You are on page 1of 6

Aspek Biokimia Kulit dan Jaringan Penunjang

Karina Maharani P. (0906487865)

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari ( epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,
kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit ( tela subkutanea,
hipodermis atau subkutis).1 Pada LTM ini saya akan menjelaskan aspek biokimia dari tiap – tiap
lapisan tersebut.

A. EPIDERMIS1,2
Pada epidermis, keratin adalah senyawa kimia yang sangat penting dimana 4 lapisannya berperan
dalam pembentukannya. Empat
heliks lapisan tersebut yaitu lapisan
N CO korneum, lapisan granulosa,
H OH lapisan spinosum, dan lapisan
2 basalis. Keratin merupakan
Domain non Sekuens non Domain non filamen intermediet yang tersusun
heliks heliks heliks atas polipeptida alfaheliks yang
panjang dan diselingi segmen
pendek non heliks. Ada dua tipe
Keratin tipe I
keratin yaitu tipe I (acidic) dan
N CO tipe II (basic). Tiap – tiap tipe
H OH memiliki 15 varian yang berbeda.
2 Struktur dasar keratin berbentuk
N C
H O heterodimer, dengan polipeptida
2 Keratin tipe II O tipe I membentuk coiled coil
H dengan polipeptida tipe II nya.
Hubungan antara dua alfa heliks
dibentuk karena adanya ikatan hidrofobik di bagian pinggir rantainya. Benang – benang keratin
umumnya tersusun atas 12 – 24 heterodimer ini dalam susunan yang teratur.
Berbagai jenis keratin diekspresikan pada sel yang berbeda1 :
 Lapisan basal - K14 (tipe I) & K5 (tipe II)
 Lapisan spinosa & granular – K10 (tipe I) & K1 (tipe II)
 Single-layered epithelial cells – K18,19,20 (tipe I) & K7, 8 (tipe II)
 Rambut & kuku – berbagai pasangan keratin lainnya.
Penyusunan filamen keratin dimulai
ketika polipeptida keratin tipe I dan tipe
II yang mengandung ± 310 residu
asam amino membentuk alfa-heliks
(dimer coiled coil) dimana ujung –NH2
membentuk kepala, sedangkan ujung –
COOH membentuk ekornya. Dimer
coiled coil ini kemudian kembali
menyusun diri membentuk dua barisan
dimana dalam tiap barisnya tersusun
anti paralel. Susunan ini akan
membentuk protofilamen keratin.
Selanjutnya, 2 protofilamen akan
berdimer kembali sehingga membentuk
protofibril. Terakhir, 4 protofibril
bergabung membentuk mikrofibril. Mikrofibril inilah yang menjadi sifat struktural dari keratin.2
Keratin kaya akan residu sistein, yang membentuk ikatan disulfida yang dapat mengikat polipetida
yang berdekatan. Selain tipe I dan tipe II, keratin juga diklasifikasikan sebagai “hard” atau “soft”
bergantung pada jumlah ikatan disulfidanya. Hard keratin seperti rambut dan kuku lebih keras
dibandingkan soft keratin seperti kulit karena ikatan disulfida menghambat perubahan pada rantai.
Namun, ikatan disulfida ini dapat berubah jika memaparkan keratin pada agen oksidasi. Hal inilah
yang dijadikan sebagai prinsip pengeritingan dan pelurusan rambut.

B. DERMIS3
- Kolagen
Jumlah kolagen hampir mendekati 25 persen dari jumlah seluruh protein tubuh orang
dewasa. Kolagen terdiri atas 14 jenis yang dibedakan atas dasar bentuk seratnya. Hanya tipe
kolagen I, II, III, V, VI, dan XI yang berbentuk fibriller. Tipe IV kollagen , penyusun utama dari
membran basal, adalah kolagen non-fibriller.
Kolagen tipe I adalah jenis kolagen yang paling melimpah di tubuh. Tipe ini kebanyakan
tersusun atas asam amino yang tidak umum, dengan 33% glisin dan 10% prolin. Tipe ini juga
tersusun atas 0,5% 3-hydroxiproline, 10% 4-hydroxyproline, dan 1% 5-hydroxylysine.
Asam amino terhidroksilasi ini tidak dicetak oleh kode genetik. Oleh karena itu, asam amino
tersebut disintesis post-translasi dari prolin dan lisin.
Kolagen juga memiliki jumlah yang sedikit dari asam amino esensial seperti isoleusin,
fenilalanin/tirosin, dan asam amino sulfur. Oleh karena itu, agar – agar bukanlah sumber yang
baik untuk diet protein.
Kolagen juga tersusun oleh sedikit karbohidrat (glukosa dan galaktosa) yang terikat dengan
hidroksilisin. Jumlah karbohidrat sangat sedikit pada kolagen fibriller, sedangkan cukup besar
pada kolagen non fibriller.
Unit struktural dasar dari kolagen fibriller adalah molekul tropocollagen. Molekul ini terdiri
atas tiga polipeptida yang berpilin. Pada kolagen tipe I, tiga untaian polipetidanya terdiri atas
dua jenis polipetida yang berbeda yaitu rantai α 1(I) dan α2(I) yang masing – masingnya terdiri
atas 1050 asam amino. Polipeptida ini memiliki urutan sekuens asam amino yang tidak biasa,
dengan glisin di setiap posisi ketiga.
Setiap tiga polipeptida dari tropocollagen membentuk heliks poliprolin tipe II. Ini sangat
menyerupai dengan heliks poliprolin sintetis, namun sangat berbeda dengan kelompok protein
alfa-heliks lainnya. Heliks poliprolin berpilin ke arah kiri dengan 3 asam amino tiap putaran.
Selain itu, glisin selalu dapat ditemukan di posisi ketiga dari sekuens asam amino. Tidak seperti
protein famili alfa-heliks, poliprolin heliks tidak distabilkan oleh ikatan hidrogen antara ikatan
peptida, tetapi oleh reaksi tolak menolak antara prolin dan hidroksiprolin.
Ketiga polipeptida helikal ini kemudian saling berpilin ke arah kanan untuk membentuk satu
molekul tropokollagen. Struktur superheliks ini terikat oleh ikatan hidrogen antara ikatan
peptida dari polipeptida yang saling berinteraksi. Interaksi muncul akibat adanya residu glisin di
tiap – tiap polipeptida karena hanya glisin yang cukup kecil untuk mengakibatkan kontak dekat
antara rantai polipeptida. Tropokollagen memiliki panjang 300 nm dan diameter 1,5 nm.
Terakhir, tropokollagen ini akan membentuk fibriller dengan berderet lurus secara paralel.
Fibril kolagen mempunyai kekuatan yang sangat besar. Hal ini dibuktikan 1 mm diameter fibril
dapat menanggung beban 10 kg. Selain itu, kolagen juga tahan lama, dengan life span dari
beberapa minggu (pembuluh darah) sampai beberapa tahun (tulang). Terakhir kolagen juga
tahan terhadap protease umum seperti pepsin dan tripsin, namun dapat didegradasi oleh
kolagenase ekstraseluler.
Sudah dijelaskan sebelumnya jika kolagen akan mengalami proses post-translasi. Polipeptida
yang disintesis di ribosom yang melekat di REK disebut pre-procollagen. Ujung –ujung pre-
procollagen disebut propeptide. Propeptide tidak mengandung baik sekuens asam amino yang
tidak biasa dan struktur triple heliks. Oleh karena itu, untuk menjadi kolagen yang matur
propeptide harus melewati beberapa tahap : (dijelaskan di gambar)
Metabolisme kolagen dapat berubah jika terjadi penuaan dan penyakit. Pada daging hewan
muda biasanya akan terasa empuk, sedangkan daging hewan yang sudah tua akan terasa
keras. Peningkatan kekakuan daging ini menunjukkan peningkatan kekuatan kolagen juga
akibat penambahan jumlah ikatan silang kovalennya. Selain itu, kondisi defisiensi vitamin C
dapat menyebabkan penurunan hidroksilasi prolin dan lisin yang akan mengakibatkan kolagen
mudah mengalami denaturasi pada suhu tubuh. Kondisi ini akan berujung pada pendarahan,
gigi mudah tanggal, luka sukar sembuh, dan ruptur jaringan parut.
- Elastin
Serat elastin berperan untuk mengembalikan jaringan ke keadaan semula setelah mengalami
deformasi mekanik. Serat elastin dari matriks ekstraseluler memiliki dua komponen : bagian
dalam berupa amorf elastin dan selapis mikrofibril mengelilingi elastin.
Elastin mempunyai komposisi asam amino yang spesifik : glisin (31%), proline (11%), alanin
(22%). Pada elastin masih ditemukan sedikit 4-hidroksiprolin, namun tidak dengan hidroksilisin.
Seperti kolagen, elastin mengandung ikatan silang kovalen yang merupakan turunan dari
alilisin. Oleh karena itu, lisil oksidase dibutuhkan untuk sintesis elastin seperti pada kolagen.
Ikatan silang kovalen pada elastin sama dengan kolagen terkecuali desmosine. Setelah
disekresi dari sel residu lisil tertentu mengalami deaminasi oksidatif oleh lisil oksidase
membentuk desmosin (kondensasi 3 molekul aldehid turunan lisil dengan lisil membentuk
tetrafunctional crosslink.
Elastin menunjukkan berbagai konformasi random coil yang memungkinkan elastin dapat
diregang dan kembali ke bentuk semula pada waktu menjalankan fungsinya sebagai jaringan
yang bersifat elastis.
Elastin yang amorf dikelilingi oleh mikrofibril. Mikrofibril yang utama yaitu fibrillin-1, dapat
mengalami defek pada sindrom marfan. Pasien sindrom marfan umumnya memiliki tanda –
tanda badan yang sangat tinggi, ectopia lentis, arachnodactili, dan arteri besar lemah.
Kebanyakan pasien meninggal di pertengahan hidupnya akibat ruptur aorta yang mengalami
dilatasi.

C. MEMBRAN BASALIS3
Membran basalis bukanlah membran biologis yang sebenarnya, namun hanya lapisan pembatas
dengan matriks ekstraseluler. Membran basalis terdiri atas basal lamina yang menghadap sel dan
reticular lamina yang menghadap matriks ektraseluler.
Membran basalis terdiri atas kolagen tipe IV. Kolagen ini terdiri atas heliks triple, namun tidak
dapat membentuk fibril karena triple heliksnya terinterupsi di bagian ke-20. Walaupun tidak
berbentuk fibril, kolagen tipe IV mampu membentuk hubungan dua dimensi yang irreguler di
membran basal.
Membran basalis juga mengandung laminin, glikoprotein dengan tiga polipeptida yang berpilin.
Laminan memiliki tempat pengikatan untuk reseptor integrin, kolagen tipe IV, heparan sulfat
proteoglikan, dan glikoprotein ectatin. Laminin memegang peranan mengikat semua komponen
membran basalis dan memediasi interaksi dengan sel.
Terakhir, membran basalis juga terdiri atas heparan sulfat proteoglikan. Proteoglikan ini
mempengaruhi permeabilitas membran basalis dengan menahan keadaan negatif protein plasma,
sedangkan protein yang bermuatan positif dengan nilai yang sama bisa lewat.

D. MELANIN4,5
Pada manusia, melanin adalah penentu utama dari warna kulit. Melanin juga dapat ditemukan di
rambut, iris, dan stria vaskularis telinga dalam.
Melanin di kulit diproduksi oleh melanosit yang ditemukan di lapisan basal epidermis. Walaupun
jumlah melanosit pada manusia rata – rata sama, melanosit di beberapa individu dan ras tertentu
berbeda dalam mengekspreksikan gen produksi melanin. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
perbedaan warna kulit pada manusia. Pada manusia dengan kasus sedikit ataupun tidak adanya
melanin di tubuhnya disebut albinism. Melanin berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar UV yang
berbahaya karena dapat merusak DNA kulit.
Karena melanin merupakan agregasi molekul yang lebih kecil, melanin memiliki beberapa tipe
dengan proporsi dan ikatan yang berbeda. Ada dua tipe melanin yaitu eumelanin dan pheomelanin
yang ditemukan di kulit manusia dan rambut, namun jumlah eumelanin lebih banyak dibandingkan
pheomelanin.
Polimer eumelanin terdiri dari polimer asam 5,6-dihydroxyindole (DHI) dan 5,6-dihydroxyindole-2-
karboksilat (DHICA). Eumelanin bersifat insoluble dan ditemukan pada rambut, areola, dan kulit, dan
warna rambut (abu-abu, hitam, kuning, dan coklat). Pada manusia, eumelanin lebih banyak pada
orang dengan kulit gelap.
Ada dua jenis eumelanin yaitu eumelanin hitam dan coklat. Eumelanin hitam sebagian besar non-
Eropa dan Eropa usia tua, sedangkan eumelanin coklat di individu muda eropa. Jumlah eumelanin
hitam yang sedikit disertai tidak adanya pigmen lainnya menyebabkan rambut menjadi berwarna abu-
abu. Jumlah eumelanin cokelat yang sedikit disertai tidak adanya pigmen lain menjadi penyebab
warna rambut coklat muda.
Pheomelanin adalah pigmen larut yang juga ditemukan pada rambut dan kulit baik pada manusia
berkulit terang dan gelap. Pheomelanin menimbulkan corak kemerahan sampai kekuningan dan
dengan demikian, ditemukan dalam jumlah besar terutama di rambut merah dan pirang. Pheomelanin
terutama terkonsentrasi di bibir, areola, puting, kelenjar penis, dan vagina. Pheomelanin juga dapat
menjadi karsinogenik saat terkena sinar ultraviolet matahari. Secara kimia, pheomelanin berbeda dari
eumelanin dalam struktur oligomernya karena pada pheomelanin unit benzothiazine lah yang
dihasilkan, bukan DHI dan DHICA, ketika asam amino L-sistein hadir.
Langkah pertama dari jalur biosintesis
baik eumelanin maupun pheomelanin
dikatalisis oleh tirosinase: Tirosin →
dopa → dopaquinone. Dopaquinone
dapat bergabung dengan sistein melalui
dua jalur untuk membentuk
benzothiazines dan pheomelanins.
Dopaquinone sistein → 5-S-
cysteinyldopa → benzothiazine
pheomelanin menengah →
PHEOMELANIN
Dopaquinone sistein → 2-S-
cysteinyldopa → benzothiazine
pheomelanin menengah →
PHEOMELANIN
Atau, dopaquinone dapat dikonversi ke leucodopachrome dan mengikuti dua jalur untuk membentuk
eumelanins. Kedua jalur ini dibantu oleh kerja tirosinase dan Cu2+.
Dopaquinone → leucodopachrome → dopachrome → 5,6-dihydroxyindole-2-asam
karboksilat → kuinon → EUMELANIN
Dopaquinone → leucodopachrome → dopachrome → eumelanin kuinon 5,6-
dihydroxyindole →EUMELANIN
Melanin memiliki sifat – sifat yang khusus. Pertama adalah kestabilan melanin yang sangat baik.
Hal ini dibuktikan pada fosil masih ditemukannya kandungan melanin yang berarti melanin bersifat
nonbiodegradable. Kedua adalah melanin ternyata mengandung unsur radical bebas, tetapi mampu
menyerap radikal bebas. Selain itu, melanin juga mampu menyerap cahaya. Terakhir, melanin dapat
mengikat obat – obatan. Obat – obatan seperti kokain, epinefrin, dopamine, fenotiazin, dan
kloroquine dapat terikat kuat dengan melanin, namun prosesnya masih belum diketahui. Dugaan awal
yang ada adalah karena obat – obatan ini memiliki afinitas elektron yang besar dan mudah dalam
membentuk radikal bebas.
Radiasi ultraviolet memiliki efek terhadap melanogenesis dalam dua bentuk yaitu IPD (Immediate
Pigment Darkening) dan DT (Delayed Stanning). IPD adalah perubahan melanin dan redistribusinya di
kulit secara cepat karena membentuk ‘nuclear caps’ untuk melindungi DNA dalam inti sel terhadap
kerusakan akibat UV. Sedangkan, DT adalah peningkatan pigmentasi secara permanen, namun
berlangsung lama akibat peningkatan aktivitas dan jumlah melanosit.
Ada beberapa perbedaan perubahan ultrastruktural melanosit antara IPD dan DPF. Ketika
melanosit terpapar oleh radiasi UVA, selama IPD juluran dendritik semakin menonjol dan banyak
filamen – filamen tebal serta mikrotubul; peningkatan dopa melanosit; adanya pergerakan
mikrotubul dan filamen dari perinuclear ke ujung – ujung dendritik sambil beriringan dengan
melanosom. Jumlah melanosom mengalami perubahan sementara , dan bentuk nukleus makin
membulat serta ukuran nukleolus semakin besar.
Selama DPF, perubahan terbesar terjadi pada jumlah melanosom baik tak bermelanin maupun
bermelanin. Peningkatan jumlah melanosom secara permanen ini juga menimbulkan peningkatan
jumlah organel – organel seperti badan golgi, ribosom, dan REK. Peningkatan transfer melanin
kepada sel keratinosit juga meningkat yang menyebabkan peningkatan granul melanin di epidermis.
Pada DPF inti menjadi berbentuk multilobus dan nukleolus makin membesar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Meisenberg G, Simmons WH. Principles of Medical Biochemistry.2nd ed.Philadelphia :
Elsevier; 2006.p.220-222.
2. Voet D, Voet J, Pratt C, "PROTEINS: THREE-DIMENSIONAL STRUCTURE", Fundamentals of
Biochemistry, p. 133 - 134, http://biochem118.stanford.edu/Papers/Protein%20Papers/Voet
%26Voet%20chapter6.pdf, retrieved 2010-10-19, "Fibrous proteins are characterized by a
single type of secondary structure: a keratin is a left-handed coil of two a helices"
3. Meisenberg G, Simmons,WH. Principles of Medical Biochemistry.2nd ed.Philadelphia :
Elsevier; 2006.p.233-245.
4. Agar N, Young AR. "Melanogenesis: a photoprotective response to DNA damage?". Mutation
Research.2005;571 (1-2):121 - 132.
5. Sterner JH.Biochemistry and Physiology of The Skin.New York : Oxford University
Press;1983.p.687-701.

You might also like