You are on page 1of 19

c c 

    



 
  c      ! 
"

 c   #
! 

 $  % &''(% ë    


      # ) *%
+
,

u Nilai-nilai dari masyarakat sipil adalah partisipasi politik, adanya pertanggungjawaban


negara dan publisitas politik. Institusi masyarakat sipil adalah forum yang
representatif dan asosiatif, pers bebas dan asosiasi sosial. A nggota dalam
masyarakat sipil ini adalah individu -individu yang mempunyai hak -hak dan dibatasi
secara yuridis, yang disebut warga negara. Dan perlindungan terhadap anggota
suatu masyarakat sipil termaktub dala m kata dan lembaga hak asasi.
u Dengan bersenjata kan hak asasi, rule of law, kebebasan dan kewarganegaraan,
masyarakat sipil menjadi tempat diproduksinya kritik rasional yang memiliki potensi
untuk mengawasi negara. Oleh karena itu, masyarakat sipil memiliki hak -hak
istimewa dari teori demokrasi sebagai pra kondisi yang vital bagi eksistensi
demokrasi. Inilah yang menjadi alasan penting bagi para otoritarian untuk
melumpuhkan masyarakat sipil. Padahal, munculnya masyarakat sipil merupakan
properti bagi negara dan masyarakat yang demokratis.


 -.      

Ilmuwan inimenaruh perhatian pada bahaya yang mengancam negara modern, dia
berpegang bahwa demokrasi mewarisk an bentuk despotisme tersendiri. Pemikirannya
adalah:

u Negara yang terjamin legitimasinya melalui proses pemilihan, mem iliki kekuasaan
atas orang-orang yang memilihnya. Akibatnya, lembaga sosial dilumpuhkan oleh
lembaga politik. Demokrasi yang ada dalam masyarakat dilumpuhkan oleh
konsentrasi kekuasaan ditangan negara administratif. Masyarakat sipil memberi
kekuasaan pada negara, tetapi sekaligus juga menjadi kor ban dari kekuasaan
tersebut.
u Masyarakat sipil harus menemukan, kata De Tocqueville, alat untuk membatasi
kekuasaan negara dan menjadikannya dapat diperhitungkan. Salah satu cara adalah
dengan mendistribusikan kekuas aan kepada berbagai lembaga pemerintahan,
sebuah formulasi yang kemudian dikenal sebagai doktrin pembagian kekuasaan. 
u Cara lain adalah pemilihan presiden sehingga kekuasaan berpindah tangan dan
monopoli dapat dicegah. Tetapi pengecekan terhadap kekuasaan y ang paling
penting, kata De Tocqueville, adalah penyele nggaraan oleh lembaga sosial. 
u Asosiasi-asosiasi sosial, kultural, profesional, dan religius dalam masyarakat sipil,
memiliki kapasitas untuk menjaga kekuasaan negara dibawah kontrolnya. Interaksi
asosiasi plural ini, oleh De Tocqueville disebut independent ‘ ‘‘  Berkaitan
dengan aktivitas sehari -hari dan even-even tertentu seperti pemilihan, mereka dapat
berpartisipasi dalam berbagai aspek dalam masyarakat. Melalui mengikat hubungan -
hubungan k ecil, mereka dapat membangun kewaspadaan dalam masyarakat.
Mereka kemudian menjaga t ercapainya gerakan demokrasi. 
u Kondisi demokrasi kata De Tocqueville, adalah masyarakat sipil plural, yaitu tidak
ada lagi tanggal untuk menghadang kembalinya train. 
u Masyarakat sipil memiliki kekayaan historik lainnya dan secara politik relevan dengan
system of meaning yang merupakan arti dari konsep yang dicoba untuk
direkonstruksi oleh teori radikal. Bagi teoritikus -teoritikus radikal rekonstruksi
masyarakat sipil masuk dalam wilayah pembebasan. 
u Kebutuhan akan pola pembebasan berakar dari kekacauan yang mendalam
terhadap praktek politik negara. 
u Perspektif statist yang memfokuskan pada negara sebagai abstraksi masyarakat sipil
adalah tidak cukup, karena gagal memahami hubung an dialektika antara negara
dengan masyarakat.
u Bahkan perspektif statist menawarkan konsep negara tanpa masyarakat, tanpa
penerimaan yang disertai sumber atau syarat. 
u Masyarakat sipil telah diistimewakan oleh teori demokrasi karena dari sinilah politik
yang berusaha mengatur negara bisa dibangun. Bagaimanapun, masyarakat sipil
dapat menjalankan program ini hanya jik a dirinya sendiri demokratis. 
u Negara yang demokratis membutuhkan masy arakat sipil yang demokratis. 
u Masyarakat sipil, di satu sisi dapat diidentifikasikan dengan demokratisasi dan
liberalisasi, tetapi masyarakat sipil jauh lebih komprehensif dan merupakan konsep
yang lebih mendalam dibanding demokrasi. 
u Demokrasi dapat diidentifikasikan sebagai kebiasaan dari negara. Kebiasaan -
kebiasaan demokrasi ini sudah sering dikurangi menjadi ritual dan even politik,
seperti pemilihan umum, perwakilan parlementer dan plebisit untuk menguatkan
legitimasi negara. 
u Demokrasi menjadi suatu hal yang sangat disayangkan, sebuah kerangka kosong
yang hanya melayani sebuah tujuan yang berguna untuk negara, tetapi memberi
sedikit indikasi hubungan masyarakat -negara atau hubungan inter masyarakat. 
u Konsep masyarakat sipil pada sisi yang lain. Mencakup semua bagian asumsi, nilai
dan institusi seperti hak -hak politik, sosial dan hak sipil, pelaksanaan hukum, institusi
yang representatif, sebuah arena publik atas semuanya sebuah pluralitas asosiasi
yang sangat diperlukan sebagai kondisi awal untuk demokrasi. 
u Nilai dari konsep masyarakat sipil dapat diraih jika konsep tersebut sudah
dibangkitkan kembali pada saat kekuatan negara ditantang dan di kontrol oleh
masyarakat sipil.
u Ide masyarakat sipil memasuki teori politik saat para teoritikus mulai bersikeras
berpendapat bahwa sebuah kom unitas sosial mampu mengorganisasikan dirinya
sendiri secara independen demi tujuan spesifik yang dite ntukan oleh kekuasaan
negara.
u Konsep ini secara historis muncul saat ahli ekonomi politik klasik berusaha
mengontrol kekuatan negara merkantilis. Kebebasa n masyarakat sipil membentuk
bagian terpenting dari gerakan demokratik pada abad ke -18 di Eropa Barat melawan
pemerintah absolut. 
u Bagi teoritikus seperti Hobbes dan Locks, negara tidak lagi mengatur komunitas
karena legitimasinya sendiri terletak pada pers etujuan masyarakat.
u Bahkan, dalam teori liberal, masyarakat sipil muncul untuk mewujudkan semua
aspirasi emansipasi yang difokuskan pada pembelaan hak -hak asasi dan martabat
manusia melawan penindasan negara dan yang menandai sebuah wilayah otonom
dari praktek sosial, hak-hak dan martabat individu. 
u Emansipasi masyarakat sipil adalah sebuah konsep yang menjadi milik tradisi politik
modern yang ditemukan dalam individualisme dan pembelaan hak -hak asasi
manusia. Anggota masyarakat sipil adalah mereka yang tida k dibebani secara
individu dan tidak berdasarkan atas keturunan tetapi terbuka pada semuanya. 
u Asal usul kembalinya masyarakat sipil dalam teori kontemporer karena alasan politis.
Fokus teori ini sebagai reaksi terhadap tindakan pemerintah di Eropa Timur ya ng
melampaui batas. Posisi dominan dan eksklusif dan negara dalam mendifinisikan
wilayah wacana publik dan membuat batasan interaksi sosial, dianggap
menghancurkan vibrasi dan impuls kreatif aktivitas a sosiasional masyarakat sipil.
u Tak diragukan lagi, disk ursus mengenai masyarakat sipil amat terpengaruh oleh
pengalaman-pengalaman masyarakat sosialis yang dulu ada di Eropa Timur. 
u Argumen masyarakat sipil ini mengadvokasi manajemen terhadap diri sendiri (self -
management) dari wilayah yang menembus kreasi sada r dari kepadatan jaringan
sosial, bentuk pertolongan terhadap diri sendiri (s elf-help) dan gerakan sosial. 
u Gerakan sosial masyarakat sipil menolak hak -hak negara untuk menghalangi proyek
mereka dan melawan semua usaha negara untuk mengontrol kehidupan sosi al.
u Ini menandai kembalinya demokrasi ke tradisi liberal klasik, yang berpendapat
sebuah negara demokrat adalah negara yang dibatasi tidak hanya oleh konstitusi
dan institusi oleh parlemen, partai politik dan kebiasaan ±kebiasaan yang diorganisasi
yang menjadi milik dunia politik, tetapi juga dibatasi dengan perkumpulan kehidupan
yang terjadi dilu ar wilayah bidang pemerintah. 
u Masyarakat sipil sudah menjadi leit motif dari masyarakat yang berusaha
menegakkan demokrasi. Semua negara secara inheren menekan dan memiliki
kecenderungan untuk menghapus otonomi kehidupan sosial dan menghancurkan
kebebasan individual. Oleh karena itu negara tidak dapat dipercaya untuk mengatur
kehidupan rakyat mereka sendiri. 
u Ini dibuktikan dengan pengalaman negara -negara sosialis, sebagaimana negara -
negara di dunia pasca kolonial dimana revolusi nasionalis dulu dikobarkan atas
nama rakyat. Setelah pengambilalihan kekuasaan selesai, para pemimpin
menurunkan bahkan meminggirkan nilai -nilai yang diperjuangkan dalam revolusi. 
u Daripada per istiwa revolusi yang hanya terjadi sekali dalam sejarah, apa yang
dibutuhkan masyarakat sipil yang secara terus menerus dapat menghidupkan dirinya
sendiri, dengan apa masyarakat sipil dapat memenuhi tujuan untuk mencapai tugas -
tugasnya dan yang dapat memba wa perubahan meskipun lamban dan infremental
tetapi sangat substansial dalam negara. Kekuasaan negara butuh dikontrol dan
dibatasi dengan semangat aktivitas masyarakat sipil. Secara umum dipercayai
bahwa anggota masyarakat sipil dapat mengambil alih tanggu ng jawab untuk
mengurus kehidupan mereka sendiri dalam sebuah asosiasi dan mengontrol kondisi -
kondisi di tempat mereka hidup dan bekerja. 
u Pemusatan terhadap masyarakat sipil ini muncul sejajar dengan kekecewaan
terhadap ide partisipasi dalam struktur f ormal dari kekuasaan politik. 
u Institusi-institusi seperti partai politik, perserikatan dagang, kelompok penekan sudah
dibirokratisasikan dan melenceng jauh dari konsistensi mereka. 
u Tujuan dari masyarkat sipil adalah pembatasan diri, bertujuan membangun dari
bawah sebuah masyarakat sipil yang pandai mengeluarkan pendapatnya,
terorganisasi, otonomi dan dapat dikera hkan (Cohen dan Arato, 1992). 
u Proyek politik masyarakat tidak bertujuan untuk menguasai at au mengubah
kekuasaan negara.
u Semua negara bagaimanapun revol usionernya, pada asalnya, adalah sebuah
bayangan dari pem erintahan yang digantikannya. 
u Otonomisasi masyarakat sipil, dipandang secara esensial dengan term -term yang
membatasi daerah negara. 
u Ini bukanlah sebuah agenda untuk menghancurkan negara, tetapi untu k
mempertahankan identitas nasional, perlindungan terhadap hak -hak dan
menetapkan hukum dengan jalan yang lain. 
u Masyarakat sipil secara keseluruhan pada dasarnya mengacu pada sebuah tradisi
keseluruhan dari pemikiran politik yang berhubungan dengan masalah EMANSIPASI
MANUSIA.
u Negara telah menjadi dan terus akan menjadi salah satu perhatian yang klasik dalam
ilmu politik. Banyak teoritikus politik memperhitungkan studi tentang negara sebagai
raison d¶ etre dari subyek studinya. Konsekuensinya, teori politik sedikit banyak
dipenuhi pertimbangan akan negara. 
u Negara memainkan peran yang paradoks dalam kehidupan individu dan kolektif. Di
satu sisi, negara adalah lembaga yang koersif; di sisi lain, negara memberikan
perlindungan dan keuntungan tertentu pada anggot anya, seperti akses ke hak-hak
kewarganegaraan, pelayanan sosial, dan beberapa jenis konsumsi kolektif yang
tidak bisa diberikan oleh lembaga -lembaga lain. Meskipun mempresentasikan
kepentingan-kepentingan kelas -kelas dominan, negara juga merupakan tempat
diformulasikan kepentingan umum masyarakat. 
u Peran yang multi -dimensi dan bersifat kontradiktif yang dimainkan oleh negara,
mempersulit konseptualisasi tentangnya. Setiap teoritikus berbeda dalam
mempertanyakan aspek mana yang utama dan definitif, dan aspek mana yang
sekunder dan terpengaruh. 
u Dalam perspektif atau teori statist atau statistme negara terlihat sebagai lembaga
yang kompleks yang memperoduksi diri untuk dirinya sendiri, bahkan, negara adalah
free floating, tidak terbentuk dimanapun, dan tidak be rtanggung j awab pada
siapapun.
u Perspektif statist memberitahukan seperti apa masyarakat yang diinginkan negara,
dan tidak memberitahukan sesuatu tentang negara macam a pa yang dinginkan
masyarakat.
u Masyarakat sipil dibangun oleh usaha politik warganya. Mereka, dalam rangka
memberikan pembatasan bagi negara, harus mempunyai kesadaran diri atas 
u Tenggung jawab mereka berhadapan dengan tekanan negara, dan mempunyai
kesadaran diri atas tanggung jawab mer eka berhadapan dengan tekanan dalam
lingkungannya sendiri. 
u Masyarakat sipil harus masuk dalam dialog dengan negara untuk memastikan
demokrasi, tetapi negara yang demokratis hanya dapat dipastikan ketika masyaraka t
sipil itu sendiri demokratis. 



  , /%&'''% !                %


0

% , 
u Ciri utama civil society adalah ³Keswadayaan´ dan ³Kesukarelaan´ yang dimiliki
asosiasi-asosiasi yang ada dalam rangka menyalurkan kepentingan bersama -sama,
satu visi, gagasan dengan tujuan ³Keswasembadaan´ mampu melakukan kiprahnya
sendiri tanpa ada ketergantungan , serta adanya ³Keterbukaan´. 
u Civil society juga mengandaikan adanya interaksi terbuka antar asosiasi -asosiasi
yang ada dalam ruang publik untuk melakukan dial og dan mencari kesepakatan
yang digunakan untuk meraih kepentingan masing -masing. Juga adanya ³Ketaatan´
dan ³Kepatuhan´ terhadap hukum rule of law, aturan yang telah d ibuat dan
disepakati bersama.
u Konsep civil society muncul sebagai sebuah counter bagi ne gara yang absolut dan
feodal, (counter hegemoni negara). Inti dari civil soci ety adalah partisipasi aktif. 
u Inti dari konsep civil society yang tidak mungkin dikompromikan konsep yang lain,
yaitu PARTISIPASI, OTONOMI, HA K ASASI dan KEWARGANEGARAAN.
u Problem civil society di Indonesia berhadapan dengan hal -hal yang harus dibedah 
u Level State Formation. Formasinya kita adalah warisan kolonial, konsekuensinya
membuat negara modern mewarisi kolonial sehingga yang ditegakkan adalah rezim
otoriter. Sementara nature dari rezim otoriter anti kepada pengelompokan hak -hak
rakyat.
u Level Social Formation. Di bawah negara pasca kolonial tidak mampu get¶s up,
karena selalu ditekan negara. 
u Konsep civil society mengalami perubahan pemahaman selama lebih dari dua abad
terakhir, mulai dari zaman pencerahan ketika konsep itu dipergunakan oleh para
filsuf politik sampai pada ujung abad keduapuluh. Ketika konsep tersebut
³ditemukan´ kembali ole h para aktivis pro-demokrasi.
u Setidaknya konsep civil society telah digunaka n dalam beberapa pengertian 
u Sebagai visi etis dalam keh idupan bermasyarakat.
u Sebagai sistem kenegaraan. 
u Sebagai sebuah e lemen ideologi kelas dominan. 
u Sebagai kekuatan penyeimbang dari negara. 
u Civil society sebagai gagasan etis dipergunakan oleh para filsuf pencerahan seperti
Adam ferguson (1776), filsuf Skotlandia, yang memahami civil society sebagai
³sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat´. Untuk mengantisipasi perubahan
sosial akibat revolusi industri dan munculnya kapitalisme. Civil society,
mengembalikan semangat publik untuk menghalangi despotisme dan memunculkan
solidaritas sosial, yang diilhami sentimen moral dan sikap saling menyayang i antar
warga secara alamiah. 
u Civil society sebagai konsep kenegaraan muncul lebih awal sejak zaman Yunani
Kuno. Asal muasalnya apa yang disebut ARISTOTELES sebagai KOINONIA
POLITIKE, sebuah komunitas politik dimana warga (citizens) terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan. 
u CICERO menyebut komunitas itu dengan SOCIETAS CIVILIS, sebuah komunitas
yanbg mendominasi komunitas-komunitas lain.
u HOBBES dan LOCKE memandang civil society merupakan sebagai bagian tahapan
evolusi dari NATURAL SOCIETY, sehingga civil socie ty adalah sama dengan
negara.
u TOM PAINE : perlu adanya pemisahan antara NEGARA dan CIVIL SOCIETY.
Negara harus dibatasi sekecil -kecilnya karena keberadaannya hanyalah suatu
keniscayaan yang buruk (necessary evil) belaka. Civil society adalah ruang dimana
warga dapat mengembangkan kepri badian dan memberi peluang bagi pemuasan
kepentingannya. Maka civil society harus lebih kuat dan mengontrol n egara demi
keperluannya.
u HEGEL : Civil society atau BVERGERLICHE GESELLSCHAFT adalah sebuah
lembaga sosial yang berada di antara keluarga dan negar a, yang dipergunakan oleh
warga sebagai ruang untuk mencapai pemuasan kepen tingan individu dan
kelompok.
u Civil society belum dapat mengatasi konflik internal melalui politik. Hanya negara
yang mempunyai kemampuan mengontrol civil society. 
u MARX : Civil society direduksi dalam konteks hubungan produksi kapitalis, sehingga
civil society kelas borjuis itu sendiri. Akibatnya, civil society sebagai kendala bagi
pembebasan manusia dari penindasan. Hapusnya civil society merupakan tahapan
yang harus ada bagi muncu lnya MASYARAKAT TAK BERKELAS.
u GRAMSCI : Civil society bukan elemen basis material seperti dalam pandangan
MARX, tetapi civil society sebagai SUPRA STRUKTUR. Yaitu arena bagi
penyelenggaraan HEGEMONI diluar kekuatan negara, yang disebut Grams ci
sebagai POLITICAL SOCIETY.
u Civil society sebagai kekuatan penyeimbang kekuatan negara dilakukan oleh
ALEXIS DE TOCQUEVILLE, Civil society di dalam dirinya memiliki kekuatan politis
yang dapat mengekang atau mengontrol ke kuatan intervensionis negara. 
u Civil society, yang dimengerti sebagai wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi
dengan ciri -ciri kesukarelaan, keswasembadaan, keswadayaan, dan kemandirian
berhadapan dengan negara, justru merupakan sumber legitimasi negara, kendatipun
tidak mengontrol ± (keberadaan) ± yang terakhir.
u Primordialisme dan Sekterianisme politik (dalam kasus di INDONESIA) tetap menjadi
wacana dan praksis sosial politik yang pada gilirannya memperlemah fonda si civil
society itu sendiri.
u Orientasi negara kuat ORDE BARU terbukti telah ³membonsai´ kehidupan
demokratis. ³Depolitisasi massa lapis bawah, korporatisasi negara terhadap
organisasi sosial dan politik, monopoli kekuasaan pada lembaga eksekutif,
personalisasi kekuasaan, dan lemahnya lembaga legislatif dan yudikatif sebagai
pengontrol, semuan ya bermuara ke satu arah: proses pelemahan posisi tawar -
menawar politik rakyat vis -a-vis negara´.
u Keberadaan sebuah civil society di dalam masyarakat modern tentu tak lepas dari
hadirnya komponen -komponen struktural dan kultural yang inheren didalamnya.
Komponen pertama termasuk terbentuknya negara berdaulat, berkembangnya
ekonomi pasar, tersedianya ruang -ruang publik bebas, tumbuh dan berkembangnya
kelas menengah, dan keberadaan organisasi -organisasi kepentingan dalam
masyarakat. Pada saat yang sama, civil society akan berkembang dan menjadi kuat
apabila komponen -komponen kultural yang menjadi landasannya juga kuat.
Komponen tersebut adalah pengakuan terhadap HAM dan perlindungan atasnya,
khususnya hak berbicara dan berorganisasi, sikap toleran antar indivi du dan
kelompok dalam masyarakat, adanya tingkat kepercayaan publik (public trust) yang
tinggi terhadap pranata -pranata sosial dan politik, serta kuatnya komitmen terhadap
kemandirian pribadi dan kelompok. 
u Pemberdayaan civil society atas elemen struktural, kita perlu memulainya dari
pemahaman akan kekuatan dan kelemahan struktur yang mendasari proses
perubahan melalui pembangunan dan modernisasi. 
u Pemberdayaan atas elemen kultural berarti melakukan penemuan kembali
(RECOVERY) dan penafsiran ulang (REINTERPRE TATION) terhadap khazanah
nilai-nilai dan tradisi milik kita serta melakukan pengambilan khazanah kultural dari
luar yang relevan dengan keperluan kita. 
u Pada aras struktural ada beberapa hal yang sudah seharusnya mendapat prioritas
perubahan sehingga terci pta lingkungan yang kondusif bagi si stem politik yang
demokratis.
u Transparansi dalam pembagian kekuasaan lembaga -lembaga negara. Sehingga
tidak terjadi penumpukan pa da salah satu lembaga negara. 
u Perlunya organisasi politik yang memiliki kemandirian, sehing ga mampu menjadi
wadah aspirasi rakyat.
u Perlunya semakin diperluas ruang politik bagi terjadinya wacana publik yang bebas,
yaitu dengan dilindunginya hak -hak dasar, khususnya hak berbicara dan
berorganisasi yang merupakan prasyarat utama sebu ah sistem politik demokratis.
u Pada aras kultural, diperlukan pendidikan politik kewarganegaraan yang pada intinya
memberikan penyadaran akan hak -hak sebagai warga negara. Pendidikan politik ini
mendasari pembentukan civil society yang akan mampu mengimbangi dan mampu
mengerem kekuatan intervensi negara. Selain itu, ia juga menjadi landasan untuk
memperkokoh komitmen demokrasi dan mengeliminir visi politik feodalistik yang
masih belum sepenuhnya menghilang d an bahkan ada gejala revival. 
u Penyadaran akan hak -hak dasar (politik, ekonomi, sosial dan kultural) warga negara
seterusnya akan dapat menstimulasi munculnya pribadi -pribadi yang memiliki
wawasan demokrasi. Hal ini juga membantu terbentuknya lembaga -lembaga dan
organisasi-organisasi politik, sosial dan kemasyarakatan ya ng memiliki komitmen
tinggi kepada nila -nilai dan prosedur demokrasi. Dengan demikian, kecenderungan
penggunaan identitas primordial sebagai alat perjuangan kepentingan politi k dapat
dicegah dan dibatasi. 
u Pendidikan politik juga akan memperkuat sendi -sendi wawasan kebangsaan yang
telah disepakati bersama sebagai tingkat kehidup an politik bangsa. 
u Dari pengalaman -pengalaman kesejarahan bangsa -bangsa yang telah maju dan
demokratis, keberadaan civil society yang kuat dan mandiri merupakan salah satu
landasan pokok bagi tegak nya sistem politik demokrasi.
u Civil society didefinisikan sebagai wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi
dengan ciri -ciri kesukarelaan, keswadayaan, dan kemandir ian berhadapan dengan
negara.
u Berkembangnya civil society yang kuat dan mandiri dimungkinkan terwujudnya
kemampuan mengimbangi dua kekuatan yang cenderung intervensionis, yaitu
negara dan pasar dan sekaligus menghindari dampak negatif dari watak negara
yang terlalu intervensionis dan p asar yang agresif dapat memudarkan perekat
komunitas.
u Civil society baik pada tataran institusional maupun nilai ideal menjadi landasan kuat
bagi bangunan demokrasi partisipatoris dan substantif, bukan hanya demokrasi
prosedural dan formal belaka. 
u Civil society didalamnya bermuatan nilai -nilai moral tertentu yaitu kebersamaan,
kepercayaan, tanggung jawab, toleransi, kesamarataan, kemandirian. 
u Di bawah orde baru, kultur dan sistem nilai yang menopang sebuah kehidupan publik
yang sehat mengalami kemerosotan besar.
‡ Dalam hal ini, kepercayaan dan tanggung jawab publik —  ‘ 
 

  , yang merupakan ruh sebuah komunitas demokrasi, mengalami degradasi
disebabkan semakin sempitn ya ruang untuk berpartisipasi. 

#   % &'''%                
   

u Following the example of the revolutions in Eastern Europe, theorist and activists
else where often include under the leading civil society all non -state institutions such
as (1) the mass media of communication, including television, radio, film and the
press (i.e., when the are not controlled by state); (2) educational institutions such as
crèches, schools, universities, museums, libraries, reading groups and even
monuments; (3) interest groups such as trade unions and chambers of commerce;
(4) churches and group affiliated to churches; (5) organized leisure and free -time
activities such as sport groups, chubs, neighborhood an d tenants associations, etc. 
u Since these mediate between state a nd civil society, political parties occupy a
somewhat ambiguous position. 

0  1 % (223%                 / 
/ 4 ,

u Civil society is that set of diverse non ± governmental institutions which is strong
enough to counterbalance the state and, while not preventing the state from fulfilling
its role of keeper of peace and arbitrator between major interest, can nevertheless
prevent it from dominating and atomizing the rest of society. 

 / % &'''%     


       % +  "
  % , 

u Pemerintah di negara Dunia Ketiga menghadapi dua masalah utama, yang satu
bersifat sosial pol itik, dan yang lain bersifat ekonomis. Pertama, bagaimana
membangun dan kemudian mempertahankan kendali terhadap warga negaranya.
Yaitu, bagaimana membangun negara -bangsa dari golongan -golongan yang sering
tidak sama, yang untuk sebagian besar dilemparkan begitu saja karena ulah
administrator penjajah. Seperti telah disebutkan, tujuan yang demikian itu seringkali
sulit karena adanya polarisasi sosial. Kedua, pasti akan lebih mudah bagi
kebanyakan warga negara untuk merasa puas terhadap pemerintah mereka jik a
pemerintah itu dirasakan dapat mengendalikan pertumbuhan ekonomi pada tingkat
yang layak, dan relatif terbagi secara merata. Namun kenyataannya adalah bahwa
sebagian besar negara -negara dunia ketiga muncul ketika sistem eko nomi global
sudah terbentuk´.
u Banyak rakyat dunia ketiga tidak lagi menganggap pemerintah mereka sebagai
pemimpin kepentingan kolektif masyarakat di dalam negeri dan di luar negeri,
sebagai seperangkat lembaga yang bekerja untuk kebaikan masyarakat banyak.
Sebaliknya, pemerintah mungkin secara luas, dipandang sebagai wahana bagi
kepentingan pribadi segelintir kelompok elit dan kelo mpok etnis, agama atau kelas. 
u ³Pembangunan, seringkali hanya retorika dan bukannya realitas dan atas dasar
indikasi sekarang ini dengan konsentrasi kekuasaan e konomi dan sistem politik yang
pada umumnya memiliki dasar yang sempit tampaknya hanya sedikit kesempatan
bagi adanya perbaikan dalam jangka pendek. Meskipun terjadi pemilihan umum di
Amerika Latin, Afrika dan Asia akhir -akhir ini, pada umumnya hanya sedik it sekali
yang mengurangi kekuasaan elit perkotaa n dan sekutunya di pedesaan´. 
u ³Meskipun demikian, ratusan ribu rakyat jelata di Dunia Ketiga ± baik di wilayah
pedesaan maupun perkotaan dan memperlihatkan militansi yang berbeda tingkatnya
± berusaha untuk menyuarakan dan mengejar apa yang mereka pandang sebagai
kepentingan mereka melalui usaha kolektif´. 
u ³Meskipun sangat beragam, apa yang menjadi persamaan dalam perjuangan adalah
bahwa sering mereka itu di luar pengendalian negara atau partai p olitik yang telah
melembaga´.
u Perjuangan rakyat jelata di Dunia Ketiga mendasari pertumbuhan mas yarakat sipil di
Dunia Ketiga.
u ³Banyak rakyat jelata di Dunia Ketiga memobilisasi diri dalam mengejar sejumlah
tujuan pembangunan sosial dan politik. Latar belakang bersama mereka pada
umumnya adalah keadaan ekonomi yang suram dan tuntutan untuk mendapat ruang
yang demokratis, yang dapat memberikan raison d¶etre mereka. Saya yakin,
kelompok aksi di Dunia Ketiga berada pada ujung revolusi demokratis yang tema
sentralnya adala h kebebasan, kesamaan dan otonomi´. 
u Tuntutan akan demokrasi juga mendorong dibentuknya kelompok aksi (perjuangan
rakyat jelata di dunia ketiga). 
u Demokrasi ³formal´ ± menyangkut pemilihan umum secara teratur tetapi kekuasaan
sedikit banyak tetap berada di t angan yang sama ± membantu memberikan
dorongan terbentuknya kelompok aksi, khususnya di antara kelompok -kelompok
(misalnya saja, penduduk pribumi di Amerika Latin, atau perempuan hampir dimana -
mana) yang beranggapan tidak mendapatkan manfaat dari bentuk demokrasi
semacam itu.
u ³Pentingnya kelompok aksi secara politis berasal dari (1) Aneka tanggapan terhadap
tidak adanya pembangunan dan pemberdayaan (2) Tuntutan untuk mengurangi
pengaruh negara (3) Kemerosotan ekonomi, dan (4) Tersebarnya tuntutan atas hal
yang ³nyata´ yang saya na makan demokrasi µsubstantif¶. 
u Jadi, pentingnya kelompok aksi secara politis adalah bahwa secara kolektif mereka
menantang status quo Dunia Baru pascakolonial yang biasanya didominasi oleh
koalisi minoritas elit perkotaan -pedesaan.
u ³Gagasan tentang masyarakat sipil, tentu saja, merupakan hal yang sangat penting
dalam kepustakaan filsafat politik Barat sejak munculnya negara -bangsa pada abad
ke-18. Istilah itu muncul kembali pada suatu titik sejarah ketika kemampuan dari
negara-negara yang ada, bahkan untuk memberikan kepuasan secara minimal
sekalipun kepada aspirasi politik dan ekonomi dari bangsa dan komunitas etnis,
makin dipertanyakan".
u ³Masyarakat sipil sebagai kolektivitas organisasi -organisasi non-negara, kelompok -
kelompok kepentingan dan asosiasi -asosiasi ± seperti serikat pekerja, asosiasi
profesi, pelajar sekolah lanjutan dan mahasiswa perguruan tinggi, badan -badan
keagamaan, dan media ± yang secara kolektif terus melakukan pengawasan
terhadap kekuasaan dan kesel uruhan kecenderungan negara´. 
u Masyarakat sipil meliputi lembaga -lembaga sipil yang tidak langsung terlibat dalam
urusan pemerintahan atau dalam manajemen politik secara terbuka. Mereka juga
bukan partai politik. Namun hal ini tidak menghalangi masyarakat sipil untuk
menggunakan pengaruh politiknya mulai dari isu -isu tunggal hingga konstitusi
nasional.
u Masyarakat sipil dapat menghancurkan rezim otoriter ± seperti terlihat pada peristiwa
di Eropa Timur pada akhir 1980 -an.
u Suatu transisi demokrasi yang menyeluruh sangat d iperlukan masyarakat politik. 
u Masyarakat politik menurut Stepan artinya arena dimana keseluruhan bangsa secara
spesifik menyusun dirinya sendiri dalam persaingan politik untuk memegang kendali
atas kekuasaan publik dan aparat negara. 
u Masyarakat sipil dapat mewujudkan dirinya secara politis untuk MEMILIH dan
MEMANTAU pemerintah yang demokrastis. 
u ³Masyarakat sipil tercakup dalam konsepsi asosiasi individu yang bebas, tidak
tergantung pada negara, mengatur dirinya sendiri dalam sederetan aktivitas otonom
dan signifikan secara politik´. 
u ³Masyarakat sipil yang tangguh hampir selalu berasa l dari masyarakat yang kuat´. 
u ³Dengan demikian masyarakat sipil dan negara ± idealnya ± haruslah membentuk
perimbangan bersama yang efektif. 
u ³Masyarakat sipil hendaknya menjadi pelindung yang kuat terhadap dominasi
negara, meliputi organisasi -organisasi yang membatasi dan m engesahkan
kekuasaan negara´.
u Masyarakat sipil di Dunia Ketiga, sering tidak cukup efektif dalam mengimbangi
kekuasaan negara, tidak sampai pada tugas mengawas inya, karena mereka sering
lemah dan terpecah -pecah.
u Utamanya di Timur Tengah dan Afrika, masyarakat sipil lemah karena terpecah -
pecah atas dasar sosial dan keagamaan, bersamaan deng an rendahnya
industrialisasi.
u ³Mengapa terdapat beragam tingkat efekifitas masyarakat sipil di seluruh Dunia
Ketiga? Secara luas, efektifitas masyarakat sipil tergantung pada (1)
Keterpaduannya, (2) Tingkat perkembangan ekonomi sutau negara, (3) Lamanya
negara itu merdeka, dan (4) Sejauhmana perpecahan secara etnik atau keagama an
pada masyarakat tersebut´. 
u ³Jika lembaga masyarakat sipil ini secara kolektif lemah, biasanya mudah bagi
negara untuk mengurung, memaksa atau menyuap penentang yang s ering
menimbulkan kesulitan´. 
u Akibatnya negara sering dapat menentukan bentuk, mendefini sikan, menciptakan
atau merekam masyarakat sipil dan reaksi rakyat dal am hal ini (Mahar, 1991 : 5). 
u Negara sering memperoleh keyakinan bahwa masyarakat sipil tetap dapat dibelok -
belokkan dan dibawah kendalinya. 
u ³Dalam masyarakat demokrasi atau yang sedang menuju demokrasi, kelompok
sosial politik memiliki peluang paling baik untuk mencapai tujuan mereka. Tetapi,
problemnya adalah bawa sementara negara -negara Dunia Ketiga yang
menggunakan sistem demokrasi secara formal bertambah ± yaitu pemerintahan
yang dipilih melalui pemilihan umum yang teratur dan relatif µbebas dan adil¶ ± rakyat
jelata sering merasakan bahwa kepentingan mereka bukanlah partai -partai politik.
Dengan demikian demokrasi memberikan kepada mereka ruang dimana mereka
dapat mengorganisasikan d iri, karena secara paradoks sebagian partai politik
sekarang ini tidak memberikan bobot pemikiran sepenuhnya terhadap kepe ntingan
rakyat jelata´.
u Diciptakannya sistem demokrasi formal, yang sementara diterima, itu sendiri belum
cukup untuk menggeser keseimbangan kekuatan yang memihak kepentingan
kelompok bawah. Akibatnya, banyak yang menjauhkan diri dari partai politik,
sebaliknya mereka lebih suka mengejar aspir asinya melalui kelompok aksi. 
u ³Secara khusus, partai politik yang kuat diperlukan untuk mewakili warga negara,
menjamin diterapkannya kebijakan yang lebih baik dan menjadi perantara dalam
konflik politik. Tetapi apa yang terjadi jika partai -partai politik itu tidak mampu atau
tidak bersedia mewakili bagian tertentu dalam masyarakat? Apa yang dapat
dilakukan oleh mereka yang tidak terwakili?´ 
u ³Di sebagian besar negara Dunia Ketiga sekarang ini µpolitik¶ menggambarkan
persaingan atau kerjasama diantara elit yang secar a politis dan ekonomis kuat´. 
u ³Pendeknya, sementara dasar dari kekuasaan negara di Duni a Ketiga berbeda, para
elit biasanya menguasai baik basis kekayaan ekonomi maup un arah pembangunan
politik´.
u ³Banyak sistem pascakolonial yang mengembangkan sederetan kemampuan politik
untuk memperpanjang umurnya´ 
u ³Jadi tidak tepat anggapan bahwa sistem d emokrasi representatif sudah cukup jika
dapat dicapai pemilihan umum teratur yang µbebas dan adil¶ saja. Namun, setidaknya
itu hanya suatu prmulaan yang telah dilalui oleh makin banyak negara. Antara 1972
dan 1994 ± yang secara luas merupakan zaman gelomba ng ketiga demokrasi ±
jumlah negara dengan µsistem politik demokratis¶ m eningkat dari 44 menjadi 107´ 
u ³Kasarnya, hanya dua jenis µdemokrasi¶ yang tetap ada di Dunia Ketiga : demokrasi
µformal¶ dan demokrasi µpermukaan¶ (fawade)´. Dewasa ini tidak ada rezi m di Dunia
Ketiga yang berkembang m enjadi demokrasi µsubstantif¶. 
u ³Demokrasi µformal¶ ditandai dengan pemilihan umum yang teratur, µbebas dan adil¶,
kompetitif. Biasanya ditandai dengan tidak digunakannya paksaan secara berlebihan
oleh negara terhadap mas yarakat, secara teoritis lewat pertanggungjawaban
pemerintah terhadap yang diperintah (warga negara) melalui kotak suara, dan
diletakkannya µrule of law¶. Ada kebebasan sipil dan politik yang cukup untuk
menjamin kompetisi dalam pemilihan umum´. 
u ³Dengan demikian, terutama sekali demokrasi formal meliputi ide tentang pilihan;
sehingga pemerintah yang tidak populer dapat tersingkir karena keputusan
masyarakat dalam pemilihan umum yang teratur. Tetapi masalahnya adalah bahwa
banyak negara yang menjalankan sist em yang memenuhi kriteria demokrasi formal
dan pada saat yang sama pemerintah mereka belum pernah terkala hkan dalam
pemilihan umum.
u ³Demokrasi µpermukaan¶ (fawade) merupakan hal yang umum di Dunia Ketiga.
Tampak luarnya memang demokrasi tetapi sama sekali tidak memiliki substansi
demokrasi´.
u ³Banyak rezim yang hanya memiliki kepercayaan demokratis yang tipis dengan kuat
didorong oleh Barat untuk meneruskan sistem politik mereka sebagai b enteng
menghadapi komunisme´. 
u ³Hingga akhir 1980 -an meskipun demokrasi liberal adalah pilihan, hanya sedikit bukti
yang menunjukkan bahwa pemerintah negara -negara Barat menganggap isu seperti
pemilihan yang bebas dan adil atau hak -hak sipil atau pribadi merupakan kondisi
yang dipersyaratkan agar mendapat dukungan ekonomi atau perlindungan militer
atau diplomatik. Demikian juga Bank Dunia atau IMF tidak menunjukkan komitmen
yang serius untuk mendorong pemerintah demokratis, meskipun sebagai lembaga
ekonomi khususnya, memang tidak ada alasan yang nyata meng apa harus
melakukan hal itu´.
u ³Kenyataannya adalah bahwa pemerintah Barat mempunyai dua tujuan, yang tidak
harus sama dan sebangun, di Dunia Ketiga, mereka ingin melihat perkembangan
demokrasi sedikit banyak sebagai sesuatu yang abstrak yang µbagus¶, dihubungkan
dengan melekatn ya pemerintah yang µbagus¶. Sebaliknya, mereka pun lebih meyukai
pemerintahan non demokratis denga n beberapa keadaan tertentu´. 
u Stabilitas sosial politik dan ekonomi di Dunia Ketiga sebagai komponen yang
esensial bagi pertumbuhan ekonomi global, tampaknya dikehendaki oleh µTiga
Besar¶ pelaku ekonomi dunia : Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang. 
u ³Sementara demokrasi di Dunia Ketiga secara moral dikehendaki, barangkali yang
paling penting adalah kembalinya kepada sistem ekonomi internasional yang sangat
menguntungkan, yang berfungsi maksimal, dengan sebagian besar negara Dunia
Ketiga memainkan peranan tradisionalnya sebagai pemasok bahan mentah dan
konsumen barang jadi buatan Barat´. 
u ³Demokrasi tidak dihadiahkan melalui manuver elit politik saja, agar demokr asi itu
bermakna ia harus menyangkut dikuranginya pembagian kekuasaan yang tidak
setara, pemberdayaan kelas bawah melalui pemungutan suara, perwakilan rakyat
dan partisipasi warga negara yang makin meningkat dalam kepentingan kolektif´. 
u ³Demokrasi substantif memperluas ide demokrasi diluar mekanisme formal. Ia
mengintensifkan konsep dengan memasukkan penekanan pada kebebasan dan
diwakilinya kepentingan melalui forum publik yang dipilih dan partisipasi kelompok. Ia
merupakan pendalaman demokrasi dimana semua warga negara mempunyai akses
yang mudah pada proses pemerintahan dan suara di dalam pengambil an keputusan
secara kolektif.
u ³Demokrasi substantif menaruh perhatian pada berkembangnya kesetaraan dan
keadilan, kebebasan sipil dan hak asasi manusia. Pendeknya , µpartisipasi murni
dalam pemerintahan oleh mayoritas warga negara¶. (Porter, 1993 : 3 56).

450-0c %(226%      %c 


7  7 " 

%c 1% , 

u Bagi sebuah masyarakat modern ditengah upaya demokratisasi, pengertian ini


secara konseptual dan politis berguna untuk membedakan tiga arena penting dari
sebuah masyarakat bernegara: masyarakat sipil (civil society), masyarakat politik
(political society), dan negara (state).
u Dalam setiap masyarakat bernegara, tak pelak ketiga arena ini meluas dan
mengkerut dengan kecepatan berlainan, saling menembus atau mendominasi satu
sama lain, dan secara konstan berubah. 
u ³Masyarakat Sipil´ adalah arena tempat berbagai gerakan sosial (seperti himpunan
ketanggaan, kelompok wanita, kelompok keagamaan, dan kelompok intelektual)
serta organisasi sipil dari semua kelas (seperti ahli hukum, wartawan, serikat buruh,
dan usahawan) berusaha menyatakan diri mereka dalam satu himp unan sehingga
mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukan pelbagai
kepentingan mereka. 
u ³Masyarakat Politik´ dalam suatu kerangka demokratisasi saya artikan sebagai arena
tempat masyarakat bernegara secara khusus mengatur dirinya dalam ko ntestasi
—
‘ 
politik guna memperoleh kontrol atas kekuasaan pemerintah dan
aparat negara. 
u Sebuah transisi demokratis yang penuh harus melibatkan masyarakat politik, dan
komposisi serta konsolidasai sebuah masyarakat demokratis harus menghasilkan
pemikiran dan tindakan serius yang berkenan dengan lembaga -lembaga inti sebuah
masyarakat politik demokratis ± partai politik, pemilihan umum, aturan pemilihan,
kepemimpinan politik, aliansi antarpartai, badan pembuat undang -undang ± sebagai
saluran bagi masyarakat sipil sehingga mereka dapat menyatakan dirinya secara
politis untuk memilih dan memantau pemerintahan yan g demokratis.
u ³Negara´ saya artikan sebagai sesuatu yang lebih dari ³pemerintah´. 
u Negara merupakan suatu sistem administratif, legal, birokr atis, dan koersif yang
berkesinambungan serta berusaha untuk tidak hanya mengelola aparat negara,
tetapi juga untuk menyusun hubungan antara kekuasaan sipil dan pemerintah, serta
untuk menyusun berbagai hubungan mendasar dalam masyarakat p olitik dan
masyarakat sipil. 
u Dalam sebuah masyarakat bernegara monistik ekstrim (atau yang sering disebut
sebagai totaliter), negara menyingkirkan setiap otonomi penting yang ada dalam
masyarakat politik maupun masyarakat sipil. 
u Dalam periode demokratisasi di Brasil antar a tahun 1974 dan 1985, topik -topik ilmu
sosial sistematis dan ilmiah yang paling populer ialah yang bersangkut paut dengan
gerakan-gerakan baru dalam masyarakat sipil yang memberikan tantangan bagi
negara otoriter, seperti gereja, serikat buruh baru, pengu saha baru, pers, himpunan
pengacara Brasil, kelompok wanita, himpunan ketanggaan. 
u Demokrasi adalah mengenai kontestasi terbuka untuk mendapatkan kekuasaan
lewat pemilihan umum, dan mengenai pengawasan serta kontrol terhadap
kekuasaan negara oleh wakil -wakil rakyat.
u Di hampir semua masyarakat bernegara di dunia, termasuk Amerika Latin, militer
merupakan faktor tetap dalam kalkulus kekuasaan. Oleh karena itu, dalam sebuah
negara demokrasi, masyarakat sipil harus mampu memikirkan bagaimana mereka
dapat menyumbangkan gagasan untuk mengendalikan militer dan siste m intelijen
secara demokratis.

4+  %(223%     + "  % , 

u ³Perjuangan untuk menegakkan demokrasi harus memiliki sebagai salah satu tujuan
utamanya pembentukan masyarakat politik yang demokratis, partai -partai politik
yang demokratis, dan mekanisme kampanye yang melaluinya persaingan untuk
menduduki posisi politik berproses yakni dengan pemilihan yang teratur, bebas, jujur,
adil dan dalam suasana damai´. 
u ³Saya mendefinisikan demokrasi sebagai sistem pemerintahan dengan tiga ciri -ciri :
persaingan yang ekstensif untuk menduduki posisi -posisi politis negara melalui
pemilihan yang teratur, bebas dan adil, adanya akses untuk partisipasi politik yang
menyeluruh, sehingga tidak seorang dewasa pun yang tidak dicakupinya; kebebasan
pers, kebebasan berserikat, dan ditegakkannya hukum ± yang cukup untuk
menjamin bahwa persaingan dan partisipasi politik itu menjadi bermakna dan
otentik´.
u ³Akan tetapi demokrasi juga m enuntut tumbuhnya masyarakat beradab yang
bersemangat, gigih dan pluralis. Tanpa suatu masyarakat beradab demikian,
demokrasi tidak akan mungkin dikemb angkan dan menjadi langgeng´. 
u Suatu masyarakat beradab (civil society) yang kuat dapat memberikan banyak
sumbangan bagi pertumbuhan demokrasi: 
u Menyediakan ³wahana sumberdaya --- politik, ekonomi, kebudayaan dan bahkan
moral --- untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan diantara para pejabat
negara. Suatu rentetan asosiasi yang independen dan media yang bebas
memberikan ³dasar bagi pembatasan kekuasaan negara, dan dengan demikian
kendali atas negara oleh rakyat, dan karenanya menjamin hadirnya lembaga -
lembaga politik yang demokratis sebagai sarana yang paling efektif untuk
menjalankan pemerintahan rakyat itu´.
³Apabila negara mengendalikan media massa, maka tidak akan ada cara untuk
memberitakan penyalahgunaan wewenang dan korupsi yang dilakukan pejabat´.
Demikian pula kelompok -kelompok kepentingan yang dengan tegas dan secara
meyakinkan menyuarakan aspirasi kelo mpok, akan ikut andil dalam menghindarkan
negara dari penguasaan golongan tertentu dan memaksa agar negara
bertanggungjawab dan cepat tanggap terhad ap tuntutan warga negaranya. 
u Dalam hal tangggung jawab. Apabila kepentingan pelbagai ragam
(keanekaragaman, pluralisme dalam masyarakat) itu diorganisasikan, maka
organisasi-organisasi itu membentuk suatu dasar yang sangat penting bagi
persaingan demokratis (diluar partai politik, atau yang bekerja melalui partai politik).
Kelompok-kelompok fungsional seperti ± organisasi-organisasi usaha dan produsen,
serikat pekerja, asosiasi -asosiasi profesional, himpunan dan kelompok tani, gerakan
mahasiswa, dan lain sebagainya ± dapat mengemukakan pendapat mereka
beraneka ragam itu; gerakan -gerakan yang berorientasi pada isu seperti gerakan
pelestarian lingkungan hidup, organisasi pelindung hak -hak kaum minoritas,
persatuan wanita, pengembangan komunitas kebebasan sipil ± kelompok etnis, religi
juga akan dapat mengemukakan pendapat mereka melalui media massa.
Justru dengan kebebasan berserikat dan berorganisasi untuk memobilisasikan
kekuatan politik sesuai dengan potensi masyarakat itu sendiri, mereka yang tertekan
dan kurang beruntung akan lebih dimungkinkan untuk bisa memperbaiki nasibnya
sendiri ± memang, barangkali lebih l amban jika dibandingkan dengan melalui suatu
revolusi sosialis, tetapi dalam jangka panjang akan lebih langgeng dan yang pasti
lebih manusiawi. 
u Masyarakat dengan aneka ragam serikat dan organisasi didalamnya akan ikut
memperkaya peranan partai -partai politik dalam hal partisipasi politik, meningkatkan
efektivitas dan keterampilan warga negara yang demokratis, dan memajukan
penghargaan atas kewajiban dan hak -hak kewarganegaraan yang demokratis. 
u Masyarakat dengan pelbagai gerakan dan kelompok kepentingan yang kuat akan
menuntut terlalu banyak sehingga dapat menciptakan suasana ³tidak terkendali´.
Dengan memberikan kepada masyarakat pemahaman yang mendalam dalam
tataran sosial, suatu masyarakat akan menjadi kaya dalam partisipasi dan dengan
demikian ikut menjadi stabilitas negara. Dengan membawa rakyat bersama -sama ke
dalam kebersamaan yang tidak ada habisnya untuk tujuan -tujuan yang sangat
bervariasi, maka masyarakat dengan organisasi -organisasinya tidak saja akan
memperbanyak tuntutan kepada negara, tapi juga akan meningkatkan kemampuan
kelompok untuk memperbaiki kesejahteraannya sendiri, khususnya pada tingkat
lokal.
u Fungsi kelima dari masyarakat beradab — ‘ yang demokratis adalah
merekrut dan melatih pimpinan politik yang baru.
Ketika tokoh-tokoh muncul sebagai pimpinan kelompoknya masing -masing di dalam
gerakan sosial, kelompok -kelompok kepentingan dan kelompok kemasyarakatan,
dan upaya-upaya komunitas berbagai corak, maka mereka akan memperoleh
pengakuan pula sebagai calon pemimpin di bidang poli tik. Dimana rekruitmen pada
jaringan dan partai politik yang sudah mapan menjadi mandeg, maka para tokoh
pemimpin dari sektor lain bisa menjadi penting bagi demokrasi.
³Melalui kepemimpinan yang tidak formal untuk mencapai tujuan -tujuan bersama,
atau demi konsolidasi yang demokratis ± atau memalui artikulasi umum yang jelas
visi alternatif politik dan kebijakan yang memaksakan ± tokoh-tokoh baru muncul di
bidang kemasyarakatan yang dapat direkrut menduduki jabatan politik´.
³Di sini pula, beberapa kelompok anggota masyarakat (civil group) memainkan
peranan ini secara sangat sadar dan efektif´ .
u ³Fungsi masyarakat beradab demokratis yang keenam saringkali mendahului,
sekalipun untuk sementara, semua hal yang telah disebutkan di atas : untuk
menghalangi dominas i suatu rezim otoriter dan mempercepat berakhirnya r ezim itu
dari kekuasaannya´. 
u ³Bergesernya sistem pemerintahan yang totaliter ke arah sistem yang lebih ketat lagi
yakni sistem otoriter ³hanya´ akan lebih mempercepat munculnya gerakan -gerakan
untuk mencapai masyarakat beradab yang bebas. Gerakan -gerakan ke arah
demokrasi di Eropa Timur, di Uni Soviet, di Republik Rakyat Cina ± dan sekarang ini,
juga muncul di negara -negara sisa kekuatan komunis, seperti Vietnam, Kuba ±
sebenarnya semuanya berawal dalam d an telah memperoleh kekuatan utamanya
dari pertumbuhan kehidupan organisasi -organisasi intelektual dan kebudayaan yang
otonom´.
u Hendaknya kita tidak melupakan peran yang dimainkan oleh lembaga -lembaga
keagamaan, misalnya, gereja katolik telah mengambil ini siatif membantu mobilisasi
para pemilih di Cile, Mingguan Veritas di Filipina (dan Mingguan Miracle at Edsa di
negeri itu turut memainkan peranan dalam menumbangkan Marcos), dan banyak
gerakan demokrasi lainnya, serta gerakan hak -hak asasi manusia di seluruh Amerika
Latin.
u Demikian pula kita hendaknya tidak melupakan peran para ahli hukum, para
pengacara, yang melalui organisasi mereka, telah pula ikut aktif dan menanggung
risiko berat dalam perlawanan terhadap pemerintahan otoriter seperti di Brasil, dan
Nigeria dan kelompok hak asasi manusia tela h membantu kondisi tersebut. 
u ³Kesulitan yang dialami oleh banyak negara demokrasi baru menunjukkan bahwa
membentuk suatu negara demokrasi merupakan suatu hal, dan hal lainnya, yang
seringkali lebih sulit adalah tugas mempertahankannya, mengkonsolidasikan -nya,
serta memberikan vitalitas da n makna kepadanya.
u ³Demokrasi seringkali datang bersamaan dengan semacam gelombang revolusioner
dari mobilisasi rakyat, seperti yang O¶Donnell dan Schmitter istilahkan dengan
µPopular Upsurge¶, yakni gelombang pasang rakyat yang bersamanya pelbagai unsur
masyarakat beradab terbawa dalam suatu gelombang massa rakyat yang mencari
indentitasnya dengan pelbagai unjuk rasa di jalan -jalan. Mobilisasi demikian bisa
saja episodik dan terk endali, yang mendesak agar supaya dilakukan negosiasi -
negosiasi untuk peralihan ke arah demokrasi, atau mungkin juga berbentuk suatu
gelombang massa rakyat yang sulit terbendung seperti yang telah diperlihatkan
³kekuatan rakyat´ yang menghentikan pasukan t ank presiden Marcos di kota Edsa,
atau gelombang demokratisasi besar -besaran yang meruntuhkan satu persatu rezim
pemerintahan di Eropa Timur, sampai pada runtuhnya penganut Stalin yang terakhir,
Ceucescu sendiri kejatuhannya sangat mencekam´. 
u ³Akan tetapi saperti yang telah diamati oleh Schmitter dan O¶Donnell, karena
gelombang mobilisasi itu tidak dapat berlangsung lama, lambat atau cepat harus
dijawab pertanyaan tentang apakah yang akan d atang setelah gelombang itu?´ 
u Apakah tujuan yang hendak segera dicap ai dari gelombang -gelombang demonstrasi
yakni runtuhnya rezim otoriter dapat terpenuhi atau tidak pada akhirnya gelombang -
pasang massa rakyat masih meninggalkan ³banyak yang menggantung dan bah kan
tokoh-okoh yang frustasi´.
u ³Maka sekarang tantangan yang d ihadapi adalah bagaimana demokrasi diwujudkan
dalam kehidupan politik, dan ekonomi. Pelbagai konflik -konflik baru muncul di
kalangan masyarakat beradab yang pluralis meskipun telah menyatukan tekad dan
terikat dalam kebersamaan itu. Tentu tidak semua kepen tingan dan pengharapan
dapat dipuaskan, dan mungkin tidak satu pun dapat dipenuhi seluruhnya. Kebijakan -
kebijakan harus dirancang dan konflik -konflik kepentingan harus segera diredam
sementara lembaga politik baru masih sedang dicoba. Inilah masa yang gent ing dan
rapuh, satu masa yang penuh dengan pelbagai tantangan dalam bidang politik
maupun bidang kebijakan, yang semuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan
semangat yang bergelora ketika merun tuhkan rezim lalim yang lalu´. 
u ³Dengan sendirinya jelas bagi k ita bahwa partai -partai baru harus membenahi
organisasi mereka dan memberikan kepada masyarakat pilihan -pilihan mengenai
kebijakan yang efektif untuk memperoleh dukungan. Hendaknya selalu diingat
bahwa partai -partai yang efektif saja belum cukup. Masyaraka t beradab harus pula
mengorganisasikan diri mereka dengan cara baru yang berbeda : bukan lagi
mobilisasi jangka pendek untuk meruntuhkan rezim diktator, tetapi jangka panjang
yang lebih multidimensional guna membuat demokrasi terapl ikasi sebagaimana
seharusnya´.
u ³Memang jika demokrasi hendak dilanggengkan, maka demokrasi tidak boleh hanya
berfungsi pada tingkat atas saja akan tetapi juga pada tingkat rakyat kebanyakan,
bukan hanya pada tingkat pusat saja tapi juga pada tingkat daerah, propinsi,
kabupaten, kecamatan, bahkan sampai pada tingkat kelurahan dengan semua
perangkatnya´.
u ³Pendidikan kemasyarakatan secara besar -besaran juga mencakup perhatian yang
teliti dan hati -hati terhadap warga negara dan pelbagai aspek kehidupan demokrasi.
Orang tidak saja harus datang untuk belajar mengenai nilai -nilai demokrasi tetapi
juga cara-cara berdemokrasi; pentingnya pemungutan suara dan pengetahuan
tentangnya; perlunya ditanamkan kesadaran kepada warga mengenai pentingnya
keterlibatan langsung mereka dan perlunya men ghormati pihak yang mempunyai
pandangan berbeda; sarana -sarana yang melaluinya keluhan dan keinginan
disampaikan kepada pemimpin -pemimpin terpilih, baik langsung ataupun tidak
langsung melalui media massa, teknik -teknik yang dengannya masyarakat dapat
mengorganisasikan diri dan meredam perbedaan mereka; serta banyak hal yang
berkaitan dengan hukum, birokrasi, pemerintaha n lokal, dan lain sebagainya´. 

  , 4 8  450 -0c %


    
     
  , 49 , ,% &''(%
!"       !"  ! 
  #  9%7 
,
u Definisi kerja kami mengenai demokrasi yang terkonsolidasi adalah sebagai berikut :
³Dari segi perilaku, rezim demokratis dalam sebuah negara (dapat disebut)
terkonsolidasi jika tidak ada tokoh -tokoh nasional, sosial ekonomi, politik (atau
institusional) utama yang menggunakan sumber -sumber penting dalam upaya untuk
mencapai tujuan mereka dengan menciptakan rezim non emokratis atau dengan
memisahkan diri dari negara . Dari segi sikap, rezim demokratis dapat dikatakan
terkonsolidasi jika mayoritas opini publik, bahkan ditengah permasalahan ekonomi
yang berat dan ketidakpuasan yang mendalam terhadap pihak yang berwenang,
tetapi berpegang pada keyakinan bahwa prosedur -prosedur dan institusi demokrasi
merupakan cara paling tepat untuk mengatur kehidupan kolektif, dan jika dukungan
bagi alternatif bagi alternatif -alternatif antisistem sangat kecil atau kurang lebih
terisolasi dari kekuatan -kekuatan prodemokrasi. Dari segi k onstitusi, rezim
demokratis dapat dikatakan terkonsiolidasi jika kekuatan -kekuatan pemerintah dan
non-pemerintah sama-sama tunduk pada dan terbiasa dengan ± upaya pemecahan
konflik didalam batas -batas undang-undang, prosedur, dan institusi tertentu yang
diterapkan melalui proses yang demokratis´. 
u Lima syarat demokrasi yang terkonsolidasi: ³selain penyelenggaraan negara, harus
ada ± atau diadakan ± lima syarat lain yang saling berkaitan dan saling menguatkan
agar demokrasi dapat dikonsolidasikan. c‘    harus diciptakan kondisi bagi
berkembangnya masyarakat sipil — ‘ yang bebas dan aktif. ‘   harus
ada masyarakat politik yang otonom ‘  di seluruh wilayah negara, semua tokoh
politik utama terutama pemerintah dan aparat negara, harus bena r-benar tunduk
pada aturan hukum yang melindungi kebebasan individu dan kehidupan masyarakat.
Keempat, harus ada birokrasi negara yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah
demokratis yang baru. Kelima, harus ada masyaraka t ekonomi yang dilembagakan´. 
u ³Masyarakat Sipil´ : ³ «. Arena politik tempat kelompok -kelompok, gerakan-gerakan,
dan upaya-upaya individual yang diroganisasikan sendiri dan relatif otonom
nerusaha untuk menyuarakan nilai -nilai, mendirikan perkumpulan, dan menggalang
solidaritas serta memper juangkan kepentingan mereka´. 
u ³Masyarakat Sipil´ mencakup : ³ «. Berbagai gerakan sosial (misalnya, kelompok -
kelompok wanita, rukun tangga, keagamaan, dan organisasi intelektual), serta
perkumpulan dari berbagai strata sosial (seperti serikat dagang, kelompo k usaha,
dan organisasi profesi)´. 
u ³Masyarakat Politik´ : ³ «. Arena tempat tokoh -tokoh politik bersaing mendapatkan
hak yang sah untuk menjalankan kontrol atas kekuasaa n politik dan aparat negara´. 
u ³Masyarakat sipil sendiri sesungguhnya dapat menghancurkan rezim non
demokratis, tetapi konsolidasi demokrasi (atau bahkan transisi demokrasi penuh)
harus melibatkan masyarakat politik. Konsolidasi emokrasi menuntut semua warga
negara agar mengembangkan penghargaan terhadap institusi -institusi pokok
masyarakat politik yang demokratis : partai politik, badan pembuat undang -undang,
pemilihan umum, aturan pemilu, kepemimpinan poli tik, dan aliansi antarpartai. 
u ³Yang penting untuk ditekankan bukan hanya perbedaan antara masyarakat sipil dan
masyarakat politik, melainkan juga upaya mereka untuk saling melengkapi, yang
tidak selalu disadai. Salah satu dari kedua arena ini sering terabaikan karena
kecenderungan pada yang lain´. 
u ³Di banyak negara, masyarakat sipil secara tepat dianggap sebagai pahlawan dari
perlawanan dan transisi demokrasi´. 
u ³Masalah timbul pada saat terjadi transisi demokrasi. Para pemimpin dmokratis dari
kalangan masyarakat politik sering mengatakan bahwa masyarakat sipil ± setelah
memainkan perannya yang bersejarah ± harus dibubarkan untuk memungkinkan
terjadinya perkembangan politik demokratis yang normal. Argumen semacam itu
bukan hanya merupakan teori demokrasi yang buruk, melainkan juga p olitik
edmokrasi yang buruk´.
u ³Masyarakat sipil yang kuat, dengan kemampuan untuk menghasilkan altern atif-
alternatif politik dan untuk memantau pemerintah dan negara, dapat membantu
memulai transisi, membantu melawan pembalikan -pembalikan, membantu
mendorong terselesaikannya transisi, dan membantu konsolidasi serta
memperdalam demokrasi. Oleh karena itu p ada setiap tahap proses demokratisasi,
sangatlah dibutuhkan masyarakat po litik yang hidup dan mandiri´. 
u ³Akan tetapi, kita juga harus mempertimbangkan (dan dengan demikian membantu
mengatasi) oposisi palsu yang kadang -kadang timbul diantara masyarakat sip il dan
masyarakat politik. Bahaya yang mengancam perkembangan masyarakat politik oleh
masyarakat sipil adalah bahwa kecenderungan normatif dan gaya -gaya organisasai
yang diinginkan ± atau bahkan satu -satunya yang sah ± bagi masyarakat politik´.
u ³Konsolidasi demokrasi membutuhkan partai -partai politik, yang salah satu tugas
utamanya adalah mengumpulkan dan mewakili perbedaan -perbedaan yang timbul di
kalangan demokrat. Konsolidasi menuntut dikembangkannya pembiasaan pada
norma-norma dan prosedur -prosedur penanganan konflik yang demokratis.
Rutinisasi institusional dalam kadar yang tinggi merupakan bagian kunci dari proses
semacam itu. Intermediasi antara negara dan masyarakat sipil,serta disusunnya
kompromi, juga merupakan tugas -tugas yang sah dan harus dilaks anakan oleh
masyarakat politik. Pendeknya, masyarakat politik ± yang menyerap informasi,
ditekan, dan secara periodik diperbarui oleh masyarakat sipil ± harus mampu
mencapai persetujuan yang dapat dijalankan menyangkut berbagai cara yang
didalmnya kekuatan demokrasi akan dibentuk dan dipraktekkan´. 
u ³Untuk mencapai demokrasi yang terkonsolidasi, otonomi bagi masyarakat sipil dan
masyarakat politik dalam kadar yang cukup harus diberikan, serta didukung oleh,
arena kita yang ketiga, yaitu pemerin tahan yang be rdasarkan hukum´.
u ³Sebuah negara hukum sangat dibutuhkan bagi konsolidasi demokrasi. Ia
merupakan cara yang paling penting yang didalamnya pemerintah yang terpilih dan
admionistrasi negara tunduk pada jaringan hukum, pengadilan, tinjauan
semiotonomi, dan agen-agen pengontrol serta norma -norma masyarakat sipil yang
bukan hanya mengendalikan kecenderungan negara tidak sah, melainkan juga
menanamkannya di dalam suatu jaring mekanisme yang saling berkaitan yang
membutuhkan keterbukaan dan pertanggungjawaban. 
u ³Konstitusionalisme dan aturan hukum harus menentukan jabatan -jabatan yang
perlu melalui pemilihan umum, prosedur -prosedur untuk memilih para pemegang
jabatan tersebut, dan definisi serta batasan bagi kekuasaan mereka agar masyarakat
bersedia ikut berperan serta didalam ± dan menerima hasil dari ± permainan
demokrasi itu. Ini mungkin akan mengandung masalah jika aturan -aturan, bahkan
jika diberlakukan oleh mayoritas, begitu tidak adil atau disusun dengan cara yang
begitu buruk dan sulit untuk dirubah secara demokraits sehingga mereka tidak dapat
diterima oleh sebagian besar warga negara. Misalnya, undang -undang pemilihan
memberikan 80 persen kursi di parlemen kepada sebuah partai yang meraih kurang
dari 50 persen suara, atau sebuah konstitusi yang sarat ideo logi sehingga sangat
sulit untuk diamandemen, kemungkinan besar tidak dapat men dukung konsolidasi
demokrasi´.
u ³Beberapa negara demokrasi yang menganut sistem presidensial ± dengan
kecenderungan mereka pada ciri -ciri populis, plebisitarian, dan ³delegatif´ , bersama
dengan masa jabatan yang telah ditetapkan dan aturan ³tanpa pemilihan ulang´ yang
mengabaikan pertanggungjawaban dihadapan para pemilih ± akan mendorong
perilaku nonstitusional atau antikonstitusional yang mengancam pemerintahan
berdasarkan hukum, bahkan demokrasi itu sendiri, dan tentu saja ko nsolidasi
demokrasi´.
u ³Seorang perdana menteri yang mengembangkan kecenderungan -kecenderungan
yang sama pada penyalahgunaan kekuasaan lebih pantas lagi untuk dicegah oleh
institusi-institusi lain : mosi tidak percaya oleh oposisi atau dihapuskannya dukungan
oleh para angota pa rtainya sendiri. —    

You might also like