Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
Yuliana Suheni
NIM 6450402113
2007
i
ii
ABSTRAK
Yuliana Suheni. 2007. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian
Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Henny
Setyawati, M.Si, Pembimbing II : dr. Arulita Ika Fibriana.
Kata Kunci : Kebiasaan Merokok (jumlah rokok, jenis rokok, lama merokok, cara
menghisap rokok), Hipertensi.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan antara
kebiasaan merokok (jumlah rokok, jenis rokok, cara menghisap dan lama meokok)
dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu dengan mempertimbangkan faktor keturunan, berat badan, aktivitas
olahraga, asupan garam dan stres pekerjaan Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kebiasaan merokok (jumlah rokok, jenis rokok, cara menghisap dan lama
meokok) sebagai salah satu faktor resiko kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun
ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu disamping faktor keturunan, berat badan,
aktivitas olahraga, asupan garam dan stres perkerjaan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian case control yaitu penelitian survey analitik
yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
restrospektive. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki perokok
berusia 40 tahun di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu periode Januari-November 2006.
Sampel yang diambil sejumlah 30 orang kasus (mengalami hipertensi) dan 30 orang
kontrol (tidak mengalami hipertensi). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket dan wawancara
sedangkan data sekunder diambil dari bagian rekam medik Badan Rumah Sakit Daerah
Cepu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji
Chi- Square dengan derajat kemaknaan ( α) = 0,05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap (p= 0.009, OR= 4.125), jenis rokok (p=
0.000, OR= 10.000), lama menghisap rokok (p= 0.000, OR= 21.000), keturunan (p=
0.018, OR= 3.596), asupan garam (p= 0.000, OR= 11.227), dan stres pekerjaan (p= 0.002,
OR= 9.333). Sedangkan dari analisis berstrata diperoleh hasil bahwa keturunan, berat
badan, aktivitas olahraga, asupan garam dan stres pekerjaan merupakan variabel perancu
dalam menilai besar risiko kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi di Badan
Rumah sakit Daerah Cepu.
Saran yang dapat penulis ajukan terkait dengan temuan dalam penelitian ini
antara lain : 1) Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi konsumsi
rokok khususnya rokok-rokok yang non filter, meningkatkan aktifitas olahraga,
mengurangi asupan garam dan sesekali menyempatkan diri untuk melakukan refresing
disela-sela kesibukannya dalam bekerja, 2) Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait
dengan faktor-faktor risiko hipertensi hendaknya dilakukan secara terus-menerus baik
oleh pemerintah maupun instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang
merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko kematian tinggi, 3) Untuk penelitian
selanjutnya, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dan diharapkan
mengambil populasi yang lebih spesifik untuk variabel cara merokok, aktivitas olahraga
dan berat badan sehingga diperoleh hasil yang lebih dapat menyelidiki kaitan variable-
variabel tersebut dengan kejadian hipertensi
ii
iii
ABSTRACT
Yuliana Suheni. 2007. The Relationship between Smoking Habit with Hypertension
of Mans in upper 40 years in Cepu Region Hospital Department. Final
Project. Public Health Science Department, Sport Science Faculty, Semarang
State University. Advisors: I. Dra. Henny Setyawati, M. Si, II. dr. Arulita Ika
Febriana.
Key Words: smoking habit (number of cigarette, kind of cigarette, the longer of smoking,
and the way of smoking), hypertension.
The problem that had been investigated in this research is whether there is any
relationship between smoking habit (number of cigarette, kind of cigarette, the way of
smoking, and the longer of smoking) with hypertension of man upper 40 years in Cepu
Region Hospital Department with considering the offspring factor, the weight of body,
sport activity, salt adding and stress of work. The purpose of this research is to know the
smoking habit (number of cigarette, kind of cigarette, the way of smoking, and the longer
of smoking) as one of risk factors hypertension of mans in upper 40 years in Cepu Region
Hospital Department beside offspring factor, the weight of body, sport activity, salt
adding and stress of work.
It is case control research that is analytical survey research about how risk factor is
studied using retrospective approach. Population of this research is all smoker man
patients in the age upper 40 years in Cepu Region Hospital Department in January-
November 2006 periods. Sample that is taken is 30 case people (having hypertension) and
30 control people (not having hypertension). The instrument that is used in this research
is questionnaire. Primer data token from medic record department of Cepu Region
Hospital Department. The data obtained in this research calculate using Chi-Square test
statistic with meaningful degree (α) = 0, 05
The research result shows that the factor that relate with hypertension is the number
of cigarette is being sucked (p= 0,009, OR= 4, 125), kind of cigarette (p= 0,000, OR=
10,000), and the longer to suck the cigarette (p= 0,000, OR= 11,227), and stress of work
(p= 0,002, OR= 9,333). While from level analysis obtained result that offspring, the
weight of body, sport activity, salt adding and stress of work are confuse factor smoking
habit to hypertension in the man with age upper 40 years in Cepu Region Hospital
Department.
The writer’s suggestions relate to the finding of this research are: 1) to decrease
risk of hypertension, people should decrease cigarette consume especially non-filter
cigarettes, increase sport activity, decrease salt adding and sometimes provide a time to
do refreshing in the intend work time, 2) socialization effort to the society, relate with
hypertension risk factors should be done continually either from the government or relate
instance to decrease hypertension that is one of diseases that has high risk die, and 3) for
the next researchers, the result of the research can be a reference and hopefully they can
take a specific population to the way of smoking, sport activity and the weight of body
variables, so it can get more investigating result of the relation of those variables with
hypertension.
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Panitia Ujian
Dewan Penguji
iv
v
Motto :
• Carilah Kebahagiaan Dengan Membahagiakan Orang Lain, Carilah
Kesenangan Dengan Menyenangkan Orang Lain (Masrukhul, Amri, 2004:34)
Persembahan :
Karya kecilku ini aku persembahkan untuk Bapak dan Ibu tercinta. Terima kasih
atas doa dan pengorbanannya sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini.
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian ipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Hj Oktia Woro KH,
4. Dosen pembimbing II, Ibu dr.Hj Arulita Ika Fibriana, atas bimibingan, kritik,
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas bekal pengetahuan
yang diberikan.
7. Kepala bidang pelayanan Badan Rumah Sakit Daerah Cepu, Bapak dr.Sri
vi
vii
8. Kasubbid pelayanan medik dan rekam medik Baan Rumah Sakit Daerah
Cepu, Bapak Drg. Thoni Waluyo atas bantuan dalam pengambilan data
9. Pasien BRSD Cepu yang telah bersidia sebagai rsponden dalam penelitian ini.
10. Teman-temanku : Rani, Etik, Ning Demak, dan teman-teman IKM angkatan
tahun 2002, dan teman-teman kos Wisma Melati, atas motivasi dan bantuan
dalam penelitian.
11. Buat seseorang yang telah memberiku semangat dan motivasi, terima kasih.
12. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, atas bantuan dan
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan
saran demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
ABSTRAC ....................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. … xii
DAFTAR LAMPIRAN………….…………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………. ..……… 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 7
1.2.1 Permasalahan umum………………………………………… 7
1.2.2 Permasalahan Khusus ............................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………… .. 8
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………… . 8
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .......................................................... 9
1.5 Keaslian Hasil Penelitian.......................................................... 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 14
2.1 Hipertensi................................................................................... 14
2.1.1 Pengetian Hipertensi.............................................................. 14
2.1.2 Kriteria Dan Klasifikasi Hipertensi ........................................ 15
2.1.3 Patogenesis .............................................................................. 18
2.1.4 Faktor-faktor Risiko yang mempengaruhi Hipertensi ............ 19
2.1.5 Komplikasi hipertensi.............................................................. 25
viii
ix
ix
x
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Keaslian Penelitian..................................................................................... 10
2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH ................................................ 15
3. Klasifikasi pengukuran tekanan darah orang dewasa(18 tahun)............... 16
4. Kategori ambang batas IMT....................................................................... 21
5. Daftar bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok ................................. 35
6. Besar sampel minimal berdasarkan nilai OR dan proporsi kontrol
penelitian terdahulu................................................................................... 52
7. Distribusi responden menurut umur........................................................... 57
8. Distribusi responden menurut pekerjaan.................................................... 58
9. Distribusi responden menurut jumlah rokok yang dihisap ....................... 60
10. Distribusi responden menurut jenis rokok yang dihisap ............................ 61
11. Distribusi responden menurut lama menghisap rokok............................... 62
12. Distribusi responden menurut cara menghisap rokok................................ 63
13. Distribusi responden menurut keturunan ................................................... 64
14. Distribusi responden menurut berat badan................................................. 65
15. Distribusi responden menurut aktivitas olahraga ...................................... 66
16. Distribusi responden menurut asupan garam ............................................. 67
17. Distribusi responden menurut stes pekerjaan ............................................ 68
18. Rangkuman hasil analisis bivariate ........................................................... 69
19. Rangkuman analisis berstrata beberapa variable pada besar risiko jumlah
rokok yang dihisap terhadap kejadian hipertensi ....................................... 70
20. Rangkuman analisis berstrata beberapa variable pada besar risiko jenis
rokok yang dihisap terhadap hipertensi ..................................................... 71
21. Rangkuman analisis berstrata beberapa variable pada besar risiko lama
merokok dengan kejadian hipertensi ........................................................ 72
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 41
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 42
3.2 Rancangan Penelitian Case Control....................................................... 49
3.3 Distribusi responden menurut umur ..................................................... 58
3.4 Distribusi responden menurut pekerjaan .............................................. 59
3.5 Distribusi responden menurut jumlah rokok ......................................... 60
3.6 Distribusi responden menurut jenis rokok ............................................. 61
3.7 Distribusi responden menurut lama merokok ........................................ 62
3.8 Distribusi responden menurut cara menghisap rokok ........................... 63
3.9 Distribusi responden menurut keturunen ............................................... 64
3.10 Distribusi responden menurut berat badan ............................................ 66
3.11 Distribusi responden menurut aktivitas lahraga .................................... 67
3.12 Distribusi responden menurut asupan garam ......................................... 68
3.13 Distribusi responden menurut stres pekerjaan ....................................... 69
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat Tugas Pembimbing ......................................................................... 86
2. Surat Ijin Observasi dari BRSD Cepu ..................................................... 87
3. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ............................................................ 88
4. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA ........................................................ 93
5. Surat Keterangan Pelaksanan Penelitian dari BRSD Cepu ...................... 94
6. Daftar Pasien Yang Digunakan Sampel Penelitian .................................. 95
7. Hasil Uji Coba Kuesioner Penelitian ....................................................... 99
8. Kuesioner Penelitia .................................................................................. 102
9. Tabulasi Data Penelitia ............................................................................. 105
10. Karakteristik Rsponden ............................................................................ 107
11. Analisi Bivariat ........................................................................................ 109
12. Analisis Berstrata ..................................................................................... 118
13. Kalibrasi Alat Ukur .................................................................................. 148
14. Dokumentasi ............................................................................................ 152
15. Persetujuan Pembimbing .......................................................................... 154
16. Surat Tugas Penguji Skripsi ..................................................................... 155
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
kesakitan yang tinggi. Menurut Adnil Basha (2004: 1) hipertensi adalah suatu
yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau
mortalitas. Sedangkan menurut Lanny Sustrani, dkk (2004: 12) hipertensi atau
penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
untuk suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit
jantung koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000: 31).
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena
faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan gangguan
pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke. Bila tekanan darah semakin
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Sedangkan menurut
1
2
JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun
diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangakan hipertensi stadium III apabila
tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116
Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur
55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun
1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000 penduduk. Hasil Survey
tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, pada tahun 2000 sekitar 15-20%
Menurut Darmojo Boedhi (1993), bahwa 50% orang yang diketahui hipertensi
pada negara berkembang hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan 12,5% yang
tahun 1988–1993. Prevalensi hipertensi pada laki-laki dari 134 (13,6%) naik
menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi
176 (17,6%). Penelitian yang membandingkan hipertensi pada wanita dan pria
oleh Sugiri di daerah kota Semarang diperoleh prevalensi hipertensi 7,5% pada
pria dan 10,9% pada wanita, sedangkan di daerah kota Jakarta didapatkan
3
prevalensi hipertensi 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita (Arjatmo T, Hendra
U, 2001:455).
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti
keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat
stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi
tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan
jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga
sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan
menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29).
kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam
4
asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya
beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan
dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto, 2000:74). Gas CO dapat pula
darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding
Dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan. Dampak
asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker), tetapi juga bagi
perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif,
tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan
oleh perokok aktif (Ruli A. Mustafa, 2005: 3). Bila sebatang rokok dihabiskan
dalam sepuluh kali isapan maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20
batang (1 bungkus) per hari akan mengalami 70.000 kali isapan asap rokok.
Beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis
racunnya akan mencapai titik toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang
pria dewasa (715) dan kurang dari 5% wanita dewasa mempunyai kebiasaan
merokok menghabiskan rokok lebih dari 20 batang per hari. Hubungan merokok
dengan kesehatan juga dapat dibuktikan oleh SKRT Depkes 1972, 1980, 1986 dan
kardiovaskuler yaitu tahun 1972 sebesar 51% tahun 1980 sebesar 9,9%, tahun
1986 sebesar 9.7% dan tahun 1992 sebesar 16,4 % (Aulia Sani:2004)
tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari
rokok di dunia dan setiap tahunnya mengkonsumsi 2,5 miliar batang rokok.
bahwa 54% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2% perempuan
mempunyai peluang lebih besar yakni satu diantara lima untuk mengidap
kabupaten Blora mengalami kenaikan angka kejadian hipertensi dari tahun 2001
sampai 2004. Dari tahun 2001 yaitu 399 kasus (13,6%), 2002 sebesar 1999 kasus
(16,5%), 2003 sebesar 2371 kasus (16,0%) dan tahun 2004 sebesar 5697 kasus
6
(17,0%). Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Blora tahun 2005 hipertensi di
BRSD Cepu termasuk dalam 10 besar penyakit tidak menular, untuk rawat inap
penderita hipertensi 681 kasus (9,96%). Dari data yang diperoleh dari bagian
rekam medik BRSD Cepu pasien hipertensi usia 40 tahun ke atas sebanyak 159
laki-laki usia 40 tahun ke atas yang akan diteliti adalah kebiasaan merokok yang
pada umumnya terdapat pada laki-laki. Pada penelitian ini responden yang di
ambil sebagai sampel adalah aki-laki usia 40 tahun ke atas perokok sehingga
dapat diperoleh perbedaan yang jelas mengenai perilaku merokok menurut jenis,
jumlah, lama, dan cara merokok. Responden yang tidak merokok dan mengalami
karena faktor lain, sehingga tidak diperoleh indikator perilaku merokok yang
dapat menyebabkan hipertensi. Pada penelitian ini diambil untuk pasien rawat
jalan karena alasan kesehatan pasien, dimana penderita hipertensi dengan rawat
inap tidak dapat mengikuti penelitian untuk pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada laki-laki yang berusia lebih dari 40
tahun ke atas yang merupakan pasien di BRSD Cepu. Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu merupakan rumah sakit kelas C yang terdapat di kecamatan Cepu
kesehatan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan yaitu tempat
7
Aditama, 2002:234).
pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu?
1) Adakah hubungan jenis rokok yang di hisap dengan kejadian hipertensi pada
pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu ?
3) Adakah hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi pada laki-
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum Daerah
Cepu.
1. Untuk mengetahui hubungan jenis rokok yang di hisap dengan resiko kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum Daerah
Cepu.
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum Daerah
Cepu.
pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum Daerah Cepu.
Sakit Daerah Cepu dalam menangani pasien yang menderita hipertensi. Selain itu
dapat mencegah kejadian hipertensi pada masyarakat sekitar wilayah kerja rumah
sakit.
Tabel 1
Keaslian penelitian
TEMPAT METODELO
N JUDUL PENULI VARIABEL HASIL
PENELITIA GI
O SKRIPSI S PENELITIAN PENELITIAN
N PENELITIAN
hubungan
antara
umur
dengan
hipertensi
(ρ = 0,001
< 0,05 ,
OR =
65,619)
5. Ada
hubungan
antara jenis
kelamin
dengan
hipertensi
(ρ = 0,001
< 0,05 .,
OR =
14,026).
Tidak ada
hubungan
antara stres
psikologi
Wilayah desain dengan
Yheni kerja penelitian case hipertensi (ρ =
Tri Noor puskesmas control study Variabel 1,000 . >0,05)
Diyanti Tayu Bebas:
Analisis Kecamatan 1. Keturu
faktor Tayu, nan
yang Kabupaten 2. Obesita
berhubun Pati 2006 s 1. Ada
gan 3. Olahra hubung
dengan ga an
kejadian 4. Kebias antara
hipertensi aan ketruna
pada pria Merok n
2. di atas 45 ok dengan
tahun 5. Konsu hiperte
(studi msi nsi
kasus di garam (OR=
wilayah 6. Stres 3,046)
kerja 7. Kebias 2. Ada
puskesma aan hubung
s Tayu 1 minum an
kecamata alkohol antara
n Tayu, Variabel obesita
12
Kabupate terikat: s
n Pati Hipertensi dengan
hiperte
nsi
(OR=3,
270)
3. Ada
hubung
an
antara
olahrag
a
(OR=5,
516)
4. ada
hubung
antara
kebiasa
an
meroko
k
dengan
hiperte
nsi
(OR=4,
182)
5. Ada
hubung
an
antara
konsu
msi
garam
dengan
hiperte
nsi
(OR=
0.262)
6. Ada
hubung
an
antara
Stres
dengan
13
kejadia
n
hiperte
nsi
(OR=3,
458)
7. Ada
hubung
an
antara
kebiasa
an
minum
alkohol
dengan
kejadia
n
hiperte
nsi
(OR=
0,566)
1. Tempat
dalam penelitian adalah Puskesmas Kroya 1 Kabupaten Cilacap Tahun 2005 dan
2. Variabel Penelitian
asin, konsumsi kopi, konsumsi daging berlemak, status gizi, umur, jenis kelamin,
dan pemakaian alat kontrasepsi, sedangkan dalam penelitian yang sekarang hanya
14
diteliti 1 variabel bebas yaitu kebiasan merokok ( jenis rokok, lama merokok, cara
menghisap rokok, jumlah rokok yang dihisap) dengan variabel terikat adalah
hipertensi.
3. Jenis kelamin
Lingkup tempat penelitian ini adalah Badan Rumah Sakit Daerah Cepu.
Desember 2006.
LANDASAN TEORI
2.1 HIPERTENSI
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang di
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004: 12).
bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks (Iman Soeharto, 2002:50).
Menurut Allison Hull (1996:19) hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan
dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
15
16
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti
keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat
stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi
adalah 120–140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik. Dan seseorang
dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140 mmHg tekanan
Tabel 2
Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut, jika keadaan ini
meningkat. Batasan ini untuk individu dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam
keadaan sakit mendadak. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih
kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih
Tabel 3
dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu hipertensi sistolik
adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada
suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas
diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam
ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam
keluarga.
hipertensi sekunder adalah adanya kelainan dan keadaan dari sistem organ lain
seperti ginjal (gagal ginjal kronik, glomerolus nefritis akut), kelainan endoktrin
2005:28).
akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul Azam
2005:17).
2.1.3 Patogenesis
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik,
stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer
sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf,
reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,
arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol
hormon angiotensi dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan
jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh
beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran
sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan
arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena
darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian
dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan
hipertensi antara lain sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah
bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur,
wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari
riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial
lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun
pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka
terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak bukan adopsi telah dapat
akibat kesamaan dalam gaya hidup. Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar,
dari faktor genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti
bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal
(Adnil, Basha, 2004: 1). Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya
cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena
banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi,
Cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu dengan
mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) Rumus untuk IMT adalah berat badan (kg)
dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (m2). Kategori ambang batas IMT untuk
Tabel 4
Kategori Ambang Batas IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
(obesitas) Kelebian berat badab tingkat berat <27
(Depkes RI dalam Supariasa 2006:63)
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan
kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis
( Stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam
pekerjaan yang tidak jelas, tanggungjawab yang tidak jelas, masalah dalam
hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga (Smet, Bart,
1994:244)
Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja shift
malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Sisanya (16-18
jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan
lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam,
23
lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi
perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising, atau bahkan ketika
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas
(tidak menentu). Gangguan kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi
wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh
darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko
seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5
penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini
tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo
Menurut Kaplon (1985) pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi
jika tekanan darah berbanding 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia
> 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah 145/95 mmHg atau lebih.
ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika semakin tua, yang terjadi
pada semua masyarakat kota, merupakan akibat dari banyaknya garam yang di
makan. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya
mengkonsumsi garam tidak lebih banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka
Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah
untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat
harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik
pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan
menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Menurut Iman Soeharto
(2001:55) keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat
ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat
dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang melakukan olah
raga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga
2.1.5.1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embulus yang terlepas dari pembuluh non- otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri –arteri yang
anurisma.
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
akan keluar melalui urin sehingga sehingga tekanan osmotik koloid plasma
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada
(termometer) dan steteskop. Ada tiga tipe dari spygmomanometer yaitu dengan
menggunakan air raksa atau (merkuri), aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa
adalah jenis spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak
lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa
tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Lanny Sustrani, dkk, 2004:20). Sebelum
2) Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan
4) Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh
istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit. Pengukuran
dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih
dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas.
Manset harus melingkari paling sedikit 80 % lengan atas dan lebar manset paling
sedikit 2 / 3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fosa
ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke
kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung. Tekanan sistolik tercatat pada saat
29
jika bunyi tidak terdengar lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah
sebaiknya dilakukan pada kedua lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri
rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita
pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya
bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab
memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk
dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
pada tahun 1995 menjadi 1,2% pada tahun 2001. Prevalensi kesehatan mantan
perokok relatif kecil baik secara keseluruhan (2,8%) maupun pada laki-laki dan
perempuan (5,3%) pada laki-laki dan 0,3% pada perempuan (Anna Maria S, dkk,
2001).
30
laki – laki di perkotaan dan 80%-90 % pada laki-laki pedesaan. Berdasarkan data
Dari survai secara nasional juga ditemukan bahwa laki-laki remaja banyak
yang menjadi perokok dan hampir 2/3 dari kelompok umur produktif adalah
perokok. Pada pria prevalensi perokok tertinggi adalah umur 25-29 tahun. Hal
ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih banyak dari perokok yang
perokok mulai merokok pada umur < 20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40
tahun ke atas telah merokok tiga puluh tahun atau lebih, lebih dari perokok
kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis
yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak
merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan
31
terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok
yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali
Menurut Bustan (1997: 86) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal
dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari
pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang
merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang (Bustan, 1997:
124).
32
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok
maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per
hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok
yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis
racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang
Menurut Bustan (1997, 124) merokok dimulai sejak umur < 10 tahun atau
lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti
merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia
merokok dan umur awal merokok yang lebih dini ( Smet, Bart, 1994:293).
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg
dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29).
Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan . dampak rokom
bukan hanya untuk perok aktif tetapi juga perokok pasif (RuliA, Mustafa, 2005:3).
80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impotensi dan gangguan
menjadi :
kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO
yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah “kramp”
sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah menjadi robek (Suparto,
2000:74).
dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang
dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok
kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah) (Mangku
Sitepoe, 1997:24).
1,5 mg dan kandungan kadar tar serbesar 20 mg pada rokok kretek. Dan rokok
kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan
kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Rokok
kangker pada manusia dan terkait dengan zat kimia satrol yang menjadi salah satu
mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dolar AS. Kadar nikotin yang ada pada
rokok seharusnya adalah 1,5 mg dan kadar tar sebesar 20 mg dan menggunakan
tembakau Virginia.
sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan
menambah detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29).
kenaikkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam
asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya
beracun. Antara lain Karbon monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok
dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik,
35
dinding pembuluh darah dapat robek (Suparto, 2000:74). Gas CO dapat pula
dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen
lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-
rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel.
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat
racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon
yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, byntopyrenes,
Tabel 5
Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap
2. Indol Amoniak
5. Kresol Formaldehid
Catatan: Catatan:
2.2.6.1. Nikotin
toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin merupakan aikaloid
yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam
sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi
untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini
37
dibuktikan dengan jarang adanya jumlah perokok yang ingin berhenti merokok
Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok,
jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan , lamanya isapan, dan
keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit
demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan
nafas.
6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah
sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi
2.2.6.3. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air
kanker).
dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu
tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker.
padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut
sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar
dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter
dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek
karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikro
gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari
menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk
ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang
39
perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat
HIPERTENSI
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah. Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi,
terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena
gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah
“kramp” sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah menjadi robek
(Suparto, 2000:74).
dalam asap rokok terbukti merusak dinding endotel (dinding dalam pembuluh
akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan diastole
sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan
dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-20 pon lebih ringan dari pada bukan
perokok yang sama umurnya, tinggi badannya, jenis kelaminnya. Bila mereka
berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan
diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan
berat badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang,
Merokok sebatang setiap hari akan mengakibatkan tekanan darah sistole 10-25
mgHg dan menambah detak jantung 5-20 kali persatu menit (Mangku Sitoepoe,
1997:29).
42
Hipertensi
Curah Jantung
usia Merokok
- jumlah rokok
- jenis rokok
- cara menghisap
Jenis kelamin rokok
- lama menghisap
rokok
Aktivitas plahraga
Asupan garam
Stres pekerjaan
Sumber : Arjatmo T, dan Hendra U. (2001), Adnil Basha (2004), Gayton, Arthur
METODE PENELITIAN
Variabel Perancu :
- Keturunan
-Berat badan (Obesitas)
-Stres Pekerjaan
- Asupan Garam
- Jenis Kelamin
- Usia
Keterangan :
4343
44
Untuk variabel lain yang diduga merupakan perancu atau faktor risiko
olahraga, asupan garam, dan stres pekerjaan ada hubungan antara kebiasaan
merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan
1) Ada hubungan antara jenis rokok yang di hisap dengan kejadian hipertensi
pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu.
2) Ada hubungan antara jumlah rokok yang dhisap per hari dengan kejadian
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah
Cepu.
pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu.
4) Ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
3.3.1. Hipertensi
adalah tingkat tekanan darah yang tinggi yang dapat menyebabkan suatu
gangguan pada pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa tersumbat sampai jaringan tubuh. Data diperoleh dari rekam medik
RSUD Cepu. Hipertensi apabila tekanan darah diastolik >140 mmHg dan
sistoliknya >90mmHg .
Skala : Nominal
1. Hipertensi
2. Tidak Hipertensi
Data diperoleh melalui wawancara dengan responden Jumlah rokok yang dihisap
dikelompokan menjadi:
Skala : Nominal
1. Perokok Berat
2. Perokok Ringan
46
adalah cara atau sikap responden dalam menghisap rokok. Data diperoleh
3. Menghisap dalam yaitu menghisap rokok dengan cara ditelan sampai kedalam
kerongkongan.
(Bustan,1997)
Skala: Ordinal
1. Dalam
2. Dangkal
Skala: Ordinal
Adalah bentuk sediaan atau kebiasaan rokok yang dihisap oleh responden
Skala: Nominal
1. Non Filter
2. Filter
menurun dari keluarganya ( ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung). Risiko
Skala: Nominal
1. Ada
2. Tidak ada
3.3.7. Obesitas
Adalah kondisi tubuh responden laki-laki usia 40 tahun ke atas pada waktu
Skala: Nominal
1. Tidak olahraga
2. Berolahraga
Konsumsi garam yang dianjurkan yaitu 6 gram atau setara dengan 2400 mg
Skala: Nominal
Adalah suatu bentuk tanggapan seseoang, baik secara fisik (beban kerja dan
Skala: Nominal
49
2. Tidak stres, jika tidak memenuhi 4 (<4) item pertanyaan tentang stres
analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
Dalam penelitian survei analitik ini, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh
objek yang diteliti (populasi), tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi
control yaitu penelitian survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko
Notoatmodjo, 2002:150).
Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai kelompok kasus adalah laki-
laki usia 40 tahun ke atas yang mengalami hipertensi dan mempunyai kebiasaan
belakang) diteliti dengan faktor risiko yang mungkin dapat menerangkan apakah
Ditelusuri
Retrospektif
Merokok
Kasus
Hipertensi +
Tidak Merokok
Merokok
Kontrol
Hipertensi -
Tidak Merokok
1. Populasi kasus, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
2. Populasi kontrol, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
dijangkau oleh peneliti, dapat dikatakan juga sebagai bagian dari populasi target
yang dibatasi oleh tempat dan waktu penelitian (Sudigdo Sastroasmoro, 1995: 43)
1. Populasi kasus yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
2. Populasi kontrol, yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
Sampel kasus yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
penderita hipertensi yang menjadi pasien di BRSD Cepu selama periode Januari-
1. Kriteria inklusi
2006.
Kreteria eksklusi
Sampel kontrol yaitu pasien laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas bukan
penderita hipertensi yang menjadi pasien di BRSD Cepu selama periode Januari-
1. Kriteria inklusi
2006.
Kreteria eksklusi
sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
53
2002:79). Pada cara ini dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi
berdasarkan pada perhitungan dari nilai Odd Rasio (OR) dan proposi kontrol dari
penelitian yang terdahulu dengan tingkat kepercayaan 95% dan kekuatan 80%
OR x P2
dengan menggunakan rumus : P1 =
( 1 - P2 ) + OR x P2
b
P2 = X 100%
b+d
( Zα 2 PQ + Zβ P1.Q1 + P2.Q2 ) 2
n1 = n 2 =
(P1 − P2) 2
Catatan : Q1 = (1 - P1)
Q2 = (1 – P2)
P = ½ (P1 + P2)
Q = ½ (Q1 + Q2)
Keterangan :
OR = Odds Rasio
Tabel 6
Besar Sampel Minimal Berdasarkan Nilai Odds Rasio (OR) Dan Proposi Kontrol
Dari Penelitian Terdahulu.
Faktor Resiko
OR P2 N
Hipertensi
Kebiasaan 6,378 0,607 30
Merokok
dalam penelitian ini adalah 30 orang kasus. Perbandingan kelompok kasus dan
3.6.1. Kuesioner
Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah
faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu.
seca dengan kapasitas 200 kg dan tingkat ketelitian 0,1 kg untuk mendapatkan
3.6.3. Microtoise
penelitian, atau mengukur tentang apa yang akan diukur. Item soal pada
kuesioner penelitian untuk uji validitas dapat dikatakan valid apabila r hitung > r
tabel. Untuk r tabel dengan sampel uji coba 20 orang adalah 0,444. (Sugiyono,
2002:276)
yang sama. Dasar pengambilan keputusan untuk reabilitas instrumen adalah jika
ri hitung > r tabel. Untuk r tabel dengan sampel uji coba 20 orang adalah 0,444.
(Sugiyono, 2002:276)
3.6.5. Dokumentasi
informasi yang digunakan peneliti misalnya data sekunder. Data sekunder yang
berasal dari bagian Rekam Medik di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu sebagai
tempat penelitian, mengenai pasien yang menderita hipertensi dan tidak menderita
hipertensi.
56
yang dipandu oleh peneliti dan observasi, penimbangan berat badan dan tinggi
badan responden. Sedangkan data sekunder diambil dari bagian Rekam Medik
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
Dalam penelitian ini kebiasaan merokok merupakan variabel bebas dan hipertensi
chi square (X2) dengan menggunakan α =0,05 dan 95% Confidence Interval (CI)
proporsi masing-masing variabel bebas yang di teliti pada kasus dan kontrol
dilakukan analisis variabel dengan cara memasukkan setiap variabel yang di duga
beresiko dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia diatas 40 tahun ke atas ke
57
dalam tabel dengan menghitung Odds Rasio (OR) dan Confuidence Interval (CI)
95 % dan kemaknaan p < 0.05. Odds Rasio digunakan untuk menilai seberapa
Hipertensi
Ya Tidak Jumlah
(kasus) (kontrol)
Ya A B A+B
Faktor Resiko
Tidak C D C+D
Keterangan
Untuk menilai Odds Rasio (RO) atau seberapa sering terdapat pajanan
A B
= :
C D
AD
=
BC
a. Bila OR hitung > 1, maka faktor yang diteliti memang merupakan faktor
risiko
c. Bila OR hitung < 1, maka faktor yang diteliti merupakan faktor protektif
obesitas, asupan garam, aktivitas fisik (olahraga), dan stres pekerjaan terhadap
besar risiko kejadian hipertensi pada kebiasaan merokok (jenis rokok, lama
merokok, cara menghisap rokok dan jumlah rokok yang dihisap). Peran disini
sebagai variabel perancu apabila nilai p value yang di uji dengan Chi Square
Mantel Haenszel > 0,05 dan cPOR tidak boleh sama dengan aPOR, dan dikatakan
tidak sebagai perancu apabila nilai p value yang di uji dengan Chi Square Mantel
Responden dalam penelitian ini terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok
kasus yang mengalami hipertensi berjumlah 30 orang dan kelompok kontrol yang
pada kelompok kasus adalah 55,5 tahun dengan umur terendah 45 tahun dan umur
kontrol adalah 56 tahun dengan umur terendah 40 tahun dan umur tertinggi 85
tahun. Lebih jelasnya berikut ini disajikan distribusi umur dari responden:
Tabel 7
sebagian besar memiliki tingkat umur antara 51-60 tahun (40,00%), demikian pila
responden pada kelompok kontrol sebagian juga memiliki tingkat umur 51-60
tahun (46,67%).
59
60
50 46.67
40
40
Persentase(%)
Gambar. 4
responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan. Lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 8
35
30
30 26.67
Persentase (%)
25
20 16.67
15
13.33
15
10
10 6.67 6.67
5
3.33 3.33
5 1.67 1.67
0
0
1 2 3 4 5 6 7
Pekerjaan
Gambar. 5
62
responden pada kelompok kasus menghisap lebih dari 10 batang setiap harinya
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar menghisap rokok kurang dari
10 batang setiap hari. Lebih jelasnya distribusi jumlah rokok yang dihisap
Tabel 9
dalam penelitian ini menghisap rokok lebih dari 10 batang setiap hari (30,0%)
sedangkan pada kelompok kontrol hanya 13,3% yang menghisap rokok lebih 10
40 36.7
35 30
Persentase (%)
30
25 20
20
13.3
15
10
5
0
1 2
Jumlah Rokok
Gambar. 6
dalam penelitian ini sebagian besar kelompok kasus menghisap rokok jenis non
filter dan kelompok kontrol menghisap rokok berjenis filter. Lebih jelasnya dapat
Tabel 10
responden pada kelompok kasus dalam penelitian ini menghisap rokok berjenis
non filter (33,3%) sedangkan pada kelompok kontrol hanya sebagian kecil saja
45 41.7
40
33.5
35
Persentase (%)
30
25
20 16.7
15
8.3
10
5
0
1 2
Jenis Rokok
Gambar. 7
responden dalam penelitian ini untuk kelompok kasus sebagian menghisap rokok
lebih dari 10 tahun. Lebih jelasnya cara menghisap rokok responden dapat dilihat
Tabel 11
paling banyak responden menghisap rokok lebih dari 10 (46,7%) sedangkan pada
65
kelompok kontrol sebagian besar menghisap rokok dengan kurang dari 10 tahun
(30,0%)
50 46.7
45
40
35 30
Persentase
30
25 20
20
15
10
3.3
5
0
1 2
Lam a m e rok ok
Gambar. 8
responden dalam penelitian ini menghisap rokok secara dalam. Lebih jelasnya
distribusi cara menghisap rokok responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 12
sebagian besar menghisap rokok secara dalam (30,0%) sedangkan pada kelompok
35
30
28.3
30
persentase (%)
25 21.7
20
20
15
10
5
0
1 2
Cara m e nghis ap rok ok
Gambar. 9
responden dalam penelitian ini memiliki potensi mengalami hipertensi dari faktor
Tabel 13
kelompok kasus dalam penelitian ini sebagian besar memiliki potensi menderita
hipertensi dari faktor keturunan (36,7%) sedangkan pada kelompok kontrol yang
memiliki potensi menderita hipertensi dari faktor keturunan lebih kecil dari
40 36.7
35
28.3
30
25 21.7
20
13.3
15
10
5
0
1 2
Pe rs e ntas e (%)
Gambar. 10
kelompok kontrol. Lebih jelasnya distribusi berat badan responden ditinjau dari
resiko menderita hipertensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
68
Tabel 14
responden pada kelompok kasus dalam penelitian ini berat badannya bukan
sebagian besar berat badannya juga bukan merupakan faktor resiko hipertensi
(38,3%).
45 41.7
38.3
40
Persentase (%)
35
30
25
20
15 11.7
8.3
10
5
0
1 2
Berat Badan
Gambar. 11
69
4.1.2.7.Aktifitas Olahraga
responden dalam penelitian ini melakukan aktifitas olahraga. Lebih jelasnya dapat
Tabel 15
50 43.3
40
Persentase (%)
30
30
20
20
10 6.7
0
1 2
Aktivitas Olahraga
Gambar. 12
70
4.1.2.8.Asupan Garam
responden dalam penelitian ini tidak beresiko menderita hipertensi dari asupan
gaam yang dilakukan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 16
Distribusi Responden Menurut Asupan Garam
No Asupan Kasus Kontrol Jumlah
Garam F % F % F %
1. >6 gram/hari 19 31,7 4 6,7 23 38,3
2. <6 gram/hari 11 18,3 26 43,3 37 61,7
Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0
Sumber : Data Penelitian 2006
sebagian besar memiliki risiko hipertensi akibat asupan garam yang dilakukan
(31,7%) sedangkan pada kelompok kontrol tidak memiliki risiko hipertensi akibat
50
Persentase (%)
40
30
20
10
0
1 2
Asupan Garam
Gambar. 13
71
responden dalam penelitian ini tidak mengalami stres pekerjaan. Lebih jelasnya
Tabel 17
Distribusi Responden Menurut Stres Pekerjaan
No Stres Kasus Kontrol Jumlah
Pekerjaan F % F % F %
1. Tidak Stres 12 20,0 2 3,3 14 23,3
2. Stres 18 30,0 28 46,7 46 76,7
Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0
Sumber : Data Penelitian 2006
kelompok kasus memiliki risiko hiperensi lebih tinggi akibat stres pekerjaan
50 46.7
45
40
Persentase (%)
35 30
30
25 20
20
15
10
3.3
5
0
1 2
Stre s pe k e rjaan
Gambar. 14
72
Square, dimana uji tersebut digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
Tabel 18
terhadap kejadiaan hipertensi ditunjukkan dari harga p < 0,05. Keenam variabel
tersebut adalah jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok, lama menghisap rokok,
keturunan, asupan garam dan stres pekerjaan. Kemudian tiga variabel yang tidak
signifikan karena memiliki nilai p > 0,05 yaitu cara menghisap rokok, berat
kebiasaan merokok yang terdiri dari jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok, dan
berstrata. Peranan dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
tersebut sebagai perancu atau tidak pada risiko kebiasaan merokok yang terdiri
dari jumlah rokok yang di hisap, jenis rokok yang dihisap dan lama mengisap
rokok terhadap kejadian hipertensi. Hasil analisis berstrata dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel 19
Keterangan :
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas diketahui bahwa nilai p
untuk seluruh variabel kurang dari 0,05, sedangkan cPOR ≠ aPOR dengan
demikian dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yaitu keturunan, berat badan,
aktivitas olahraga, asupan garam dan stres pekerjaan merupakan perancu pada
74
risiko kebiasaan merokok pada indikator jumlah rokok yang dihisap terhadap
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun keatas di Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu.
Tabel 20
untuk seluruh variabel kurang dari 0,05 sedangkan cPOR ≠ aPOR, dengan
demikian dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yaitu keturunan berat badan,
aktivitas olahraga, asupan garam dan stres pekerjaan merupakan perancu pada
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah
Cepu.
Tabel 21
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas diketahui bahwa nilai p
untuk seluruh variabel kurang dari 0,05 sedangkan cPOR ≠ aPOR, dengan
demikian dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yaitu keturunan berat badan,
aktivitas olahraga, asupan garam dan stress pekerjaan merupakan perancu pada
hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah
Cepu.
4.2. Pembahasan
hipertensi pada laki-laki umur 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah
Cepu berdasarkan hasil analisis bivariat ada sebanyak 3 (tiga) variabel yaitu
jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok, lama menghisap rokok, keturunan,
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis bivariat yang memperoleh p =
0,009 < 0,05. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 4,125 dengan
batas bawah 1,387 dan batas atas 12,270 pada interval confidence 95%. Hal ini
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok yang lebih dari 10 setiap hari pada laki-
76
laki usia 40 tahun ke atas berisiko menderita hipertensi dibanding laki-laki usia 40
menyatakan bahwa rokok yang dihisap dapat meningkatkan tekanan darah, karena
tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-10 kali permenit.
Lebih tegas lagi Mangku Sitepoe (1997:19), menyatakan bahwa bila sebatang
rokok dihabiskan dalam sepuluh kali isapan akan mengalami 70.000 kali isapan
asap rokok. Padalah secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat
kumulatif (ditambahkan), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin
perokok berat dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 10 batang setiap hari
akan akan merasakan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih
cepat dibandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisap kurang dari
Temuan dari penelitian ini dimana jumlah rokok yang dihisap memberikan
faktor risiko kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 ke atas di Badan Rumah
Sakit Daerah Cepu sangat mungkin terjadi sebab berdasarkan data penelitian dari
Aulia Sani (2004) yang dilaksanakan di lombok dan Jakarta menunjukkan bahwa
75% pria dewasa memiliki kebiasaan merokok lebih dari 20 batang setiap hari.
Sedangkan menurut data dari WHO tahun 2002 Indonesia menduduki urutan 5
di wilayah kerja Badan Rumah Sakit Daerah Cepu merupakan perokok berat
dengan konsumsi rokok lebih dari 10 batang setiap hari sehingga sudah sangat
diyakini kejadian hipertensi yang dialami laki-laki usia 40 ke atas disebabkan oleh
Secara umum rokok dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu rokok filter
dengan rokok non filter. Dibandingan rokok filter, rokok non filter memiliki
kandungan nikotin dan tar lebih besar. Menurut Direktur Agro Departemen
kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan
kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Dengan
kandungan nikotin dan tar yag lebih besar serta tidak diserta penyaring pada
pangkat batang rokok, maka potensi masuknya nikotin dan tar ke dalam paru-paru
dari rokok non filter akan lebih besar daripada rokok filter yang berdampak buruk
merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di
Badan Rumah Sakit Daerah Cepu yang ditunjukkan dari hasil analisis bivariat
pada laki-laki usia 40 ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu dibuktikan dari
hasil analisis bivariat yang memperoleh p = 0,000 < 0,05. Dari hasil analisis juga
78
diperoleh nilai OR sebesar 15,426 dengan batas bawah 2,941 dan batas atas
menunjukkan bahwa laki-laki usia 40 tahun ke atas yang merokok lebih dari 10
tahun memiiki risiko kejadian hipertensi 15,426 kali dibandingkan laki-laki usia
menyatakan bahwa dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca
hipertensi akan muncul kurang lebih setelah berusia lebih dari 40 tahun, sebab
dipastikan setiap perokok yang menginjak usia 40 tahun ke atas telah menghisap
rokok lebih dari 20 tahun. Lebih tegas lagi Mangku Sitepoe (1997:19) yang
(ditambahkan), sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai
beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti
merokok. Rokok juga punya dose-respone effect, dimana semakin muda usia
merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena mereka setelah usia lebih dari
seseorang yang akan menambah kerentanan selama masa kurun waktu tiga tahun
79
digunakan sebagai penghilang rasa takut dan cemas tetapi merokok walaupun
sebatang dapat meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak
jantung 5-20 kali permenit. Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu
tampak namun dalam waktu yang lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa
2006:3)
Dari 4 (empat variabel yang ada dalam penelitian ini terdapat 1 (satu)
variabel yang tidak berhubungan secara signifikan. Ketiga variabel yang tidak
Badan Rumah Saki Daerah Cepu dibuktikan dari hasil analisis bivariat yang
dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam
pembuluh darah perifer. Dengan dihisap secara dalam maka zat-zat beracun
tersebut volumenya akan lebih banyak masuk ketubuh sehingga dampaknya akan
lebih cepat nampak bila dibandingkan denga merokok yang dihisap secara
dangkal.
Bertolak belakangnya hasil penelitian ini dengan teori yang ada bukan
semata karena rokok dalam dan dangkal meliliki risiko yang sama, akan tetapi
lebih dikarenakan tidak spesifiknya responden yang ada pada kelompok kontrol
maupun kelompok kasus terkait dengan cara menghisap rokok. Pada kelompok
kasus yang menderita hipertensi ada sebanyak 30% yang menghisap rokok dalam
, demikian pula pada kelompok kontrol yang tidak menderita hipertensi terdapat
21,7% yang menghisap rokok non filter dalam. Sehingga untuk menyelidiki faktor
risiko jenis rokok terhadap kejadian hipertensi perlu dilakukan pada sampel yang
lebih spesifik.
81
atas pada Badan Rumah Sakit Daerah Cepu adalah keturunan, berat badan
Dari hasil analisis stratifikasi, denagan uji chi square Mantel Haenzel
diperoleh untuk semua niali p > 0.05, sedangkan nilai cPOR ≠ aPOR dan
atas tidak merupakan faktor perancu pada resiko kebiasaan merokok yang terdiri
dari jumlah rokok, jenis rokok dan lama merokok. Dengan demikian hasil analisis
jenis, jumlah, lama dan cara merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
usia 40 tahun ke atas dirancukan oleh keturunan, berat badan aktivitas olahraga,
asupan garam dan stres pekerjaan, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut untuk
5.1 Simpulan
berat badan, aktivitas olahraga, asupan garam dan stress pekerjaan, dapat
1. Jenis rokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40
2. jumlah rokok yang di hisap merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada
4. Kebiasaan merokok yang terdiri dari jumlah rokok lebih 10 dari batang
perhari, jenis rokok non filter dan lama merokok lebih dari 10 tahun pada
dengan jumlah rokok kurang dari 10 batang per hari, jenis rokok filter dan
5. Selain kebiasaan merokok yang terdiri dari jumlah rokok, jenis rokok dan
lama merokok), keturunan, dan stres pekerjaan juga merupakan faktor risiko
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Badan Rumah Sakit
Daerah Cepu
82
83
6. Keturunan, berat badan, aktivitas olahraga, asupan garam dan stres pekerjaan
merupakan faktor perancu kebiasaan merokok (jumlah rokok, jenis rokok dan
atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu di lihat dari nilai cPOR ≠ aPOR.
dalam waktu yang lama (10-20 tahun) akan menimbulkan dampak yang
lain-lain.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat
acuan dan diharapkan mengambil populasi yang lebih spesifik untuk variabel
cara merokok, aktivitas olahraga dan berat badan sehingga diperoleh hasil
84
hipertensi.
4) Merokok yang semula hanya coba-coba lama kelamaan maka akan membawa
merokok dengan indikator jenis, jumlah, lama dan cara merokok dengan
kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas tidak di pengaruhi oleh
variabel perancu.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Maria Sirait, dkk. Perilaku Merokok ( Analisis Data Susenas 2001). http.//
www.kompas.co.id
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Aulia Sani. 2004. Pelayanan Tiga Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok,
Yayasan Indonesia. http://angelnet.info/index
Bhisma, Murti, 1996. Penerapan Metode Statistik Non- Parametrik Dalam Ilmu-
Ilmu Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama.
Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta
Hull Alison. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, Dan Nutrisi. Jakarta: Bumi
Aksara
Iman Soeharto. 2001. Kolesterol Dan Lemak Jahat, Kolesterol Dan Lemak Baik,
Dan Proses Terjadinya Serangan Jantung Dan Stoke. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Lanny Sustrani, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
85
86
Lira Indriana Saputri. 2005. Perbedaan Kadar Hemoglobin Darah Pada Pegawai
Tekstil Sukutex Yang Perokok dan Tidak Perokok Di Kudus. Skripsi S1.
Universitas Negeri Semarang.
Robbin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC
Sadono, Wiwoho. 2005. Bayi Berat Lahir Sebagai salah Satu Faktor Risiko
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Bayi (Studi Kasus Di Kabupaten
Blora). Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2000. Pengantar Umum Patologi. Jakarta: PT. Bulan
Bintang
Suma’mur P.K. 1998. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung.
Suparto, 2000. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung: Remaja Rosdakarya Effset.
Widi Sulistiani. 2005. Analisis Faktor Resiko Yang Berkaitan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten
Cilacap Tahun 2005. Skripsi S1. Universitas Diponegoro Semarang