Professional Documents
Culture Documents
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu tentang bagaimana membuat
sistem pengendalian dengan menggunakan mikrokontroler, bagaimana merancang PWM
untuk mengatur kecepatan motor DC, serta bagaimana membuat sistem pengendalian suhu
menggunakan sensor LM 35.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu dapat membuat sistem pengendalian dengan
menggunakan mikrokontroler, merancang PWM untuk mengatur kecepatan motor DC, serta
membuat sistem pengendalian suhu menggunakan sensor LM 35
Konfigurasi pin ATMega 8535 dapat dilihat pada gambar 2.2 di atas. Secara
fungsional konfigurasi pin ATMega 8535 terdiri dari VCC, yaitu pin yang berfungsi sebagai
pin masukan catu daya, GND merupakan pin ground, port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O
dua arah dan pin masukan ADC, port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin
fungsi khusus untuk Timer/Counter, komparator analog, dan SPI, port C (PC0..PC7)
merupakan pin I/O dua arah dan pin khusus untuk TWI, komparator analog, dan Timer
Oscilator, port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin khusus untuk
komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial, RESET merupakan pin yang
digunakan untuk me-reset mikrokontroller, XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan
clock eksternal, AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC, serta AREF yang
merupakan pin masukan tegangan referensi ADC[5].
ATmega8535 juga memiliki memori data berupa EEPROM 8-bit sebanyak 512 byte.
Alamat EEPROM dimulai dari $000 sampai $1FF. Status Register merupakan register berisi
status yang dihasilkan pada setiap operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi.
SREG merupakan bagian dari inti CPU mikrokontroller[3].
2.3 Sensor LM 35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah
besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor suhu LM35 yang dipakai
dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National
Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika
dibandingkan dengan sensor suhu yang lain. Selain itu, LM35 juga mempunyai keluaran
impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 Volt, tetapi tegangan yang diberikan ke
sensor adalah sebesar 5 Volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan
ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA. Hal ini berarti LM35
mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat
menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC .
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. Tiga
pin LM35 menunjukkan fungsi masing-masing pin. Fungsi tersebut diantaranya, pin 1
berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai
tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt
dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt.
Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Gambar diatas adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ.
Rangkaian ini sangat sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor yang
terskala linear terhadap suhu terukur, yaitu 10 mV/℃. Jadi jika Vout = 530 mV, maka suhu
terukur adalah 53 ℃. Jika Vout = 320 mV, maka suhu terukur adalah 32 ℃. Tegangan
keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal
seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti
rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter (ADC).
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk melakukan eksperimen atau untuk aplikasi yang
tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna, tetapi tidak untuk aplikasi yang
sesungguhnya. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan suplai diubah-ubah
(dinaikkan atau diturunkan), maka Vout juga ikut berubah. Dibandingkan dengan tingkat
presisi alat, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seharusnya dapat
dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif
tidak ada perubahan, maka alat ukur tersebut tidak dapat digunakan.
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan.
Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan 100°C setara dengan 1
Volt. Sensor ini mempunyai pemanasan diri (self heating) kurang dari 0,1°C, dapat
dioperasikan dengan menggunakan power supply tunggal dan dapat dihubungkan antar muka
(interface) rangkaian control yang sangat mudah.
IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit
(IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini
berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki
koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa jika terdapat kenaikan suhu 1° C maka akan
terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.
IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena
ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat selsius pada temperatur ruang. Jangka
sensor mulai dari – 55°C sampai dengan 150°C. Penggunaan IC LM35 sangat mudah, dapat
difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri
arus 60 μ A dari supplay sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0
°C di dalam suhu ruangan. Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM35 yang
dapat dikalibrasikan langsung dalam C (celcius). LM35 ini difungsikan sebagai basic
temperature sensor.
Keistimewaan yang dimiliki sensor ini dibandingkan dengan sensor suhu yang lain yaitu
kalibrasi dapat dilakukan dalam satuan ℃, linieritas +10 mV/℃, akurasi 0,5℃ pada suhu
ruang, range +2 ℃ - 150 ℃, dapat dioperasikan pada catu daya 4 V – 30 V, serta arus yang
mengalir kurang dari 60 μA.
2.4 Motor DC
Motor arus searah, seperti namanya, menggunakan arus langsung yang tidak langsung
(direct-unidirectional). Motor DC digunakan pada penggunaan khusus yang diperlukan
penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.
Gambar 2.10 memperlihatkan sebuah motor DC yang memiliki tiga komponen utama, yaitu
kutub medan, dinamo, dan commutator.
Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan
perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang
menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua
kutub medan, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi
bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih
komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber
daya dari luar sebagai penyedia struktur medan.
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. Dinamo
yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk
kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-
kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya
berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.
Bagian utama selanjutnya adalah commutator. Komponen ini terutama ditemukan
dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo.
Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.
Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi
kualitas pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan dua cara, yaitu mengatur
tegangan dinamo, karena meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan kecepatan, serta
mengatur arus medan, karena menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.
pers 2)
Keterangan:
E = gaya elektromagnetik yang dikembangkan pada terminal dinamo (Volt)
Φ = flux medan yang berbanding lurus dengan arus medan
N = kecepatan dalam RPM (putaran per menit)
T = torque electromagnetik
Ia = arus dinamo
K = konstanta persamaan
Terlihat pada gambar, bahwa sinyal PWM adalah sinyal digital yang amplitudonya tetap, namun
lebar pulsa yang aktif (duty cycle) per periodenya dapat diubah-ubah. Dimana periodenya adalah
waktu pulsa high (1) Ton ditambah waktu pulsa low (0) Toff.
pers. 3
Duty cycle adalah lamanya pulsa high (1) Ton dalam satu perioda. Jika f(t) adalah sinyal PWM,
maka besar duty cycle-nya adalah :
pers. 4
atau bisa ditulis dengan :
pers. 5
Sehingga
pers. 6
pers. 7
Grafik dibawah ini, menggambarkan beberapa PWM dalam duty cycle yang berbeda.
Gambar 2.12 Grafik sinyal PWM dalam duty cycle yang berbeda[7]
Pada grafik PWM teratas terlihat bahwa sinyal high per periodenya, sangat kecil (hanya 10%).
Pada grafik PWM ditengah terlihat sinyal high-nya hampir sama dengan sinyal low (50%). Dan pada
gambar paling bawah terlihat bahwa sinyal high-nya lebih besar dari sinyal low-nya (90%). Jika
dimisalkan tegangan input yang melalui rangkaian tersebut sebesar 10 V. Maka jika digunakan PWM
teratas, nilai tegangan output rata-ratanya sebesar 1 V (10% dari Vsource), jika digunakan PWM yang
tengah, maka tegangan output rata-ratanya sebesar 5V (50%). Begitu pula jika menggunakan PWM
yang paling bawah, maka tegangan output rata-ratanya sebesar 9V (90%).
Untuk mendapatkan sinyal PWM dari input berupa sinyal analog, dapat dilakukan dengan
membentuk gelombang gigi gergaji atau sinyal segitiga yang diteruskan ke komparator bersama sinyal
aslinya.
Gambar 2.13 Cara mendapatkan sinyal PWM dari masukan sinyal analog[7]
Jika digambarkan dalam bentuk sinyal, maka terlihat seperti dibawah ini :
AT Mega 8535
Minggu ke
No Kegiatan
1 2 3
2 Studi Literatur
7 Finishing
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Bartee, Thomas.,& The Houw Long, Phd,1991, Dasar Komputer Digital, Erlangga.
2. Malvino, Albert Paul & Tjia May On, 1989, Elektronika Komputer Digital :
Pengantar Mikrokomputer, Erlangga.
3. Jan M. Rabaey. “Digital Integrated Circuit: A Design Perspective”. Prentice-Hall,
1996. ISBN 0-13-178609-1.
4. Stephen Brown, Zvonko Vranesic. “Fundamentals of Digital Logic with Verilog
Design”. McGraw-Hill. ISBN 0-07- 282315-1.
5. Pratama, Pramedya,dkk. Perancangan Perangkat Sistem Pengendalian Keamanan
Pintu Rumah Berbasis Pesan Singkat Menggunakan Mikrokontroller ATmega8535.
Semarang. UNDIP
6. http://fahmizaleeits.wordpress.com/2010/07/27/pengaturan-kecepatan-motor-dc-
dengan-mikrokontroler/
7. http://fahmizaleeits.wordpress.com/2010/05/01/aplikasi-pwm-mikrokontroler-
atmega8535/
8. http://www.ari-sty.cz.cc/2010/02/pulse-width-modulation-pwm-pengenalan.html
9. http://extremeelectronics.co.in/avr-tutorials/interfacing-temperature-sensor-lm35/
10. http://shatomedia.com/2008/12/sensor-suhu-lm35/