You are on page 1of 6

124

~"") /1 ) L ~: o

Bagasworo P o!i Alii F 1992. Pemeriksaan Renograli

PEMERIKSAAN RENOGRAFI UNTUK MENDETEKSI KEADAAN FUNGSI GINJAL

Bagaswoto Pujomartono, Arif Faisal

Jurusan Ilmu Kedolrteran Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Renal function status can be diagnosed by renography examination. 1-131- hippuran 250 uCi dosis is administered into cubiti vein by bolous injection. The renography curve divided in three phases, vasculair phase (1), accumolation phase (II), and excretion phase (III). Depend on the kidney function the second phase is changing from normal until disappeared. The obstruction of uretery tract makes the third phase rise up.

Key words: Renography. 1-131-hlppuran· Renal function.

PENDAHULUAN

Renografi adalah salah satu alternatif pemeriksaan fungsional untuk mendeteksi keadaan fungsi ginjal secara terpisah satu persatu. Pada pemeriksaan ini digunakan radioaktif I-13l-hippuran yang disuntikkan secara bolus ke dalam vena kubiti dengan dosis kurang lebih 250 uCi. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat SPECT (Single Photon Emitter Computed Tomography). I-131-hippuran akan mengalami filtrasi maupun sekresi di dalam ginjal. Keadaan fungsi ginjal akan direkam dan ditampilkan dalam bentuk kurva yang disebut sebagai renogram atau kurva fungsi ginjal. Adanya kelainan dari fungsi ginjal atau ureter akan merubah bentuk kurva.

TEKNIK PEMERIKSAAN

Pada pemeriksaan renografi posisi penderita dalam ksadaan duduk atau tiduran supine. Detektor diletakkan pada daerah punggung penderita, sedemikian rupa sehingga ginjal kanan kiri, ureter dan kandung kemih masuk dalam lapangan detektor karnera gamma SPECT. Setelah itu disuntikkan hippuran intravena ke dalam vena kubiti bersamaan dengan dihidupkannya tombol occuisition, Dosis I-131-hippuran sebanyak 250 uCi. Pemeriksaan dilakukan selama lebih kurang 20 menit. O'Reilly (1986) membuat suatu protokol pemeriksaan renografi sebagai berikut; (1) dosis I-l31-hippuran disiapkan dalam syringe sebanyak 1 mBq (27 uCL) untuk dosis dewasa, sedangkan untuk anak-anak 0,015 mBq per-Kg berat badan, tetapi tidak kurang dari 0,2 mBq

ISSN0215-1936

Betn« Kedokleran Masyarakar VIII (3) 1992

BagaswOlo P & Arif F 1992, Pemeriksaan Renografi

125

(5 uei.); (2) detektor diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing pulse height analyzer dan highuoltage unit mendapatkan peak count rate; (3) ratemeter dibiarkan konstan selama 3 detik, kemudian diatur pada skala 300 cps, detektor 1 dan 2 (dada dan kandung kemih) dan 1000 cps detektor 3 dan 4 (ginjal kanan kiri); (4) kertas rekorder diatur pada posisi pen pada angka 0 (nol) dan diperiksa fungsinya; (5) dipastikan pasien dalam keadaan hidrasi, dalam cuaca panas diberikan minum 500 ml; (6) pasien diminta mengosongkan kandung kemih dan kemudian pada posisi duduk dengan detektor 3 dan 4 eli daerah ginjal, detektor 1 eli regia infraclavikula dan detektor 2 di daerah vesica urinaria; (7) disuntikkan hippuran dan diperiksa dengan data selama 20 menit; (8) jika dicurigai adanya obstruksi dan kurva naik menerus maka perlu dipertim-bangkan untuk pemberian diuresis; (9) setelah selesai kertas rekorder dimatikan. Kurva renogram yang normal akan menunjukkan adanya 3 fase, yaitu:

(1) Fase I, terlihat laju kenaikan secara tiba-tiba setelah injeksi radiofarrnaka yang menggambarkan radioisotop tersebut mulai masuk ke dalam sistem vaskuler ginjai.

(2) Fase II, terlihat suatu kenaikan yang Iambat bertahapuntuk mencapai maximum count per menit, menunjukkan fase akumulasi radioisotop daJam parenkim ginjal,

(3) Fase III, setelah disekresi dan diakumulasi di dalam parenkim ginjal dimana kemudian tercapai suatu keseimbangan antara radioisotop yang masuk dan yang keluar, selanjutnya akan terjadi eliminasi dan radioisotop ke dalam sistem ekskresi ginjal, pelvokalises ginjal yang selanjutnya masuk ke dalam ureter dan kandung kemih (O'Reilly, 1986; Pujomartono B, 1987).

INDIKASI PEMERIKSAAN RENOGRAFI

N atasuria (197 5) menuliskan bah wa indikasi dari pemeriksaan renografi adalah sebagai berikut; (1) skrining penderitahipertensi yangberusia muda perlu diadakan untuk mengetahui apakah ada kemungkinan kel ai nan fungsi ginjal yang unilateral; (2) pengawasan fungsi ginjal anak-anak atau orang dewasa muda denganinfeksi pada ginjal atau pada saluran ekskresinya, dapat dilakukan dengan mudah dan aman dari tahun ke tahun; (3) skriningpenderita dengan kelainan ginekologik untuk mengetahui adanya kemungkinan kelainan dari fungsi ginjal dan saluran ekskresinya sebelum dan sesudah operasi; (4) dipakai untuk menetapkan fungsi masing-masing ginjal, sebelum diambil tindakan pembedahan untuk koreksi hidronefrosis, pengangkatan batu atau untuk menghilangkan pengambilan ginjal (nefrektomi) atau hanya suatu tindakan konservatif saja; (5) untuk menetapkan ada tidaknya kelainan ginjal dan saluran ekskresinya pada penderita dengan satu ginjal yang radiologik tidak menunjukkan adanya ekskresi serta pada penderita kelainan ginjal menahun; (6) untuk melihat respon fungsi masing-masing ginjal terhadap terapi pembedahan, terapi medikamentosa ataupun terapi penyinaran; (7) untuk melihat reaksi dari ginjal yang ditrans-plantasikan,

KONTRAINDIKASI

Pemeriksaan renografi pada dasarnya tidak terdapat adanya kontraindikasi baik yang absolut maupun yang relatif. Pemeriksaan renografi akan sangat berguna untuk menilai keadaan-keadaan dengan perbedaan fungsi masing-masing ginjal, gagal

Berita Kedokteran Masyarakat VIII (3) 1992

ISSN 0215· 1936

126

Bagaswoto P s Arif F 1992, Pemeriksaan Renografi

ginjal awal, obstruksi saluran kemih, penyakit parenkim dan vaskuler ginjal, adanya refluks ureter dan pada transplantasi ginjal (Andrews & Milne, 1977), Dengan tidak adanya kontraindikasi pemeriksaan ini, maka terdapat beberapa keuntungan yang dikemukakan oleh Andrews & Milne (1977), sebagai berikut; (1) tidak perlu persiapan yang khusus; (2) hanya mernerlukan waktu sskitar 20-30 menit; (3) dapat dilakukan pada penderita rawatjalan atau tidak perlu mondok; (4) dosis radiasi yang relatifkecil; (5) perasaan yang tidak enak yang disebabkan oleh karena tindakan minimal atau bahkan tidak ada; (6) jika dikehendaki perneriksaan ulangan atau kontrol dapat dilakukan dengan aman.

GAMBARANKURVA RENOGRAFI, KASUS DAN PEMBAHASAN

Gambaran kurva renografi dapat bermacam-macarn tergantung pada keadaan fungsi dari masing-masing ginjal yang diperiksa. Hal ini menjadi sangat penting untuk mengetahui keadaan fungsi masing-masing ginjal secara terpisah yang sangat diperlukan untuk menetapkan diagnose dan prognose dari ginjal yang terlibat. Pada individu dengan fungsi masing-rnasing ginjal yang normal, pemeriksaan renografi akan menunjukkan kurva renogram yang tercliri dari 3 fase :

cpm

I = Fasa 1 II = Fasa 11 111= Fase 111

BP,"URYADI,~4TH UH18-4-91

L-KI-- R-KI ·····L·SK ---SBB R-SK -_. BLAD --

KEDOKTERAH HUKLIR R9S~V-

St.}t1Ifffl NY

4111

time

eee~

5 10 15 20 25 30

Gambar. 1, Gambaran kurva renogram yang normal

Fase I, adalah kenaikan yang cepat dan segera setelah penyuntikan radioisotop I -131-hippuran. Fase i ni m enggambarkan besarnya aliran darah ginjal. Fase II, adalah fase akumulasi radioisotop dalam parenkim ginjal, Fase ini naik bertahap sarnpai mencapai titik maksimum (keseimbangan), Hal ini tergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah besamya rata-rata darah yang rnasuk, efisiensi ekstraksi, transit intraluminer dan ekskresinye. Fase III, terjadi setelah titik maksimum tercapai yang kemudian kedalam sistem pelvikalises ginjal, ureter dan kandung kemih (O'Reilly, 1986). Adanya obstruksi saluran kernih baik yang akut maupun yang menahun akan merubah bentuk dari kurva renogram (Rahardjo, 1984). Pada adanya obstruksi yang

ISSN021S·1936

Betit« Kedokreran Masyarakar VIII (3) 1992

BagaswoID P & Arif F 1992. Pemeliksaan Renografi

127

akut ·baik parsial maupun total dimana pada umumnya belum mengakibatkan perubahan dari fungsi ginjal, GFR ataupun sekresi tubuler, maka renogram fase II-nya akan tampak normal (Sukandar dan Masjhur, 1985). Sedangkan obstruksi yang inenahun, apalagi yang diikuti adanya infeksi sekunder maka fungsi ginjal, GFR dan sekresi tubuler akan menurun sehingga rase II renogramnya akan menurun juga.

Gambar. 2. Kurva renogra.fi. kiri baik, fungsi ginjal kiri normal, aktivitas ginjal kiri nermal, fungsi ginjal kanan sangat menurun, aktivitas ginjal kanan menurun sekali.

Fase II renogram kanan rendah sekali, kurva VU normal.

NY.NRRFUAH '.TH UN2a-l-'2

L-ICI-- R-kI -----R-8k ---". L-BIC--' BLAD--

n •

. ~

..... ~... ~:z

• a.33'- S.6)"'

lin

Gambar. 3. Kurva renogram kiri meningkat menerus, tidak ada penurunan Case III.

Fungsi ginjal kiri baik, tanda-tande obstruksi subtotal. Aktivitas ginjal kiri masih tampak baik. Fungsi ginjallmnan sangat menurun, kurva renogram hampir mendatar, aktivitas ginjal kanan tidak jelas. Kurva VU mendatar, aktivitas VU tidakjelaslminimal.

Belila Kedokreran Masyaralcar VIII (3) 1992

ISSN 0215· 1936

128

Bagaswofo P & Arif F 1992, Pemeriksaan Renografi

Jika terjadi obstruksi yang total dan lebih-lebih disertai dengan infeksi dapat menyebabkan kerusakan ginjal dalam beberapa han (Thorn, 1982) sehingga akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang berat sampai menghilangnya fungsi ginjal. Dalam hal fungsi ginjal yang sudah hilang atau tidak adanya fungsi ginjal, maka kurva renogram fase II akan sangat menurun atau sampai menghilang sehingga kurva menjadi tidak lengkap. Setelah fase I, tidak didapatkan kenaikan kurva ke fase II, melainkan kurva mendatar atau langsungmenurun. Jika keduanya terjadi penurunan fungsi ginjal berat yang kemudian terjadi hilangnya fungsi ginjal, maka pad a gambaran renogram tersebut kedua kurva akan mendatar ataupun menurun setelah rnencapai fase I,

SP. IIflHQUN D. ~:HH, UN18-J-Sl2

R-Kl-- L-KI -----R-SIC ---- 7111 L-SK--'lILflD--

RENDDRAII SPEer

KEO NUKLIR RSS YOQ -K D

,.It";ICIO .':. ~ '" "

. "

; ' .. .,~ .

. .

},

"14

Gambar, 4. Kurva renogram kanan kiri setel:ili.fase U mendatar, tidak t~pak adarrya penurunan ke Case III, tanda-tanda obstJ'uksi berat. Aktivitas ginjal baik, fungsi maaih baik, Kurva VU meningkat sangat rendab, aktivitas VU sedikit sekali.

"~I\'~\rJ'wv:l,l . 7JJt;t.tf'~~~)"

R/L-BICO

• ',' . •. I 5 ' I 8Z-FU~~2 , e le, ee'-ll, 33'

Gambar. 5. Fungsi ginjal kanan kiri sudah tidak ada lagi (ginjal kanan kiri non-fungsi).

I

!to 1

111

/SSN0215-1936

Berila Kedokleran Masyarakat VIII (3) 1992

Bagaswolo P & Atit F 1992. Pemeriksaan Renografi

129

RINGKASAN

Kelainan yang terjadi pad a ginjaI baik yang akut ataupun yang menahun dapat mengakibatkan perubahan pada fungsi ginjal dari ringan sampai berat bahkan hilangnya fungsi ginjal. Dengan pemeTiksaan renografi dapat dideteksi adanya penurunan fungsi ginjaI dati ringan, sedang, berat dan tidak adanya fungsi ginjal. Pemeriksaan rsnografi relatif mudah, tanpa persiapan khusus, aman dan jika diperIukan dapat dilakukan pemeriksaan ulangan dengan aman.

KEPUSTAKAAN

Andrews, J.T., Milne, M.J., 1977. Nuclear Medicine, A Wiley Medical Publication, New York, p: 211·213.

Natasuria, L.W., 1975. Renografi, Bagian Ilmu Penyakit DalamRurnah SakitDr. Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung, p:l·21 dan 54-55.

O'Reilly, P.H., Shelds, RA., Tetsa, H.J., 1986Nuclear Medicine in. Urology and Nephrology . 2nd.Ed.

Butterworths, London, p:27-36, 79-80 dan 91-100.

Pcedjomartono, B., FaisaJ, A., Ronohadisasro, S., 1987. Peranan Radiologi Dalarn Mengevaluasi Ginjal Pasca transplantasi.Pertemuan.llmiGhBulananFakultasKedokteran. UGM, Yogya- 0 karla.

Rahardjo, D., 1984. Kemajuan Teknalogi pada Pengobatan Penyakit Batu Ginjal.Majalah Cermin Dunia Kedokteraa No. 32, p:14·17.

Sukandar, E., Masjnur, J .S., 1985. Peranan Renagrali Diuresis untuk Diagnosis Obstruksi Saluran Kemih. Kumpulan Makalah Pertemuan nmiah III PKBNI, Bandung, p:199-206.

Thorn, Adams, Braunwald, Isselbacher, Petersdorf, 1982. Harrison's Principles of Internal Medici. ne, 9th.Ed. Alih Bahasa: Adji Dharma, EGC, Jakarta.

Betit« Kedokleran Masyarakal VIII (3) 1992

ISSN0215·1936

You might also like