You are on page 1of 32

PRESENTASI KASUS

Perempuan 37 Tahun dengan Hipertensi Grade II dengan Vertigo


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kardinah

Dokter Pembimbing : dr. Sunarto, Sp.PD Disusun Oleh: Eka Lestari 06711181

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2011

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM STATUS PASIEN UNTUK UJIAN


Untuk Dokter Muda

Nama Dokter Muda NIM Tanggal Presentasi Rumah Sakit Gelombang Periode I. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Pekerjaan Agama Tanggal masuk No RM Ruang II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Pusing Riwayat Penyakit Sekarang : Ny. Kn : Perempuan : 37 tahun

Eka Lestari 06711181 Juni 2011 RSU Kardinah Tegal 2 Mei 2011 25 Juni 2011

Tanda Tangan

: K.Hyamat Kulon Rt04/Rw04 : Ibu Rumah Tangga : Islam : 08 Mei 2011 : 567007 : Menur

Pasien datang ke IGD dengan keluhan pusing. Pusing timbul sejak 2 hari SMRS pada siang hari, pusing dirasakan muter-muter pada seluruh bagian kepala, terus menerus dan tengkuk terasa pegal. Selain itu pasien juga merasakan mual serta muntah, muntah berisi cairan dan makanan yang dimakan oleh pasien namun tidak disertai dengan darah. Nafsu makan dan minum pasien menurun. Badan pasien terasa lemas dan keluar keringat dingin. Sesak nafas dan nyeri dada disangkal oleh pasien. Tidak terdapat keluhan kabur pada mata dan pasien menyangkal adanya bunyi berdengung atau berdenging pada telinga. BAK dan

BAB tidak ada keluhan. Pasien sudah mnum obat pusing yang dibeli di apotik tapi tidak ada perubahan apapun. Saat bangun tidur pagi hari sebelum dibawa ke IGD, pasien mengeluh sakit kepala semakin memberat hingga pasien tidak kuat menahan rasa sakitnya, sehingga oleh keluarga memutuskan membawa pasien ke IGD RSU Kardinah. RPD -

Pasien serta keluarga pasien menyatakan bahwa pasien mempunyai riwayat hipertensi namun jarang kontrol. Riwayat penyakit kencing manis tidak diketahui. tahun yang lalu pasien dirawat karena penyakit hipertensi.

RPK Riwayat keluarga tekanan darah tinggi (+) saudara kandung Riwayat penyakit kencing manis (-) Kebiasaan dan Lingkungan Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok. Pasien jarang berolahraga. Pasien makan 3x sehari dengan lauk seadanya, sering makan yang asin,

pasien dan ayah pasien.

goreng-gorengan dan masakan yang bersantan. III. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum 2. Kesadaran 3. Tanda Vital Tekanan darah Suhu tubuh Frekuensi denyut nadi Frekuensi napas : 210/120 mmHg : 36,8 C : 88x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, equal : 22x/menit : Gelisah : Compos Mentis

BB TB BMI Kesan 4. Status Generalis Kepala

: 56 Kg : 160 cm : 21,87 : normoweight : Bentuk mesochepal, rambut beruban(-), lurus (+), distribusi merata (+), mudah dicabut (-), rontok (-), alopesia (-), kaku kuduk (-), nyeri tengkuk (+).

Mata

: Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (+) dengan diameter 2 mm, alis mata simetris (+), rontok (-), pertumbuhan bulu mata normal, entropion (-), ekstropion (-), sekret (-/-), kelopak mata udem (-), ptosis (-).

Hidung Telinga Mulut

: Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-). : Bentuk daun telinga normal, nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), pendengaran normal, krepitasi (-), sekret (-) : Bibir kering (-), pucat (-), lidah hiperemis (-), kotor (-),tremor (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-), bengkak (-), karies gigi (-), faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-/-) ukuran tonsil T1/T1.

Leher

: Deformitas (-), deviasi trachea (-), tanda inflamasi (-), pembesaran kelenjar limfonodi (-), nyeri tekan (-), JVP 0+2cm H2O, pembesaran tiroid (-).

Thoraks Inspeksi : Dinding dada kanan kiri simetris statis dan dinamis, retraksi supra sternal (-/-), retraksi intercosta (-/-) Paru Anterior dextra Inspeksi : simetris statis dan dinamis sinistra = simetris statis dan dinamis :

Palpasi Perkusi

vocal fremitus (+) :

vocal fremitus (+) vesikuler (+) ronkhi (-) Wheezing (-)

: sonor pada seluruh lapang paru Suara tambahan : ronkhi (-)

paru = sonor pada seluruh lapang =

Auskultasi : Suara Dasar

vesikuler (+) = Wheezing (-) =

Posterior dextra Inspeksi : Palpasi Perkusi : simetris statis dan dinamis vocal fremitus (+) : vesikuler (+) Wheezing (-) Gbr. Paru Bag. Depan = = = = sinistra = simetris statis dan dinamis vocal fremitus (+) vesikuler (+) ronkhi (-) Wheezing (-) paru = sonor pada seluruh lapang

: sonor pada seluruh lapang paru Suara tambahan : ronkhi (-)

Auskultasi : Suara Dasar

Gbr. Paru Bag. Belakang

Jantung Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC 5, 1cm medial dari linea midclavikularis sinistra Palpasi Perkusi : Ictus cordis teraba di SIC 5, 1cm medial dari lnea midclavikularis sinistra, diameter ictus 2cm, kuat angkat (-), trill (-). : Batas kanan Batas kiri Batas atas Kesan : SIC 4, linea parasternalis dextra : SIC 5, linea midclavikula sinistra : SIC 2, linea sternalis sinistra : konfigurasi jantung dalam batas normal

Batas pinggang : SIC 3, linea parasternalis sinistra, kesan cekung

Auskultasi : Suara dasar: SI-SII murni, regular, HR 88 x per menit Mitral Trikuspid Aorta : M1>M2 : T1>T2 : A1<A2

Arteri Pulmonalis : P1<P2 A1>P1, T1<M1, A2>P2, T2>M2, Suara tambahan : bising (-), gallop (-)

Kesan : suara jantung normal, regular, tidak ada suara tambahan Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Inguinal Genitalia Ekstremitas Non Pitting Edem Sianosis Ikterik Kekuatan Otot Klonus Capillary refill Petekie Integumentum : dinding perut flat(+), jaringan parut(-), massa(-), spider nevi(-) : supel (+), nyeri tekan (-), massa (-), ballotemen ginjal (-/-), Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. : timpani (+) di keempat kuadran abdomen, nyeri costovertebra (-/-), pekak sisi (+) normal, pekak alih (-) : tidak dilakukan : tidak dilakukan superior dex/sin -/-/-/5/5 -/<2/<2 -/: turgor kulit baik, edema (-), akral hangat inferior dex/sin -/-/-/5/5 -/<2/<2 -/Auskultasi : bunyi peristaltik (+), frekuensi 20 x/menit

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG 10 Mei 2011 1. Darah Rutin : Pemeriksaan WBC RBC Haemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit LED 1 LED 2 Hasil 7,60 3,95 10,5 33,5 84,4 28,8 33,3 201 6 mm/jam 11 mm/jam Interpretasi N N N N N N N Nilai Normal 4,8 - 10,8 4,2 - 5,4 12 16 37 47 79 99 27 31 33 37 150 450 0 20 0 20

2. Kimia Darah Faal Hepar Pemeriksaan SGOT SGPT Ureum Kreatinin GDS Hasil 24,4 13,2 24,1 1,64 115 Interpretasi N N N N Nilai normal 0 37 0 42 10 50 0,6 1,2 70 110

3. Pemeriksaan laboratorium lainnya Pemeriksaan Kolesterol HDL LDL Trigliserida Uricacid Hasil 165 51 95 95 8,2 Interpretasi N N N N Nilai normal 100 220 0 55 0 150 70 150 3,4 7

V. RESUME ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Perempuan 37 tahun merasakan pusing sejak 2 hari SMRS pada siang hari, pusing dirasa muter-muter pada seluruh bagian kepala terus menerus dan tengkuk terasa pegal. Pasien juga merasa mual terus menerus dan muntah yang berisi cairan dan makanan, nafsu makan dan minum pasien menurun. Badan pasien

terasa lemas dan keluar keringat dingin. Sesak dan nyeri dada disangkal oleh pasien. Tidak terdapat keluhan mata kabur dan telinga berdenging ataupun berdengung. Pasien telah minum obat yang dibeli di apotik tapi tidak ada perubahan. Saat bangun tidur sebelum dibawa ke IGD, pasien mengeluh pusing semakin memberat hingga pasien tidak kuat menahan rasa sakitnya, sehingga keluarga memutuskan membawa pasien ke IGS RSU Kardinah. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 210/120 mmHg. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukan penurunan jumlah eritrosit, penurunan hematokrit dan penurunan hemoglobin serta kenaikan kreatinin. VI. PROBLEM Aktif

Pusing muter-muter Tengkuk terasa pegal Mual Muntah Gelisah Hipertensi grade II (210/160mmHg) Penurunan jumlah eritrosit, hematokrit dan hemoglobin Peningkatan kreatinin dan uricacid

Pasif V. DAFTAR MASALAH Hipertensi grade II Vertigo Hiperurecemia Renal Insufficiency

VI. RENCANA TINDAKAN

1.

Problem I

: Tekanan darah 210/120mmHg, tengkuk terasa pegal : Hipertensi grade II : EKG, Ro Thorak, Profil Lipid, Urinalisis, konsul Sp.Mata : In. lasix 10mg/ml Inj. catapres 0,15 mg/ml Herbeser CD 100 mg Divask 5 mg Angioten 50 mg KSR 2x1 ampul 2x1 ampul/drip 1x1 1x1 1x1 2x1 : Pemeriksaan Vital Sign, evaluasi keadaaan umum.

Assesment IP Diagnosis Terapi


Monitor

Rencana edukasi :

Istirahat, minum obat teratur Penjelasan tentang penyakit hipertensi dan kemungkinan akibat yang dialami jika tidak kontrol tekanan darah secara rutin Penjelasan diit rendah garam 2000 mg natrium/hari Penjelasan olah raga yang disarankan sesuai aktivitas (30 menit/ hari). : Pusing muter-muter, mual, muntah : Vertigo, Konsul Sp.THT dan Sp.Saraf : : Mertigo SR 2x1 Frego 10 mg 1x1 : Pemeriksaan Vital Sign, evaluasi keadaaan umum. : Peningkatan Uricacid : Hiperurecemia : USG Ginjal : 2x1

2.

Problem II

Assesment IP Diagnosis Terapi


Monitor 3. Problem III Assesment

Rencana edukasi : penjelasan tentang penyakit vertigo, hindari stress

IP Diagnosis Terapi

Allopurinol 100mg

Diet rendah purin 9

Monitor

: Keadaan umum, pemeriksaan vital sign, uricacid.

Rencana edukasi :

Istirahat, minum obat teratur Penjelasan diit rendah purin seperti jeroan, cumi, udang, kepiting. : Peningkatan Kreatinin : Renal Insufficiency : USG Ginjal + VU :

4. Problem III Assesment IP Diagnosis Terapi

Inj. Lasix amp x 1

Diet rendah garam 2000 mg natrium/hari : Keadaan umum, pemeriksaan vital sign, kreatinin, ureum.

Diet rendah kalium Monitor Rencana edukasi :


Istirahat, minum obat teratur Penjelasan diit rendah garam, rendah kalium (buah-buahan).

VII. PROGNOSIS : Dubia ad bonam

HIPERTENSI
1. DEFINISI Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal, dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 .

10

2. ETIOLOGI
1.

Hipertensi Primer / esensial Hipertensi primer >90% tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer ini penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Berikut ini beberapa faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah, diantaranya adalah : Genetik (akibat defek pada beberapa gen yang berperan pada pengaturan tekanan darah) Faktor lingkungan (intake garam yang berlebihan, obesitas, pekerjaan, alkoholisme, stresor psikogenik dan tempat tinggal). Merokok Kurangnya aktifitas fisik Diabetes Mellitus Usia Dislipidemia

2.

Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat. Berikut ini penyebab hipertensi sekunder, diantaranya adalah:
Penggunaan estrogen (pil KB dengan estrogen) Pemakaian obat (kortikosteroid, ACTH, sefalosporin, NSAID, cyclosporin,

antidepresan terutama venlafaxine) Penyakit ginjal (pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal, dll)
Kelainan endokrin (penyakit tiroid, paratiroid, hiperaldosteronisme primer)

Kelainan saraf
Kehamilan

11

3. KLASIFIKASI Klasifikasi tekanan darah darah menurut JNC 7 :


Klasifikasi Tekanan Darah Normal Pre Hipertensi Hipertensi Stage 1 Hipertensi Stage 2 Sistolik (mmHg) < 120 120-139 140-159 160 Diastolik (mmHg) < 80 80-89 90-99 100

4.

PATOFISIOLOGI Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara: 1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. 2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. 3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. 4. Asupan garam juga dapat meningkatkan kecenderungan terhadap penyakit hipertensi. Hal ini dapat terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Tetapi pada mekanisme kompensasinya, akibat peninggian kadar garam, mengakibatkan eksresi garam juga meningkat sehingga tercapainya kembali keadaan hemodinamik yang normal.

12

5. Stress psikologik juga berperan dalam meningkatkan tekanan darah, karena menimbulkan stimulasi saraf simpatis yang dapat meningkat tekaan darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Berikut ini adalah mekanisme dalam menimbulkan terjadinya hipertensi :

Adapun gambaran perjalan alamiah Hipertensi Primer yang Tidak Terobati, seperti yang tertera pada gambar di bawah ini : Pre-Hipertensi
Hipertensi Dini

13

Hipertensi Menetap

Tanpa Komplikasi Hipertensi Maligna


Jantung
- hipertrofi - gagal jantung - infark

Dengan Komplikasi
Pembuluh Darah
- aneurisma disekan

Otak
- iskemia - trombosis - perdarahan

Ginjal
- nefrosklerosis - gagal ginjal

5.

MANIFESTASI KLINIS Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi terutama tipe hipertensi esensial/ primer. Gejala yang timbul dapat berbedabeda tergantung pada tingginya tekanan darah. Terkadang hipertensi primer dapat berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung. Biasanya asimtomatik namun dapat juga timbul gejala-gejala seperti: sakit kepala, rasa kaku atau berat di tengkuk, mata berkunang-kunang sulit tidur, lemah, dan mudah lelah.
Hipertensi emergency (darurat) TD > 220/140 dengan terdapat kerusakan organ yang progresif sehingga TD harus diturunkan secara segera max. 1 jam. Pendarahan intra pranial, ombotik CVA atau pendarahan subarakhnoid. Hipertensi ensefalopati. Aorta diseksi akut. Oedema paru akut. Eklampsi. Insufisiensi ginjal akut. Infark miokard akut, angina unstable. Sindroma kelebihan Katekholamin yang lain : Sindrome withdrawal obat anti hipertensi, Cedera kepala, Luka bakar. Hipertensi urgency (mendesak) TD > 180/110 yang tidak disertai oleh kerusakan organ sehingga TD dapat diturunkan dalam jangka waktu 1-24 jam. Hipertensi berat dengan minimal atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada hipertensi emergency. Hipertensi post operasi. Hipertensi tak terkontrol / tanpa diobati pada perioperatif.

14

6.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG).

7.

DIAGNOSIS Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan: 1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi 2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, beratnya penyakit, serta respons terhadap pengobatan 3. Mengidentifikasi adanya faktor resiko kardivaskular yang lain atau penyakit penyerta yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan. Data yang diperoleh untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga meskipun hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada orang tua dugaan terhadap hipertensi primer semakin kuat. Kebiasaan makan makanan yang banyak mengandung garam perlu ditanyakan untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah asupan garam pasa pasien. Pada wanita perlu ditanyakan mengenai riwayat hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsia, riwayat persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi. Keterangan lain yang diperlukan adalah tentang penyakit lain yang diderita seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, serta faktor resiko untuk terjadinya hipertensi seperti merokok, alhokol, faktor stress dan data berat badan. Peningkatan tekanan darah merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi primer. Kemungkinan adanya hipertensi sekunder perlu dipertimbangkan jika dijumpai

15

hipertensi berat pada usia muda atau dijumpai kelainan dalam pemeriksaan urin yang mengarah pada kemungkinan adanya kelainan ginjal. Bruit yang terdengar pada dinding abdomen memperkuat dugaan tersebut. Pemeriksaan penunjang lain yang mungkin diperlukan ialah pemeriksaan laboratorium, misalnya seperti pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan kalium dalam serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan aldosteronisme primer pada pasien hipertensi. Hipokalemia pada pasien yang mendapat pengobatan diuretik perlu diteliti lebih lanjut apakah hipokalemia tersebut disebabkan oleh efek samping diuretik atau oleh kausa lain. Hipertensi sering ditemukan pada pasien diabetes mellitus, kadar glukosa darah juga penting untuk diperiksa. Pemeriksaan urinalisis juga diperlukan karena selain dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit ginjal juga karena proteinuria ditemukan pada hampir separuh pasien. Pemeriksaan lain seperti profil lipid, biakan urin dan pemeriksaan darah perifer diperlukan untuk melengkapi data dalam rangka menegakan diagnosis hipertensi primer. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengikuti perkembangan pengobatan hipertensi karena berbagai obat antihipertensi dapat menimbulkan efek samping. Pemeriksaan elektrokardigram dan foto thoraks dapat memberikan gambaran apakah hipertensi telah berlangsung lama. Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi dengan pemeriksaan tersebut. Resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi ditentukan oleh tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target, serta faktor resiko lain; merokok, dislipidemia dan DM. Berikut ini adalah beberapa faktor resiko Kardiovaskular serta Kerusakan Organ Target Pada Pasien Hipertensi Faktor Resiko Utama
Merokok Dislipidemia Diabetes Melitus Umur >60 tahun

Kerusakan Organ Target


Penyakit jantung - Hipertrofi ventrikel kiri - Angina/riwayat infark miokard - Riwayat revaskularisasi koroner

16

Jenis kelamin (pria dan wanita pasca menopause) Riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga Wanita >65 tahun atau Pria <55 tahun

- Gagal jantung Stroke atau serangan iskemia selintas Nefropati Penyakit arteri perifer Retinopati

8.

PENATALAKSANAAN 1. Pengobatan Non-Farmakologi Pengobatan non-farmakologi yang utama terhadap hipertensi adalah pembatasan garam dalam makanan dan pengawasan berat badan. Pengobatan nonfarmakologi dengan cara tersebut benar-benar bermanfaat bila tekanan darah diastolik antara 90-95 mmHg pada penderita dengan usia 50 tahun yang tidak mempunyai faktor-faktor resiko kardiovaskuler lainnya seperti hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, laki-laki, riwayat keluarga atau adanya kerusakan organ target. Pada hipertensi derajat 1, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Edukasi pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan pasien dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan garam sekitar 2000 mg natrium/hari dianjurkan untuk pengelolaan diet pada kebanyakan penderita hipertensi. 2. Pengobatan Farmakologi Penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 7 :

Klasifikasi Tekanan Darah Normal Pre Hipertensi

Sistolik (mmHg) < 120 120-139

Diastolik (mmHg) < 80 80-89

Perbaikan Pola hidup dianjurkan ya

Terapi Obat awal Tanpa indikasi memaksa Tidak Dengan indikasi memaksa Obat-obatan untuk

17

indikasi obat Diuretik jenis thiazide untuk sebagian besar kasus, Hipertensi grade 1 140-159 90-99 Ya dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB atau kombinasi Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar Hipertensi grade 2 160 100 Ya kasus umumnya diuretik jenis thiazide dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB

indikasi memaksa

Obat-obatan untuk indikasi memaksa

Obat anti hipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, BB, CCB) sesuai kebutuhan

Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas Utama Obat Antihipertensi Menurut ESH :


Kelas Obat Indikasi
Gagal jantung kongestif, usia lanjut, isolated systolic hypertension, ras Afrika Insufisiensi ginjal, gagal jantung kongestif Gagal jantung kongestif, pasca infark miokardium Angina pectoris, pasca infark miokardium, gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia Gagal ginjal, hiperkalemia Asma, penyakit paru obstruktif menahun, AV block (derajat 2 atau 3) Gout Kehamilan

Kontraindikasi Mutlak Tidak Mutlak

Diuretika (Thiazide)

Diuretika (Loop) Diuretika (Anti aldosteron) Penyekat

Penyakit pembuluh darah perifer, intoleransi glukosa, atlit atau pasien yang

18

aktif secara fisik Calcium Antagonist (dihydropiridine) Calcium Antagonist (verapamil, diltiazem) Gagal jantung kongestif, disfungsi Penghambat ACE ventrikel kiri, pasca infark miokardium, non-diabetik nefropati, nefropati DM tipe I, proteinuria Angiotensin II receptor antagonist (AT1blocker) Blocker Nefropati DM tipe 2, mikroalbuminuria diabetik, proteinuria, hipertrofi ventrikel kiri, batuk karena ACEI Hiperplasia prostat (BPH), hiperlipidemia Angina pectoris, aterosklerosis karotis, takikardia supraventrikuler Usia lanjut, isolated systolic hypertension, angina pectoris, penyakit pembuluh darah perifer, aterosklerosis karotis, kehamilan AV block (derajat 2 atau 3), gagal jantung kongestif Takiaritmia, gagal jantung kongestif

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral -

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral -

Hipotensi ortostatis

Gagal jantung kongestif

Bila diagnosa hipertensi emergensi telah ditegakkan maka TD perlu segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. - tentukan penyebab krisis hipertensi - singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis HT - tentukan adanya kerusakan organ sasaran Tentukan TD yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien. 19

- penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD yang didapat. - Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. - TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu. Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
1.

Sodium Nitroprusside : merupakan vasodilator direkuat baik arterial maupun venous. Secara i.v mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 2 dosis 1 6 ug /kg /menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.

2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 5 menit, duration of action 3 5 menit. Dosis : 5 100 ug / menit, secara infus iv. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3.

Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara iv bolus. Onset of action 1 2 menit, efek puncak pada 3 5 menit, duration of action 4 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.

4.

Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 1 jam, i.v : 10 20 menit duration of action : 6 12 jam. Dosis : 10 20 mg i.v

20

bolus : 10 40 mg i.m. Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi dll. 5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 60 menit. Dosis 0,625 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6.

volume

intravaskular.

Efek

samping

refleks

takhikardi,

meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut

Phentolamine (regitine) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 20 mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 2 menit, duration of action 3 10 menit.

7.

Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action : 1 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.

8.

Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 80 mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 10 menit. Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.

9.

Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf simpatis. Dosis : 250 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.

10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelanpelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action 5 10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam

21

atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat. Walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk memberikan obat-obat oral yang cara pemberiannya lebih mudah tetapi pemberian obat parenteral adalah lebih aman. Dengan Sodium nitrotprusside, Nitroglycirine, Trimethaphan TD dapat diturunkan baik secara perlahan maupun cepat sesuai keinginan dengan cara menatur tetesan infus. Demikian juga pemberian labetalol ataupun Diazoxide secara bolus intermitten intravena dapat menyebabkan TD turun bertahap. Bila TD yang diinginkan telah dicapai, injeksi dapat di stop, dan TD naik kembali. Penderita dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit. Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang, tidak terang dan TD diukur kembali dalam 30 menit. Bila TD tetap masih sangat meningkat, maka dapat dimulai pengobatan. Umumnya digunakan obat-obat oral anti hipertensi dalam menggulangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya cukup memuaskan. Obat-obat oral anti hipertensi yang digunakan a.l : 1. Nifedipine : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit).Buccal (onset 5 10 menit),oral (onset 15-20 menit),duration 5 15 menit secara sublingual/buccal). Efek samping : sakit kepala, takhikardi, hipotensi, flushing, hoyong. 2. Clondine : Pemberian secara oral dengan onset 30 60 menit Duration of Action 8-12 jam. Dosis : 0,1-0,2 mg,dijutkan 0,05mg-0,1 mg setiap jam s/d 0,7mg. Efek samping : sedasi,mulut kering.Hindari pemakaian pada 2nd degree atau 3rd degree, heart block, brakardi,sick sinus syndrome.Over dosis dapat diobati dengan tolazoline. 3. Captopril : pemberian secara oral/sublingual. Dosis 25mg dan dapat diulang setiap 30 menit sesuai kebutuhan. Efek samping : angio neurotik oedema, rash, gagal ginjal akut pada penderita bilateral renal arteri sinosis. 4. Prazosin : Pemberian secara oral dengan dosis 1-2mg dan diulang perjam bila perlu.Efek samping : first dosyncope, hiponsi orthostatik, palpitasi, takhikaro sakit kepala. 22

Dengan pemberian Nifedipine ataupun Clonidine oral dicapai penurunan MAP sebanyak 20 % ataupun TD<120 mmHg. Demikian juga Captopril, Prazosin terutama digunakan pada penderita hipertensi urgensi akibat dari peningkatan katekholamine.

VERTIGO
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Benign paroxysmal positional vertigo merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana vertigo terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 1 menit. perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu terjadinya episode vertigo ini. penyakit ini tampaknya disebabkan oleh adanya endapan kalsium di dalam salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam. vertigo jenis ini mengerikan, tetapi tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. tidak disertai hilangnya pendengaran maupun telinga berdenging. Kata vertigo berasal dari Bahasa Latin yaitu vertere yang artinya memutar. Nama ini diberikan kepada orang yang biasanya merasa dunia di sekitarnya berputar sehinggahilang keseimbangan. 23

Pada dasarnya vertigo merupakan keluhan, bukan penyakit. Namun, keluhan ini bisa menjadi pertanda penyakit yang serius. Jadi, sekalipun bukan penyakit, vertigo tidak boleh disepelekan. Vertigo bisa jadi merupakan pertanda penyakit-penyakit seperti tumor otak, hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes mellitus (kencing manis),jantung, dan ginjal. Semakin dini vertigo ditangani akan semakin cepat dapat diatasi. Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti: pandangan gelap rasa lelah dan stamina menurun jantung berdebar hilang keseimbangan tidak mampu berkonsentrasi perasaan seperti mabuk otot terasa sakit mual dan muntah-muntah memori dan daya pikir menurun sensitif pada cahaya terang dan suara berkeringat

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) , dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran) . Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,

24

khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami hal-hal seperti: penglihatan ganda sukar menelan kelumpuhan otot-otot wajah sakit kepala yang parah kesadaran terganggu tidak mampu berkata-kata hilangnya koordinasi mual dan muntah-muntah tubuh terasa lemah

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma di bagiankepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil. Penyebab dan Gejala Keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik, Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat SNOOP. Yang disebut vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain penyebab dari segi fisik,penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo psikogenik.

25

Vertigo sering kali disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di rongga telinga. kemungkinan penyebab vertigo antara lain: Infeksi virus seperti influenza yang menyerang area labirin Infeksi bakteri di telinga bagian tengah Radang sendi di daerah leher Serangan migren Sirkulasi darah yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan aliran darah ke pusat keseimbangan otak menurun Mabuk kendaran Alkohol dan obat-obatan tertentu Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo: Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak. Ada beberapa pengobatan gangguan keseimbangan (pada telinga) selain obat-obat yang diminum, yaitu rehabilitasi/fisioterapi dalam hal ini latihan gerakan kepala dan badan. Ada beberapa latihan yaitu : Canalit Reposition Treatment (CRT) / Epley manouver, Rolling / Barbeque maneuver, Semont Liberatory maneuver dan BrandDarroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri. Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT atau Semont Liberatory, jika masih terasa ada sisa baru dilakukan Brand-Darroff exercise. Latihan CRT / Epley manouver :

26

Keterangan Gambar : Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan keseimbangan / vertigo telinga kiri ) (1), kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putar kepala ke arah kanan ( sebaliknya ) perlahan sampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa vertigo, kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudian ke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang 30 60 detik. Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang. Untuk Rolling / Barbeque maneuver, dilakukan dengan cara berguling sampai 360, mula-mula posisi tiduran kepala menghadap ke atas, jika vertigo kiri, mulai berguling ke kiri ( kepala dan badan ) secara perlahan-lahan, jika timbul vertigo, berhenti dulu tapi jangan balik lagi, sampai hilang, setelah hilang berguling diteruskan, sampai akhirnya kembali ke posisi semula. Latihan Semont Liberatory :

27

Keterangan Gambar : Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh ke kiri, kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6- detik), kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60 detik, baru kembali ke posisi semula. Hal ini dapat dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.

Latihan Brand-Darroff exercise :

Keterangan Gambar : Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing

28

gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali,pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya didapatkan masalah pada pasien ini yaitu hipertensi grade II, vertigo, hiperurecemia, dan insufisiensi renal. Hipertensi grade II karena pada pasien ini tekanan darah 200/120 mmHg sesuai berdasarkan kepustakaan klasifikasi JNC 7 yaitu TD 160 mmHg untuk sistolik dan 100 untuk diastolik termasuk hipertensi grade II. Pada pasien didapatkan faktor resiko terjadinya hipertensi esensial/primer berdasarkan anamnesis terdapat riwayat penyakit keluarga hipertensi pada saudara dan ayah pasien, dari kebiasaan pasien jarang berolahraga dan sering makan makanan yang asin-asin. Pada pasien juga terdapat insufisiensi renal yang ditandai adanya peningkatan kreatinin. Apabila terdapat kelainan fungsi ginjal ini akan mengakibatkan ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh akan meningkat sehingga tekanan darah juga akan meningkat. Untuk menentukan adanya kerusakan organ seperti ginja, mata, otak, jantung dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa,

29

darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG). Pemeriksaan kalium dalam serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan aldosteronisme primer pada pasien hipertensi. Hipokalemia pada pasien yang mendapat pengobatan diuretik perlu diteliti lebih lanjut apakah hipokalemia tersebut disebabkan oleh efek samping diuretik atau oleh kausa lain. Hipertensi sering ditemukan pada pasien diabetes mellitus, kadar glukosa darah juga penting untuk diperiksa. Pada pasien ini terdapat peningkatan kreatinin pertanda adanya gangguan pada ginjal untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan urinalisis untuk melihat apakah ada proteinuria atau silinder untuk menilai adanya glomerulonefritis. Pemeriksaan lain seperti profil lipid, biakan urin dan pemeriksaan darah perifer diperlukan untuk melengkapi data dalam rangka menegakan diagnosis hipertensi primer. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengikuti perkembangan pengobatan hipertensi karena berbagai obat antihipertensi dapat menimbulkan efek samping. Pemeriksaan elektrokardigram dan foto thoraks dapat memberikan gambaran apakah hipertensi telah berlangsung lama. Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi dengan pemeriksaan tersebut. Pada pasien perlu dikonsulkan Sp.Mata untuk dilakukan funduskopi apakah ada retinopati hipertensi atau tidak, selanjutnya konsul Sp.THT dan Sp.Saraf karena pada pasien ini mengeluh pusing muter-muter atau vertigo. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) , dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran) . Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Penatalaksanaan hipertensi pada pasien ini sesuai dengan terapi untuk hipertensi grade II berdasarkan JNC 7 yaitu kombinasi 2 obat atau kombinasi 3 atau 4 obat bila diperlukan. Pada pasien ini diberikan :

30

In. lasix 10mg/ml 2x1 ampul Isi furosemid merupakan golongan diuretik tiazid. Obat ini membantu eksresi garam dan ion-ion dalam tubuh terutama natrium. Inj. catapres 150 mcg/ml 2x1 ampul/drip Clonidin dimasukan dalam cairan infuse diberikan 12 tetes/menit, 15 menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai tekanan darah yang diharapkan tercapai. Bila tekanan darah target tercapai, pasien diobservasi selama 4 jam kemudian diganti dengan tablet clonidin oral sesuai kebutuhan. Clonidin tidak boleh dihentikan secara mendadak, tetapi diturunkan perlahanlahan oleh karena bahaya rebound fenomena, dimana TD naik secara cepat bila obat dihentikan.

Herbeser CD 100 mg 1x1 Diltiazem HCl merupakan golongan CCB (Calcium Chanel Bloker) Divask 5 mg 1x1 Amlodipin termasuk golongan CCB bekerja menghambat kanal kalsium sehingga mencegah kembali ion kalsium dalam darah, yang mengakibatkan terjadinya efek vasodilator. Angioten 50 mg 1x1 Losartan K merupakan golongan ARB (Angiotensi Reseptor Bloker) KSR 2x1 KCL untuk pengganti kalium yang hilang karena diberikan diuretik.

Untuk vertigo diberikan Mertigo SR isinya betahistin mesylate bekerja menjaga ekuilibrium didalam labirin telinga sehingga memberi kestabilan dan fokus 31

pada pasien. Selain mertigo diberikan Frego isinya yaitu flunarizine cara kerja sebagai vasodilator perifer dan aktivator serebral. Untuk hiperurecemia diberikan allopurinol. Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat menurunkan produksi asam urat dengan menghambat xanthin-oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxanthin menjadi xanthin dan mengubah xanthin menjadi asam urat. Dengan menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin, allopurinol mencegah atau menurunkan endapan urat sehingga mencegah terjadinya gout arthritis dan urate nephropathy. Pasien diberikan edukasi agar istirahat dan minum obat teratur, penjelasan tentang penyakit dan rutin kontrol. Penjelasan diit rendah garam, rendah purin, rendah kalium terutama buah-buahan, hidari stres dan olahraga sesuai aktivitas ( 30 menit/hari).

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. Corwin, E. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Kasim, F. 2007. ISO Indonesia, volume 44. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan Majid, Abdul. 2004. Krisi Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. Sumatera Sudoyo, A. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.4, Jilid III. Jakarta: Suyono, S. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.2, Jilid II. Jakarta: FKUI Tjay, T. H., Raharja, K. 2000. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan

Utara : FK UNSU FKUI

Efek Samping. Jakarta : Elex Media Komputindo

32

You might also like