You are on page 1of 8

RESTORASI GIGI PASCA ENDODONTIK AMALGAM

Restorasi gigi merupakan bagian dari bidang Ilmu Konservasi Gigi yaitu ilmu yang mempelajari penyakit dan kelainan jaringan keras, pulpa, periapeks gigi serta perawatannya. Restorasi gigi tujuannya adalah untuk mengembalikan bentuk anatomi, fungsi pengunyahan, fonetik dan estetik.

GAMBARAN KLINIS DARI RESTORASI AMALGAM Catatan kinerja klinis yang baik dari amalgam gigi bisa dihubungkan dengan kecenderungannya untuk mengurangi kebocoran tepi. Salah satu bahaya terbesar yang berhubungan dengan restorasi gigi adanya kebocoran mikro yang dapat terjadi diantara dinding kavitas dan restorasi. Penetrasi cairan dan debris disekitar tepi bisa jadi merupakan penyebab terbesar kambuhnya karies kembali. Restorasi amalgam yang terbaik hanya bisa memberikan adaptasi yang cukup rapat dengan dinding preparasi kavitas. Untuk alasan ini, vernis kavitas digunakan untuk mengurangi kebocoran yang terjadi disekitar restorasi yang baru. Jika restorasi dilakukan dengan baik, kebocoran akan berkurang sewaktu restorasi sudah lama dalam mulut. Hal ini mungkin terjadi karena hasil korosi yang terbentuk dalam ruang antara gigi dan restorasi, menutup interfase dan karena itu mencegah kebocoran. Keberadaan kalsium dan fosfor serta adanya demineralisasi gigi didekat restorasi amalgam juga menunjukan kemungkinan adanya interaksi biologis pada proses korosi. Kemampuan untuk menutupi kebocoran mikro sama-sama dimiliki oleh amalgam lama yang kadar tembaganya rendah, dan yang baru yang kadar tembaganya tinggi. Bagaimanapun penumpukan hasil korosi lebih lambat pada alloy dengan kandungan tembaga yang tinggi. Beberapa restorasi amalgam harus diganti karena masalah; karies sekunder, fraktur besar, gumpil atau fraktur tepi, dan karat serta korosi yang berlebihan. Ciri-ciri suatu amalgam

tergantung pada sifatnya, yang tergantung pada alloy yang dipilih dan bagaimana manipulasinya. Setelah ditempatkan, amalgam akan terus berubah sebagai suatu hasil dari kelembaban, kontaminasi, korosi, perubahan fase keadaan padat yang lambat dan gaya mekanis. Kekuatan dan ketahanan amalgam ditentukan oleh sejumlah faktor : (1) bahan, (2) dokter gigi dan asistennya, (3) lingkungan pasien. Faktor dominan yang mengendalikan kinerja selama tahap awal restorassi adalah 2 faktor yang pertama. Sejalan dengan berlanjutnya waktu, perbedaan dinamik dari lingkungan mulut pasien satu ke yang lain sangat mempengaruhi variasi kerusakan, khususnya gumpilnya bagian tepi.

DESAIN RESTORASI Prinsip dan konsep Ada 3 prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan lama, yakni : 1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah tidak baik lagi sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan. Sebaiknya, kuspa mungkin perlu di kurangi dan diberi pelindung (capping). Tindakan, secara rutin membuang mahkota dan kemudian

membangunnya kembali pada gigi yang telah dirawat saluran akarnya merupakan cara yang sudah tidak layak lagi. 2. Retensi. Restorasi koronal memperoleh retensinya dari inti dan sisa dentin yang masih ada. Jika intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran akarnya dengan memakai pasak. 3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk memproteksi kuspa yang tidak terdukung supaya bisa menghindari terjadinya fleksur dan fraktur. Restorasi di desain demikian rupa shingga beban fungsional dapat di transmisikan melalui gigi ke jaringan penyangga.

PERENCANAAN RESTORASI DEFINITIF Perencanaan restorasi harus sudah dibuat sebelum perawatan saluran akarnya dimulai. Rencana dapat mengalami modifikasi setelah restorasi yang ada dibuang dan/atau karies diersihkan, setelah akses selesai, atau pada saat perawatan sedang berjalan. Memvisualkan preparasi restorasi jauh sebelumnya akan bisa menghemat jaringan gigi bagi suatu inti. Restorasi Direk Restorasi yang ditambalkan langsung ke dalam kavitas yang telah di preparasi, misalnya amalgam, memang konservatif, tetapi syarat yang harus tetap dipenuhi adalah bahwa restorasi itu dapat mleindungi gigi dari fraktur korona. Indikasi pemakaian restorasi direk adalah : 1. Kehilangan jaringan gigi sebelum dan selama perawatan minimal. Kavitas akses yang konvensional pada gigi dengan lingir tepi yang masih utuh dapat di restorasi tanpa harus di preparasi lebih lanjut lagi. 2. Prognosis yang tidak meyakinkan sehingga yang paling baik adalah memberi restorasi semi permanen yang tahan lama. 3. Mudah dikerjakan dan murah Banyak gigi posterior yang dapat direstorasi dengan amalgam asal kuspa yang tidak terdukungnya dapat dilindungi dengan baik. Suatu tambalan amalgam kelas II konvesional tidak akan bisa memenuhi persyaratan ini dan sebaiknya tidak digunakan. Sebagai pedoman umum kuspa didekat lingir tepi yang hilang harus di onlay dengan amalgam yang cukup ketebalannya, paling sedikit 3-4 mm, agar bisa menahan tekanan oklusal. Pengurangan sebesar ini adalah suatu pengurangan yang signifikan. Premolar biasanya lebih rawan terhadap fraktur dibandingkan dengan molar dan kedua kuspanya harus di onlay jika lingir tepinya terkena. Pada molar, pengonlayan kuspa yang berdekatan dengan lingir tepi yang hilang saja biasanya sudah cukup jika kuspa dan lingir tepi yang tersisa tidak menggaung (undermined). Untuk membantu retensinya, amalgamnya dibuat meluas ke kamar pulpa dan orifis saluran akar. Keuntungan amalgam sebagai restorasi permanen adalah harganya yang jauh lebih murah dan jumlah kunjungannya yang lebih sedikit; umur restorasi amalgam yang besar sama

dengan restorasi tuang. Jika dikemudian hari diindikasikan, amalgam dapat berperan sebagai inti bagi pembuatan suatu restorasi tuang .

KEUNTUNGAN AMALGAM 1. Kuat terhadap tekanan kunyah karena compressive dan tensile strength besar sehingga dapat digunakan untuk gigi posterior. 2. Teknik aplikasi tidak sesensitif resin komposit. 3. Tidak larut dalam cairan mulut. 4. Adaptasi terhadap dinding kavitas relative baik. 5. Mudah dikerjakan dan dipoles dengan baik.

KEKURANGAN AMALGAM 1. Galvanic corrosion : kontak dua jenis logam yang berbeda, diantaranya terdapat elektrolit. Saliva menjadi elektrolit antara amalgam baru dan onlay metal, amalgam baru dan lama. Nyeri yang ditimbulkan tajam, pendek, singkat setelah peletakan amalgam baru. Biasanya membutuhkan pembongkaran. Bila dilanjutkan terjadi korosi lain, pit dan kasar. 2. Tarnish muncul pada permukaan korosi disebabkan oksidasi fase Sn Hg pada low

copper amalgam atau fase Cu pada high copper amalgam. Membentuk lapisan oksida, sulfite, hidriksid. Menyebabkan terjadinya pit dan kekasaran permukaan. 3. Crevice corrosion, menimbulkan pro duk yang mengandung besi dan copper, menumpuk dipermukaan. 4. Corrosion fatigue kebocoran disekitar margin restorasi sebelum bahan ekspansi,

berpenetrasi seperti akar. 5. Creep, perubahan progresif secara permanen, dari amalgam yang sudah setting dibawah tekanan. 6. Tidak sesuai dengan Green Dentistry pelepasan mercury dan cara pembuangan

bahan tambal, nantinya harus diganti resin composite pelepasan merkurinya harus dipertimbangkan dengan suction.

7. Ikatannya makromekanik, pembuangan jaringan ekstensif, jadi tidak minimal interversion. 8. Tidak estetis, warnanya kontras dengan warna gigi 9. Kesuksesannya tergantung dari saat menumpat, carving, dan pemolesan 10. Edge strength yang kecil sehingga lebih mudah mengalami marginal leakage dan akibatnya dapat terjadi korosi. 11. Kurang stabil karena mudah kostraksi dan ekspansi sebelum pengerasan dimulai. 12. Menghantarkan rangsangan temis sehingga perlu basis tambalan.

PENUMPATAN Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penumpatan : 1. Kavitas harus kering 2. Kavitas diberi perlindungan dentin, pulpa, maupun basis dan pernis sesuai indikasinya 3. Menjaga bahaya merkuri yaitu : Mencegah tercecernya merkuri pada waktu manipulasi Segera membersihkan merkuri yang tercecer Menutup botol merkuri dengan rapat Menghindari kotak merkuri dengan kulit Menempatkan merkuri yang tercecer dan sisa amalgam kedalam botl berisi air yang dapat ditutup rapat Lakukan penyemprotan air dan penyedotan ketika membongkar tumpatan amalgam

TAHAP PENUMPATAN 1. Pembersihan kavitas 2. Pemasangan matriks dan baji (wedge) untuk kavitas kelas II 3. Pemberian pelindung dentin : a. Semen fosfat untuk kavitas sedang (1-2mm masuk ke dentin)

b. Ca(OH)2 dan semen fosfat untuk kavitas dalam (>2mm masuk dentin) 4. Triturasi amalgam 5. Kondensasi 6. Pengukiran 7. Penghalusan 8. Pemolesan

PERBAIKAN RESTORASI AMALGAM Bila karies rekuren terjadi disepanjang restorasi yang sudah ada maka biasanya yang paling baik adalah mengangkat restorasi lama dan menggantinya bersama sama dengan lesi yang baru. Perbaikan disepanjang tepi restorasi amalgam yang ada dicoba jika daerah yang terlibat tidak terkena tekanan yang besar. Amalgam yang fraktur sukar diperbaiki dengan sukses jika melibatkan lingir tepi . ini kadang kadang terjadi saat percobaan oklusi dari restorasi yang baru dilakukan. Jika ini terjadi seluruh bagian amalgam, atau bahkan seluruh restorasi, harus dilepas dan dimampatkan ulang. Kesimpulannya, marilah kita menempatkan restorasi amalgam dalam perspektif yang tepat. Resin komposit sekarang sering digunakan dalam restorasi kelas II posterior. Demikian juga, inlay keramik dan onlay menjadi populer pada keadaan tersebut. Prinsip tambahan untuk penggunaan beberapa bahan ini adalah estetisnya yang lebih baik dibandingkan amalgam. Meskipun begitu, ada keuntungan yang pasti dari amalgam. Sensitivitas teknik lebih kecil dibandingkan komposit kelas II. Waktu yang diperlukan untung penempatan lebih singkat, dan ini berakibat biaya yang dibebankan pada pasien lebih kecil. Ketahanan abrasinya baik sekali. Korosi menimbulkan suatu mekanisme untung menahan kebocoran mikro. Ja di, jika estetis bukan faktor utama pada pasien, amalgam tetap dipilih sebagai bahan tumpatan untuk merestorasi kelas II.

Menambal gigi dengan amalgam menyenangkan baik dalam melaksanakan prosedurnya maupun dalam kepuasan yang diperoleh karena telah memberikan pelayanan restorative yang baik untuk seorang pasien.

KONSERVASI GIGI RESTORASI PASCA ENDODONTIK AMALGAM

DISUSUN OLEH KELAS C - KELOMPOK 1

Almenia Salju (2006-11-005) Indry Septy Wulandari (2007-11-123) Nadia Irmalia Putri (2008-11-100) Nidyalini (2008-11-102) Nisa Mudrica (2008-11-103) Nova Permatasari (2008-11-106) Nurliyana binti Amran (2008-11-112) Nurul Dyah Widyawati (2008-11-113) Nurul Nuha binti Mohamad Shofi (2008-11-114) Oshinta Weku (2008-11-115) Priscilla Vesalia (2008-11-116)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA 2011

You might also like