Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Farmakologi
1
Gambar 1. konfigurasi struktur kortikosteroid dasar 3
2. Golongan II : Potent
• Amcinonide ointment 0,1%
• Betamethasone diproprionate AF cream 0,05%
• Mometasone fuorate ointment 0,1%
• Diflorasone diacetate ointment 0,05%
• Halcinonide cream 0,1%
• Flucinonide gel, ointment, dan cream 0,05%
• Desoximetasone gel, ointment, dan cream 0,25%
4. Golongan IV : Mid-strength
• Fluocinolone acetonide ointment 0,025%
• Flurandrenolide ointment 0,05%
• Fluticasone proprionate cream 0,05%
2
• Hydrocortisone valerate cream 0,2%
• Mometasone fuorate cream 0,1%
• Triamcinolone acetonide cream 0,1%
Dalam penggolongan ini, obat yang sama dapat ditemukan dalam klasifikasi potensi
obat yang berbeda tergantung dari vehikulum yang digunakan.4
Kortikosteroid berdifusi melalui barrier stratum korneum dan melalui membran sel
untuk mencapai sitoplasma keratinosit dan sel-sel lain yang terdapat epidermis dan dermis.
Pada waktu memasuki jaringan, kortikosteroid berdifusi menembus sel membran dan terikat
pada kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak
menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan
sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologis
steroid.2,3
3
dimana lalu bisa menstimulasi atau menghambat transkripsi gen yang berdampingan, dengan
demikian meregulasi proses inflamasi.4
Efek anti-inflamasi
Efek imunosupresif
Efek antiproliferasi
Efek antiprolifrasi kortikosteroid topikal dimediasi oleh inhibisi sintesis dan mitosis
DNA, yang sebagian menjelaskan terapi obat-obat ini pada dermatosis dengan scale.
Aktivitas fibroblas dan pembentukan kolagen juga diinhibisi oleh kortikosteroid topikal.4
Vasokonstriksi
Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk
suatu penyakit kulit. Harus selalu diingat bahwa kortikosteroid bersifat paliatif dan supresif
terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.3
Necrobiosis lipoidica
diabeticum
Sarcoidosis
Insect bites
5
sangat meningkat. Penyerapan kortikosteroid topikal yang berlebihan bisa menekan produksi
kortisol endogen. Akibatnya, penghentian terapi steroid topikal setelah terapi jangka panjang
dapat, walaupun jarang, menyebabkan addisonian crisis. Supresi produksi kortisol yang
kronik juga dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat. Bila terdapat supresi kortisol, maka
anak harus secara perlahan dihentikan pemberian steroidnya untuk mencegah komplikasi ini.4
Pasien usia tua juga memiliki kulit yang tipis, yang memungkinkan peningkatan
penetrasi kortikosteroid topical. Pasien usia tua juga lebih mungkin memiliki pre-existing
atrofi kulit sekunder karena penuaan.4
Dosis
Largo dan Maibach mengobservasi dalam beberapa literature terkini bahwa untuk
kortikosteroid super poten, pemberian satu kali per hari sama manfaatnya dengan pemberian
dua kali per hari. Sama halnya, tidak ada perbedaan atau hanya sedikit perbedaan dengan
pemberian sekali atau dua kali per hari untuk kortikosteroid poten atau poten sedang. Karena
itu, pemberian kortikosteroid topical satu kali per hari lebih dipilih, dapat mengurangi risiko
efek samping, mengurangi biaya pengobatan, dan meningkatkan kepatuhan pasien.4
Sebagai aturan kerja, pemberian kortikosteroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 45
g/minggu untuk kortikosteroid topikal poten atau 100 g/minggu untuk potensi sedang dan
lemah jika absorpsi sistemik dihindari.4
Bentuk potensi tinggi digunakan untuk jangka pendek (2 atau 3 minggu) atau secara
intermiten. Saat control terhadap penyakit sudah dicapai sebagian, penggunaan gabungan
potensi lemah harus dimulai. Pengurangan frekuensi pemakaian (misalnya pemakaian hanya
pada pagi hari, 2 hari sekali, pada akhir pekan) dilakukan ketika control terhadap penyakit
sudah tercapai sebagian. Tetapi penghentian pengobatan tiba-tiba harus dihindari setelah
penggunaan jangka panjang untuk mencegah rebound phenomena.4
Efek Samping
6
Secara umum efek samping dari kortikosteroid topikal termasuk atrofi, striae atrofise,
telangiektasis, purpura, dermatosis akneformis, hipertrikosis setempat, hipopigmentasi,
dermatitis peroral.4,5,6
• Efek Epidermal
1. Penipisan epidermal yang disertai dengan peningkatan aktivitas kinetik dermal, suatu
penurunan ketebalan rata-rata lapisan keratosit, dengan pendataran dari konvulsi
dermo-epidermal. Efek ini bisa dicegah dengan penggunaan tretinoin topikal secara
konkomitan.
2. Inhibisi dari melanosit, suatu keadaan seperti vitiligo, telah ditemukan. Komplikasi ini
muncul pada keadaan oklusi steroid atau injeksi steroid interakutan.
Efek Dermal
Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada substansi dasar. Ini
menyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator dermal yang lemah akan
menyebabkan mudah ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. Pendarahan intradermal yang
terjadi akan menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ini nantinya
akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usia kulit prematur.
• Efek Vaskular
Kesimpulan
Kortikosteroid topikal adalah obat yang dioleskan di kulit pada tempat tertentu
terutama pada beberapa penyakit dermatosis tertentu. Berdasarkan potensi klinisnya
dibedakan ke dalam beberapa golongan yaitu super poten, potensi tinggi, potensi medium,
dan potensi lemah. Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein
dengan menginduksi sintesis protein yang merupakan perantara efek fisiologis steroid.
7
Efek klinis dari kortikosteroid topikal berhubungan dengan empat hal yaitu :
efek anti-inflamasi, anti-proliferasi, immunosupresan, dan vasokontriksi. Efek samping dapat
terjadi apabila penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan serta pada
potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan sangat oklusif. Dapat dibagi beberapa tingkat
yaitu efek epidermal, dermal, dan vaskular. Efek samping lokal yang dapat terjadi meliputi
atrofi, telangiektasis, striae atrofise, purpura, dermatosis acneformis, hipertrikosis setempat,
hipopigmentasi, dan dermatitis perioral.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Lewis V. Topical Corticosteroid, All NetDoctor. [serial online] 2007 Mei [cited 2010
December 29]. [screen 1–5]. Available from URL :
http://www.netdoctor.co.uk/index.html.
4. Valencia I.C, Kerdel F.A. Topical Corticosteroids. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's dermatology in general
medicine. 7th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies Inc; 2008.
p. 2102-6.
6. Nesbitt Jr.L.T. Glucocorticosteroids. In: Bolognia J.L, editor. Dermatology, 2nd ed.
London : Mosby ; 2008. p. 1979 – 83.
9
TUGAS REFRAT
1. Hikmatiar:
10