You are on page 1of 10

c 

  
   

Oleh y0s3

2.1 Laporan Keuangan


2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi
yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode.
Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber
daya yang dimiliki perusahaan.
Menurut S. Munawir (2007:5) dalam buku analisa laporan keuangan menyebutkan ³Laporan
Keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari Neraca dan perhitungan Laba Rugi
serta Laporan Perubahan Modal Kerja, dimana Neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang
dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan Laba Rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi
selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.
Sedangkan menurut Djarwanto (2005:1) ³Laporan keuangan menggambarkan informasi
tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang sangat berguna bagi berbagai
pihak, baik pihak-pihak yang ada dalam perusahaan, maupun pihak-pihak yang berada di luar
perusahaan´
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah alat penyedia
informasi keuangan suatu perusahaan sebagai hasil ringkasan kegiatan dari suatu proses
pencatatan transaksi keuangan yang terjadi selama periode akuntansi yang dapat digunakan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.

2.1.2 Susunan Laporan Keuangan


Neraca
1. Pengertian neraca neraca (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan keadaan
keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan
jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang
disebut pasiva, atau dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva
merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Jadi, Neraca
menggambarkan posisi keuangan dari suatu kesatuan usaha yang merupakan keseimbangan
antara aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal (equity) pada suatu tanggal tertentu. Bila
disusun dalam bentuk persamaan akan nampak bahwa :

Aktiva = Utang + Modal

1.Aktiva Lancar (Current asset)


Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
diuangkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama
satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)
Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah :
a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.
b. Piutang usaha (Account Receivable) adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai
akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit
c. Surat berharga merupakan investasi jangka pendek untuk pemanfaatan dana yang tidak
digunakan dan sifatnya dapat diperjual-belikan dengan segera
d. Persediaan Barang Dagang (Merchandise Inventory) adalah persediaan barang yang siap
untuk dijual.
e. Biaya dibayar dimuka, yaitu Biaya yang manfaatnya akan dinikmatidi masa yang akan
datang dan akan menjadi biaya habis dikomsumsi dalam jangka pendek.

2. Aktiva Tidak Lancar


Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative permanen atau
jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis
dalam satu kali perputaran operasi perusahaan)
Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah :
a. Investasi jangka panjang bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti mempunyai
kekayaan atau modal yang cukup atau sering melebihi dari yang dibutuhkan, maka
perusahaan ini dapat menanamkan modalnya dalam investasi jangka panjang diluar usaha
pokoknya
b. Aktiva tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya bisa dilihat dan
dimiliki oleh perusahaan serta dapat digunakan dalam operasi yang bersifat permanen
c. Aktiva tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak,
tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk
digunakan dalam kegiatan perusahaan
d. Aktiva lain-lain adalah kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat
dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya

2. Kewajiban atau Hutang (Liabilities atau Pasiva)


Kewajiban atau hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
timbul dari transaksi yang terjadi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditur. Pada umumnya hutang dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:

1.Hutang lancar (Current Liabilities)


Hutang lancar atau Hutang jangka pendek adalah hutang yang harus dilunasi dalam waktu
tidak lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan yang pelunasannya atau
pembayarannya menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Yang termasuk kelompok hutang
lancar adalah :
a. Hutang dagang / usaha, yaitu hutang-hutang yang timbul karena adanya pembelian barang-
barang dagangan secara kredit.
b. Hutang wesel, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan penbayarab
sejumlah tertentu di masa yang akan datang.
c. Hutang pajak, menunjukkan jumlah hutang perusahaan kepada lembaga pemerintah
pemungut pajak.
d. Biaya yang masih harus dibayar, biaya-biaya yang telah terjadi tetapi belum dilakukan
pembayaran.
e. Penghasilan diterima dimuka adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa
yang belum direalisasi

2.Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)


Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca. Hutang jangka panjang antara lain adalah:
(a) Hutang obligasi
(b) Hutang hipotek, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tertentu.
(c) Pinjaman jangka panjang lainnya
3 Modal
Ekuitas adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih (jumlah
aktiva dikurangi kewajiban). Ekuitas terdiri dari setoran pemilik, sisa laba yang ditahan dan
lain-lain.

Laporan Laba Rugi


Pengertian laporan laba rugi adalah suatu laporan yang memberikan gambaran ringkas dan
disusun secara sistematis mengenai penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang
menjadi tanggungan perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga diketahui laba yang
diperoleh/rugi yang diderita perusahaan selama periode tertentu.

2.2 Pengertian Modal Kerja dan Macam-macam Modal Kerja


2.2.1 Definisi Modal Kerja
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasi sehari-hari, misalnya
untuk membeli bahan mentah, gaji pegawai, upah, dan lain sebagainya. Pada intinya setiap
perusahaan akan selalu membutuhkan modal kerja dalam menjalankan seluruh kegiatan
operasional didalam perusahaan tersebut.
Dana yang telah dikeluarkan itu (modal kerja) diharapkan oleh setiap penanam modal
(investor) akan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek atau
dalam jangka waktu panjang.
Dana yang telah dikeluarkan ini akan kembali ke dalam perusahaan melalui penjualan hasil
produksinya (perusahaan dagang) atau jasa ditambah keuntungan yang maksimal.
Modal kerja itu sendiri adalah sejumlah dana yang terikat dalam unsur-unsur aktiva lancar
dan pada umumnya akan berputar dalam periode tertentu dan diharapkan akan kembali dalam
periode tertentu juga.
Adapun modal kerja yang cukup akan memudahkan perusahaan dalam menjalankan seluruh
kegiatan didalam perusahaannya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan dalam
menjalankan kegiatan operasi usaha dan menutupi seluruh pengeluaran atas biaya-biaya yang
timbul karena adanya operasi usaha tersebut.
Tetapi apabila modal kerjanya berlebihan maka akan mengakibatkan sebagian dana yang ada
atau yang tersedia tidak produktif lagi. Apabila seperti ini terjadi maka akan mengurangi atau
memperkecil kesempatan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba yang maksimal
Karena kelebihan modal kerja akan menimbulkan pemborosan, investasi-investasi pada
cabang yang tidak diinginkan dan dapat mengalami kerugian dari bunga bank karena saldo
bank yang tidak dipergunakan, apabila perusahaan tersebut mendapatkan modal kerja dengan
jalan meminjam dari bank. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimilki
perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus disediakan untuk
membiayai kegiatan operasi sehari-hari. ´Modal Kerja adalah suatu investasi perusahaan
didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), Piutang Dagang
dan Persediaan´. (Houston & Brigham, 2006; 131).
³Modal Kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap jangka pendek´ (Djarwanto, 2005; 87).
Dari kedua definisi di atas, menunjukan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva
lancar yang dimiliki oleh perusahaan dan yang dipergunakan juga untuk operasi perusahaan
tersebut. Di bawah ini diterangkan tiga konsep dasar atau definisi dari modal kerja menurut
(S. Munawir, 2007, 114-116) yaitu
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang bersifat rutin atau menunjukkkan
sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai
dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga
dengan modal yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek
yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan
yang bersangkutan.
b Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian modal
kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka waktu pendek (net working
capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun
jumlah aktiva lancar dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena
menunjukkan tersedianya jumlah aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang
lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat
keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya.
c. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan
pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh
perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current
income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba
di masa yang akan datang. Misalnya : Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan
aktiva tetap lainnya.
Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini adalah sebesar
penyusutan (depresiasi) aktiva-aktiva tersebut.
Untuk tahun ini sebagian aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja,
walaupun seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar yang bukan merupakan modal kerja
misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit.
Dalam piutang tersebut, terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok barang yang dijual dan laba
yang didapat dari penjualan barang tersebut.
Harga pokok dari barang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja, sedangkan
keuntungan yang didapat bukanlah merupakan unsur modal kerja, tetapi merupakan modal
kerja yang potensial. (S. Munawir, 2007, 114-116)

2.2.2 Pentingnya Modal Kerja


Lebih dari separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagian dari
investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang
besar dan seksama dari manager keuangan. Karena bagaimanapun aktiva lancar mempunyai
pengaruh yang besar dalam menjalankan bisnis. Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam
arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran operasi sehari-hari, karena dengan
modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan
keuangan juga akan memberikan beberapa keuntungan lain.
Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuamgan (2007:116-117), sebagai berikut:
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva
lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi
perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para
konsumennya.
e. Memungkinkan bagi para pengusaha untuk memberi syarat kredit yang lebih
menguntungkan bagi para pelanggannya.
f. Memungkinkan bagi para perusahan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena
tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau pun jasa yang dibutuhkan.

2.2.3 Macam-macam Modal Kerja


Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menurut Bambang Riyanto, dalam
bukunya Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan tahun 2001 sebagai berikut :
a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan atau dengan kata lain jumlah modal
kerja itu harus tetap ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan modal kerja tersebut
secara terus menerus selalu diperlukan untuk kelancaran usaha dalam suatu periode
akuntansi.
Modal Kerja Permanen terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kelangsungan kegiatan usahanya.
2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja yang digunakan untuk dapat menyelenggarakan luas produksi
yang normal. Normal disini mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi
perusahaannya. Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata per
bulannya mempunyai produksi 1000 unit. Apabila kemudian ternyata 4 atau 5 bulan
berikutnya luas produksi rata-rata per bulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya
disinipun berubah menjadi 2000 unit.

b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)


Yaitu modal kerja yang berubah-ubah sesuai dengan perolehan keadaan dalam suatu periode.
Modal Kerja ini dibagi menjadi 3 yaitu:
!) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan musim.
2) Modal Kerja Siklus (Cylical Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
kontinyunitas produk.
3) Modal Kerja Darurta (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya brubah-ubah dan penyebabnya tidak diketahui sebelumnya
(misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok, huru-hara dan sebagainya)
(Bambang Riyanto, 2001 : 61).

2.3 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja


2.3.1 Sumber-sumber Modal Kerja
Menurut Djarwanto (2005:95), pada umumnya sumber-sumber modal kerja berasal dari :
a. Pendapatan Bersih
Surat-surat berharga yang merupakan salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari
penjualan tersebut akan timbul kentungan. Penjualan surat berharga ini akan menyebabkan
perubahan pos aktiva lancar dari pos-pos ³surat-surat berharga´ menjadi pos kas. Keuntungan
yang diperoleh dari penjualan ini merupakan sumber dari modal kerja.

b. Penjualan Aktiva Tidak Lancar


Hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang
tidak diperlukan lagi oleh perusahaan merupakan sumber lain yang menambah modal kerja.
Perubahan aktiva tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak
hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
c. Penjualan Saham atau Obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula
mengadakan emisi saham baru atau meminta pada para pemilik perusahaan untuk menambah
modalnya.
d. Dana Pinjaman dari Bank
Dana pinjaman jangka pendek bagi perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva
lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja musiman siklus, darurat dan lain-lain
e. Kredit dari suplier
Material barang-barang, supplies dapat dibeli atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan
kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum
waktu hutang dilunasi, perusahaan tersebut memerlukan sejumlah kecil modal kerja.
Sumber-sumber modal kerja dapat ditambah apabila :
1) Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran
modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2) Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya
aktiva lancar.
3) Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik atau
hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
2.3.2 Penggunaan Modal Kerja
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun
penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva
lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki
oleh perusahaan.
Penggunaan aktiva lancar yang dapat mengakibatkan menurunnya modal kerja, menurut (S.
Munawir, 2007:125-127) adalah sebagai berikut
a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos perusahaan.
b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahan karena adanya penjualan surat berharga
atau efek.
c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu
dalam jangka panjang.
d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva
lancar lainnya.
e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
f. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan
pribadinya (prive).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan sumber-sumber penggunaan
dana dalam arti modal kerja adalah :
a. Menyusun laporan modal kerja
b. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara 2
titik waktu tersebut, kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan
golongan yang memperkecil modal kerja.
c. Mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan
perubahannya merupakan efek memperbesar modal kerja dan golongan kerja yang
memperkecil modal kerja.
Berdasarkan informasi tersebut dapatlah disusun sumber-sumber dan penggunaan modal
kerja.

2.3.3 Pengukuran efektivitas modal kerja


Di dalam mengadakan interprestasi, dan analisa efektifitas modal kerja suatu pekerjaan,
seorang analisis keuangan memerlukan suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan
rasio adalah merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolute, untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu
laporan financial.
Menurut Djarwanto (2005:146) macam-macam rasio dapat dibuat menurut kebutuhan
penganalisa, maupun pada dasarnya angka-angka rasio yang ada dapat digolongkan kedalam
kedua kelompok yaitu :
a. Rasio yang berdasarkan sumber data keuangan
1) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio)
Yang tergolong didalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau
bersumber pada neraca, misalnya current ratio
2) Rasio-rasio laporan laba ± rugi yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari
laporan laba ± rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio.
3) Rasio-rasio antar laporan (inter statement)
Yaitu semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dari data lainnya dari
laporan laba ± rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat
perputaran piutang (account receivable turnover), sales to inventory, sales to fixed asset.
b. Angka-angka rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut
1) Rasio Likuiditas digunakan perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
2) Rasio Leverage mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjang serta menilai sampai sejauh mana sumber pembiayaan perusahaan berasal dari
pinjaman.
3) Rasio Aktifitas mengevaluasi kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan
harta yang dimilikinya.
4) Rasio Profitabilitas mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

Oleh karena itu berdasarkan tujuan dari penganalisaan dalam penulisan ini maka disini hanya
akan diterangkan mengenai rasio profitabilitas. Ratio ini sangat membantu bagi manajemen
untuk mengecek efektifitas modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.
Selain itu juga penting bagi kredit jangka panjang dan para pemegang saham yang ingin
mengetahui prospek pembayaran bunga dan deviden di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui semua itu perlu angka-angka rasio yang ada hubungannya dengan modal
kerja, serta hasil yang ingin dicapai sebagai akibat dari penggunaan modal kerja tersebut.
Rasio yang berhubungan erat dengan modal kerja dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja


Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi perusahaan, tapi berapakah modal kerja
yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Sifat umum atau tipe perusahaan mempunyai perbedaan kebutuhan modal kerja, misalnya
antara perusahaan jasa dengan perusahaan industri ataupun perusahaan perdagangan.
Perusahaan dalam bidang industri relatif membutuhkan modal kerja yang relatif besar
dibandingkan dengan perusahaan di bidang jasa ataupun perdagangan, karena dalam produksi
barang membutuhkan investasi bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi untuk
menjamin seluruh kelancaran-kelancaran penjualan. Sedangkan pada perusahaan dagang
kebutuhan modal kerja relatif kecil karena hanya memerlukan persediaan barang jadi. Sama
halnya dengan perusahaan jasa yang hanya membutuhkan modal kerja relatif karena investasi
yang diperlukan dalam persediaan dan investasi dalam piutang pencairannya untuk menjadi
kas relatif cepat.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual
serta harga per satuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang
dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan
diproduksi sampai barang tersebut dijual. makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang
dibutuhkan. Di samping itu harga beli per unit barang juga akan mempengaruhi besar
kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga beli per unit barang yang akan
dijual akan semakin besar pula kebutuhan modal kerja.
Jika syarat kredit diterima perusahaan pada waktu pembelian menguntungkan, berarti makin
sedikit uang kas yang harus diivestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan,
demikian pula sebaliknya. Di samping itu modal kerja yang di pengaruhi oleh syarat penjual
barang, dimana semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli
akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam
sektor piutang. Dan untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan resiko piutang tak tertagih
perusahaan biasanya memberikan potongan tunai.

3. Tingkat Perputaran Persediaan


Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan bahwa berapa kali
persedian tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang diinvestasikan dalam persediaan akan
semakin rendah.
Semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena
penurunan harga atau perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos
penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan piutang.
4. Tingkat Perputaran Piutang
Besarnya modal kerja yang dibutuhkan juga tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan
untuk menjadikan piutang menjadi uang kas. Waktu penarikan yang lebih singkat akan
memperkecil modal kerja yang ditanamkan pada piutang tersebut.
5. Pengaruh Konjungtor
Pada periode makmur aktifitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli
barang-barang yang lebih banyak karena harga yang masih rendah. Dengan meningkatnya
persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak. Tetapi pada
periode depresi, perusahaan berusaha secepatnya menjual barang-barangnya dan menagih
pembayaran atas piutang-piutangnya kemudian uang yang diperoleh dimanfaatkan untuk
membeli surat-surat berharga, melunasi hutang-hutang atau menutup kerugian.
6. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
Resiko kerugian yang semakin besar sebagai akibat menurunnya nilai dibandingkan dengan
harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menyebabkan
semakin besar pula jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk membayar harga dan
melunasi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo.

7. Pengaruh Musim
Perusahaan yang penjualannya dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja
yang maksimum untuk periode relatif pendek. Modal kerja dalam bentuk persedian barang
berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelaskan puncak penjualannya.
8. Kredit Rating dari Perusahaan
Jumlah modal kerja baik kas maupun surat-surat berharga yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.
Penyediaan uang kas ini tergantung pada empat hal yaitu:
a. Credit ranting dari suatu perusahaan (yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam meminjam
uang untuk keperluan kas dalam jangka pendek).
b. Perputaran persediaan
c. Perputaran Piutang
d. Kesempatan memperoleh potongan harga dalam pembelian

2.5 Profitabilitas Perusahaan


2.5.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain menurut Drs Abdul Halim
(2007:157) profitabilitas adalah sebagai berikut :
³Mengukur sampai seberapa besar efektifitas manajemen dalam mengelola asset dan equity
yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba´.
Pengertian Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan,
rasio yang terdahulu (likuiditas, leverage dan aktivitas) menyajikan beberapa hal yang
menarik tentang cara-cara perusahaan beroperasi. Tetapi rasio profitabilitas akan memberikan
jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan´. Dan menurut Houston & Brigham
( 2006;107) adalah: Hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan
perusahaan´.
Sedangkan menurut Darsono, (2007:55) mengatakan bahwa pengertian dari profitabilitas
adalah ³Kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba
operasi, dan laba bersih´. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dalam
pendapat mengenai pengertian profitabilitas, hanya saja pendapat itu saling melengkapi
sehingga benar-benar diakui bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang maksimal.
Dari definisi ini sudah terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicapai adalah laba perusahaan,
sebab dari laba inilah kita mengetahui berapa besar kemampuan modal yang kita miliki. Dan
untuk mengetahui apakah modal yang telah dikeluarkan telah mencapai hasil yang maksimal
dan apakah keuntungan telah sesuai dengan yang diharapkan.

2.5.2 Arti Pentingnya Profitabilitas


Profitabilitas yang digunakan sebagai Kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai
tujuan pokok dan dapat dipakai sebagai:
a. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan
dalam menilai sukses suatu perusahaan dalam hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen.
b. Suatu alat membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan kolerasi antara laba
dan jumlah modal yang ditanamkan.
c. Suatu alat pengendalian bagi manajemen
Profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak internal untuk menyusun target, budget,
koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan pasar pengambilan keputusan
penanaman modal.

2.5.3 Ratio-ratio Profitabilitas


Jenis-jenis Ratio profitabilitas adalah :
a. Gross Profit Margin
Yaitu perbandingan antara laba kotor dengan penjualan, dimana perbandingan tersebut
dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Gross Profit Margin =

b. Net Profit Margin


Yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dan penjualan yang dinyatakan dalam
persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan.
NPM =

c. Operating Profit Margin (OPM)


Yaitu perbandingan Laba operasi perusahaan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan dan
dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan.
OPM =

d. Earning Power of Total investment


Rasio diatas adalah perbandingan antara Laba sebelum pajak dengan total aktiva yang
dinyatakan dalam persentase dan bertujuan untuk melihat profitabilitas secara keseluruhan
serta efisiensi manajemen suatu perusahaan.

EPT =

e. Return On Equity (ROE)


Return On Equity adalah rasio dimana membandingkan antara laba bersih dengan modal,
dimana disajikan dengan persentase. Equity disini adalah terdiri modal disetor, cadangan dan
laba ditahan.
ROE =

f. Return On Investment (ROI)


ROI adalah rasio yang lazim digunakan, yaitu membandingkan seberapa perkiraan laba yang
dapat diperoleh dengan investasi yang telah ditanam.
ROI =

g. Return On Asset (ROA)


ROA adalah rasio yang lazim digunakan, yaitu membandingkan seberapa perkiraan laba
bersih yang dapat diperoleh dengan total asset yang ada.
ROA =

Kaitkata: Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

You might also like