Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
One of the efforts of water quality management in watershed is water quality monitoring. In general, water quality
parameters such as physical, chemical and biological parameters are often used for water quality monitoring.
However, because of some constrains, those parameters cannot be monitored continuously. The research to determine
the correlation between water quality multiparameters and the indicator parameters such as dissolved oxygen and
electric conductivity are rather rare mainly in Indonesia. Therefore, the objective of this research is to make the
empirical models between water quality multiparameters and indicator parameters mainly dissolved oxygen and
electric conductivity. This research uses the monthly water quality record data during 1990 to 2002, which had been
measured by Research Institute for Water Resources. The water sampling is located at Nanjung Station as inlet of
Saguling Reservoir. The research uses multivariate analysis method to analyze the correlation between water quality
multiparameters upon indicator parameters. These analysis use dissolved oxygen (DO) and electric conductivity (EC)
as predictors (dependent variables). The results show that the correlation coefficients between the multiparameters
upon dissolved oxygen and electric conductivity are 0.74 and 0.984 respectively. Resciprocal test shows that ratio
between the multivariate equation and dissolved-oxygen monitored data is 1.03 and regression coefficient (r2) =0.78.
Whereas, the ratio between multivariate equation and electric-conductivity monitored data is 1.11 and the regression
coefficient is 0.96. From these equations, background levels of dissolved oxygen and electric conductivity at Nanjung
station are ±4,255 mg/L and ±63,215 µmho/cm.
Keywords: Multivariate analysis, correlation coefficient, empirical model, dissolved oxygen, electric conductivity
3.2. Hipotesis
Hipotesis yang menjadi dasar analisis multivariate Korelasi DO
dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan rumus 0.8
0.73 0.74
0.718
2 dan rumus 3 yang lebih komplek daripada rumus 1: 0.7
0.636 0.637 0.655 0.665
0.693 0.712
Koef.Korelasi
0.5 0.468
0.42 0.439
g(COD)h + i.(NO2-N) j + k.(NH 4-N) l + 0.4
m.(PO 4)n + o(MBAS) p + q.(Oil)r + 0.3
s.(Fenol)t + u.(Fecal-Coli)V + w.(TSS)X + 0.2
y.(Logam)z + Konstanta ............. (2) 0.1
0
2) DHL = a.(Debit) b + c.(TDS) d + e.(Ca) f + g.(Mg)
Turbid^0.5
TDS^0.5
TSS^0.5
COD^0.5
Debit^0.5
PO4^0.5
Fecal^0.5
NO2
Fe
Zn
Cd
NH3^2
Cr
Pb
Mn
Temp
Det
Ni
Fenol
Oil
h
+ i.(Na) j + k.(K) l + m.(Cl) n + o.(SO 4)p +
q.(NO3) r + s.(Alkalinity) t + u.(Acidity) v Akumulasi Parameter
..............................................................................................
(3) Koef.Korelasi
Dari hasil AMV selanjutnya dibuat suatu model empiris Gambar 2. Nilai koefisien korelasi multiparameter
dan model ilustrasi pengaruh dan hubungan antara terhadap Okigen Terlarut di Pos Nanjung
multiparameter kualitas air dengan parameter kunci OT
dan DHL. Parameter organik “biodegradable” yang Koefisien korelas i (R): 0.74 dengan signifikansi 0,002
dipilih pada penelitian ini bukan BOD akan tetapi COD, berarti berpengaruh terhadap prediktor pada tingkat
mengingat kelengkapan datanya dan standar prosedur kepercayaan 95% (Santoso,1999). Hasil uji balik
analisis parameter tersebut lebih praktis. Namun apabila dengan cara membandingkan rata-rata kuadrat
ketersediaan dan reliabilitas data BOD cukup, maka kesalahan (Mean Square Error) dengan rata-rata kuadrat
sebaiknya menggunakan data BOD. OT pengamatan, menunjukkan bahwa persentase
kuadrat kesalahan rata-rata (Percentage Mean Square
Error) adalah ±7,3% dari 50 data.
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI Sedangkan hasil t-test menunjukkan, bahwa secara
statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
1. Penentuan Model Matematis OT ukur dan OT hitung pada p=0,07 (bermakna). Hal
a. Pengaruh Multiparameter Kualitas Air tersebut juga ditunjukkan pada gambar 3, yaitu rasio OT
ukur dan OT hitung adalah 1,03.
terhadap Oksigen Terlarut
Hasil AMV juga memberikan gambaran, bahwa secara
Gambar 2 menunjukkan bahwa koefisien determinasi statistik kondisi alami (background level ) dari parameter
(R2) hanya mencapai 0,55. Hal ini berarti masih terdapat Oksigen Terlarut di Pos Nanjung berpotensi ±4,5 mg/L,
±45% faktor lain yang berpengaruh terhadap OT, yang walaupun tercatat minimum 2 mg/L. Selain itu dari hasil
tidak termasuk dalam analisis Multivariat ini. P arameter analisis tersebut ternyata juga memberikan gambaran,
COD mempunyai kontribusi terbesar pengaruhnya bahwa kadar Oksigen Terlarut tergantung pada interaksi
terhadap OT (R=0,4), sedangkan peranan tambahan dari parameter fisika,kimia dan aktifitas parameter biologis
19 parameter lainnya hanya meningkatkan koefisien (Eaton, Clescery, Greenberg,ed., 1995)
0.96 y = 1.1111x
1400
R2 = 0.9574
1200
0.95
DHL hitung
0.942 1000
0.94
800
0.93 600
400
0.92
200
K
Na
Cl
Mg
3
Ca
bit
S
NO
ty
SO
TD
ity
De
idi
alin
Ac
0
Alk
Cl
Na
S
Mg
3
4
bit
TD
NO
SO
ity
De
idit
lin
Ac
ka
Akumulasi Parameter
menghambat terjadinya proses biodegradasi
Koef. Korelasi (menghambat konsumsi oksigen). Dengan demikian
yang disebut pengaruh positif tersebut adalah setidaknya
Gambar 5. Pengaruh multiparameter thd Indikator DHL tidak mengurangi pemakaian Oksigen Terlarut.
ditinjau koefisien .korelasi di Pos Nanjung (dimulai dari Kelompok parameter yang berpengaruh positif
parameter Na) umumnya adalah zat yang bersifat toksik, baik yang
terlarut maupun tidak terlarut, yang dapat mengurangi,
Pemantauan kadar TDS atau salinitas yang bersifat bahkan mencegah pertumbuhan bakteri. Sehingga pada
kontinyu (harian) di lapangan, ada yang kondisi tersebut, proses biodegradasi organik oleh
menyederhanakan dengan nilai yang ekivalen atau bakteri yang menggunakan oksigen bisa terhambat.
memiliki nilai korelasi yang dekat yaitu Chlorida (Cl) Parameter tersebut adalah kekeruhan dan zat toksik
dan DHL. Pada lokasi Nanjung, hubungan tersebut logam berat, Minyak/Lemak dan Fenol.
dirumuskan dengan rumus :
DOsisa
+ -
Kelompok parameter yang berpengaruh negatif Gambar 8. Model ilustrasi pengaruh multiparameter
terhadap oksigen terlarut adalah parameter yang kualitas air thd Indikator DHL di Pos Nanjung
menghambat proses reaerasi dari udara dan parameter
yang menjadi pengguna oksigen untuk proses Sedangkan parameter alkaliniti dan aciditi diprediksikan
biodegradasi. Parameter tersebut adalah CBOD (BOD berpengaruh negatif terhadap DHL. Hal tersebut
dan sebagian COD), NBOD (NH3 dan NO2) dan kemungkinan berasal dari gugus fungsional yang
Bakteri. bermuatan negatif baik dari asam-asam lem ah yang
Fenomena menarik terjadi pada parameter kekeruhan. terkandung dalam aciditi maupun ion-ion negatif yang
Parameter ini berpengaruh positif maupun negatif, terkandung dalam alkaliniti yang sangat berperanan saat
karena pada parameter ini selain terkandung partikel pengukuran DHL. Karena seperti dinyatakan oleh
tersuspensi yang dapat menghambat proses reaerasi, Eaton,.et al.ed (1995) , bahwa asam mineral dan asam
juga pada partikel tersuspensi tersebut terkandung juga lemah berkontribusi pada saat pengukuran alkaliniti,
zat toksik misal logam berat yang dapat menghambat demikian pula dengan gugus fungsional negatif pada
terjadinya proses biodegradasi. Berdasarkan North Java saat pengukuran Acidity.
Control Project Report (1999) menyatakan bahwa pada
sedimen di S.Citarum bagian hulu terkandung logam
berat Cu: 25 mg/kg, Zn: 32,7 mg/kg, Pb:12,14mg/kg, KESIMPULAN DAN SARAN
Cd:0,185 mg/kg, Ni: 7,85 mg/kg, Cr: 14,11 mg/kg
1. Kesimpulan
b. Pengaruh Multiparamater terhadap Daya Dari hasil analisis tersebut diatas, maka dapat
Hantar Listrik disimpulkan sebagai berikut :
a. Metoda analisis multivariate untuk kajian kualitas
Hasil analisis multivariate pengaruh mineral terlarut air dapat digunakan untuk memilih parameter kunci
selanjutnya diskemakan dalam bentuk gambar7. Hasil b. Oksigen T erlarut (DO) dapat dipakai sebagai
analisis tersebut memperlihatkan, bahwa kelompok indikator tingkat pencemaran air yang berkaitan
parameter kation memang berpengaruh positif terhadap dengan laju biodegradasi zat pencemar organik,
parameter DHL, s edangkan kelompok anion selain itu pula oksigen terlarut juga merupakan
berpengaruh sebaliknya. Kondisi tersebut bersesuaian parameter penting untuk kehidupan akuatik
dengan rumus yang menyatakan bahwa jumlah jumlah c. Daya Hantar Listrik (DHL) dapat dipakai sebagai
anion dan kation pada badan air harus setimbang indikator tingkat pencemaran parameter inorganik
(Eaton, Clescery, Greenberg, ed., 1995). (terutama mineral terlarut). DHL juga merupakan
Hasil analisis multivariate menunjukkan, bahwa parameter yang menunjukkan tingkat salinitas dari
parameter TDS berpengaruh positif, karena berupa suatu badan air yang berpengaruh terhadap