Professional Documents
Culture Documents
KEMENTERIAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT 2010
Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Surveilans Gizi di tingkat Kabupaten/Kota.-- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010 I. Judul I. NUTRITION
ii
Kata Pengantar
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 828/Menkes/SK/ IX/2008 tentang Standar Pelayan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota mengamanatkan bahwa semua Kabupaten/kota menyelenggarakan surveilans gizi. Dalam Rencana Strategi (RENSTRA) Kementerian Kesehatan 2010-2014, ada 8 indikator keluaran kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat yang harus dicapai, salah satu diantaranya adalah 100 % kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi. Surveilans gizi merupakan salah satu kegiatan yang dapat diandalkan untuk mendukung pencapaian tujuan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Dengan pelaksanaan surveilans gizi yang baik keadaan gizi masyarakat dapat dipantau secara teratur, sehingga mampu mencegah, mengantisipasi dan menangani masalah gizi di masyarakat dengan baik. Buku Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota ini disusun untuk meningkatkan kualitas kegiatan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/Kota, yang ditujukan kepada semua petugas kesehatan yang terlibat dalam kegiatan surveilans gizi di Kabupaten/ Kota. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku pedoman ini. Kritik dan saran untuk kesempurnaan pedoman ini sangat kami harapkan. Jakarta, Oktober 2010 Direktur Bina Gizi Masyarakat y
Kata Pengantar
iii
iv
Daftar Isi
Halaman Kata Pengantar ............................................................................... iii Daftar Isi .......................................................................................... v Daftar Lampiran ............................................................................. vii Daftar Tabel .................................................................................... viii Daftar Grak ................................................................................... ix Daftar Gambar ................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ............................................................. 1 B Pengertian ................................................................... 2 C Prinsip-prinsip Dasar Surveilans Gizi ........................... 3 BAB II TUJUAN, RUANG LINGKUP DAN SASARAN A Tujuan .......................................................................... 5 B Ruang Lingkup ............................................................. 5 BAB III LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN SURVEILANS GIZI A Pengumpulan Data ...................................................... 1 Pengumpulan Laporan Rutin Puskesmas ............. 2. Pengumpulan Laporan Kasus Gizi Buruk .............. B Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ................... 1. Analisis Deskriptif .................................................. 2. Analisis Analitik ...................................................... C Diseminasi Informasi ................................................... 1. Umpan Balik ........................................................... 2. Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor ..................................................................... D Tindak Lanjut ...............................................................
7 7 8 9 9 11 14 15 15 15
Daftar Isi
BAB IV MEKANISME PENCATATAN DAN PELAPORAN A Jenis dan Frekuensi Pelaporan ................................... 19 B Alur Pelaporan ............................................................ 20 BAB V INDIKATOR KEBERHASILAN A Indikator Input ............................................................ 23 B Indikator Proses ......................................................... 23 C Indikator Output ......................................................... 24
vi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Perhitungan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Lampiran 2 : Formulir Laporan KLB Gizi Lampiran 3 : Formulir Klarikasi Informasi Gizi Darurat Lampiran 4 : Formulir Laporan Rekapitulasi Kasus Gizi Buruk Lampiran 5 : Formulir Laporan Rekapitulasi Pencatatan ASI Eksklusif Lampiran 6 : Formulir Laporan Rekapitulasi Hasil Pemantauan Garam Beryodium Di Tingkat Masyarakat Tingkat Kabupaten/Kota Lampiran 7 : Formulir Laporan Rekapitulasi Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Lampiran 8 : Formulir Laporan Rekapitulasi Cakupan Pemberian TTD Ibu Hamil Lampiran 9 : Formulir Laporan Rekapitulasi Cakupan Data Penimbangan Posyandu Lampiran 10 : Formulir Laporan Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat Bulanan (F1) Lampiran 11 : Formulir Laporan Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat 6 Bulanan (F6)
Daftar Lampiran
vii
Daftar Tabel
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4 Tabel 5
viii
Daftar Grafik
Grak 1 : Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A di Kabupaten Teluk Cinta Bulan Februari dan Agustus Tahun 2009 Distribusi Puskesmas Menurut Kuadran Pencapaian D/S Terhadap Cakupan Vitamin A Balita di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009 Distribusi Puskesmas Menurut Kuadran Pencapaian TTD (Fe3) terhadap K4 di Kabupaten Cinta Teluk Tahun 2010
Grak 2 :
Grak 3 :
Daftar Grak
ix
Daftar Gambar
Gambar 1 : Peta Wilayah Cakupan Pemberian TTD (Fe3) Ibu Hamil Menurut Puskesmas Di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009 Gambar 2 : Alur Pelaporan dan Umpan Balik
Bab 1 : Pendahuluan
A. Latar Belakang Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam undang-undang No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Status gizi anak balita telah mengalami perbaikan yang ditandai dengan menurunnya prevalensi gizi kurang dari 24,5% (Susenas, 2005) menjadi 18,4%, walaupun demikian masalah stunting pada anak balita masih tinggi yaitu sebesar 36,8% (Riskesdas, 2007). Masalah gizi mikro di 10 Provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xeroptalmia pada balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol < 20 gr/dl sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006). Hasil studi tersebut menggambarkan terjadinya penurunan jika dibandingkan dengan hasil survei vitamin A pada tahun 1992. Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%. Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia beruktuasi dan menunjukan kecenderungan menurun selama tiga tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif 06 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 (Susenas 2007 2008). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Bab I : Pendahuluan
2010-2014 telah menetapkan 4 sasaran pembangunan kesehatan, yaitu; 1) Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun; 2) Menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup; 3) Menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup; dan 4) Menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%. Untuk mencapai sasaran RPJMN Tahun 2010-2014 bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai, kebijakan dan strategi. Di bidang perbaikan gizi telah ditetapkan 8 indikator keluaran, yaitu; 1. 100% balita gizi buruk ditangani/dirawat 2. 85% balita ditimbang berat badannya, 3. 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif, 4. 90% rumah tangga mengonsumsi garam beryodium, 5. 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A, 6. 85% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet, 7. 100% kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi, dan 8. 100% penyediaan buer stock MP-ASI untuk daerah bencana. Surveilans gizi akan meningkatkan efektivitas program dengan mempertajam upaya penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya. Berkaitan dengan hal tersebut, pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan petugas kesehatan dalam pelaksanaan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/Kota. B. Pengertian
Surveilans gizi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap masalah gizi buruk dan indikator pembinaan
gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif, esien dan tepat waktu melalui proses pengumpulan data, pengolahan, penyebaran informasi kepada penyelenggara program kesehatan dan tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi. C. Prinsip-prinsip Dasar Surveilans Gizi a. b. c. d. Tersedia data yang akurat dan tepat waktu Ada proses analisis atau kajian data Tersedianya informasi yang sistematis dan terus menerus Ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan pelaporan e. Ada tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan indikator
Bab 1 : Pendahuluan
Laporan Puskesmas
Fo rm ASI eksklusif
TPG Puskesmas
Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus) Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus) Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus) Setiap bulan
Garam Beryodium
Laporan Puskesmas
Laporan Puskesmas
Laporan Puskesmas
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada puskesmas yang tidak melapor atau melapor tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau laporan tidak akurat maka pengelola kegiatan gizi diharuskan melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui telepon, Short Message Service (SMS) atau kunjungan langsung ke puskesmas. 2. Pengumpulan Laporan Kasus Gizi Buruk Selain merekap data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dari Puskesmas, pengelola kegiatan gizi juga perlu melakukan kompilasi laporan kasus gizi buruk yang dirawat di RS atau informasi dari masyarakat dan media. Bila ada laporan kasus gizi buruk dari masyarakat atau media, pengelola gizi perlu melakukan klarikasi ke puskesmas mengenai laporan/informasi tersebut untuk melakukan konrmasi status gizinya. Klarikasi laporan kasus gizi buruk dapat dilakukan melalui telepon dan sms. Bila hasil konrmasi ternyata balita tersebut benar gizi buruk (BB/PB atau BB/TB <-3 SD dengan atau tanpa gejala klinis) maka perlu dilakukan pelacakan atau penyelidikan kasus. Pelacakan kasus meliputi waktu kejadiannya, tempat/ lokasi kejadian dan identitas orangnya termasuk umur, jenis kelamin dan penyebab terjadinya kasus gizi buruk. Pelacakan kasus gizi buruk dilakukan apabila: a. Kasus gizi buruk belum mendapatkan penanganan. b. Kasus gizi buruk terkonsentrasi pada satu wilayah. c. Dicurigai kemungkinan adanya rawan pangan. Keluaran yang diharapkan dari langkah pengumpulan data adalah adanya rekapitulasi laporan terkait dengan jumlah puskesmas yang melapor, ketepatan waktu, kelengkapan dan kebenaran data yang dilaporkan.
B.
Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data Pengolahan, analisis dan penyajian data di Kabupaten/Kota dilakukan berdasarkan hasil rekapitulasi laporan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dari puskesmas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengelola gizi setiap bulan, kecuali untuk data pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul vitamin A pada balita, dan pemantauan konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga dilakukan setiap 6 bulan sekali. 1. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun komputerisasi. Hasil pengolahan berupa cakupan masingmasing indikator Pembinaan Gizi Masyarakat, sedangkan analisis data dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis deskriptif dan analitik. 1.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang data cakupan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Tujuannya adalah untuk menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah dan menentukan kecenderungan antar waktu. a. Menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah Analisis deskriptif untuk membandingkan antar wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan antar wilayah dengan target yang harus dicapai. Wilayah yang cakupannya rendah harus mendapat prioritas pembinaan. Berikut adalah contoh cakupan D/S berdasarkan wilayah kerja Puskesmas:
Tabel 2 Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Menurut Puskesmas Di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Puskesmas Mentari Tenjolaya Karanganyar Sukasari Cimalaya Jatiasri Tegalraya Sukmajaya Mekarsari Tirtamulya Sukamaju Sampurna Kabupaten Jumlah Balita
4168 3713 4968 4326 3836 5646 4947 6181 4503 3710 4695 6670
%
79 89 69 87 77 64 91 82 73 96 54 90
57363
45313
79
Dari tabel diatas, cakupan D/S di Kabupaten Teluk Cinta belum mencapai target yaitu masih 79% (target 85%). Disparitas cakupan antar wilayah di Kabupaten ini cukup tinggi, terlihat dari cakupan terendah sebesar 54% di Puskesmas Sukamaju dan tertinggi sebesar 96% di Puskesmas Tirtamulya. Dengan demikian, prioritas pembinaan dilakukan pada Puskesmas Sukamaju (54%) dan Jatiasri (64%) karena cakupannya masih kurang. b. Membandingkan Kecenderungan antar Waktu Analisis deskriptif untuk membandingkan kecenderungan antar waktu di suatu wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan dalam satu periode waktu tertentu dengan target yang harus dicapai. Berikut adalah contoh cakupan D/S dari Bulan Januari sampai Maret berdasarkan wilayah kerja Puskesmas:
10
Tabel 3 Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Bulan Januari Sampai Maret Menurut Puskesmas Di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Puskesmas Mentari Tenjolaya Karanganyar Sukasari Cimalaya Jatiasri Tegalraya Sukmajaya Mekarsari Tirtamulya Sukamaju Sampurna Kabupaten Jumlah Balita
4168 3713 4968 4326 3836 5646 4947 6181 4503 3710 4695 6670 Januari 3293 3305 3428 3764 2954 3613 4502 5068 3287 3562 2535 6003
%
78 70 87 89 75 81 79 77 74 86 79 89 81
57363
45313
79
Dari tabel diatas, cakupan D/S di Kabupaten Teluk Cinta umumnya meningkat dari 79% pada bulan Januari menjadi 83% pada bulan Februari namun terjadi penurunan menjadi 81% pada bulan Maret. Dapat juga dilihat bahwa secara umum cakupan yang tinggi pada wilayah kerja Puskesmas adalah di bulan Februari. 1.2 Analisis Analitik Analisa analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran hubungan antar 2 (dua) atau lebih indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun indikator gizi dengan indikator program terkait lainnya. Tujuan analisis ini antara lain untuk menentukan upaya yang harus dilakukan bila terdapat kesenjangan cakupan antara dua indikator. Berikut adalah contoh cakupan distribusi kapsul Vitamin A dengan D/S:
11
Tabel 4 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan D/S di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009
NO Puskesmas Mentari Tenjolaya Karanganyar Sukasari Cimalaya Jatiasri Tegalraya Sukmajaya Mekarsari Tirta mulya Sukamaju Sampurna Kabupaten Jumlah Balita 4168 3713 4968 4326 3836 5646 4947 6181 4503 3710 4695 6670 Balita dapat Vitamin A Jumlah 3251 2599 4322 3850 2877 4573 3908 4759 4053 3191 4319 6003 % 78 70 87 89 75 81 79 77 90 86 92 90 D/S Jumlah 2501 3342 4720 2769 3337 3557 3809 5872 4143 2560 3991 5336 45936 % 60 90 95 64 87 63 77 95 92 69 85 80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
57363
47706
83
80
Berdasarkan sasaran Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat ditetapkan bahwa target cakupan Vitamin A dan D/S masingmasing adalah 85%. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa wilayah yang cakupan Vitamin A dan D/S sudah mencapai target ada 3 Puskesmas yaitu Karanganyar, Mekarsari dan Sukamaju. Sedangkan wilayah yang belum mencapai target adalah Puskesmas Mentari, Jatiasri dan Tegalraya. Puskesmas lainnya hanya mencapai target salah satu indikator saja. Untuk lebih jelasnya dapat dibuat berdasarkan kuadran dengan cara sebagai berikut: Buat sumbu X sebagai cakupan Vitamin A dan sumbu Y sebagai cakupan D/S Buat garis lurus masing masing sumbu sebagai garis target hingga membelah area menjadi 4 kuadran. Kuadran I adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A dan D/S
12
tinggi atau diatas target. Kuadaran II adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A tinggi namun cakupan D/S rendah, sebaliknya Kuadaran III adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A rendah namun cakupan D/S tinggi. Sedangkan kuadran IV adalah wilayah dengan cakupan Vitamin A dan D/S rendah. Plot titik potong kedua indikator dari masing-masing Puskesmas. Contoh: Puskesmas Mentari mempunyai cakupan Vitamin A 78% dan D/S 60%, lalu plot titik potong kedua garis tersebut. Terlihat Puskesmas Mentari berada pada Kuadran IV. Seterusnya plot semua Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Teluk Cinta seperti pada grak dibawah ini:
Grak 1 Distribusi Puskesmas Menurut Kuadran Pencapaian D/S terhadap Cakupan Vitamin A Balita di Kabupaten Teluk Cinta Tahun 2009
100
III
90
I
S ukmajaya Tenjolaya C imalaya K aranganyar
D/S
80 Tegalraya 70
IV
J atias ri Mentari
II
60
50 50 60 70 80 90 100
Vitamin A
13
Keterangan grak: Hasil ploting menunjukan bahwa: Terdapat 3 puskesmas pada kuadran I yaitu Puskesmas Karanganyar, Mekarsari dan Sukamaju. Terdapat 3 puskesmas pada kuadran II yaitu Puskesmas Sampurna, Tirtamulya dan Sukasari. Terdapat 3 puskesmas pada kuadran III yaitu Puskesmas Sukmajaya, Tenjolaya dan Cimalaya. Terdapat 3 puskesmas pada kuadran IV yaitu Mentarai Tegalraya dan Jatiasri. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi yang diharapkan adalah cakupan Vitamin A dan D/S pada masingmasing puskesmas berada pada kuadran I. Kuadaran IV menunjukan baik cakupan Vitamin A maupun D/S sangat rendah sehingga wilayah tersebut perlu mendapat prioritas dalam kegiatan pembinaan gizi masyarakat 2. Penyajian Data Hasil pengolahan dan analisis data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dapat disajikan dalam bentuk narasi, tabulasi, grak dan peta. C. Diseminasi Informasi Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi hasil pengolahan dan analisis data untuk mendapatkan dukungan dari lintas sektor dan lintas program di setiap jenjang pemerintahan tentang hasil kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Kegiatan diseminasi informasi dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik dan sosialisasi advokasi pada pertemuan lintas program dan lintas sektor.
14
1. Umpan Balik Pengelola kegiatan gizi memberikan umpan balik bulanan berbentuk absensi laporan dan hasil cakupan indikator pembinaan gizi ke puskesmas dan rumah sakit. Umpan balik disertai dengan ulasan terhadap hasil yang telah dicapai, kelengkapan data disertai dengan saran-saran yang harus dilakukan oleh puskesmas. Selain hal tersebut, umpan balik hendaknya memuat pula ucapan terima kasih bagi puskesmas yang telah mengirim data secara lengkap dan tepat waktu. 2. Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor Diseminasi informasi dapat juga dilakukan kepada lintas sektor, lintas program dan puskesmas melalui pertemuan koordinasi dan rapat konsultasi di tingkat Kabupaten/Kota. Bila memungkinkan diseminasi informasi dapat dilakukan pula melalui media secara berkala. Hasil yang diharapkan dari kegiatan diseminasi informasi adalah disepakatinya upaya pemecahan masalah untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. D. Tindak Lanjut Tindak lanjut sebagai respon dilakukan apabila data cakupan indikator Pembinaan Gizi Masyarakat menunjukkan adanya kekurangan atau kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan yang seharusnya dicapai. Tindak lanjut terhadap hasil analisis yang bersifat teknis dilakukan oleh pengelola program gizi, sedangkan yang bersifat kebijakan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hasil kegiatan dan contoh tindak lanjut dapat dilihat pada tabel 5.
15
Tabel 5 MATRIKS HASIL KEGIATAN SURVEILANS GIZI DAN CONTOH TINDAK LANJUT
TINDAK LANJUT INDIKATOR Balita gizi buruk ditangani MASALAH POSYANDU (DESA/KELURAHAN) PUSKESMAS / KECAMATAN KABUPATEN/KOTA a. Menyiapkan Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit untuk pelaksanaan tatalaksana gizi buruk. b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan surveilans gizi. c. Memberikan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk rawat jalan dan pasca rawat. d. Melakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada daerah dengan risiko tinggi terjadinya kasus gizi buruk. e. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait
Melaporkan dan a. Klarikasi dan 1. BGM dan 2T merujuk dengan atau konrmasi, b. penanganan balita tanpa tanda klinis (dugaan gizi buruk (termasuk PMT) balita gizi buruk ditemukan) c. merujuk ke TFC/PUSKESMAS 2. Kasus gizi Perawatan/ RS buruk meningkat Penyelidikan dan Pelacakan
D/S rendah
a. Koordinasi dengan a. Melakukan koordinasi dengan Camat menggerakan camat dan PKK dan PKK tingkat kecamatan untuk masyarakat untuk menggerakan masyarakat datang ke b. Pembentukan datang ke posyandu. forum-forum di posyandu b. Memanfaatkan kegiatan pada desa forum-forum yang ada di desa, yang c. Promosi manfaat bertujuan untuk menggerakan kegiatan posyandu masyarakat datang ke posyandu. c. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu a. Meningkatkan promosi dan advokasi tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP ASI). b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan konseling ASI. c. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan motivator ASI yang telah dilatih.
a. Pemberian Bayi usia Cakupan rendah a. Pemberian konseling konseling oleh 06 oleh konselor bulan motivator b. Pembentukan mendapat b. Pembentukan KP-ASI atau kelas ASI Eksklusif KP-ASI atau ibu kelas ibu
16
Lanjutan Tabel 5 MATRIKS HASIL KEGIATAN SURVEILANS GIZI DAN CONTOH TINDAK LANJUT
TINDAK LANJUT INDIKATOR RT mengonsumsi garam beryodium MASALAH Cakupan rendah Ketersediaan Garam Beryodium dipasar desa rendah POSYANDU (DESA/KELURAHAN) Kepala Desa/Lurah Melapor ke Kapuskesmas dan Camat PUSKESMAS / KECAMATAN KABUPATEN/KOTA
a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Petugas Gizi/Ka. Perindustrian dan Perdagangan Puskesmas/Camat Kabupaten/Kota untuk melakukan meminta Dinas Peindag operasi pasar garam beryodium. untuk melakukan b. Melakukan promosi/kampanye operasi pasar garam peningkatan penggunaan garam beryodium beryodium. a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka perlu mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas. b. Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk melakukan sweeping. c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.
Cakupan rendah a. Promosi Balita 6-59 a. Promosi manfaat manfaat bulan kapsul vitamin A kapsul b. Menyediakan mendapat vitamin A kapsul vitamin A kapsul vitamin b. Sweeping A pemberian kapsul vitamin A c. Meminta stok kapsul vitamin A
a. Promosi manfaat a. Bila ketersediaan TTD di puskesmas Cakupan rendah a. Promosi Ibu hamil TTD dan bidan di desa tidak mencukupi manfaat TTD mendapat Fe b. Menyediakan TTD maka perlu mengirim TTD ke b. Sweeping 90 tablet c. Koordinasi dengan puskesmas. pemberian program KIA b. Bila TTD masih tersedia, maka perlu TTD meminta Puskesmas untuk c. Meminta stok melakukan peningkatan integrasi TTD dengan program KIA khususnya kegiatan Ante Natal Care (ANC). c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.
Catatan : Matriks ini hanya contoh, pelaksanaan kegiatan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah
17
18
19
B.
Dinkes Provinsi
RSU Provinsi
Dinkes Kabupaten/Kota
RSU Kabupeten/Kota
Puskesmas/ Kecamatan
Alur pelaporan
Umpan balik
Posyandu/ Desa
20
Keterangan Alur Pelaporan 1. Laporan kegiatan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/ Kota disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan. 2. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan hasil surveilans gizi ke Direktorat Bina Gizi Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan. 3. Umpan balik hasil kegiatan surveilans gizi disampaikan secara berjenjang dari pusat ke Provinsi setiap 3 bulan; Provinsi ke Kabupaten/Kota; dan Kabupaten/Kota ke Puskesmas sesuai dengan frekuensi pelaporan pada setiap bulan berikutnya.
21
22
23
surveilans gizi lintas program dan lintas sektor secara berkala. e. Adanya tindak lanjut hasil pertemuan berkala, yang dilakukan oleh program dan sektor terkait. C. Indikator Output a. Tersedianya informasi gizi buruk yang ditangani/dirawat b. Tersedianya informasi cakupan pemantauan pertumbuhan (D/S) c. Tersedianya informasi cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan. d. Tersedianya informasi cakupan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga e. Tersedianya informasi cakupan distribusi kapsul vitamin A. f. Tersedianya informasi cakupan distribusi tablet Fe3 pada bumil.
24
Bab 6 : Penutup
Pelaksanaan surveilans gizi diperlukan untuk mengetahui perkembangan indikator kegiatan pembinaan dan status gizi masyarakat, sekaligus mengetahui kemajuan kegiatan Pembinaan Gizi Mayarakat termasuk pencegahan terjadinya kasus gizi buruk di masyarakat. Oleh karena itu agar surveilans gizi dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan pedoman yang baik pula. Diharapkan dengan mengacu pada pedoman ini para pengelola kegiatan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/Kota dapat melaksanakan surveilans gizi dengan sebaik-baiknya.
Bab VI : Penutup
25
26
Lampiran 1
DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT DALAM RENSTRA 2010 - 2014
A.
Indikator Pembinaan Gizi Masyarakat 1. Persentase balita gizi buruk ditangani/dirawat a. Pengertian: Balita adalah anak usia dibawah 5 tahun (anak usia 0 s/d 59 bulan) yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 1. Gizi buruk adalah status gizi berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) dengan nilai Z-score < -3 SD dengan atau tanpa gejala klinis 2. Ditangani/dirawat adalah tindakan yang diberikan kepada balita gizi buruk yang ditemukan mulai dari rujukan, klarikasi dan konrmasi, pengobatan dan pemberian makanan tambahan yang disertai dengan penyuluhan, baik rawat jalan maupun rawat inap b. Denisi Operasional Persentase balita gizi buruk ditangani/dirawat adalah jumlah balita gizi buruk yang ditangani dibagi dengan jumlah balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja puskesmas pada kurun waktu tertentu. c. Cara Perhitungan / Rumus : Jumlah balita gizi buruk Yang dirawat Jumlah balita gizi buruk Yang ditemukan
X 100%
27
d. Sumber Data: Laporan RS, laporan puskesmas dan laporan masyarakat e. Rujukan a. Pedoman Tatalaksana anak gizi buruk,tahun 2009 b. Buku Bagan Tatalaksana anak gizi buruk, tahun 2009 c. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, tahun 2007 d. Pedoman Penanganan dan pelacakan balita gizi buruk tahun 2009 2. Persentase Balita ditimbang Berat Badannya (D/S) a. Pengertian: 1. Balita 0-59 bulan adalah seluruh balita usia 0-59 bulan yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 2. Ditimbang berat badannya adalah balita yang datang ke posyandu dan ditimbang berat badannya di wilayah posyandu pada kurun waktu tertentu 3. Persentase D/S yaitu indikator untuk mengetahui partisipasi masyarakat terhadap kegiatan posyandu. b. Denisi Operasional : Persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah posyandu pada kurun waktu tertentu. c. Cara Perhitungan/Rumus:
28
Jumlah balita yang ditimbang Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah posyandu
X 100%
d. Sumber Data: LB3 atau FIII Gizi e. Rujukan: Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota tahun 2010 3. Persentase Bayi usia 0 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif a. Pengertian 1. Bayi 0 6 bulan adalah seluruh bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 2. ASI Eksklusif 0 6 bulan adalah ASI saja yang diberikan kepada bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari tanpa makanan/cairan lain selama sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam) 3. Bayi usia 0 6 bulan yang diberikan ASI Eksklusif adalah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberikan ASI saja selama sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam) yang ada diwilayah kerja pada kurun waktu tertentu. b. Denisi Operasional Persentase bayi usia 0 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberikan ASI saja selama sehari sebelum dilakukan pencatatan (recall 24 jam) dibagi dengan jumlah bayi usia 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang ada pada saat dilakukan pencatatan di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
29
c. Cara Perhitungan/Rumus:
% bayi 0 6 bulan X 100% yang mendapat = ASI Eksklusif Jumlah bayi 0 bulan 0 hari sampai
Jumlah bayi 0 bulan 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja
5 bulan 29 hari yang ada di wilayah kerja d. Sumber Data: LB3 atau FIII Gizi e. Rujukan: Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota tahun 2010 4. Cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium a. Pengertian: Garam beryodium adalah garam Natrium Chlorida (NaCl) yang diproduksi melalui proses yodisasi yang memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) mengandung kalium iodat (KIO3) > 30 ppm. b. Denisi Operasional: Cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium adalah jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam cukup yodium (> 30 ppm) dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga yang diperiksa di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. c. Cara Perhitungan/Rumus Cakupan rumah tangga yang mengkonsumsi garam cukup yodium Jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi garam cukup yodium (> 30 ppm) Jumlah seluruh rumah tangga yang diperiksa
X 100%
30
d. Sumber Data: Laporan hasil pemantauan garam beryodium di rumah tangga oleh puskesmas e. Rujukan: SNI 2000 5. Persentase Balita 6-59 bulan dapat kapsul vitamin A a. Pengertian: 1. Balita 6-59 bulan adalah balita usia 6-59 bulan yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu 2. Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi (100.000 SI warna kapsul biru untuk bayi usia 6-11 bulan dan 200.000 SI warna kapsul merah untuk anak balita 12-59 bulan) b. Denisi Operasional: Persentase balita 6-59 bulan dapat kapsul vitamin A adalah jumlah balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dibagi dengan jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. c. Cara Perhitungan/Rumus: Persentase balita 6-59 bulan = Dapat kapsul vitamin A Jumlah balita 6-59 bulan yg mendapat kapsul vitamin A Jumlah seluruh balita 6-59 bulan
X 100%
d. Sumber Data: LB3 atau FIII Gizi e. Rujukan: Panduan manajemen suplementasi kapsul vitamin A 6. Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet a. Pengertian:
31
Tablet Fe adalah Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung 60 mg elemenental iron dan 250 mcg asam folat 2. Fe 3 tablet adalah tablet tambah darah Fe yang diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90 tablet sampai masa nifas b. Denisi Operasional: Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet adalah jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD dibagi dengan jumlah seluruh ibu hamil trimester 3 yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu c. Cara Perhitungan/Rumus: Jumlah ibu hamil yang mendapat TTD (Fe)
1.
X 100% Jumlah ibu hamil trimester 3 yang ada di wilayah kerja d. Sumber Data: LB3 SIMPUS, Kohort ibu, buku KIA, PWS KIA e. Rujukan: Buku KIA
7. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi a. Pengertian: Surveilans gizi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap masalah gizi buruk dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif, esien dan tepat waktu melalui proses pengumpulan data, pengolahan, penyebaran informasi kepada
32
penyelenggara program kesehatan dan tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi. Surveilans gizi di kabupaten/kota berjalan baik bila melaksanakan kegiatan: 1. Pelaporan indikator pembinaan gizi tepat waktu, lengkap dan akurat 2. Umpan balik hasil kegiatan pembinaan gizi sesuai dengan frekuensi pelaporan 3. Pertemuan dalam rangka diseminasi informasi hasil surveilans gizi lintas program dan lintas sektor secara berkala 4. Tindak lanjut/respon hasil kajian data atau pertemuan berkala lintas program dan lintas sektor, yang dilakukan oleh program dan sektor terkait b. Denisi Operasional: Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilens gizi adalah jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi dengan jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada di satu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dihitung di Provinsi. c. Cara Perhitungan/Rumus: Persentase kabupaten/kota = yang melaksanakan surveilans gizi Jumlah kab/kota yang melaksanakan surveilans gizi Jumlah seluruh kab/kota yang ada di wilayah provinsi
X 100%
33
8. Persentase penyediaan buerstock MP-ASI untuk daerah bencana a. Pengertian: 1. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi dan anak umur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Buer stock MP-ASI adalah MP-ASI yang disediakan untuk antisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya. b. Denisi Operasional: Persentase penyediaan buer stock MP-ASI adalah jumlah MP-ASI yang diadakan dibagi dengan jumlah buer stock MP-ASI yang diperlukan untuk antisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya. c. Cara Perhitungan/Rumus: Persentase penyediaan buer = stock MP-ASI Jumlah buer stock MP-ASI yang diadakan Jumlah buer stock MP-ASI yang dibutuhkan
X 100%
d. Sumber Data: Direktorat Bina Gizi Masyarakat e. Rujukan: Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota
34
B.
CARA PERHITUNGAN ASI EKSKLUSIF 0-6 BULAN 1. Hitung umur anak pada saat bayi ditimbang. Umur anak dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari. Contoh: - umur 25 hari = 0 bulan - umur 1 bulan 14 hari = 1bulan - umur 2bulan 29 hari = 2bulan Langkah-langkah penghitungan umur anak: a. Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya: 5-4-2006 b. Tulis tanggal kunjungan, misalnya: 19-9-2008 c. Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal lahir, misalnya: Tanggal kunjungan 19 09 2008 Tanggal lahir 05 04 2006 14 05 2 = 2 tahun 5 bulan 14 hari Jadi umur anak dibulatkan menjadi 24 bulan + 5 bulan = 29 bulan Sisa hari tidak diperhitungkan Contoh lain : Tanggal pengukuran Tanggal lahir 05 04 2008 19 09 2007 -14 -5 1 = 6 bulan -1 bln 5 bulan + 12 bulan = 6 bulan
Bila selisih hari negatif maka umur anak dikurangi 1 bulan Untuk menghindarkan hasil pengurangan minus, lakukan sebagai berikut:
35
Tanggal kunjungan
Tanggal lahir
Umur anak dibulatkan menjadi 5 bulan. Sisa hari tidak diperhitungkan. 2. Tanyakan ibu bayi apakah bayi sehari sebelumnya sudah diberikan makanan/minuman lain kecuali obat, mineral dan vitamin, kemudian catat jawaban ibu ke dalam KMS balita pada kolom ASI Eksklusif 0,1,2,3,4,5 bulan dengan memberikan tanda-tanda berikut : = bayi masih diberi ASI saja X = bayi sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI A = bayi tidak datang penimbangan R = bayi kembali diberi ASI saja (Relaktasi) 3. Pindahkan catatan informasi ASI yang ada di KMS sesuai dengan kode-kode yang telah diisi pada kolom 0,1,2,3,4,5 ke dalam kolom yang tersedia pada register bayi. Hal ini dilakukan setiap bulan pada saat bayi berkunjung ke posyandu. 4. Bidan desa merekap jumlah kode , X, A, R kunjungan terakhir di posyandu ke dalam formulir rekapitulasi tingkat desa 5. TPG merekap jumlah kode , X, A, R kunjungan terakhir tingkat desa ke dalam formulir rekapitulasi tingkat puskesmas 6. TPG Puskesmas menghitung Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan 6 bulan sekali bersamaan dengan bulan vitamin A bulan Februari dan Agustus dengan rumus berikut:
36
PE =
n 100% n + n X + nR n + nR 100% n + n X + nR
PE =
Keterangan: = bayi 0-5 bulan masih diberi ASI saja X = bayi 0-5 bulan sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI A = bayi 0-5 bulan tidak datang penimbangan R = bayi 0-5 bulan kembali diberi ASI saja (Relaktasi) Contoh Perhitungan ASI Eksklusif: Berdasarkan register bayi, pada kunjungan terakhir hitung jumlah untuk masing-masing kode-kode berikut :
Nama Iwan Eko Cahaya Hera Titin Elmi 0 1 A X A X Bulan 2 3 X R R X X 4 R R 5 R R
37
2 ASI Eksklusif Terkoreksi= ----------------- = 40% 2+1+2 2+2 ASI Eksklusif Terkoreksi= ----------------- = 80% 2+1+2 Kesimpulan : Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan terkoreksi sebesar 40% sedangkan, cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan tidak terkoreksi sebesar 80%.
38
lampiran 2
Pu Ka Pr ) ) )
Formulir W1 Nomor : LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA/WABAH (dilaporkan dalam 24 jam) Pada tanggal/bulan/tahun Di Desa/Kelurahan
W1
*)
: :........
Kecamatan: .......... Kabupaten/Kota:......... Provinsi: ........... Telah terjadi sejumlah Tersangka penyakit : DIARE KHOLERA DHF DSS [ [ [ [ ] ] ] ] CAMPAK DIPTERI PERTUSIS TETANUS [ [ [ [ ] ] ] ] TET NEO POLIO/AFP MALARIA FRAMBOESIA [ [ [ [ ] ] ] ] HEPATITIS [ ENCEPHALITIS [ MENINGITIS [ TYPHOID ABD [ ] ] ] ] RABIES PES/ANTRAX KERACUNAN GIZI BURUK [ [ [ [ ] ] ] ] : penderita, dan sejumlah .kematian
Dengan gejala : Muntah2 Berak-berak Menggigil Turgor jelek Kaku kuduk Sakit perut Hydro-phoby Kejang-kejang Syok
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Panas Batuk Pilek Pusing Kesadaran menurun *) Pingsan Bercak merah di kulit *) Lumpuh kedua tungkai Batuk beruntun
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Ikterus Mulut sukar dibuka *) Bercak putih pada faring *) Meringkil pada lipatan paha/ketiak Perdarahan Marasmus Kwashiorkor
[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Tindakan yang dilakukan : . . . Laporan W1 ini harus disusul dengan : 1. Hasil penyelidikan epidemiologi dan rencana penanggulangan. 2. Laporan hasil penyelidikan dan penanggulangan
Catatan : 3. *) Coret yang tidak perlu. 4. Satu lembar formulir untuk melaporkan satu jenis KLB 5. Bila desa/kelurahan, kecamatan, Dati II yang terjangkit lebih dari satu, maka rincian P/M masing-masing ditulis di balik formulir ini
, Kepala .
()
39
Lampiran 3
FORMULIR LAPORAN KASUS GIZI BURUK DI PUSKESMAS. BULAN TAHUN.
No
Desa/Posyandu
Kasus Baru Kumulatif Kasus Ditemukan Bulan s/d bulan ini Ini Dirawat inap Dirawat jalan
Jumlah meninggal
Puskesmas
Keterangan : Gizi Buruk : Indeks BB/TB <-3 SD dan atau tanpa tanda klinis
40
Lampiran 4
FORMULIR LAPORAN REKAPITULASI KASUS GIZI BURUK DI KABUPATEN/KOTA. BULAN TAHUN.
No
Puskesmas
Kasus Baru Kumulatif Kasus Ditemukan Bulan s/d bulan ini Ini Dirawat inap Dirawat jalan
Jumlah meninggal
Kabupaten/Kota
Keterangan : Gizi Buruk : Indeks BB/TB <-3 SD dan atau tanpa tanda klinis
41
Lampiran 5
FORMULIR LAPORAN REKAPITULASIKASUS GIZI BURUK DI PROVINSI. BULAN TAHUN.
No
Kabupaten/Kota
Kasus Baru Kumulatif Kasus Ditemukan Bulan s/d bulan ini Ini Dirawat inap Dirawat jalan
Jumlah meninggal
Provinsi
Keterangan : Gizi Buruk : Indeks BB/TB <-3 SD dan atau tanpa tanda klinis
42
Lampiran 6
FORMULIR PENCATATAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS.. BULAN.. TAHUN. Keterangan Pemberian ASI X A R % ASI Eksklusif Terkoreksi
No
Desa/Posyandu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Puskesmas
Keterangan = bayi masih diberi ASI saja X = bayi sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI A = bayi tidak datang penimbangan R = bayi kembali diberi ASI saja (Relaktasi)
n 100 % n + n X + nR
PE =
n + nR 100 % n + n X + nR
43
Lampiran 7
Keterangan Pemberian ASI X A R % ASI Eksklusif Terkoreksi
FORMULIR LAPORAN REKAPITULASI PENCATATAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN/KOTA.. BULAN.. TAHUN. % ASI Eksklusif Tidak Terkoreksi
No
Puskesmas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kabupaten/Kota
Keterangan = bayi masih diberi ASI saja X = bayi sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI A = bayi tidak datang penimbangan R = bayi kembali diberi ASI saja (Relaktasi)
n 100 % n + n X + nR
PE =
n + nR 100 % n + n X + nR
44
Lampiran 8
FORMULIR LAPORAN REKAPITULASI PENCATATAN ASI EKSKLUSIF DI PROVINSI.. BULAN.. TAHUN. Keterangan Pemberian ASI X A R % ASI Eksklusif Terkoreksi % ASI Eksklusif Tidak Terkoreksi
No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Provinsi
Keterangan = bayi masih diberi ASI saja X = bayi sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI A = bayi tidak datang penimbangan R = bayi kembali diberi ASI saja (Relaktasi)
n 100 % n + n X + nR
PE =
n + nR 100 % n + n X + nR
45
Lampiran 9
FORMULIR LAPORAN HASIL PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI MASYARAKAT DI TINGKAT PUSKESMAS Jumlah Sampel Periode Bulan Pelaporan : : :
: : : :
No
Desa
Jumlah RT di Periksa
Puskesmas
.., .
()
46
Lampiran 10
FORMULIR LAPORAN REKAPITULASI HASIL PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI MASYARAKAT DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA : : : : Jumlah Desa Jumlah Sampel Periode Bulan Pelaporan : : : : RT dengan Garam Beryodium Cukup Jumlah %
No
Puskesmas
Jumlah RT di Periksa
Kabupaten/Kota
.., .
()
47
Lampiran 11
FORMULIR LAPORAN REKAPITULASI HASIL PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI MASYARAKAT DI TINGKAT PROVINSI : : : : Jumlah Desa Jumlah Sampel Periode Bulan Pelaporan : : : : RT dengan Garam Beryodium Cukup Jumlah %
No Kabupaten/Kota
Jumlah RT di Periksa
7 Provinsi
.., .
()
48
Lampiran 12
F1 (Bulanan)
Lampiran 12
Kabupaten/Kota:
D/S D % Jumlah
No Balita
Puskesmas
Fe 3 Bumil Jumlah %
Ket
-------------------------------------Nip :
-------------------------------------------Nip :
Keterangan : *) Gizi buruk yang ditangani/dirawat adalah tindakan yang diberikan kepada balita gizi buruk yang ditemukan mulai dari rujukan, klarifikasi dan konfirmasi, pengobatan dan pemberian makanan tambahan yang disertai dengan penyuluhan, baik rawat inap maupun rawat jalan **) Jumlah Fe3 ibu hamil (bumil) dan jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan adalah jumlah kumulatif
49
Lampiran 13
F1 (Bulanan)
Provinsi
D/S D % Jumlah %
No
Kabupaten/Kota
Balita
Fe 3 Bumil Jumlah %
Ket
-------------------------------------Nip :
-------------------------------------------Nip :
Keterangan : *) Gizi buruk yang ditangani adalah tindakan yang diberikan kepada balita gizi buruk yang ditemukan mulai dari rujukan, klarifikasi dan konfirmasi, pengobatan dan pemberian makanan tambahan yang disertai dengan penyuluhan, baik rawat inap maupun rawat jalan **) Jumlah Fe3 ibu hamil (bumil) dan jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan adalah jumlah kumulatif
50
Lampiran 14
F6 (Enam bulan sekali)
Kabupaten/Kota
No 6 - 11 bln RT Sampel
Puskesmas
Ket
-------------------------------------Nip :
-------------------------------------------Nip :
51
Lampiran 15
F6 (Enam bulan sekali)
Provinsi
No 6 - 11 bln RT Sampel
Kab/Kota
Ket
-------------------------------------Nip :
-------------------------------------------Nip :
52