You are on page 1of 20

BAB I

STATUS PASIEN

Identitas Pasien :
Nama : Ny. SD
Usia : 24 tahun
Nama Suami : Tn. HS
Usia : 25 tahun
Alamat : Simpang Rambutan, Tungkal Ulu
MRS : 27 Desember 2010, jam 21.10 wib

Keluhan Utama : Keluar air-air dari kemaluan sejak ± 6 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os rujukan dari PKM Suban, dengan keterangan G1P0A0 Gravida 40-41 minggu
dengan gagal induksi, partus tak maju dan KPD ± 18 Jam, di puskesmas sudah
diberikan terapi Drip oxitocin dlm RL tetapi tidak didapatkan keterangan jumlah
Kolf drip yang telah diberikan dan tidak didapatkan keterangan mengenai partus
tak maju yang ditegakkan di puskesmas. Os datang dengan keluhan keluar air-air
yang banyak sejak ± 6 hari SMRS, air yang keluar berwarna putih keruh. Os
merasa nyeri di bagian perut yang menjalar ke pinggang. Keluar lendir + darah ±
6 hari SMRS. Riwayat jatuh (-), riwayat koitus (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), PJK (-), Malaria (-)

Riwayat Obstetri :
G1 P0 A0
HPHT : 1 8– 03 – 2010
TP : 25 – 12 – 2010
UK : 40 – 41 minggu

1
Siklus haid 28 hari, lama haid 4-5 hari.
Minum obat-obatan/jamu (-), Merokok (-), Minum alkohol (-), Hewan peliharaan
tidak ada.
Riwayat TT lengkap.
Kenaikan BB selama hamil 4 Kg.

Pemeriksaan Fisik :
TD : 130/80 mmHg Suhu : 36,4 oC
Nadi : 84x/I BB : 49 Kg
RR : 20x/I TB : 155 cm
Mata : cloasma gravidarum (-), konjungtiva anemis -/-, skelra ikterik -/-,
RC +/+
Leher : DBN
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : murmur -, gallop -
Abdomen : inspeksi : striae +
Ekstremitas : oedema (-)

Status Obsterikus :
Leopold I : TFUt : 32 cm, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II : teraba bagian besar (punggung) di kiri, dan bagian kecil
(ekstremitas) di kanan
Leopold III : teraba bagian keras, bulat (presentasi kepala)
Leopold IV : masuk PAP 2/5
DJJ : 170x/i
HIS : 2 x 10’/20”
TBJ : 3255 gram
PD : Portio tipis, Ø 9 cm, ketuban kering, pres.kep, penurunan kepala
HII-III.

2
Pemeriksaaan Penunjang :
Laboratorium : WBC : 13,6 x 103/mm3
RBC : 3,92 x 106/mm3
Hb : 8,8 g/dl
Ht : 26,9 %
PLT : 284.103/mm3

USG :-

Diagnosis :
Ibu : G1 P0 A0, gravida 40-41 minggu, inpartu, Kala 1 fase aktif, dengan KPD ±
+ Gagal induksi + partus tak maju
Bayi : JTH, intra uterin, pres.kep + gawat janin

Prognosis :
Ibu : dubia at bonam
Bayi : dubia at malam

Penatalaksana :
Jam 21.30 Lapor dr. Panggayuh, Sp.OG Advice :
- Tidur miring kiri
- O2 6 liter/ menit
- IVFD Drip defenitip Syntocinon ½ ampul dlm RL 1 kolf 8-40 gtt
- Inj. Cefotaxim 3 x 1 gr
- Tranfusi PRC 1 Kolf Jam 00.00 tranfusi Kolf 1 terpasang
- obs.kemajuan persalinan, HIS, DJJ
- obs KU dan TTV

3
Follow Up :
28-12-2010 Jam 21.30 KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/i, RR : 24x/i, S :
36,2 oC
DJJ : 170x/menit His 3 x 10’/ 20’’
VT : Portio tipis, Ø 9 cm, ketuban kering, pres.kep,
penurunan kepala HII-III
Dx : Inpartu Kala I fase Aktif + gawat janin + gagal
induksi + partus tak maju
Tidur miring kiri
O2 6 liter/ menit
Inj. Cefotaxim 3 x 1 gr
Tranfusi PRC 1 Kolf Jam 00.00 tranfusi Kolf 1 terpasang
obs.kemajuan persalinan, HIS, DJJ
obs KU dan TTV

01.30. KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/i, RR : 24x/i,


S : 36,2 oC
DJJ : 150x/menit His 3 x 10’/ 20’’
VT : Portio tipis, Ø 9 cm, ketuban kering, pres.kep,
penurunan kepala HII-III
Dx : Inpartu Kala I fase Aktif + gagal induksi + partus
tak maju
Obs. HIS, DJJ & Kemajuan persalinan
Drip Kolf 1 habis, lapor dr.panggayuh advice :
sambung drif Kolf II syntocinon 1 ampul dalam RL 1
Kolf 20-40 gtt,
Injeksi antibiotik teruskan
Os menolak di drip, karena tidak tahan sakit, os minta
di SC.
Karena menolak di drip IVFD RL 20 tetes/menit

4
Jam 05.30. KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 84x/i, RR : 24x/i,
S : 36,2 oC
DJJ : 148x/menit His 3 x 10’/ 20’’
VT : Ø 9-10 cm, ketuban kering, pres.kep, penurunan
kepala HII-III
Dx : Inpartu Kala I fase Aktif + gagal induksi + partus
tak maju
Lapor dr. panggayuh, Sp. OG advice :
Tunggu Ø lengkap persalinan pervaginam
Jam 07.00 Os minta di SC karena sudah capek dan tidak punya
tenaga lagi
KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 82x/i, RR : 24x/i,
S : 36,4 oC
DJJ : 148x/menit His 3 x 10’/ 25’’
VT : Ø lengkap, ketuban kering, pres.kep, penurunan
kepala HII-III
Dx : inpartu kala II
Os dipimpin mengedan 5 kali selama 2 jam
Jam 09.15 KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 82x/i, RR : 24x/i,
S : 36,4 oC
DJJ : 148x/menit His 3 x 10’/ 25’’
VT : Ø lengkap, ketuban kering, pres.kep, penurunan
kepala HIII
Dx : Kala II lama
Lapor dr. panggayuh, Sp. OG advice :
Vacum ekstraksi bila kepala turun HIII+
Jam 09.30 KU : sedang, TD : 130/80 mmHg, N : 82x/i, RR : 24x/i,
S : 36,4 oC
DJJ : 150x/menit His 4 x 10’/ 45’’
VT : Ø lengkap, ketuban kering, pres.kep, penurunan
kepala HIII+

5
Dx : Inpartu kala II lama
vacum ekstraksi dimulai oleh dr. Fitri
Jam 09.55 bayi lahir secara vacum, segera menangis JK: Laki-laki,
BBL : 3200 gram, PBL : 50 cm A/S : 7/8 KWH kental,
Kaput (+) Bayi rawat PRT
Injeksi Syntocinon 1 ampul
Jam 10.05 Adanya semburan darah Tiba-tiba, tali pusat
memanjang
Lakukan PTT, Plasenta + selaput janin lahir spontan
lengkap
Injeksi methergin 1 ampul
Jam 10.15 Kontraksi uterus Baik, perineum episiotomi
Hetting perineum HC VIII
IVFD RL + piton 1 ampul + metergin 1 ampul 20
tetes/menit dalam 24 jam
Pasang DC menetap 24 jam
PO : Ciplofloxacine 3x500mg, As.Mefenamat
3x500mg,
Moloco B 12 2x1
2 jam Post Partum Os pindah bangsal

29-12-2010 Jam 09.00 Nyeri Luka jahitan


KU sedang, TD 110/70 mmHg, S : 36ºC N : 80x/menit
Post partum Hari ke 2
Mobilisasi
Kontrol jahitan
Bledder training
Therapi oral teruskan
Os pulang Atas Permintaan Sendiri
Laporan Vacum ekstaksi :
 Ibu ditidurkan di meja gynekologi

6
 Kandung kemih dikosongkan
 Drip Oksitocin 1 ampul 30 tetes/menit
 Dilakukan episiotomi mediolateral, dipasang cup vacum, diberikan
tekanan 0,2 , 0,4 , 1,6 mmH2O cup vacum lepas 1 kali
 Jam 09.55 bayi lahir JK : laki-laki BBL : 3200 gram, PBL : 50 cm, A/S
7/8, KWH, Kaput (+)
 Jam 10.05 plasenta + selaput janin lahir spontan lengkap
 KU ibu post vacum baik
 Therapi :
 IVFD RL + piton 1 ampul + metergin 1 ampul 20 tetes/menit
dalam 24 jam
 Pasang DC menetap 24 jam
 PO : Ciplofloxacine 3x500mg, As.Mefenamat 3x500mg, Moloco B
12 2x1

7
BAB II
ANALISA KASUS

1. Apakah Diagnosis Pasien ini sudah tepat ?


Diagnosis Ketuban Pecah dini pada pasien ini sudah tepat karena :
didapatkan :
 primigravida, ketuban pecah spontan dan diikuti dengan tanda-tanda
persalinan, ketuban pecah ± 6 hari sebelum inpartu, dan ketuban pecah
sebelum pembukaan serviks 3 cm

Dalam Literatur, KPD bila ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada
primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm.2-4

Diagnosis gawat janin pada pasien ini karena DJJ 170x/menit, dari VT : ketuban
kering.

Dalam Literatur Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut
jantung janin yang ab-normal (kurang dari 100 per menit atau lebih dari 160 per
menit. Air ketuban hijau kental.. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban
hijau dan kental/ sedikit.

Diagnosis gagal induksi dan partus tak maju pada kasus ini didasarkan keterangan
dari puskesmas yang merujuk bahwa pasien di puskesmas gagal induksi sudah
diberikan terapi Drip oxitocin dlm RL tetapi tidak didapatkan keterangan jumlah
Kolf drip yang telah diberikan dan tidak didapatkan keterangan mengenai partus
tak maju yang ditegakkan di puskesmas.

8
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat ?
Penatalaksanaan pada pasien ini belum tepat, karena pada kasus ini diberikan
terapi :
- Tidur miring kiri
- O2 6 liter/ menit
- IVFD Drip defenitip Syntocinon ½ ampul dlm RL 1 kolf 8-40 gtt
- Inj. Cefotaxim 3 x 1 gr
- Tranfusi PRC 1 Kolf Jam 00.00 tranfusi Kolf 1 terpasang
- obs.kemajuan persalinan, HIS, DJJ
- obs KU dan TTV

Dari literatur pengelolaan gawat janin adalah1,2,4:


Untuk memperbaiki aliran darah uterus dilakukan :
 Miringkan ibu ke sebelah kiri untuk memperbaiki sirkulasi plasenta
 Hentikan infus oksitosin (bila sedang diberikan) Untuk memperbaiki
hipotensi ibu (setelah pemberiab anastesi epidura) segera berikan infus 1
liter kristaloid (larutan Ringer)
 Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya dinaikkan untuk
meningkatkan aliran darah arteri uterina.
 Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus ubah posisi ibu seperti yang
tersebut diatas
 Beri ibu oksigen dengan kecepatan 6-8 liter/menit
 Perlu kehadiran seorang dokter spesialis anak
 Biasanya resusitasiintrauterine tersebut dilakukan selama 20 menit
 Tergantung pada terpenuhinya syarat-syarat, melahirkan janin dapat
pervaginam ataupun perabdominam.

3. Mengapa terjadi gawat janin ?


Gawat janin terjadi pada kasus ini disebabkan oleh :
 Partus kering, Dari VT didapatkan air ketuban kering

9
Dalam literatur disebutkan : Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena
partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu
diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera
dideteksi dan perlu penanganan segera.

KESIMPULAN
 Diagnosa pasien ini adalah:
G1P0A0 gravida 40-41 minggu inpartu kala I fase aktif dengan KPD +
gagal induksi + partus tak maju, JTH intra uterine preskep + gawat janin
 Diagnosis pasien ini sudah tepat karena
1. KPD : primipara ketuban pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm
2. Gagal Induksi : keterangan dari puskesmas yang merujuk sudah di drip
oksitosin
3. Partus tak maju : Keterangan dari puskesmas yg merujuk
4. Gawat janin : DJJ 170x/menit
 Dari diagnosis di atas seharusnya pada kasus ini dilakukan SC Cyto, pada
karena alasan :
1. Gawat janin
2. Gagal induksi
3. Partus tak maju
 Pada kenyataannya pada pasien ini tidak dilakukan SC Cyto,
kesimpulannya penanganan pada kasus ini tidak tepat.
 Prognosis janin pada kasus ini adalah jelek karena setiap kasus yang harus
ditangani secara cyto menandakan bahwa prognosisnya jelek.

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan
ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan
organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel
amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu
hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5
liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5
liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen
dari seluruh volume dalam tiap jam. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir
kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan,
sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi).1,2
Ada bermacam-macam batasan, teori dan definisi mengenai KPD.
Beberapa penulis mendefinisikan KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan
tidak diikuti tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam
sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang
menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah
sebelum pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang
dari 5 cm.2-4
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :2,4
1. Serviks inkompeten (leher rahim yang lemah), kanalis sevikalis yang
selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,
curetage).
2. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya

11
KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
3. Kelainan letak, misalnya letak lintang, sungsang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.
(Amnionitis/ Korioamnionitis).
6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik).
7. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin.

Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa


yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkakn bayi terlalu
awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai
resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh
karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD ditegakkan
dengan cara :4
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna, keluanya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

12
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini
akan lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum.
pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus
uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuver
valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan,
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dillakaukan kalau KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan darah, yakni leukosit untuk mendeteksi adanya tanda infeksi,
leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3). Cairan
yang keluar dari vagina juga perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan
pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin
juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
b. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah
dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.

13
c. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
d. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.

Beberpa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD


keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin
muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya.4
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan
dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.2,4
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam.4
Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera
diberikan atau ditunggu samapai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi
inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD
dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus
tindakan dapat dikurangi.4

14
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi
semakin kepanjangan (his kurang kuat).
Kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25µg- 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali, bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score

jika > 5 induksi dapat dilakukan,

sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.1,2

Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD :


1. komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia,
atonia), sepsis cepat (karena daerah uterus dan intramnion memiliki
vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.
2. komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.3

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka sarwono


Prawiroharjo. 2008
2. Saifuddin, Abdul Bari, dkk. Ilmu Kebidanan, edisi 4, Cetakan Kedua, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
3. Cunningham FG, Gant F.G, et all, William Manual of Obstetrics, 21 st Edition
Boston, McGraw Hill, 2003.
4. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, Jakarta, EGC, 2004.
5. Smith Joseph.F., Premature Rupture of Membranes, di unduh dari :
http://www.chclibrary.org/micromed/00061770. Di akses pada tanggal 30 juni
2010.

16
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
RahmatNya pula saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini. Adapun penulisan
laporan kasus ini berjudul ”Ketuban Pecah Dini” yang merupakan bagian dari
tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD
Raden Mattaher Jambi..
Ucapan terima kasih saya kepada : dr. Hanif M Noor, Sp. OG selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan hingga terselesaikan penulisan
Laporan Kasus ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan Laporan Kasus ini.
Saya menyadari Laporan Kasus ini masih banyak kekurangan, untuk itu
saya mohon kritik maupun saran yang bersifat membangun. Sebagai penutup
semoga kiranya Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan
kepada dunia kesehatan pada umumnya.
Wasalammualaikum Wr. Wb

Jambi, 4 Januari 2011

Penulis

17
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB LAPORAN KASUS ......................................................................................... 1

BAB II ANALISA KASUS …………………………………………........................ 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

18
LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Pembimbing :

dr. Hanif M Noor, Sp.OG

Oleh :

Afriska Norma Utama, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN OBSTETRI GYNEKOLOGI RSUD RADEN MATTAHER / FK. UNJA

2011

19
20

You might also like