You are on page 1of 4

Wawasan dalam Penelitian Arsitektur Nusantara1

josef prijotomo2

Pembuka
Walaupun arsitektur nusantara telah mampu bertahan dalam kurun waktu yang berabad
lamanya, namun perhatian terhadapnya sebagai sebuah pengetahuan arsitektur masih relatif
sangat muda usianya. Kerja keras dan tanpa pamrih dari disiplin ilmu antropologi, etnografi,
kebudayaan dan sejarah telah menyadarkan kita bersama bahwa arsitektur nusantara adalah
salah satu cerlang tara (genius loci, kearifan lokal) di tengah-tengah dunia pengetahuan
arsitektur. Betapa tidak, sungguh sulit dibayangkan kemampuan para empu di Wae Rebo,
Flores, misalnya, yang mampu menghadirkan bangunan yang setara dengan bangunan setinggi
empat lantai dan dengan lantai dasar yang mampu menampung 150 orang, hanya dengan
berbekal parang dan kapak sebagai alat pertukangannya, serta hanya menerapkan konstruksi
ikat dengan rotan sebagai teknologi konstruksinya. JIkalau lebih dari dua abad yang silam para
anakbangsa ini telah mampu menghasilkan karya seperti itu, maka tak ada kata lain bagi kita
untuk merasa tertantang dalam menyikapi pembangunan di masa kini dan masa mendatang.
Mampukah kita menghasilkan karya yang setara dengan mengingat pada ruang dan waktu
yang sudah jauh berbeda, dan dilengkapi dengan peralatan dan teknologi yang sudah sangat
jauh lebih canggih dari masa dua abad yang silam. Tidak itu saja tantangannya, sebab ada
kenyataan bahwa sebenarnya kita masih belum tahu banyak tentang arsitektur nusantara
sebagai pengetahuan dan sebagai praktek pembangunan dalam ruang dan waktu masa yang
telah silam.

Menggarap Arsitektur
Menggarap arsitektur adalah menggarap gedung, bangunan atau lingkung bina. Ini berarti
bahwa perhatian utama dalam menggarap arsitektur adalah pada umpak, tiang, blandar/balok,
dinding, lantai, atap dan semua bagian serta detil dari sebuah bangunan. Perwujudan
bagaimanakah yang akan dihasilkan dari penggubahan komponen-komponen itu, menjadi
pengarah dan pemandu dalam melakukan penggubahan. Juga menjadi pengarah dan pemandu

1 Disiapkan untuk dan disajikan dalam Diskusi Teknik Satker Loka Teknologi Permukiman Medan
diselenggarakan di Bandung 06 April 2011
2 Gurubesar arsitektur, peneliti arsitektur nusantara embah.petungan@gmail.com
adalah wawasan dan gagasan dari perancang yang berkenaan dengan tampilan seperti apakah
yang akan hadir, serta kebersamaan dari kehadiran bangunan itu dalam lingkungan dan
tetanggaannya. Terkait langsung dengan bangunan itu adalah ihwal tapak tempat bangunan itu
berada, bahan bangunan yang digunakan, peralatan yang dipakai dalam membuat arsitektur,
tingkat ketrampilan dan kepandaian para tukang dan pelaku pelaksanaan pembangunan. Ikut
dikaitkan untuk dapat menghadirkan arsitektur yang cemerlang adalah pendanaan, cepat-
lamanya waktu membangun, kepedulian akan wawasan sosio-budaya, dan yang lainnya.
Penggarapan seperti ini dengan langsung menempatkan pekerjaan kita menjadi pekerjaan
arsitektur dan bangunan atau lingkung-bina.
Peninjauan seperti tersampaikan di depan memang memperlihatkan perbedaan yang cukup
bena (signifikan) dari format penelitian yang sejauh ini telah diterapkan di Balai Penelitian
Teknologi Permukiman Tradisional. Format yang selama ini dipergunakan adalah dari ranah
ilmu antropologi dan budaya, dan fokus perhatiannya adalah pada manusia dan
kebudayaannya, bukan pada arsitektur. Selanjutnya, penggarapan arsitektur adalah sebagai
informasi bagi pemahaman kebudayaan. Kontribusi maksimal dari format antropologik itu bagi
arsitektur nusantara adalah sepenuhnya sebagai data dasar bangunan dan tata tapak. Dapat
pula dikatakan sebagai bahan awal untuk melakukan analisa dalam penelitian arsitektur.
Dengan demikian, bila format yang antropologik ini ingin dipergunakan, hanyalah bagian yang
menyangkut pendataan bangunan dan lingkungan yang bisa dipakai.

Cakupan Penelitian Arsitektur Nusantara


Banyak yang berpendapat bahwa penelitian arsitektur nusantara adalah dan hanyalah
melakukan pendokumentasian dan inventarisasi atas arsitektur nusantara. Sebenarnya saja,
usaha mendokumentasi dan menginventarisasi hanyalah sebagian saja dari berbagai penelitian
yang dapat dilakukan terhadap dan tentang arsitektur nusantara. Kita lihat saja, arsitektur
nusantara memerlukan perawatan dan pemeliharaan, menjadi acuan dan rujukan bagi berbagai
system dan teknologi bangunan dan arsitektur, menjadi bagian dari ekologi dan lingkungan
yang mengalami perubahan, dan yang lain lagi. Sekadar memberikan contoh dari luas dari
cakupan penelitian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut ini.
memerlukan perawatan dan pemeliharaan
perawatan kebersihan dan kecerlangan
penggantian bagian-bagian
perlindungan terhadap aus dan rayap
teknologi konstruksi
aturan dan tatanan pembangunan
pendokumentasian teknologi konstruksi
pelatihan ketukangan konstruksi bangunan nusantara
menjadi sumber bagi pengetahuan arsitektur nusantara
pembentukan teori-teori arsitektur
penyusunan sejarah arsitektur nusantara
sistem dan teknologi konstruksi ‘goyang’
sistem pengadaan bahan yang berkelanjutan (sustainable)
sistem dan teknologi rancangan hijau (green design)
sistem dan tatanan estetika dan tata artistik (termasuk tektonika)
sistem dan praktek ketukangan dan manajemen proyek konstruksi
pedoman perancangan dan pengkonstruksian
menjadi rujukan untuk pengkinian arsitektur
daya variatif (varian atau variasi, perbedaan) internal arsitektur setempat
daya modifikasi (penyesuaian diri dengan perubahan)
daya palihan (transformasi, mengubah diri)
pedoman dan panduan pengkinian
menjadi magnit bagi kunjungan wisata
penambahan fasilitas kewisataan
ketersediaan akses dan atraksi
sediaan informasi cerlang tara arsitektur
menjadi rujukan bagi pembangunan lingkungan yang berkelanjutan
ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan
perencanaan lingkungan dan desa ekologik, hijau dan berkelanjutan
pengkampanyean krasan di desa
menjadi rujukan dan inspirasi atas isyu-isyu arsitektur, struktur, teknologi dan lainnya

Daftar di atas sudah barang tentu dapat diperbanyak dan diperpanjang. Misi dan tugas pokok
dari Balai PTPT dapat diuraikan sehingga bisa memperlengkap daftar di depan. Namun dua hal
yang pasti adalah, pertama, semuanya menunjuk pada ranah atau tataran terapan, bukan
dalam ranah atau tataran teori; dan yang kedua, semuanya menjadi tugas dan kewajiban dari
Balai Pengembangan Teknologi Permukiman. Dalam pelaksanaannya, kerja bersama dengan
pihak-pihak terkait akan sangat potensial untuk mempercepat pelaksanaan tugas dan
kewajiban, memperkuat temuan-temuan beserta sosialisasinya, dan yang lainnya.
Penutup
Harus diakui bahwa sajian di depan telah dengan langsung menunjuk pada terjadinya
perubahan arah dan wawasan dalam penelitian teknologi permukiman tradisional. Satu hal
yang perlu dicatat di sini adalah, perubahan ini tidak menjadikan segenap kerja terdahulu
menjadi sia-sia. Segenap hasil terdahulu masih tetap dapat didayagunakan sebagai data awal
bagi penelitian arsitektur nusantara ini. Juga, sebagian dari format antropologik juga masih bisa
dipertahankan dalam penelitian ini. Sejauh dan selama sebuah perubahan menjanjikan dan
menghasilkan manfaat yang lebih jitu serta sumbangsih bagi negeri yang lebih berharga,
tentunya kita tidak akan ragu untuk melakukannya.

You might also like