You are on page 1of 40

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI PUSKESMAS

GILINGAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Winda Wijayanti G0006168

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2010

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Angka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta Winda Wijayanti, NIM/Semester : G.0006168/VIII, Tahun 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Kamis, 29 Juli 2010 Pembimbing Utama Nama : Prof.Dr.Harsono Salimo,dr,Sp.A(K) NIP : 19441226 197310 1 001 Pembimbing Pendamping Nama : Made Setiamika,dr,Sp.THT-KL NIP : 19550727 198312 1 002 Penguji Utama Nama : H. Rustam Siregar,dr,Sp.A NIP : 19490116 198012 1 001 Penguji Pendamping Nama : Slamet Riyadi,dr,M.Kes NIP : 19600418 199203 1 001

...................................

...................................

...................................

...................................

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi

Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr., M.Kes NIP. 19450824 197310 1 001

Prof. Dr. H. A. A. Subiyanto, dr., MS NIP. 19481107 197310 1 003

PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surakarta, 29 Juli 2010

Winda Wijayanti G0006168

ABSTRAK WINDA WIJAYANTI, G0006168, 2010. Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta Tujuan : ASI dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya. Diare masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang. Subyek penelitian adalah seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta dengan menggunakan total sampling. Subyek akan diklasifikasikan menjadi kelompok yang mendapat ASI Eksklusif dan tidak. Riwayat diare ditanyakan pada setiap orang tua bayi. Data dianalisis menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows dengan uji statistik Chi Square. Hasil : Subyek penelitian berjumlah 60 bayi yang terdiri atas 30 bayi mendapatkan ASI Eksklusif yang terdiri dari 6 bayi mengalami diare dan 24 bayi tidak mengalami diare sedangkan 30 bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif yang terdiri dari 20 bayi mengalami diare dan 10 bayi tidak mengalami diare. Hasil signifikansi menghasilkan p<0,05 dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti signifikan atau bermakna. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare. Kata Kunci : ASI Eksklusif - diare

ABSTRACT Winda Wijayanti, G0006168, 2010. The Relationship between Exclusive Breastfeeding with The Incidence of Diarrhea in Infants Aged 0-6 Months in Gilingan Public Health Center, Banjarsari District, Surakarta. Objective: ASI (Breast Milk) can provide protection to the baby through a variety of immune substances it contains. Diarrhea is still one of the major diseases in infants in Indonesia until today. This study aims to determine the relationship between exclusive breastfeeding with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months. Methods: This was an analytic observational study with cross sectional approach. Subjects were all infants aged 0-6 months in Gilingan public health center, Banjarsari district, Surakarta, using total sampling. Subjects will be classified into group that had exclusive breast feeding and group that didnt. History in diarrhea was asked to each babys parent. Data were analyzed using the Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows, with Chi square test. Results: The subjects consisted of 60 infants. 30 infants that received exclusive breastfeeding consists of 6 infants with diarrhea and 24 infants did not experience diarrhea, while 30 infants that did not receive exclusive breastfeeding is composed of 20 infants suffering from diarrhea and 10 infants did not experience diarrhea. Significant result is p <0.05 with a mean value of 0.000 which is significant or meaningful. Conclusion: There is a significant relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of diarrhea. __________________________________________________________________ Keywords: Exclusive Breastfeeding- Diarrhea

PRAKARTA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya skripsi dengan judul Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta dapat penulis selesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu: 1. Prof. DR. H. A. A. Subijanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret 2. Sudarman, dr., Sp.THT-KL(K). selaku Tim Skripsi FK UNS 3. Prof. DR. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K). selaku pembimbing utama atas segala bimbingan, saran, dan masukan mulai dari awal penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini 4. Made Setiamika,dr.,Sp.THT-KL selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan, saran, masukan dan jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan skripsi ini 5. H. Rustam Siregar,dr., Sp.A. selaku penguji utama atas masukan, saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini 6. Slamet Riyadi, dr., Mkes. selaku penguji pendamping atas masukan,saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini 7. Muhammad Riza, dr., Sp.A., MKes. selaku koordinator pendidikan IKA yang telah mengizinkan melakukan penelitian skripsi di bagian anak 8. Munawaroh,drg. selaku Kepala Puskesmas dan Enny Endah Agustiani,dr., MSi. selaku Koordinator di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta,atas bantuan dan semua kemudahan yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan pengambilan data 9. Keluarga dan sahabat-sahabat yang banyak memberikan bantuan,doa dan dukungan 10. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penelitian serta penulisan skripsi yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu Semoga segala kebaikan yang telah diberikan itu mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,untuk itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang berharga,bagi kepentingan keilmuan maupun aplikasi di dunia kedokteran. Surakarta, 2010 Winda Wijayanti

DAFTAR ISI PRAKARTA .................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ................................................................. B. Perumusan masalah ........................................................................ C. Tujuan Penelitian ........................................................................... D. Manfaat Penelitian ......................................................................... BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ B. Kerangka Pemikiran....................................................................... C. Hipotesis......................................................................................... BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian............................................................................... B. Lokasi Penelitian............................................................................ C. Subjek Penelitian............................................................................ D. Teknik Sampling ............................................................................ E. Rancangan Penelitian..................................................................... F. Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... G. Definisi Operasional Variabel........................................................ H. Instrumentasi Penelitian................................................................. I. Teknik Analisis Data...................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian .............................................................................. BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Sinpulan ........................................................................................ B. Saran .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN..................................................................................................... vi vii viii ix

1 2 3 3

4 15 16

17 17 17 17 18 19 19 20 21

22 25 29 29 31 34

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Tabel 2: Tabel 3: Tabel 4:

Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin........................................... Distribusi Bayi Menurut Golongan Umur ....................................... Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif .............. Distribusi Bayi yang Menderita Diare pada Bayi dengan ASI Eksklusif dan Bayi tanpa ASI Eksklusif..........................................

22 22 23 23

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kuisioner Penelitian .................................................................. Lampiran 2: Tabel Sample Penelitian............................................................ Lampiran 3: Hasil Analisa Statistik ............................................................... Lampiran 4: Surat ijin Penelitian .................................................................. Lampiran 5: Data Puskesmas......................................................................... 32 35 39 41 45

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah kejadian diare. Demikian juga pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI ( Air Susu Ibu ) sebelum berusia 4 bulan (Susanti, 2004). Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena alasan sebagai berikut; (1) pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI,(2) bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI ,(3) adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan makanan yang paling sempurna. Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI (dalam jumlah yang sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman dan

bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi (Depkes, 2001). Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pajanan mikroorganisme patogen maupun zat alergen lainnya masih merupakan masalah. Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain, karena sebagian besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui mukosa (Matondang, dkk, 2008). Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para ahli di India dengan menggunakan ASI donor dari manusia, didapatkan kejadian infeksi lebih sedikit secara bermakna dan tidak terdapat infeksi berat pada kelompok yang diberi ASI manusia, sedangkan bayi pada kelompok yang tidak mendapat ASI (kontrol) banyak mengalami diare, pneumonia, sepsis, dan meningitis (Tumbelaka, dkk, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk

memberikan informasi lebih lanjut mengenai hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan.

B. Perumusan Masalah

10

Adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini untuk menjadi satu pertimbangan dalam

penatalaksanaan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan.

11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. ASI Eksklusif Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti dan Yenrina, 2001). Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang

dikandungnya. Walaupun ibu dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan imunoglobulin (Munasir dan Kurniati, 2008). Sedangkan menurut Roesli (2005) ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif. 12

Tabel 1. Perbandingan antimikroba ASI dan susu sapi (Matondang, dkk, 2008). No. Kandungan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Laktoferin Lisozim sIgA IgG Komplemen Laktoperoksidase ASI ++++ ++++ ++++ + + + Susu Sapi + + + ++++ ++++ ++++

Imunoglobulin

ASI

tidak

diabsorpsi

bayi

tetapi

berperan

memperkuat sistem imun lokal usus. ASI juga meningkatkan IgA pada mukosa traktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi. Ini disebabkan faktor pertumbuhan dan hormon sehingga dapat merangsang perkembangan sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya penyakit otitis media, pneumonia, bakteriemia, meningitis dan infeksi traktus urinarius pada bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat PASI (Matondang, dkk, 2008). Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi,

13

sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi (Hendarto dan Pringgadini, 2008) Adapun hasil eksperimen pada hewan uji membuktikan bahwa limfosit yang terdapat di dalam ASI dapat melintasi dinding usus bayi dan masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga dapat mengaktifkan sistem imun bayi (Chantry, dkk,2006). Pemberian ASI yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6 bulan yang diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih (Matondang, dkk, 2008). Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2005). Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karena ASI merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan kondisi sistem pencernaan bayi yang belum matur (pada bayi 0-6 bulan) sehingga tidak menyebabkan alergi pada bayi. Namun ada juga bayi yang diberi ASI eksklusif terkena diare baik jarang maupun sering. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor baik dari bayi maupun perilaku ibu. Penyebab diare dari faktor bayi adalah adanya infeksi baik di dalam ataupun di luar saluran pencernaan baik itu infeksi bakteri, virus, maupun infeksi parasit. Perilaku ibu juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak (Purwanti, 2004).

14

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas (Hendarto dan Pringgadini, 2008). a. Kolostrum Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (Roesli, 2005). Kolostrum kaya akan zat antibodi terutama IgA. Selain itu, di dalam kolostrum terdapat lebih dari 50 proses pendukung perkembangan imunitas termasuk faktor pertumbuhan dan perbaikan jaringan (Munasir dan Kurniati, 2008). Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein

imunoglobulin pembunuh kuman dalam jumlah paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi (Roesli, 2005). Disamping banyaknya zat antibodi yang terkandung, kolostrum juga mengandung banyak faktor imunosupresif yang mencegah terjadinya stimulasi berlebih akibat masuknya antigen dalam jumlah yang besar (Sumadiono, 2008). b. Komposisi ASI yang terkait dengan sistem imunitas Sistem imun adalah mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap

15

bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungannya (Matondang, dkk, 2008). ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak hanya vitamin A saja tapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan (Hendarto dan Pringgadini, 2008). ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai pertahanan nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik diperankan oleh sel seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor protektif larut, sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan produknya (Matondang, dkk, 2008). Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya (Munasir dan Kurniati, 2008). Penggunaan ASI secara Tepat ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi, tapi belumlah merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik, kecuali apabila ASI tersebut diberikan secara tepat dan benar ibu tidak dapat melihat berapa banyak ASI yang telah masuk ke perut bayi (Moehji, 2003) Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI

16

cukup atau tidak menurut Moehji (2003) yaitu: Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes keluar melalui puting, sebelum disusukan payudara merasa tegang, dan berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur. Tabel 2. Komposisi komponen ASI yang befungsi sebagai sistem imunitas Zat Terlarut Selular

Antibodi spesifik (sIgA, 7S IgA, Sel imun spesifik (limfosit T IgG, IgE, IgD, komponen dan B)

sekretorik) Produk sel T Sel asesori (neutrofil, makrofag sel epitel) Antigen histokompatiblitas Faktor-faktor non-spesifik

(komplemen, faktor kemotaktik, interferon, antistafilokokus, faktor epidermal

growth factor, folate uptake enhancer, antiadherens) substansi

Protein transferin) Enzim

karier

(laktoferin,

(lisosim,

lipoprotein

lipase, enzim leukosit) (Dikutip dengan modifikasi dari Matondang, dkk, 2008)

17

2. Diare Diare dalam penelitian ini adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak. Neonatus diyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali (Masri, 2004). Diare masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini. Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia. Angka kesakitan diare pada balita adalah 1,0 1,5 kali per tahun. Dalam data statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja, 2002). Pengunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada

gastroenteritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan (Hasan dan Alatas, 1998). Selain itu diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh,

18

namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan serius mengingat cairan banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri dari air, sebab itu bila seseorang menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita sudah kelihatan sangat kurus (Masri, 2004). Diare merupakan simptom, jadi bukan penyakit, sama halnya dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru, influinza, dan lainlain. Ada dua jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat serta berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambahnya berat badan. (Widjaja,2002) Gejala klinis Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin

19

banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Hasan dan Alatas, 1998) Patofisiologi Menurut Masri (2004), sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik,

hipokalemia dan sebagainya), gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah Komplikasi Menurut Hasan dan Alatas (1998), sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada

elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus,

20

kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik), dan malnutrisi energi protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan)

3. Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli, 2005). Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan

21

pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan perawatan (Wahyu, 2000). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal, lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI Eksklusif (BKKBN, 2004). dan jarang memerlukan

22

B. Kerangka pemikiran

ASI Eksklusif

sIgA Limfosit T Limfosit B Laktoferin

Peningkatan sistem imunitas tubuh bayi

risiko diare

Sosial ekonomi rendah Tingkat pendidikan rendah

ASI eksklusif mengandung sIgA, limfosit T, limfosit B, laktoferin, bayi yang diberikan ASI eksklusif akan mengalami peningkatan sistem imunitas, sehingga dapat menurunkan resiko diare pada bayi, namun terdapat beberapa hal seperti sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah yang dapat meningkatkan faktor risiko diare.

23

C. Hipotesis Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui adanya kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif. Metode potong lintang ini adalah metode yang mengobservasi variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) hanya sekali pada saat yang sama (Dahlan, 2006)

B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

C. Subjek Penelitian Seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

D. Teknik Sampling Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling (Murti, 2006). Menurut patokan umum (rule of thumb), setiap penelitian yang

datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006).

25

E. Rancangan Penelitian

Subyek penelitian pasien balita di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta

ASI eksklusif

ASI non eksklusif

Diare

Tidak Diare

Diare

Tidak Diare

Analisis data

Hasil

26

F. Identifikasi Variabel Penelitian


1. Variabel bebas (x) : pemberian ASI Eksklusif 2. Variabel terikat (y) : kejadian diare

G. Definisi Operasional
1. Variabel bebas (x) : pemberian ASI Eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, dan pemberian ASI dapat diteruskan sampai ia berusia 2 tahun (Roesli, 2005).
Skala : ordinal Kategori: a. Bayi dengan diberi ASI eksklusif, dengan kriteria puskesmas: 1) Bayi 0-1 bulan dengan ASI Eksklusif (E1) 2) Bayi 1-2 bulan dengan ASI Eksklusif (E2) 3) Bayi 2-3 bulan dengan ASI Eksklusif (E3) 4) Bayi 3-4 bulan dengan ASI Eksklusif (E3) 5) Bayi 4-5 bulan dengan ASI Eksklusif (E4) 6) Bayi 5-6 bulan dengan ASI Eksklusif (E4) b. Bayi dengan ASI tidak eksklusif

27

2. Variabel terikat (Y) : kejadian diare.

Diare merupakan suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari (konsistensi cair: diare, konsistensi seperti pasta: bukan diare), namun tak selamanya mencret dikatakan diare misalnya pada bayi yang berusia kurang dari sebulan, buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak (Masri, 2004)
Skala : ordinal Kategori : a. Bayi dengan kejadian diare b. Bayi tanpa kejadian diare

H. Instrumen Penelitian Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Dokumentasi yaitu alat pengumpul data dengan dokumen untuk mencatat data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dapat diperoleh dengan alat dokumentasi dalam penelitian ini berupa daftar bayi yang berusia 0-6 bulan 2. Kuesioner yaitu untuk mengetahui karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin bayi, frekuensi diare bayi dalam 6 bulan yang dikategorikan menjadi 2 yaitu diare dan tidak diare.

28

I. Teknik dan Analisis Data Untuk menguji hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan adalah dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan akan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows.

29

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian, sampel anak balita yang diperoleh sebanyak 60 bayi dengan usia 0-6 bulan dan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Gilingan Kecamatan Mei 2010 No. 1. 2. Jenis Kelamin Laki Laki Perempuan Jumlah Jumlah 31 29 60 Prosentase 51,67 48,33 100,00 Banjarsari Surakarta Tanggal 15 Februari 2010 - 7

Dari tabel 1, didapatkan prosentase bayi laki laki sebanyak 31 orang (51,67%), sedang bayi perempuan sebanyak 29 orang (48,33%). Tabel 2. Distribusi Bayi Menurut Golongan Umur di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta Tanggal 15 Februari 2010 - 7 Mei 2010 No. 1. 2. 3. Umur (bulan) 0-2 bulan 2 bulan 1 hari 4 bulan 4 bulan 1 hari 6 bulan Jumlah Jumlah 8 23 29 60 Prosentase 13.33 38.33 48.34 100

30

Dalam penelitian ini didapatkan prosentase tertinggi pada distribusi umur 4 bulan 1 hari 6 bulan, yaitu sebanyak 29 bayi (48,34%). Sedang prosentase terkecil adalah pada distribusi umur 0 2 bulan, yaitu sebanyak 8 bayi (13,33%). Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Tanggal 15 Februari 2010 - 7 Mei 2010 No. 1. 2. ASI Eksklusif Non Eksklusif Jumlah Jumlah 30 30 60 Prosentase 50,00 50,00 100,00

Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa sampel bayi ASI Eksklusif 30 bayi (50,00%), dan sampel bayi non eksklusif 30 bayi (50,00%). Tabel 4. Distribusi Bayi yang Menderita Diare pada Bayi dengan ASI Eksklusif dan Bayi Tanpa ASI Eksklusif di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta Tanggal 15 Februari 2010 - 7 Mei 2010 ASI Eksklusif Diare Tidak Diare Jumlah 6 24 30 20 10 30 26 34 60 43,33 56,67 100 0,000 Non Eksklusif Jumlah Prosentase p signifikansi

31

Dari tabel 4, dapat dilihat bahwa pada bayi yang diberi ASI Eksklusif terdapat 6 bayi yang mengalami diare, sedangkan yang non eksklusif sebanyak 20 bayi. Dari perhitungan dengan menggunakan uji statistik chi square

yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows menghasilkan p < 0,05 dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti signifikan atau bermakna. Hal ini menunjukan hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan menurunnya tingkat kejadian diare pada bayi.

32

BAB V PEMBAHASAN

Berawal dari upaya penelusuran kepustakaan mengenai angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan dalam kaitannya pemberian ASI Eksklusif. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan kematian bayi disebabkan karena kesalahan pada pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum 4 bulan. Penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 56,67 %. Berdasarkan data di atas didapatkan hasil bahwa angka kejadian diare pada bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif lebih besar apabila dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian Tumbelaka pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa angka kejadian infeksi pada bayi lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga

33

menurut Depkes (2001) sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi. Menurut Masri (2004), diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Purwanti (2004) menambahkan, pembentukan kekebalan tubuh pada bayi umur 0-6 bulan belum sempurna. Markum (2002) juga menyatakan bahwa peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI mengandung sIgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang dapat merangsang peningkatan status imun pada bayi. IgA sekretoris yang didapatkan bayi dari ASI sangat membantu kemampuan tubuhnya dalam menghalang mikroorganisme dan menjauhkan dari jaringan tubuh. Ibu membentuk antibodi dari agen penyakit yang dihirup, dimakan ataupun masuk lewat kontak manapun. Antibodi yang terbentuk bersifat spesifik pada agen penyakit, sehingga dapat melindungi bayi pada minggu-minggu pertama kehidupan. IgA sekretorik dari ASI tidak seperti antibodi lain pada umumnya. IgA sekretorik melawan penyakit tanpa menyebabkan proses inflamasi yang dapat melukai jaringan sehat. Beberapa molekul lainnya selain IgA sekretorik mencegah mikroba melekat pada pemukaan mukosa. Seperti, oligosakarida yang mencegah masuknya

34

bakteri ke dalam sel pada trakus interstinalis dan dapat membungkus bakteri sehingga terbentuk ikatan kompleks yang nantinya akan diekskresikan oleh bayi. Seperti molekul pertahanan lainnya, sel-sel imun pada ASI juga mengandung sel-sel darah putih atau leukosit yang dapat melawan agen infeksius. Kandungan sel darah putih ini paling banyak terdapat pada kolustrum. Tipe yang paling banyak ditemukan adalah neutrofil yang dapat bersikulasi dalam aliran darah. Tipe lainnya yang juga ditemukan dalam ASI adalah makrofag. Komponen lainnya yang terdapat dalam ASI merangsang produksi IgA sekretorik, laktoferik dan lisozim oleh bayi itu sendiri (Newman, 2001). Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang fungsinya belum banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya ( Soetjiningsih,2001). Selain itu, menurut penelitian Matondang,dkk (2008) ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-alasan itulah angka kejadian diare pada bayi yang

35

mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

36

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0 6 bulan. Pada bayi yang diberi ASI Eksklusif presentase bayi yang tidak diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami diare.

B. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian diatas, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi ibu-ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta harus berusaha memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. 2. Bagi pengelola program gizi Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta, diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada masyarakat, khususnya kepada ibu-ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

37

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2004. ASI Eksklusif Turunkan Kematian http://www.pikas.bkkbn.go.id/print.php?tid+2&rid=136-6k-sp (3 September 2009)

Bayi.

Chantry C.J., Howard C.R., Auinger P. 2006. Full breastfeeding duration adn assiciated decrease in respiratory tract infection in US children. Pediatrics 117 (2) : 425-431. Dahlan, M. Sopiyudin 2006. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan : uji hipotesis dengan menggunakan SPSS ( seri evidence based medicine 1). Jakarta : Arkans, p: 4. Depkes. 2001. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI tahun 2001-2005. Makalah disampaikan pada Workshop Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta . Hasan, R. dan Alatas,H.(ed).1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I.cet.ke:8. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hendarto A. dan Pringgadini K. 2008. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, p: 46. Krisnatuti D. dan Yenrina R. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. http://hidayat2.wordpress.com/2010/01/10/jurnal-01/ (2 September 2009) Markum, A.H., 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI, p: 24. Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun. http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikelid=61175-35k (2 September 2009) Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, pp: 189-202. Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti, pp: 78-90 Munasir Z. dan Kurniati N. 2008. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, pp: 69-79.

38 30

Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, pp : 68-136. Newman. 2001. How Breastmilk Protects http://www.breastfeedingonline.com. (3 September 2009) Newborns.

Purwanti S. H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-asi-eksklusif.html (2 September 2009) Roesli U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, pp: 3-35. Soetjiningsih,2001. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta,p: 21. Sumadiono. 2008. Imunologi Mukosa. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N. (eds). Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, p: 94. Susanti N.I. 2004. Usia Tepat Mendapat Makanan Tambahan. http://www.tabloitnakita.com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik (2 September 2009) Tumbelaka A.R. dan Karyanti M.R. 2008. Air Susu Ibu dan Pengendalian Infeksi. In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, pp: 83-97. Wahyu W.B. 2000. ASI, Anugerah Terindah yang Kadang Terlupakan. http://www.indomedia.com/bpost/122000/18/opini/opini1.htm-10ksupplemental (2 September 2009) Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka,pp: 58-70

39

You might also like