You are on page 1of 5

Konjungtiva

Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari

membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung

melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata

yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva

palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva

dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan

limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak

(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.

Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal

secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis

tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri

dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut

terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari

leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian

bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea

(Sihota, 2007).

Universitas Sumatera UtaraBerikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva (Lang,


2006).

Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri

1
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak

vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya – membentuk jaringjaring


vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva

tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan

pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak.

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus

trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. (Riordan-Eva,

2000).

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan

kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata

dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas

lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa

Universitas Sumatera Utaramekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya


jaringan limfoid pada

mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA (Sihota, 2007).

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua

grup besar yaitu (Kanski, 2003):

1. Penghasil musin

a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada

daerah inferonasal.

b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis

superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.

2
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause

dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi

propria.

Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun

karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai

darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain

itu, air mata bukan merupakan medium yang baik (Sihota, 2007).

I. ANATOMI KORNEA

2.4.2. Kornea

Kornea merupakan membran pelindung dan ‘jendela’ yang dilalui berkas

cahaya menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola

mata. Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya.

Perbatasan antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan

adanya sulkus yang dangkal – sulkus sklera). Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu

epitel, substansi propria atau stroma dan endotel. Diantara epitel dan stroma

terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma dan endotel terdapat

membran descemet.

Universitas Sumatera UtaraBerikut adalah gambaran anatominya (Lang, 2006).

Gambar 2.6. Anatomi Kornea

Kornea yang sehat adalah avaskular dan tidak memiliki saluran limfatik.

3
Nutrisi sel kornea didapat melalui difusi dari cairan akueus, kapiler pada limbus,

dan oksigen yang terlarut dalam film prekorneal. Metabolisme kornea cenderung

aerobik dan mampu berfungsi baik secara anaerobik selama enam sampai tujuh

jam. Sel yang bermetabolisme secara aktif adalah endotel, epitel dan sel keratosit

stroma. Oksigen yang menyuplai kornea kebanyakan berasal dari film prekorneal

dengan kontribusi sedikit dari kapiler di limbus dan gradien oksigen. Suplai

glukosa pada kornea 90% berasal dari cairan akueus dan 10% dari kapiler limbus.

Persarafan kornea berasal dari divisi oftalmik nervus trigeminus.

Percabangan nervus ini berasal dari ruang perikoroidal, menembus sklera dan

membentuk pleksus. Pleksus ini akan menyebar secara radier dan kemudian

masuk ke stroma kornea. Serat saraf ini akan kehilangan selaput mielin dan

bergabung membentuk pleksus subepitel kornea. Cabang terminal nervus ini akan

menembus lapisan Bowman, menyebar dan membentuk pleksus intraepitel. Saraf

ujung bebas inilah yang responsif terhadap nyeri dan suhu. Akibat dari banyaknya

persarafan, hal ini menyebabkan kornea sangat sensitif terhadap berbagai stimuli.

Universitas Sumatera UtaraEpitel dan endotel kornea memiliki fungsi untuk menjaga agar cairan
pada

stroma kornea tetap dalam keadaan stabil. Sel- sel pada kedua lapisan ini kaya

akan lipid dan bersifat hidrofobik (sedangkan stroma bersifat hidrofilik) sehingga

solubilitas garam menjadi rendah. Sel epitel memiliki junction complexes yang

mencegah masuknya air mata kedalam kornea atau keluarnya cairan dalam kornea

4
ke film prekorneal. Sel endotel juga memiliki junction complexes namun influks

dari cairan akueus dapat terjadi dengan adanya mekanisme transpor aktif Na-K

ATPase (Sihota, 2007).

You might also like