You are on page 1of 36

SISTEM PENCERNAAN

OLEH : KURNIAWATI HESLI PRATIWI 10.2009.238 KELOMPOK B4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 2009


1

Kata Pengantar
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Atas perhatiannya penulis ucapakan limpah terima kasih.

Jakarta, 24 Juli 2010

Penulis

Daftar Isi
Kata pengantar.................................................................................................2 Daftar isi..........................................................................................................3 Pendahuluan....................................................................................................4 Latar belakang.................................................................................................4 Tujuan penulisan.............................................................................................4 Metode penulisan............................................................................................4 Pembahasan.....................................................................................................5 Skenario kasus.................................................................................................5 Identifikasi istilah............................................................................................5 Anatomi pencernaan........................................................................................6 Histologi pencernaan.......................................................................................14 Fungsi sistem pencernaan................................................................................18 Mekanisme pencernaan...................................................................................22 Enzim dan hormon pencernaan.......................................................................27 Penutup............................................................................................................31 Kesimpulan......................................................................................................31 Daftar pustaka..................................................................................................32

BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari mulut sampai anus. Perlu di ketahui bagaimana saluran pencernaan bekerja agar kita tahu cara untuk dapat menjaga pencernaan kita selalu sehat. Melaui saluran pencernaan, manusia bisa menerima dan memanfaatkan makanan yang sudah di makan untuk di proses lebih lanjut dan di gunakan secara maksimal oleh tubuh kita. Untuk lebih jelasnya, kita akan membahasnya di dalam makalah ini.

Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

Untuk mengetahui struktur makroskopik saluran pencernaan Untuk mengetahui struktur mikroskopik saluran pencernaan Untuk mengetahui fungsi dari setiap organ pencernaan Untuk mengetahui mekanisme saluran pencernaan Untuk mengetahui enzim dan hormon apa saja yang bekerja dalam sistem pencernaan

Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode penulisan kepustakaan.

BAB II PEMBAHASAN
Skenario kasus :
Seorang pria 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan keluar darah dari duburnya dan merasa lemas. Keluhan tersebut dialaminya sejak 3 bulan yang lalu. Pasien suka makan yang pedaspedas dan tidak suka makan sayuran sehingga BAB-nya keras dan harus mengedan terlebih dahulu.

Identifikasi Istilah
Tidak ada istilah yang tidak di ketahui

I.

Anatomi saluran pencernaan


Saluran pencernaan makanan secara umum terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut : mulut pharynx (tekak) oesophagus (kerongkongan) ventrikulus/gaster (lambung) usus halus colon (usus besar) anus. A. Mulut (Oris) Secara umum mulut terdiri atas dua bagian yaitu : 1. Bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi. 2. Bagian rongga mulut (bagian dalam), yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maxillaris, pallatum, dan mandibularis. Disebelah belakang bersambung dengan faring. Di mulut ada beberapa bagian yang perlu di ketahui yaitu antara lain : 1. Palatum Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu : a. Palatum durum (palatum keras), yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxillaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum. b. Palatum mole (palatum lunak), terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. 2. Rongga mulut a. Gigi Manusia memiliki 2 susunan gigi yaitu gigi primer dan gigi sekunder.
6

Gigi primer, di mulai dari ruang diantara dua gigi depan yang terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar), dan untuk total keseluruhan 20 gigi.

Gigi sekunder, terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bicuspid) dan tiga geraham (tricuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.

Juga gigi ada 2 (dua) macam, yaitu : Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan Gigi tetap (gigi permanen), tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah b. Lidah Lidah terdiri dari otot serat lintang dan di lapisi oleh selaput lendir, diletakkan pada frenulum lingua. Dibagian belakang lidah terdapat epiglotis. 3. Kelenjar ludah Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah (saliva) dihasilkan didalam rongga mulut, yang disarafi oleh saraf-saraf tak sadar (involunter). Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu : a. Kelenjar parotis, letaknya di bawah depan dari telinga diantara processus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. b. Kelenjar sub maxillaris (sub mandibular), terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulun lingua. Ukuran kurang lebih sebesar kacang kenari.
c. Kelenjar sub lingualis, letaknya di bawah selaput lendir dasar rongga mulut

bermuara didasar rongga mulut.1

B. Faring Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (oesophagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit. Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, yang letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan nafas dan didepan dari ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglotis lateral melalui recessus piriformis masuk ke oesophagus tanpa membahayakan jalan udara.1

C. Oesophagus Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjang sekitar 9 sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2,54 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Oesophagus berawal pada area laringofaring, melewati diaphragma dan hiatus oesophagus. Oesophagus terletak di belakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui toraks menembus diaphragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.1-3

D. Lambung Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri yang berhubungan dengan oesophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diaphragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri. Lambung terbagi menjadi beberapa regio, yaitu : 1. Fundus ventikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri dari osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas. 2. Korpus ventrikuli, setinggi ostium kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
9

3. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang

tebal membentuk sphincter pylorus.


4. Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari ostium

kardiak sampai ke pylorus. 5. Kurvatura major, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura major sampai ke limfa.
6. Osteum kardiakum, merupakan tempat di mana oesophagus bagian abdomen

masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pylorik.1-3

E. Usus halus Adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan tuba terlilit yang merentang dari sphincter pylorus sampai katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Susunan usus halus : 1. Duodenum organ ini disebut juga usus 12 jari panjangnya 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas yang menghasilkan amilase. Duodenum merupakan bagian yang terpendek dari usus halus. 2. Jejunum Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya kurang lebih 1-1,5 m.

10

3. Ileum Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang 2-2,5 m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium (penggantung usus). Ujung bawah ileum berhubungan dengan caecum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini di perkuat oleh sphincter, ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini.2,3

F. Hati (Hepar) Organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1500 kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diaphragma. Hepar terletak di quadran kanan atas abdomen, di bawah diaphragma dan terlindungi oleh tulang rusuk (costae), sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati menerima darah dari teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien vena porta hepatica. 1. Pembagian hati Hati di bagi atas 2 lapisan utama, yaitu : a. Permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diaphragma. b. Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fissura transversus dan fissura longitudinal yang memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi 4 bagian yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
11

2. Pembuluh darah pada hati Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu : a. Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan memberi 80% darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100% masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena hepatica.
b. Vena porta, yang terbentuk dari lienalis dan vena mesenterika superior

menghantarkan 20% darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah di ambil oleh limfe dan usus. Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh darah halus berjalan di antara lobulus hati disebut vena interlobuler.2

G. Kantung Empedu Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot, letaknya dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm berisi 60 cm3. Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan kiri. Ductus hepatica menyatu untuk membentuk ductus hepatica communis yang kemudian menyatu dengan ductus sisticus dari kantung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu communis. Duktus empedu communis bersama dengan duktus pancreas bermuara di duodenum atau di alihkan untuk penyimpangan di kantung empedu.1,4 H. Pancreas

12

Pancreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik kurvatura besar lambung. Pancreas juga memiliki kelenjar, yang di sebut kelenjar pancreas. Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limfa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebra lumbalis I dan II di belakang lambung.1 I. Usus Besar Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan. Panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apendics apeploica. Serabut otot longitudinal dalam muskulus externa membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik colon menjadi kantong-kantong besar yang disebut haustra. Di bagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik, sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total aliran sebanyak 500 ml/hari. Usus besar terdiri dari caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, colon sigmoid, rectum dan canalis ani serta sphincter ani.1-3 J. Peritonium Merupakan membran tipis, halus, dan lembab pada rongga abdomen dan menutupi organ-organ abdomen serta terdiri dari membran serosa rangkap. Peritoneum terbagi menjadi dua yaiu : 1. Peritoneum parietalis, yang melapisi dinding rongga abdomen. 2. Peritoneum visceralis, yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat di antara dua lapisan ini disebut ruang peritonial atau kantung peritonium. Pada laki-laki berupa kantung tertutup dan pada perempuan berupa saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritonium. Didalam perotonium banyak terdapat lipatan atau kantung. Lipatan besar (omentum major) banyak terdapat lemak yang terdapat di sebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum
13

minus) meliputi hati, kurvatura minor dan lambung berjalan ke atas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus.1,4 K. Rectum Panjangnya 12-15 cm. rectum merupakan lanjutan dari colon sigmoideum yang memanjang dari vertebra S3 sampai anus. Setinggi vertebra S3 taenia colon sigmoideum berubah menjadi lapisan otot polos longitudinal dan appendices epiploica menghilang. Lengkung pada rectum: 1. Pada bidang sagital : a. Flexura sacralissesuai dengan lengkung os sacrum. b. Flexura perinealis : Cembung ke depan sesuai dengan os. Coccygeus Letaknya 4cm dari anus

2. Pada bidang frontal : a. Cembung keatas : setinggi vertebrae S3-4 b. Cembung kekiri: setinggi articulation sacro coccygeus Bagian-bagian rectum berdasarkan bentuknya: Pars ampularis recti (bagian yang melebar) Pars analis recti (bagian yang menyempit/ pendek)

Hubungan rectum dengan peritoneum: 1/3 proximal : tertutup peritoneum (bagian anterior dan lateral) 1/3 tengah : sebagian tengah tertutup oleh peritoneum 1/3 distal: tidak tertutup peritoneum

Pendarahan 1. Arteri - A.rectalis superior


14

Arteri ini merupakan cabang dari a.mesenterica inferior yang berfungsi untuk memperdarahi rectum bagian proximal. - A.rectalis media Merupakan cabang dari a.vesicalis inferior/a. iliaca interna dan berfungsi untuk memperdarahi rectum bagian tengah dan distal dan canalis analis. - A.rectalis inferior Arteri ini merupakan cabang dari a.pudenda interna yang keluar dari canalis pundendali (alcock) melalui fossa ischiorectalis. Arteri ini berfungsi untuk memperdarahi otot dan kulit sekitar anus. Ketiga arteri di atas akan saling beranatomosis dan membentuk circulasi collateral. 2. Vena Darah dari rectum akan di alirkan melalui: - V. rectalis superiorv.mesenterica inferior
- V. rectalis media v.vesicalis inferior v.iliaca interna v.iliaca

communis v.mesenterica inferior - V. rectalis inferior v.iliaca interna v.iliaca communis v.mesenterica inferior Semua darah yang masuk ke dalam v.mesenterica inferior akan di masukkan kedalam v.porta.2

II.

Histologi saluran pencernaan


Sesuai dengan kasus yang kita bahas, permasalahan utama adalah di mulai dari usus halus sampai ke anus. Untuk itu makalah ini akan membahas lebih jelas yang mengarah pada kasus.
A. Duodenum

Tunika mukosa diliputi epitel selapis torak yang mempunyai mikrovil (brush borders). Di antara sel epitel ada sel goblet yang jumlahnya di sini belum begitu
15

banyak. Tunika mukosa membentuk vilus intestinalis yang gemuk-gemuk. Lamina propira terdapat di bawah epitel vilus intestinalis maupun di sekitar kriptus Lieberkuhn. Di dasar kriptus dapat ditemukan sel Paneth, suatu sel berbentuk kerucut dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam sitoplasmanya terdapat granula kasar berwarna merah. Tunika muskularis mukosa tidak ikut membentuk vilus intestinal. Lapisan ini sering terlihat terpenggal-penggal karena ditembusi perluasan massa kelenjar Brunner. Tunika submukosa dipenuhi kelenjar Brunner. Tunika mukosa dan submukosa bersama-sama membentuk plika sirkularis Kerckringi. Artinya, pada stiap plika sirkularis terdapat banyak vilus intestinalis. Pleksus submukosus Meissneri juga dapat ditemukan di sini. Tunika muskularis sirkularis dan longitudinalis, diantaranya terdapat pleksus mienterikus Auerbachi. Tunika adventisia berupa jaringan ikat jarang. Tunika mukosa. Pada pylorus, epitelnya selapis torak dan pada duodenum epitelnya juga selapis torak tetapi sudah mulai terdapat sel goblet di antara sel-sel epitelnya. Pada pylorus terdapat foveola gastrika, sedangkan pada duodenum terdapat vilus intestinali. Pada pylorus terdapat kelenjar pylorus di dalam lamina propria, sedangkan pada duodenum terdapat kriptus Lieberkuhn, berupa kelenjar tubulosa simpleks. Dadang pada lamina propria tampak nodulus limfatikus. Tunika submukosa. Pada pylorus tidak terdapat kelenjar, sedangkan di duodenum dipenuhi kelenjar Brunner yang merupakan kelenjar tubulosa bercabang dan bergelung dan bersifat mukosa. Tunika muskularis. Pada pylorus, tunika muskularis sirkularis tebal,sedangkan di duodenum biasa. Tunika muskularis longitudinalis gambarannya sama padakeduannya. Tunika serosa/adventisia. Sama seperti lambung.5
B. Jejunum

Tunika mukosa jejunum gambarannya mirip duodenum tetapi vilus intestinalisnya lebih langsing dan sel gobletnya lebih banyak. Sel paneth lebih mudah dikenali. Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus Meissneri di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika sirkularis Kerckringi. Tunika muskularis susunannya sama seperti duodenum. Tunika serosa berupa jaringan ikat jarang. C. Ileum

16

Tunika mukosa mirip dengan jejunum, tetapi sel goblet jauh lebih banyak. Di dalam lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus yang membentuk bangunan khusus disebut plaque Peyeri. Kelompokan nodulus limfatikus ini sering terlihat meluas ke dalam tunika submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis mukosa terpenggal-penggal. Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus Meissneri di dalamnya. Di sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkularis Kerckringi tampak lebih pendek disbanding yang terdapat pada duodenum maupun jejunum. Tunika muskularis, gambarannya sama seperti duodenum dan jejunum. Tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat jarang.6,7
D. Apendik vermiformis (Umbai cacing)

Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah epitel selapis torak yang mempunyai sel goblet sangat banyak. Bagian usus ini tidak mempunyai vilus, yang ada hanya kriptus Lieberkuhn saja. Di dalam lamina propria terdapat banyak nodulus limfatikus, memenuhi sekeliling dindingnya. Tunika muskularis mukosa juga dapat dikenali di sini. Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang tanpa kelenjar dan terdapt banyak sebukan limfosit yang berasal dari lamina propria. Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti pada usus lainnya, sekalipun garis tengah appendix kecil. tunika adventisia/serosa organ ini juga sepadan dengan yang lain.7 E. Kolon rectum Tunika mukosa bagian usus besar ini seperti juga usus lainnya dilapisi epitel selapis torak. Usus besar tidak mempunyai vilus. Epitel sebagian besar terdiri atas sel goblet. Kadang-kadang dapat ditemukan nodulus limfatikus di dalam lamina propira. Tunika muskularis mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan tunika submukosa. Tunika submukosa rectum terdiri ada jaringan ikat jarang yang di dalamnya juga dapt ditemukan pleksus Meissneri. Tunika muskularis yang sirkular mempunyai susunan seperti biasa.7
F.

Peralihan rectum anus

17

Tunika mukosa. Peralihan perubahan epitel, dari epitel selapis torak dengan sel goblet menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, yang semakin ke distal dapat dijumpai adanya lapisan tanduk. Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus. Nodule limfatisi dapat ditemuka dalam lapisan ini. Tunika muskularis mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk daerah anus. Lamina propira digantikan oleh dermis. Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang yang menjadi satu dengan jaringan ikat jarang lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhrinya digantikan oleh dermis dan hypodermis. Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rectum menebal membentuk otot sirkular yaitu m. sfingter ani internus. Lapisan otot longitudinal tidak mengalami perubahan. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang.6-8
G. Hepar, Pancreas, dan Vesica Velea

Ketiga organ ini disebut kelenjar besar saluran cerna, yang bersama dengan saluran cerna menjadi bagian dari sistem pencernaan. Hati dan pankreas memang kelenjar dan bahkan kelenjar ganda yaitu eksokrin dan endokrin, tetapi kandung empedu sebenarnya bukan kelenjar, melainkan sebuah kantong tempat menyimpan empedu sementara. Namun demikian kandung empedu tetap dibahas bersama dengan kelenjar besar pencernaan.5
1. Hepar

Dalam mempelajari lobules klasik hati, pada sajian histology biasanya berbentuk polygonal. Sisi bidang ini merupakan batas lobules yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar (jaringan ikat interlobular). Jaringan pembatas lobules ini tidak selalu jelas pada setiap sajian. Pada sajian hati babi, jaringan ini lebih jelas terlihat, tetapi pada sajian hati manusia atau tikus, batas jaringan ini seakan-akan tidak ada jika tidak diamati dengan cermat.5 Perhatikan vena sentralis hepatis, biasanya terletak di tengah lobules. Diluar vena sentralis terdapat deretan sel hati yang tersusun radier mengarah ke jaringan interlobular. Di antara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang nantinya bermuara ke dalam vena sentralis. Muaranya tidak selalu terlihat jelas, karena tidak selalu terpotong. Dinding sinusoid berupa selapis sel endotel yang terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel sinus ini berbentuk gepeng
18

dengan inti yang gepeng juga dan mempunyai kromatin padat. Pada beberapa sajian dapat dilihat sebuah sel dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat, sitoplasma bercabang-cabang dan menempel pada dinging sinusoid di seberangnya. Dalam sitoplasmanya mungkin dapat dilihat benda-benda asing yang telah difagosiot, sel ini disebut sel Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit untuk memastikan bahwa yang terlihat itu benar-benar sel Kupffer. Sel hati berbentuk polygonal dengan inti bulat atau sedikit loncong dan kromatin agak padat. Dapat di temukan sel hati berinti dua. Saluran Herring merupakan saluran empedu atau duktus biliaris intralobuluaris. Letaknya di tepi lobules, dindingnya sebagian dibatasi oleh sel hati dan sebagian lagi oleh epitel selapis kubis. Saluran ini pendek sehingga sering sukar dicari. Dinding dalam jaringan interlobularis heptis, dapat ditemukan duktus biliaris yang dindingnya terdiri atas epitel selapis kubis atatu berlapis kubis tergantung pada besarnya saluran. Pada salah satu sudut jaringan interlobular biasanya dapat ditemukan saluran empedu yaitu duktus biliaris, cabang arteri hepatica atau a. interlobularis hepatis (suatu arteriol) dan cabang vena porta atau v. interlobularis hepatis (suatu venula). Daerah ini disebut segitiga Kiernan yang sebenarnya adalah kolom jaringan ikat yang kurang lebih berbentuk prisma tiga sisi. Karena itu sering juga disebut sebagai kanalis portal atau portal tract. Di sini kadangkadang ditemukan vena yang lebih besar disebut vena sublobularis hepatis.3
2. Vesika Velea

Tunika mukosa organ ini dilapisi epitel selapis torak yang biasanya tidak mempunyai sel goblet. Epitel bersama lamina propria membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina propria terdapat sejumlah bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel yang sama dengan epitel mukosa. Ini adalah potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff. Dinding vesika velea tidak mempunyai tunika muskularis mukosa. Tunika muskularisnya terdiri ats berkas-berkas otot polos yang tidak teratur seperti otot polos pada dinding usus.

19

Tunika serosa/adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati kadnag-kadang dapat dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimenter, disebut duktus aberans Luschka.3
3. Pankreas

Sepintas kelenjari ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda, terdiri atas kelenjar eksokrin yang terpulas lebih gelap dan bagian endokrin yang lebih pucat. Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip dengan kelenjar parotis karena pars terminalisnya berupa asinus. Dalam asinus sering dapat dijumpai sel sentroasinar yang membatasi lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding duktus interlakaris yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil. Saluran ini pada awalnya, dindingnya berupa epitel selapis kubis atau selapis kubis rendah. Duktus sekretorius (intralobular)lebih sedikit jumlahnya daripada yang terdapat dalam kelenjar parotis. Adanya sel sentroasinar dan sedikitnya duktus sekretorius pada kelenjar pancreas dapat digunakan untuk membedakan dari kelenjar parotis.5 Bagian endokrein disebut juga pulau Langerhans, terdiri atas kelompokan sel yang terpulas lebih pucat daripada asinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-seli pulau Langerhans juga lebih kecil daripada asinus. Pada umumnbya sel kelihatan bulat dan dinding selnya tidak mudah dilihat. Di antara sel-sel itu terdapat kapiler darah. Kelompokan sel ini pun tidak mempunyai simpai jaringan ikat yang jelas.

III.

Fungsi saluran pencernaan


Setiap organ dalam sistem pencernaan mempunyai fungsinya masing-masing antara lain :
A. Mulut

Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan dan penerima makanan. Di dalam mulut terdapat :
1. selaput lendir, berfungsi untuk melumasi rongga mulut serta mencerna

karbohidrat menjadi disakarida.


2. Gigi, berfungsi untuk memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi

partikel yang kecil-kecil.


20

3. Lidah, berfungsi untuk menggerakkan makanan saat di kunyah atau di telan.

Selain itu juga untuk pengecepan dan produksi wicara. Di bagian belakang pangkal lidah terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas.1
B. Oesophagus

Merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju ke lambung.1 C. Lambung Lambung mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.

Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh lambung dan getah lambung. Kapasitas lambung normal

peristaltik

memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi dibagian bawah saluran.
2.

Produksi kimus, aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus

(massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan mendorongnya kedalam doudenum.
3.

Digesti protein, lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin

dan asam klorida.


4. Produksi mukus, mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1

mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari sekresinya sendiri.


5. Produksi faktor instrinsik, yaitu glikoprotein yang disekresi sel parietal dan

vitamin B12 yang didapat dari makanan yang di cerna di lambung yang terikat pada faktor instrinsik. Kompleks faktor instrinsik vitamin B12 di bawa ke ileum usus halus, dimana tempat vitamin B12 di absorpsi.
6. Absorpsi, dilambung hanya terjadi absorpsi nutrien sedikit. Beberapa zat yang

diabsorpsi antara lain adalah beberapa obat yang larut lemak (aspirin) dan alkohol diabsorpsi pada dinding lambung serta zat yang larut dalam air terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas.1
21

4. Usus Halus

Fungsi dari usus halus adalah sebagai berikut :


1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-

kapiler darah dan saluran-saluran limfe dengan proses sebagai berikut :


-

Menyerap protein dalam bentuk asam amino, Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakadarida.

2. Secara selektif mengabsorpsi produk digesti dan juga air, garam, dan vitamin. 5. Usus Besar (colon)

Fungsi usus besar antara lain adalah :


1. Menyerap air dan elektrolit 80% smapai 90% dari makanan dan mengubah dari

cairan menjadi massa


2. Tempat tinggal sejumlah bakteri coli, yang mampu mencerna sejumlah kecil

selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh setiap hari
3. Memproduksi vitamin antara lain vitamin K, ribovlafin, dan tiamin serta berbagai

gas
4. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuh-tumbuhan, buah-

buahan dan sayuran hijau.1,10


6. Hati (hepar)

Fungsi hati adalah sebagai berikut :


1. Sekresi -

Hati memproduksi empedu yang dibentuk dalam sistem retikulum

endoplasma yang dialirkan ke empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi lemak
-

Menghasilkan enzim glikogenik yang mengubah glukosa menjadi

glikogen
2. Metabolisme -

Hati berperan serta dalam mempertahankan homeostatik gula darah Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak

kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.


-

dan hasil penguraian protein menghasilkan urea dalam asam amino berlebih dan sisa nitrogen. Hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin.
-

Hati mensitesis lemak dari karbohidrat dan protein


22

3. Penyimpanan -

Hati menyimpan glikogen, lemak, vitamin A, D, E, K, dan zat besi yang

disimpan sebagai feritin, yaitu suatu protein yang mengandung zat besi dan dapat dilepaskan bila zat besi diperlukan.
-

Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan disimpan disuatu

tempat dalam tubuh, dikeluarkannya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan


4. Detoksifikasi -

Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat dan Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk dieksresi dalam empedu

memfagositosis eritrosit dan zat asing yang ada dalam darah


-

dan urin (mendetoksifikasi)


5. Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan masa

kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh sumsum tulang belakang.1
7. Kantung Empedu

Fungsi kantung empedu adalah sebagai berikut :


1. Sebagai persediaan getah empeu dan membuat getah empedu menjadi kental 2. Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari

dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 ml sehari yang digunakan untuk mencerna lemak 80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya
8. Pancreas

Fungsi pancreas adalah :


1. Fungsi eksokrin (asinar), yang membentuk getah pancreas yang berisi enzim-

enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi.
2. Fungsi endokrin (pulau langerhans), sekelompok kecil sel epitelium yang

berbentuk pulau-pulau kecil atau kepulauan langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang mengsekresikan insulin dan glukagon yang langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dibawa ke jaringan tanpa melewati duktus untuk membantu metabolisme karbohidrat.
9. Peritonium

Fungsi peritonium adalah :


1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis

23

2. Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga

peritonium tidak saling bergesekan


3. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding

posterior abdomen
4. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap

infeksi
5. Tempat perlekatan organ-organ ke dinding abdomen posterior dan satu sama

lainnya
6. Memungkinkan pembuluh-pembuluh dan persarafan untuk mencapai organ-

organ tanpa harus dililit oleh lemak dan mengalami penekanan


10. Rectum dan anus

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
IV.

Mekanisme saluran pencernaan


Awal dari pencernaan adalah masuknya makanan ke mulut,di teruskan ke oesophagus,lambung,usus halus,usus besar hingga akhirnya di keluarkan dalam bentuk feses dan urin. Fungsi dari sistem pencernaan ini adalah untuk memindahkan zat gizi atau neutrient, air, elektrolit, dari makanan le lingkungan internal tubuh. Proses pencernaan sendiri melibatkan empat faktor penting yaitu motilitas atau gerakan,sekresi, digesti atau pencernaan serta absorbs atau penyerapan. Pada faktor motilitas atau gerakan terdapat dua jenis gerakan yang penting yaitu gerakan propulsif (mendorong) dan gerakan mencampur. Sekresi pencernaan berupa air, elektrolit, enzim, garam empedu, dan mucus. Dalam proses sekresi di butuhkan energi untuk transport bahan mentah ke sel dan sintesis produk sekretorik oleh reticulum endoplasma. Tiga kategori makanan yang kaya energy yang akan di cerna yaitu karbohidrat,lemak dan protein. Sedangkan pada proses penyerapan hasil pencernaan di salurkan ke darah dan limfe. Pada proses secara mekanik umumnya akan dibahas mastikasi dan menelan. Mastikasi (mengunyah) Proses mastikasi terutama dipernakan oleh gigi. Seperti yang telah kita ketahui gigi sudah dirancang sangat tepat untuk menguyah, dimana gigi anterior (incisivus) bekerja
24

memotong dan gigi posterior (molar) bekerja menggiling. Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan 55 pound pada incisivus dan 200 pound pada molar. Pada umumnya otot-otot penguyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial ke lima (N. trigeminus) dan proses menguyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak. Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecap batang otak akan menimbulkan pergerakkan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala dan korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecap dan penghidu seringkali menimbulkan gerakan menguyah. Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah yang dapat dijelaskan sebagai berikut : adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan penghambat refleks otot mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah turun. Penurunan ini akan menimbulkan refleks regang pada otot-otat rahang bawah yang menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang mengahambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain dan ini terjadi berulang-ulang. Mengunyah sangat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mempunyai membran selulosa yang tidak mudah dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan makanan, hal ini karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan; karena itu kecepatan pencernaan tergantung selurunya bergantung pada total area permukaan yang terpapar dengan sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan hingga menjadi partikel-partikel dengan konsistensi sangat halus akan mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus halus berikutnya.

Proses menelan (deglutisi) Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu

fungsi pernapasan dan menelan. Faring diubah hanya dalam beberapa detik menjadi
25

traktus untuk mendorong masuk makanan. Yang terutama penting adalah respirasi tidak terganggu karean proses menelan. Pada umumnya menelan dapat dibagi manjadi tahap volunter; yang mencetuskan proses menelan, tahap faringeal; yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam oesofagus dan tahap oesophageal; fase involunter lain yang mengangkut makanan dari faring ke lambung. Pusat pengaturan penelanan oleh daerah di medula dan pons bagian bawah. Implus motorik dari pusat menelan ke faring dan esofagus bagian atas dijalarkan secara berturutturut oleh saraf kranial ke-5, ke-9, ke-10 dan ke-12.
-

Tahap volunteer Tahap faringeal Tahap esofageal Relaksasi reseptif dari lambung

Pergerakkan usus halus Pergerakkan usus halus, seperti pergerkkan lainnya dalam traktus gastrointestinal,

dapat dibagi menjadi kontraksi pencampuran dan kontraksi propulsif. - Kontraksi pencampur (kontraksi segmentasi) Bila bagian tertentu usus halus teregang oleh kimus akan menimbulkan kontraksi konsentris lokal dengan jarak interval tertentu sepanjang usus halus dan berlangsung sesaat dalam semenit. Kontraksi ini menimbulkan segmentasi pada usus halus, sepetti di tunjukkan pada Gambar. Artinya, kontraksi membagi usus menjadi segmen-segmen ruang yang mempunyai bentuk rantai sosis. Bila satu rangkaian kontraksi segmentasi berelaksasi, sering timbul satu rangkaian baru, tetapi kontraksi kali ini terjadi terutama pada titik baru di antara kontraksi-kontraksi sebelumnya. Karena itu, kontraksi segmentasi ini memotong kimus sekitar dua sampai tiga kali permenit, dengan cara ini membantu pencampuran makanan dengan sekresi usus halus.6 Kontraksi pencampuran ini diawali oleh sel-sel pemacu usus halus yang menghasilkan gelombang lambat dalam otot polos dan didukung oleh hormon gastrin dan aktivitas saraf intrinsik.
26

- Gerak propulsif Peristaltik dalam usus halus Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Gelombang peristaltik pada usus halus secara normal sangat lemah dan biasanya berhenti sesudah menempuh jarak 3 sampai 5 sentimeter, sehingga pergerakkan maju kimus juga sangat lambat. Rata-rata waktu yang diperlukan kimus dalam perjalan dari pilorus sampai ke katup ileosekal adalah 3 sampai 5 jam. Pengaturan peristaltik Aktivitas usus halus sangat menigkat sesudah makan. Hal ini sebagian disebabkan oleh awal masuknya kimus ke dalam duodenum yang menyebabkan perengangan dinding duodenum dan juga oleh refleks gastroenterik yang dimulai dengan distensi lambung dan diteruskan terutama melalui pleksus mienterikus dari lambung turun di sepanjang dinding usus halus. Fungsi peristaltik dalam usus halus tidak hanya menyababkan pendorongan kimus ke arah katup iloesekal tetapi juga menyebarkan kimus disepanjang mukosa usus. Fungsi katup ileosekal

Fungsi utama katup ileosekal adalah mencegah aliran balik isi fekal dari kolon ke dalam usus halus. Seperti yang ditunjukkan Gambar, katup ileosekal itu sendiri menonjol ke dalam lumen sekum katup. Selain itu, dinding ileum beberapa sentimeter sedikit di atas katup ileosekal mempunyai penebalan otot sirkular yang disebut sfingter ileosekal. Sfingter ini dalam keadaan normal tetap berkontriksi dalam tingkat sedang dan mengosongkan isi ileum ke dalam sekum. Tahanan untuk pengosongan pada katup iloesekal memperlama tinggalnya kimus dalam ileum dan dengan demikian mempermudah absorpsi. Normalnya, hanya 1500 sampai 2000 militer kimus dikosongkan ke dalam sekum setiap harinya. 7 Usus besar
27

dan karena itu tertutup erat bila terbentuk tekanan yang

berlebihan di dalam sekum dan mencoba mendorong isi fekal ke belakang melawan bibir

Usus besar terdiri atas kolon (asendens, transversus, desendens), sigmoid, sekum, apendiks dan rektum. Berikut akan dibahas gerakan-gerakan yang terjadi pada bagianbagian usus halus ini. Gerakan kolon

Fungsi utama kolon adalah 1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat 2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon, ditunjukkan pada Gambar, terutama berhuubungan dengan absorpsi dan setengah bagian distal berhubungan dengan penyimpanan. Karena tidak diperlukan pergerakkan kuat dari dinding kolon untuk fungsi-fungsi ini, maka pergerakkan kolon secara normal sangat lambat. Meskipu lambat, pergerakannya masih punya karakteristik yang serupa dengan pergerakkan usus halus dan sekali lagi dapat dibagi menjadi gerakkan mencampur dan gerakkan mendorong.8 Gerakan mencampur haustrasi Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerakkan segmentasi dalam usus halus, kontriksi-kontriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap kontriksi ini, melibatkan otot sirkular dan otot longitudinal yang berkontraksi bersama memberikan bentuk serupa kantung yang didebut haustrasi. Kontraksi ini sangat lambat, sehingga memungkinkan bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar, sehingga setiap bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar dan cairan serta zat-zat terlarut secara progresif diabsorpsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 militer feses yang dikeluarkan setiap hari. Gerakkan massa (mass movement) Pergerakkan merupakan jenis peristaltik yang termodifikasi dan ditandai dengan serangkaian peristiwa sebagai berikut: pertama, timbul sebuah cincin konstiksi sebagai respon dari tempat yang teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum. Kemudian dengan cepat kolon pada bagian distal cincin konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi sebagai suatu unit, mendorong maju materi feses pada segmen ini. Serangkaian pergerakan masa biasanya menetap selama 10 sampai 30 menit. Lalu meredah dan mungkin muncul setengah hari kemudian. Bila
28

pergerakan sudah mendorong massa feses ke dalam rektum akan terasa keinginan untuk defekasi.7 Pencetus pergerakkan massa oleh refleks gastrokolik dan refleks Pergerakkan sesudah makan dipermudah oleh refleks gastrokolik dan duodenokolik. Refleks ini disebebkan oleh distensi lambung dan duodenum. dijalarkan melalui sistem saraf otonom. Defekasi Bila pergerakkan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum, segera ingin timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan refleks sfingter anus. Pendorongan massa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh kontriksi tonik dari sfingter ani internus dan sfinhter ani eksternus. Sfingter eksternus diatur oleh serabut-serabut saraf dalam nervus pudendus yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis dan karena dibawah pengaruh volunter sehingga dapat dikendalikan secara sadar. Defekasi biasanya ditimbulkan oleh refleks defekasi. Salah satu dari refleks ini adalah refleks intrinstik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam dinding rektum. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gerakkan peristaltik di kolon desenden, sigmoid dan rektum sehingga mendorong feses mendekati anus, sfinter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus; jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar dan berelaksasi secara volunter pada saat yang bersamaan terjadi defekasi.9-11 kedua refleks ini

V.

Enzim dan hormon pencernaan


A. Enzim Macam-macam enzim pencernaan yaitu :
-

Enzim ptyalin
29

Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa.
-

Enzim amylase Kerja enzim amilase yaitu :

Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pankreas.

Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.
-

Enzim maltase di usus dua belas jari, berfungsi memecah sakarida molekulglukosa. Glukosa merupakan

Enzim maltase terdapat molekul maltosa menjadi

sederhana (monosakarida). Molekul glukosa berukuran kecil dan lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.
-

Enzim pepsin oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen.

Enzim pepsin dihasilkan kerja enzim pepsin yaitu :

Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin. Cara

Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitupepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah.
-

Enzim tripsin

Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Cara kerja enzim tripsin yaitu :

30

Asam amino memiliki

molekul

yang

lebih

sederhana

jika

dibanding

molekul pepton. Molekul asam aminoinilah yang diangkut darah dan dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk berbagai kebutuhan sel.
-

Enzim renin oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi

Enzim renin dihasilkan

enzim renin untuk mengendapkan kaseindari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna.
-

Asam khlorida (HCl)

Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering disebut penyakit mag.
-

Cairan empedu

Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel darah merah (erithrosit) yang tua atau telah rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi.
-

Enzim lipase

Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim lipase yaitu :

Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserolyang
31

memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening (limfe). B. Hormon Ada 4 macam hormon pencernaan, yaitu : Hormon Gastrin

Hormon gastrin bersumber dari sel sel G di daerah kelenjar pilorus lambung. Stimulus utamanya untuk sekresi ialah protein di dalam lambung. Hormon gastrin berfungsi untuk merangsang sekresi sel parietal dan sel utama serta meningkat motilitas lambung. Hormon Sekretin

Hormon sekretin bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utamanya untuk sekresi adalah asam di lumen duodenum. Hormon sekretin berfungsi untuk merangsang motilitas ileum, melemaskan sfingter ileosekum, menginduksi gerakan massa di kolon, bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus, serta menghambat pengosongan lambung. Hormon Kolesistokinin

Hormon kolesistokini bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utamanya untuk sekresi adalah nutrien di lumen duodenum, terutama produk lemak dan dengan tingkat yang lebih rendah, dan produk protein. Hormon ini berfungsi untuk menghambat sekresi lambung, Merangsang sekresi empedu kaya NaHCO3 encer oleh sel-sel duktus pankreas, bersifat trofik bagi pankreas eksokrin, menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung, merangsang sekresi enzim-enzim pencernaan oleh sel-sel asinus pankreas dan juga menyebabkan kontraksi kandung empedu. Hormon Gastric inhibitory peptide

Hormon ini bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus utamanya untuk sekresi adalah lemak, endokrinasam, hipertonisitas, glukosa dan peregangan di duodenum. Hormon ini berfungsi untuk menyebabkan relaksasi
32

sfingter oddi, bersifat trofik bagi pankreas eksokrin, dapat menimbulkan perubahan-perubahan adaptif jangka panjang proporsi enzim-enzim pencernaan pankreas, berperan dalam rasa kenyang, menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung, dan merangsang sekresi insulin oleh pankreas.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

33

Dari hasil pembelajaran yang telah kita telaah lebih jauh. Kita dapat menyimpulkan bahwa kerja system pencernaan melibatkan organ,enzim dan kelenjar saliva.

34

Daftar Pustaka
1. 2.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Graha ilmu Wati WW, Kindangen K, Kasim YI. 2010. Buku ajar traktus digestivus. Edisi ke-2. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

3.

Gunardi S. 2009. Anatomi sistem pencernaan. Cetakan ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

4. Wibowo S Daniel. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Grasindo 5. Gunawijaya Arifin Fajar, Kartawiguna Elna. 2009. Penuntun Praktikum Kumpulan Foto Mikroskopik Histologi
6.

Tambanjong J, Wonodirekso S.1990. Buku Ajar Histologi. 5th ed. Jakarta : EGC

7.

Dany Frans dr. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. 10 ed. Jakarta: EGC

8. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi. Cetakan ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti; 2009.
9.

Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. 2nd ed. Jakarta : EGC

10. Ganong .W, F. 1981. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC 11. Silbernagl Stefan, Lang Florian. 2006. Teks dan atlas berwarna patofisiologi. Jakarta : EGC

35

36

You might also like