2. Lack of Fussion adalah cacat yang antara bahan dasar dengan logam las
tidak terjadi ditanggulangi dengan menambah kuat arus, ayunan las dapat
ditambah. Ditanggulangi dengan menambah kuat arus, ayunan las dapat
ditambah.
3. Lack of Penetratic, cara penanggulangannya yaitu dengan memilih dan
mengganti elektroda dengan diameter yang cocok serta menambah kuat
arus pengelasan.
1
Gambar 8. Masker