Professional Documents
Culture Documents
Penyusunan buku Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing yang disusun
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dilatarbelakangi oleh
adanya kesadaran masyarakat Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sebagai lambang persatuan dari berbagai golongan etnis di Kepulauan Indonesia. Selain
itu, fakta bahwa di dalam masyarakat Indonesia masih terdapat bahasa-bahasa asing yang
digunakan sebagai bahasa perantara, mendorong kesadaran bangsa Indonesia untuk memiliki
bahasa resmi bersama yang dapat digunakan sebagai bahasa nasional yang mampu
mempererat dan mempersatukan semua golongan di Indonesia. Adanya penggunaan bahasa
asing sebagai pengaruh dari penjajahan pada zaman dulu dapat dilihat dari sistem tata bahasa
di negara Indonesia. Penggunaan bahasa Belanda dan bahasa Inggris, baik dulu maupun
sekarang, dianggap kurang efektif karena tidak semua kalangan di nusantara dapat
menggunakan bahasa tersebut dengan lancar dan benar. Misalnya pada zaman penjajahan,
orang-orang yang mampu berbahasa Belanda jumlahnya terbatas, yakni yang berasal dari
kalangan yang berpendidikan tinggi saja. Dewasa ini, keadaan juga tidak berubah dalam hal
pembelajaran bahasa Inggris, kemampuan berbahasa Inggris pada umumnya dimiliki oleh
orang-orang yang berpendidikan, paling tidak yang telah melewati tingkatan sekolah dasar
dan menengah. Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil mungkin belum mengenal
bahasa Inggris karena faktor sulitnya menjangkau daerah-daerah tersebut untuk
mendistribusikan beberapa tenaga pengajar guna mengembangkan ilmu pengetahuan.
Banyaknya kata-kata serapan dari bahasa asing yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia
merupakan suatu upaya untuk lebih menghargai bahasa nasional daripada bahasa asing.
Tujuan lainnya adalah agar orang-orang yang belum mengenal bahasa asing dapat mengenal
dan memahami bahasa tersebut dalam bahasa Indonesia.
Proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia berbeda dari waktu ke
waktu. Pada zaman dulu penyerapan kata bahasa asing lebih dilakukan secara spontan.
Maksudnya adalah penyerapan kata tersebut didasarkan pada cita rasa seseorang. Lain halnya
dengan saat ini dimana penyerapan kata asing dilakukan secara berencana dan berkelanjutan
sesuai dengan perkembangan zaman. Proses penyerapan bahasa asing juga tidak boleh
dilakukan secara sembarangan. Dalam prakteknya, untuk menyerap bahasa asing ke bahasa
Indonesia diperlukan kesinambungan antara hakikat bahasa dulu dan sekarang sehingga
bahasa Indonesia tidak kehilangan jati dirinya. Penyerapan bahasa asing juga harus dilakukan
secara selektif sehingga kata-kata asing yang diserap ke bahasa Indonesia memiliki arti yang
tepat. Lebih jauh lagi, penyerapan bahasa asing harus didukung oleh adanya motivasi dari
pemakai bahasa tersebut. Misalnya, bahasa serapan digunakan oleh masyarakat Indonesia
untuk melancarkan integrasi nasional, baik secara vertikal terhadap sesama golongan,
maupun secara horizontal terhadap orang-orang yang berbeda status sosial di masyarakat.
Dengan menyerap bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, telah menunjukkan bahwa kita
sebagai warga negara Indonesia lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia daripada
bahasa asing. Hal ini juga menggambarkan pandangan hidup dan sikap masyarakat Indonesia
yang tidak ingin kehilangan jati dirinya di saat arus globalisasi melanda negeri ini. Dengan
demikian, masyarakat Indonesia telah menunjukkan “kesetiaannya” kepada bahasa Indonesia
dan menujukkan ketahanan budayanya.
Dalam bagian sambutan pada buku Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing,
Prof. Dr. –Ing. Wardiman Djojonegoro selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, berharap
bahwa buku ini dapat dijadikan pedoman dan pegangan bagi masyarakat Indonesia agar lebih
mencintai dan menggunakan bahasa persatuan dengan baik dan benar. Dengan adanya buku
ini pula, bangsa Indonesia dapat memperlihatkan jati diri melihat banyaknya bahasa asing,
terutama bahasa Inggris, yang semakin luas pengaruhnya di berbagai bidang kehidupan.
Sesuai dengan amanat dalam GBHN 1993, kita dapat menghindari penggunaan istilah asing
yang kandungan konsepnya dapat diungkapkan dengan bahasa Indonesia. Kenyataan yang
terjadi di negeri ini menunjukkan bahwa pemakaian bahasa asing, terutama di tempat umum,
seperti nama-nama badan usaha, kawasan pemukiman, dan gedung-gedung megah saat ini
sudah terlalu banyak dengan alasan lebih menjualnya nama asing tersebut bila dibandingkan
dengan pemakaian bahasa Indonesia. Sudah selayaknya masyarakat Indonesia dengan penuh
kesadaran lebih berusaha untuk menghindari paradigma kebanggaan atas bahasa asing
tersebut dan lebih cenderung untuk membanggakan bahasa nasional. Pentingnya pemakaian
bahasa Indonesia di atas bahasa asing sangatlah penting mengingat beberapa poin penting:
1. Bahasa negara adalah bahasa Indonesia (UUD 1945, Bab XV, Pasal 36)
2. Garis-Garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR No. II, Tahun 1993)
3. Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (UU Nomor 5, Tahun 1974)
8. Penertiban Penggunaan Bahasa Asing (Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur,
Bupati, dan Wali Kotamadya Nomor 434/1021/SJ, tanggal 16 Maret 1995)
2. Nama badan usaha, kawasan, dan gedung yang memerlukan pengesahan dari instansi
pemerintah.
3. Nama asing badan usaha yang merupakan cabang dari luar negeri dan nama asing
merek dagang yang memiliki hak paten tetap.
4. Papan nama, papan petunjuk, kain rentang papan iklan digunakan huruf Latin.
5. Papan nama, papan petunjuk, papan iklan, dan kain rentang dapat menggunakan
bahasa asing yang ditulis di bagian bawah bahasa Indonesia dengan huruf Latin kecil.
Penggunaan nama Indonesia bagi badan usaha, kawasan, dan bangunan dilakukan terhadap
pengertian istilah dan nama diri:
1. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan gagasan,
proses, keadaan, dan sifat yang khas dalam bidang tertentu.
2. Nama diri adalah nama khas seseorang, tempat, negeri, bulan, hari raya, majalah, dan
sebagainya.
Nama badan usaha, kawasan, dan bangunan dapat diambil dari nama diri dan istilah:
1. Badan usaha, kawasan, bangunan dari nama diri misalnya Jayakarta, Mataram Elok
2. Istilah yang menjadi bagian badan usaha, kawasan, dan bangunan misalnya Bank
Devisa Deli
3. Badan usaha, kawasan, bangunan yang memakai nama Indonesia dan nama asing
Balai Sidang Jakarta
4. Nama asing pada badan usaha, kawasan, dan bangunan yang perlu disertai dengan
padanannya dalam bahasa Indonesia
Bogor Lakeside
5. Nama asing badan usaha cabang luar negeri yang memiliki hak paten seperti
Kentucky Fried Chicken dan Citibank.
Berikut ini kami akan memaparkan beberapa contoh istilah asing dari beberapa bidang usaha
yang sudah sering dijumpai penggunaannya di daerah-daerah umum di masyarakat:
Contoh:
- entrepreneur : wirausaha
2. Industri
Contoh:
Contoh:
4. Pariwisata
Contoh:
- discotheque : diskotek
Contoh:
6. Perlengkapan Pribadi
Contoh:
7. Properti
Contoh:
Kelebihan: dengan adanya buku pedoman ini, masyarakat Indonesia dapat menggunakan
istilah asing dengan bahasa Indonesia yang telah disesuaikan. Dengan demikian, masyarakat
Indonesia seharusnya bangga karena dapat menggunakan bahasa nasional daripada bahasa
asing. Adanya penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia juga dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat sehingga mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, dan
memantapkan kepribadian bangsa.
Kekurangan: daftar istilah pada buku pedoman ini belum mencakup pemakaian bahasa di
tempat umum secara tuntas sehingga perlu dilakukan penyempurnaan secara
berkesinambungan. Apalagi istilah dalam bahasa asing akan terus bermunculan sehingga
bahasa Indonesia harus terus mengikuti perkembangan bahasa-bahasa asing. Dengan
demikian bahasa Indonesia tidak fleksibel dengan perkembangan zaman.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta terjadinya akulturasi budaya global
bagaikan pedang dengan dua mata sisi; di satu sisi hal ini sangat bermanfaat bagi kemajuan
peradaban bangsa karena membawa pengaruh-pengaruh positif bagi masyarakat, sementara di
sisi lain hal ini seakan memundurkan jati diri bangsa dengan terlalu banyaknya pengaruh-
pengaruh asing yang lebih dominan pemakaiannya di negeri ini. Tidak hanya dalam hal
penggunaan istilah asing, bila kita menganalisis lebih jauh maka pengaruh budaya asing pun
terbukti telah banyak terinternalisasi terutama pada lapisan masyarakat urban di Indonesia.
Dengan hadirnya buku Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing ini, seakan
menawarkan sebuah solusi yang inovatif bagi masyrakat Indonesia untuk lebih mengenali
dan bersedia menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar daripada bahasa asing.