You are on page 1of 10

REFERAT ILMU PENYAKIT MATA ULKUS KORNEA

Disusun oleh : Rani Secti Trisna (11.2010.225) Siti Hawa binti Katman ( 11.2010.190) Pembimbing : dr. Rastri Paramitha Sp.M

RS Mata Dr.Yap. Yogyakarta KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA 2011

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya panjatkan karena hanya atas rahmatnyalah saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Ulkus kornea ini. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Penyakit mata di Rumah Sakit Mata Dr.Yap, Yogyakarta. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada dokter pembimbing khususnya kepada dr. Rastri Paramitha Sp.M yang telah banyak memberi bimbingan dan dukungan maupun perhatian kepada saya dan rekan seprofesi pada umumnya, sehingga dengan bantuan dan dukungan beliau, dapat saya menyelesaikan referat ini. Akhir kata, saya menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya terbuka menerima segala kritikan , pendapat , maupun saran yang dapat melengkapi referat ini. Semoga referat ini lebih berguna buat kita semua.

Yogyakarta, 20 oktober 2011

Penyusun

PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus pada kornea terbentuk akibat ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Di kenal dua bentuk tukak pada kornea iaitu central atau marginal(perifer). Beratnya penyakit ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar dan virulensi kuman. Penyebab ulkus kornea adalah baktrei,jamur, parasit( achantamoeba) dan virus. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah Streptococcus -hemoliticus, Staphylococcus aureus, Moraxella, Pseudomonas aeroginosa dll. Pada ulkus kornea ynag disebabkan oleh jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel pada kornea yang dikelilingi oleh leukosit PMN manakala bila infeksi disebabkan virus akan terlihat hypersensitivitas pada sekitarnya. Bentuk ulkus marginal dapat focal, multifocal atau diffuse yang disertai dengan masuknya pembuluh darah ke dalamnya. Perjalanan penyakit ulkus kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut. Pada proses kornea yang progresif dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pada pembentukan jaringan parut akan terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblast. Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat, fotofobia (silau), penglihatan turun( kabur) dan kadang kotor. Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat diagnose kausa dari ulkus kornea. Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. Pengobatan umumnya pada ulkus kornea adalah dengan sikloplegia, antibiotic yang sesuai topical dan subkonjungtiva. Pasien dirawat apabila mengancam perforasi kornea, pasien tidak dapat member obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat da perlunya pengobatan sistemik. Tujuan pengobatan pada ulkus kornea menghalangi hidupnya bakteri/infeksi sekunder dengan penggunaan antibiotic dan mengurangi reaksi radang/inflamasi dengan steroid. Pengobatan dihentikan apabila sudah terjadi epiteliasasi dan mata terlihat tenang kecuali bila penyebabnya Pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 12minggu. Pada ulkus kornea, dilakukan pembedahan/keratoplasty apabila:

Dengan pengobatan tidak sembuh.

Terjadinya jaringan parut pada kornea yang mengganggu penglihatan.

PEMBAHASAN
Definisi Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi, endoftalmitis. Etiologi Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus biasanya terbentuk akibat; infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea). Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak. Patofisiologi Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada kornea, penyakit alis

mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi. Selsel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer. Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H. influenza, dan M. lacunata. Jenis Ulkus Kornea Sentral Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia, virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S pneumonia. Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan lokal (sekurangkurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea dari pada Streptococcus pneumonia.

Ulkus kornea sentral dengan hipopion. Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel. Lesi terletek di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Hipopion biasanya (tidak selalu) menyertai ulkus. Hipopion adalah pengumpulan sel-sel radang yang tampak sebagai lapis pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk ulkus sentral kornea bakteri dan fungi. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi robekan pada membran descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur fungi. Ulkus Kornea Bakterialis Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata. Terjadinya ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea. Dengan adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superficial. Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri khas. Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat hipopion yang berukuran sedang. Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai. Obatobat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin dan Ceftazidime. Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai daripada sebelumnya, banyak

diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan. Kerokan mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai. Keratopati kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab umumnya adalah Streptococcus alfa-hemolyticus. Ulkus Kornea Fungi Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan sangat banyak mikroorganisme. Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-sedikit. Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama laserasi). Lesi utama merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur dibawah lesi kornea utama, disertai dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea. Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus fungi ini. Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan Candida umumnya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas. Ulkus Kornea Perifer Ulkus Dan Infiltrat Marginal Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis stafilokokus. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan

antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat perjalanan penyakit dan mengurangi gejala. Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan keadaan ini yang dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal. Ulkus Mooren Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun. Ulkus ini termasuk ulkus marginal. Pada 60-80 kasus bilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun kortikosteroid. Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam usaha untuk menghilangkan substansi perangsang. Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai dengan hasil baik pada kasus tertentu. Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk penyakit yang telah lanjut. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan diagnosis yang biasa dilakukan adalah: Ketajaman penglihatan Tes refraksi Pemeriksaan slit-lamp Keratometri (pengukuran kornea) Respon refleks pupil Goresan ulkus untuk analisis atau kultur

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi

Pengobatan Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur. Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan tetes mata kortikosteroid. Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh, terjadi jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu pekerjaan penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia.

DAFTAR PUSTAKA 1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006 2. Ilyas, S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2002. 3. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK UI, Jakarta;2005. 4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. 5. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983.

You might also like