Professional Documents
Culture Documents
yang ditujukan untuk terowongan dengan penyanggaan menggunakan penyangga baja. Kemudian
klasifikasi dikembangkan untuk penyangga non-baja untuk terowongan, lereng, dan pondasi. 3
pendekatan desain yang biasa digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu: analitik, observasi, dan
empirik. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan menggunakan
metode empiric.
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan secara
cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran, dan
engineering judgement.
Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari hubungan
antara desain galian batu dengan parameter massa batuan. Banyak dari metode-metode tersebut telah
dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal atau bahkan untuk
desain akhir. Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini adalah:
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat, akan tetapi metode ini tidak
memperhitung factor orientasi bidang diskontinu, material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang
dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsep-konsep yang ada sebelumnya. Pada konsep
RSR terdapat klasifikasi kuantitatif dibandingkan dengan Terzaghi yang hanya klasifikasi kulitatif saja.
Pada RSR ini juga terdapat cukup banyak parameter yang terlibat jika dibandingkan dengan RQD yang
hanya melibatkan kualitas inti terambil dari hasil pemboran saja. Pada RSR ini juga terdapat klasifikasi
yang mempunyai data masukan dan data keluaran yang lengkap tidak seperti Lauffer yang hanya
menyajikan data keluaran yang berupa stand-up time dan span.
RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter pembentuknya yang terdiri dari 2
katagori umum, yaitu:
• Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang lemah, sesar, geseran, dan
lipatan, sifat material; pelapukan, dan alterasi.
• Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode penggalian
RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga baja
tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt dan beton.
Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi kedalam daerah struktural yang memiliki
kesamaan sifat berdasarkan 6 parameter di atas dan klasifikasi massa batuan untuk setiap daerah
tersebut dibuat terpisah. Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan
perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan perubahan jenis batuan.
RMR ini dapat digunakan untuk terowongan. lereng, dan pondasi.
6. Q-system
Q-system diperkenalkan oleh Barton et al pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan sebagai:
Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan