You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada
tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat
diklasiIikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek Iisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan
memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek
Iisiologis tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru
dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih
dan plasma. Selain itu tulang sebagai penyimpan kalsium IosIat maupun
garam magnesium.
Namun karena tulang bersiIat relatiI rapuh pada keadaan tertentu
tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan Iungsi
tulang terutama pada pergerakan.
Fraktur tulang merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal
Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh kekuatan
yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan,
pemuntiran maupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang
Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan.
Contoh: seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami
retak tulang pada daerah tibia, Iibula maupun metatarsal.
3. Faktor patologik
Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal
dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang
yang terjadi dan berbeda-beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada
kasus ini akan dibahas mengenai patah tulang bagian klavikula
Fraktur clavicula terjadi 5 dari kejadian Iraktur di AS. Sebagian besar
Iraktur clavicula tidak berbahaya, namun bisa berbahaya bila ada luka di dalam
thorax. Komplikasi bervariasi berdasarkan lokasi Iraktur. Fraktur clavicula
sering terjadi pada anak anak. Ini bisa terjadi saat kelahiran terutama pada
proses persalinan yang sulit, dan hampir setengah dari semua Iraktur clavicula
terjadi pada anak kurang dari 7 tahun. Pada anak anak, Iraktur sering
inkomplet (greenstick fracture).


























BAB II
PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI
Fraktur klavikula merupakan terjadinya diskontinuitas pada tulang
klavikula.
II.2 ETIOLOGI
Menurut sejarah Iraktur klavikula merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (out streched hand)
dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun
baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum
patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan
yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini
dikemukakan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan peterson. Patah tulang klavikula
karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (out streched hand) hanya 6
terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah
tulang ini ditemukan sekitar 70 adalah hasil dari trauma kecelakaan lalu lintas.
Pada kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering
dijumpai. Pada anak-anak sekitar 10-16 dari semua kejadian patah tulang,
sedangkan pada orang dewasa sekita 2,6-5.
II.3 INSIDEN
Fraktur klavikula terjadi sekitar 2,6-12 dari semua Iraktur dan sekitar
44-66 dari Iraktur bahu. Dimana Iraktur 1/3 tengah terjadi sekitar 80 dari
seluruh Iraktur klavikula, sedangkan Iraktur 1/3 lateral sekitar 15 dan Iraktur 1/3
medial sekitar 5. Kira-kira 2/3 Iraktur klavikula terjadi pada anak-anak. Fraktur
klacikula pada waktu lahir berkisar antara greenstick sampai perpindahan
komplet.

II.4 ANATOMI DAN FISIOLOGI



Klavikula atau tulang selangka adalah tulang yang membentuk bahu dan
menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Klavikula merupan tulang yang
pertama mengalami proses pengerasan (osiIikasi) selama perkembangan embrio
minggu ke 5-6 dan terakhir menyelesaikan proses pengerasan pada usia 21 tahun.
Klavikula adalah satu-satunya tulang panjamg yang tidak memiliki rongga
sumsum tulang seperti pada tulang panjang lainnya. Klavikula tersusun dari
tulang spons
Klavikula berbentuk kurva ganda dan memanjang seperti huruI S` dengan
ujung medial cembung ke anterior dan ujung lateral cekung ke anterior. Bagian
terlebar klavikula berada di ujung medial dan menipis ke lateral. Ujung medial
dan ujung lateralnya berbentuk datar atau tumpul yang dihubungkan oleh tubuler
yang memiliki sedikit tulang medula.
Dua bagian yang berbeda bentuk bertemu di 1/3 tengah dan merupakan
daerah yang paling rawan untuk terjadi Iraktur, terutama dengan beban axial.
Selain itu, 1/3 tengah ditekan oleh muskulus atau ligamen distal sebagai insersi
subclavia, yang semakin menambah kerawanan terjadinya Iraktur.
Clavikula adalah satu-satunya tulang yang memnjang horisontal dalam
tubuh. Terletak diatas tulang iga pertama. Pada ujung medial, clavikula bersendi
pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi sternoclavikularis. Pada
bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari scapula (tulang belikat)
dengan sendi acromioclavicularis.
Pada wanita, clavicula lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan
permukaannya lebih luas.
Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:
O Permukaan superior
Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
Otot trapezius
O Permukaan inIerior
Otot subclavius pada sulcus musculli subclavia
ig. conoideum (bagian medial dari lig. coracoclaviculare) pada
tuberculum conoideum
ig. trapezoideum (bagian lateral dari lig. coracoclaviculare) pada
linea trapezoidea
O Batas anterior
Otot pectoralis mayor
Otot deltoideus
Otot sternocleidomastoideus
Otot sternohyoideus
Otot trapezius
Fungsi clavicula adalah sebagai penopang, menahan bahu, menjauhkan
anggota gerak atas dari bagian dada supaya lengan dapat bergerak leluasa dan
membantu bahu untuk berIungsi dengan optimal. Bagian medial melindungi
pleksus brachialis, arteri subclavia dan axilla dan paru superior.
II.5 MEKANISME TRAUMA

Sebagian besar (87) Iraktur clavicula oleh karena jatuh dengan posisi
menopang pada bahu. Akibat trauma langsung sekitar 7, biasanya terjadi pada
kegiatan olahraga, seperti: sepak bola, gulat, hoki es. Dimana olahraga tersebut
berhubungan dengan kekerasan kontak Iisik kecepatan tinggi antar pemainnya.
Sedangkan dengan posisi tangan outstrechet sekitar 6. Meskipun jarang, Iraktur
clavicula dapat juga terjadi akibat mekanisme patologi kontraksi musculus
nontraumatik atau disebut Iraktur stress.
II.6 PEMERIKSAAN FISIK
(2)


Pasien biasanya datang dengan menopang ekstrimitas yang terkena,
dimana lengan di adduksikan menyilang dada dan dibantu oleh tangan
kontralateral untuk mengurangi beban pada bahu yang terkena. Pasien biasanya
mengatakan mengalami trauma pada daerah bahu atau mendapatkan pukulan
pada clavicula, serta merasakan nyeri dan susah untuk menggerakkan lengan.
Selain itu juga didapatkan pembengkakan pada daerah tersebut.
Pemeriksaan neurovaskuler secara hati-hati seperti denyut nadi, kekuatan
dan sensasi sangat dibutuhkan untuk menilai integritas neuron dan vascular dari
bagian-bagian yang berda di posterior clavicula. Namun Iraktur clavicula akibat
olah raga, jarang berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler dan kerusakan
soIt tissue.
Karena clavicula merupakan struktur tulang tunggal yang menghubungkan
sendi bahu ke thorax, maka Iraktur clavicula dapat menyebabkan bahu jatuh ke
caudoanterior dan mengarah ke garis tengah tubuh. Tarikan dari musculus
sternocleidomastoideus menyebabkan Iragmen medial ke superior.
Fraktur bagian medial biasanya menonjol dan ada penekanan pada kulit.
Pemeriksaan integritas kulit adalah penting untuk menyingkirkan diagnosa Iraktur
terbuka.
Dada seharusnya juga diauskultasi untuk mendengarkan suara naIas
simetris atau tidak. Mungkin juga terdapat takipnea akibat rasa nyeri yang timbul
saat inspirasi. Hal ini harus dibedakan dengan suara naIas yang berkurang pada
pneumothorax ipsilateral akibat injury paru apical.
II.7 PEMERIKSAAN PENUN1ANG

X-RAY
Pemeriksaan pada posisi AP rutin dilakukan untuk memastikan adanya
Iraktur clavicula dan derajat displacementnya. Foto rontgen harus menampakkan
keseluruhan clavicula, termasuk sendi bahu, humerus 1/3 proksimal dan clavicula
ujung sternum. Kenaikan 30 menunjukkan gambaran tanpa adanya overlap dari
anatomi thorax. Potongan oblique dapat membantu mendiagnosa Iraktur dengan
minimal displace, terutama pada anak-anak. Foto dilakukan dengan posisi bahu
membentuk sudut 45 terhadap sumber X-ray, dengan sudut terhadap kepala
sebesar 20.

T-Scan
Mungkin berguna, terutama pada Iraktur 1/3 medial, untuk membedakan
dislokasi stenoclavicular dari epiIisis atau pada Iraktur 1/3 lateral untuk
mengidentiIikasi keterlibatan artikuler.
II.8 KLASIFIKASI

KlasiIikasi patah tulang secara umum adalah:
O Fraktur lengkap
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang
terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi
ke sisi lainnya.
O Fraktur tidak lengkap
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang denga garis patah tidak
menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang
utuh).
KlasiIikasi menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu Iraktur berdasarkan
hubungan dengan dunia luar, meluputi:
O Fraktur tertutup
Adalah Iraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak
menonjol melalui kulit.
O Fraktur terbuka
Adalah Iraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan
dengan lingkungan luar, maka Iraktur terbuka potensial terjadi inIeksi.
Fraktur clavicula dapat diklasiIikasikan berdasarkan gambaran anatomi, seperti
lokasi, displacement, angulasi, pola (seperti greenstick, oblique, transversal dan
comminuti).
KlasiIikasi menurut Allman :
O Kelompok I
Fraktur 1/3 tengah (80). Ini merupakan Iraktur tersering baik pada anak-
anak ataupun dewasa. Segmen medial dan lateral dipertahankan oleh
ligamen dan musculus.
O Kelompok II
Fraktur 1/3 lateral (15). Ini disubklasiIikasikan lagi berdasarkan lokasi-
lokasi yang mungkin dari ligamen colacoclavicular.
Tipe I : Nondisplace atau Displacemean minimal : Iraktur
interligamen yaitu antara conoid dengan trapezoid atau antara
coracoclavivicular. igamennya masih intak.
Tipe II : adanya displacemen sekunder di medial dari ligamentum
coracoclavicular. Kemungkinan terjadi non union lebih besar.
4 IIA : conoid dan trapezoid melekat pada segmen lateral.
4 IIB : conoid robek, trapezoid melekat pada segmen lateral.
Tipe III : Iraktur dari artikuler acromioartikular joint tanpa adanya
kerusakan ligamen, ini mungkin agak dibingungkan dengan
pemisahan acromioclavicular joint derajat pertama.

O Kelompok III
Fraktur pada 1/3 medial (5). Displacemen yang minimal
didapatkan bila ligamen costo clavicular masih intak. Mungkin terdapat
kerusakan epiIisis pada anak-anak dan remaja. Dislokasi sternoclavicular
joint diklasiIikasikan berdasarkan posisi anatominya, dimana anterior lebih
sering terjadi daripada posterior. Selanjutnya, dislokasi posterior dapat
menyebabkan kompresi mediastinum, pneumothorak dan erosi trakhea.
Dibagi lagi menjadi :
a) Tipe I : displacemen yang minimal
b) Tipe II : displacemen
c) Tipe III : intra artikuler
d) Tipe IV : pemisahan epiIisis
e) Tipe V : comminuted

Cambar 1 lrakLur clavlcula seperLlga laLeral Llpe l dlmana llgamenL LeLap uLuh


Cambar 2 lrakLur clavlcula seperLlga laLeral Llpe ll dlsplaced segmen proxlmal ke aLas ( gbr klrl)
dan rupLur llgamen coracoclavlcular (gbr kanan)


II.9 DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan Iisik dan pemeriksaan
penunjang. Didapatkan ruda paksa dan gambaran mekanismenya. Pada klinisnya
ditemukan nyeri pada tempat cedera dan bisa didapatkan deIormitas.





























BAB III
MANAGEMENT

PRIMARY SURVEY (resusitasi penilaian Iraktur clavicula)
1. AIRWAY
Nilai airway sewaktu mempertahankan posisi tulang leher,
membuat airway deIinitive apabila diperlukan.
2. BREATHING
Menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan bantuan
ventilasi bila diperlukan.
3. CIRCUATION
Penggantian cairan untuk menanggulangi hipovolemi
4. DISABIITY
Tentukan GCS, kenali paralisis/paresis.
SEONDARY SURVEY
1. Memperoleh anamnesis dan mekanisme trauma, riwayat medis,
identiIikasi dan mencatat obat yang diberikan penderita sewaktu
datang, selama pemeriksaan dan penatalaksanaan.
2. Penilaian ulang tingkat kesadaran dan pupil.
3. Penilaian ulang skor GCS.
4. Penilaian tulang clavicula.
5. Palpasi : raba seluruh permukaan clavicula secara hati-hati, yang
dinilai : deIormitas, krepitasi, peningkatan rasa nyeri sewaktu
dipalpasi, kontusi, laserasi.
6. Penilaian NVD (Neuro Vasculer Distal) untuk mengetahui apakah
terjadi komplikasi berupa robeknya arteri subclavia atau injury
plexus brachialis.
PRINSIP PENANGANAN PRE HOSPITAL ARE
Prioritas pertama adalah memastikan adanya saluran naIas dan ventilasi yang
memadai. Pasien yang dicurigai mengalami Iraktur clavicula harus sedikit
mungkin digerakkan selama perjalanan menuju rumah sakit, untuk mengurangi
traumatis pada daerah Iraktur.





ALOGARITMA DASAR
1. Ada pasien tidak sadar.
2. Pastikan tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong.
3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda berusaha untuk menolong.
4. Cek kesadaran pasien, lakukan dengan metode GCS.
5. Call Ior help, mintalah bantuan kepada masyarakat disekitar untuk
menelephone ambulan (118) dengan memberitahukan :
a) Jumlah korban
b) Keadaan korban (sadar atau tidak sadar)
c) Perkiraan usia dan jenis kelamin (ex: wanita muda atau bapak tua)
d) Tempat terjadi kegawatan (alamat yang lengkap)
6. Bebaskan korban dari pakaian daerah dada (buka kancing baju bagian atas
agar dada terlihat)
7. Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati
kepala sejajar dengan bahu pasien.
8. Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a) uka-luka pada bahu, daerah clavicula dan dada
b) Pasein mengalami tumbukan daerah bahu atau lengan (misal: jatuh
dari sepeda motor dengan posisi menumpu pada bahu dan lengan).
9. Sambil melakukan a dan b diatas, lakukanlah pemeriksaan kondisi airway
dan breathing pasien.
10.Jika ternyata pasien masih bernaIas, maka hitunglah berapa Irekuensi
pernaIasan pasien itu dalam 1 menit (pernaIasan normal 12-20x/menit).
11.Jika Irekuensi naIas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap
melakukan ook isten and Feel.
12.Jika Irekuensi naIas 12 x/menit, berikan naIas buatan.
13.Jika ada perdarahan pada pasien, cobalah hentikan perdarahan dengan cra
menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat
mengakibatkan jaringan yang dibebat mati).
14.Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan
ook isten and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk
secara tiba-tiba.
15.Stabilisation (mempertahankan posisi). Seringkali perubahan posisi pasien
yanng tidak benar justru akan menambah cedera yang dialami.

Pengelolaan awal di rumah sakit
Pertama pasien datang, perhatikan penanganan pada airway, breathing dan
circulation. Penanganan tergantung pada siIat dan beratnya cedera. Kalau pasien
perlu resusitasi atau intubasi trakhea, hati-hati akan bahaya Ilexi dan ekstensi
leher.leher dan punggung dipertahankan pada posisi anatomis dengan bantal
penyangga, lakukan pemeriksaan Iisik dari kepala hingga ujung kaki. Melakukan
pemeriksaan tambahan (laboratorium dan radiology)
Penanganan non operatif
Sebagian besar Iraktur clavicula dapat diterapi dengan baik tanpa
operasi,yaitu dengan bentuk-bentuk immobilisasi. Tujuan utamanya adalah untuk
kenyamanan dan mengurai nyeri. Penggunaan gendongan diperlukan untuk
mendapatkan hasil sebaik dengan bila menggunakan bebat berbentuk angka '8 ,
agar lebih nyaman dan mengurangi masalah kulit. Tujuan dari berbagai cara
immobilisasi adalah sebagai berikut :
4 Menguatkan sendi bahu, membuat Iragmen lateral ke superior, lateral dan
posterior.
4 Menekan Iragmen medial
4 Memelihara beberapa derajat reduksi Iraktur.
4 Mengajak pasien untuk menggunakan tangan dan siku ipsilateral
Kelainan mengimmobilisasi, dapat terjadi pemendekan dan deIormitas. Secara
umum, immobilisasi dilakukan selama 4-6 minggu. Selama immobilisasi,
pergerakan pergelangan tangan harus tetap dilakukan.


Penanganan operasi
Indikasi operasi pada Iraktur clavicula masih kontroversi. Indikasi operasi
absolut pada Iraktur terbuka, adanya keterlibatan neurovasculer dan adanaya
penekanan pada kulit dengan potensi untuk terjadi Iraktur terbuka. Sedangkan
indikasi relatiI untuk operasi adalah adanya displace yang luas,
multitrauma,displace Iraktur 1/3 lateral, bahu yang mengambang atau terangkat,
timbulkelainan mendadak, deIormitas kosmetik dan kesegaran untuk bekerja.
Ada kontroversi manajemen yang berlebihan pada Iraktur clavicula dengan
adanya displacemen dan pemendekan (~ 1-2 cm). Walaupun sebagian besar
Iraktur displace dapat menyatu, namun penelitian melaporkan disIungsi bahu dan
ketidaknyamanan pasien dapat menyebabkan deIormitas secara kosmetik.
Kontroversi manajemen berlebihan juga ada pada Iraktur clavicula medial tipe II.
Beberapa penelitian mempunyai indikasi bahwa semua Iraktur tipe II memerlukan
manajemen operatiI. aporan ini mengatakan bila ujung tulang masih intak,
penyambungan dapat diperkirakan terjadi meskipun ada beberapa derajat
displecemen. Pada situasi ini, manajemen non operatiI terdiri dari immobilisasi
bebat dan pergerakan bahu secara progresiI.
Operasi fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan :
a. Fiksasi plate
Ditempatkan pada clavicula sisi superior atau pada sisi anteroinIerior.
Fiksasi plate dan screw membutuhkan pembukaan yang lebih luas
daripada intramedulla, tapi keuntungannya adalah lebih aman. Fiksasi
plate dan screw lebih sering menjadi prominen, bila ditempatkan pada
sisi superior clavicula.
b. Pin intermedullla (Pin Hagie, Pin Rockwood)
Ditempatkan pada Iraktur bentuk antegrade melalui Iragmen lateral dan
juga pada Iraktur bentuk retrograde melalui Iragmen medial.
Penggunaan Iiksasi intermedulla membutuhkan Iollow up radiograIi
untuk memantau adanya kemungkinana migrasi organ dan sebagai
prosedur kedua untuk perpindahan organ. Pin intermedulla menutupi
erosikulit pada insersi organ sisi lateral.
c. Terapi operatiI
Pada Iraktur clavicula lateral tipe II terdiri dari penggabungan Iragmen
medial dengan Iragmen lateral. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan Iiksasi coracoclavikular (Mersilene tape, sutura, wire, atau
screw) atau dengan Iiksasi menyilang acromioclavicular joint, melalui
Iragmen lateral dan menuju Iragmen medial.

erdasarkan gejala klinis :
1. Tanpa perpindahan Iragmen tulang
Immobilisasi Iraktur greenstick tidak diperlihatkan pada anak-anak, dan
penyembuhan cepat terjadi. Fraktur komplet sebaiknya di immobilisasi
selama 10-12 hari.
2. Dengan perpindahan Iragmen Iraktur
Pada bayi dan anak kecil, pakailah pembalut angka '8 yang terbuat dari
kain katun dan pembalut elastik yang diperkuat dengan plester.
Penyembuhan biasanya tejadi dalam 2-4 minggu. Anak-anak yang lebih
tua dan remaja membutuhkan reduksi dengan manipulasi tertutup dan
immobilisasi dengan pembalut angka '8 yang diperkuat dengan plester.
Reduksinya tidak perlu tepat sekali karena pembentukan callus yang
berlebihan akan dilenyapkan sebagian atau seluruhnya oleh proses
remodeling arsitektur tulang yang terjadi pada stadium lanjut dari proses
perbaikan Iraktur.
3. Dengan perpindahan Iragmen tulang dan comuniti (pada orang dewasa)
a. Reduksi tertutup
Fraktur komuniti dari clavicula dengan perpindahan Iragmen tulang
biasanya dapat dikelola secara berhasil dengan reduksi tertutup,
meskipun demikian pada wanita usaha yang lebih besar harus
dilakukan untuk memperoleh realigment yang tepat tanpa deIormitas.
Permukaan Iragmen-Iragmen pindah tempat yang tidak dapat di
reduksi secara tertutup, kadang-kadang dapat dimanipulai menjadi
dekat satu sama lain dengan mencegah Iragmen utama percutaneus
dengan klem tang besar. Suatu plester bahu memberikan immobilisasi
yang lebih kokoh daripada pembalut angka '8. Immobilisasi ini harus
dipertahankan selama 6-12 minggu. Pasien sedapat mungkin harus
berjalan-jalan, tetapi pada beberapa kasus posisi Iragmen
mengharuskan penderita tetap beristirahat ditempat tidur untuk saat-
saat permulaan, dengan traksi kulit yang dilakukan pada lengan atas
yang berada dalam sikap abduksidan sebuah kantung pasir diantara
bahu untuk memungkinkan Iragmen distal masuk dalam posisinya dan
untuk mempertahankan reduksi. Pasien mungkin berbaring selama 5-6
minggu atau lebih lama lagi sampai terjadi stabilisasi.
b. Reduksi terbuka
Kadang-kadang harus dilakukan untuk mencegah kelambatan
penyembuhan karena adanya interposisi jaringan lemak.
4. Fraktur 1/3 luar dari clavicula distal terhadap ligamentum coraco
clavicular
Jika ligamentum coracoclavicular utuh dan Iragmen-Iragmennya tidak
banyak berpindah tempat, immobilisasi dengan sling swathe sudah
memadai. Bila ligamentum coracoclavicular sudah mengalami laserasi dan
ada perpindahanekstensiI dari Iragmen medial yang utama, terapinya
serupa dengan yang dianjurkan dislokasi acromioclavicular.


















BAB IV
KOMPLIKASI

1. Pneumothorax
2. Fraktur costae
3. Gangguan neurovaskuler
Hal ini jarang terjadi namun merupakan hal yang penting seperti
robeknya arteri subclavia atau injury pleksus brachialis. Hal ini dapat
disebabkan oleh injury awal taupun karena kompresi sekunder dari
struktur yang berdekatan oleh callus dan atau deIormitas.
4. Malunion
Malunion merupakan keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau
miring. Komplikasi seperti ini dapat dicegah dengan melakukan analisis
yang cermat sewaktu melakukan reduksi dan mempertahankan reduksi itu
sebaik mungkin terutama pada masa awal periode penyembuhab. Gibs
yang menjadi longgar harus diganti seperlunya. Fragmen-Iragmen tulang
yang patah dan bergeser setelah reduksi harus diketahui sedini mungkin
dengan melakukan pemeriksaan radiograIi serial. Keadaan ini harus
dipulihkan kembali dengan reduksi berulang dan imobilisasi, atau
mungkin juga tindakan operasi.
5. Non union
Kejadian non union pada Iraktur clavicula sekitar 0,1-13, dengan
85 non union terjadi pada Iraktur 1/3 tengah. Faktor-Iaktor yang
mempengaruhi non union ini termasuk : keparahan trauma awal, luasnya
displacemen dari Iragmen Iraktur,interposisi soIt tissue, reIraktur,periode
immobilisasi yang tidak adekuat, ORIF (Open Reduction and Internal
Fiksation) primer.
Prognosa yang baik adalah pada anak-anak. Pada dewasa prognosa
akan baik bila dapat dideteksi dini, mendapat perawatan yang tepat dan
perawatan terhadap komplikasi.


Pada regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi, yaitu sendi sternoklavikular, sendi
akromioklavikular, dan sendi glenohumoral. Hubungan skapulothorakal
bukan merupakan sendi melainkan suatu hubungan muskuler antara
dinding thoraks dan skapula. Melalui keempat hubungan ini yang terdiri
atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini terjadi gerakan ke
segala arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi glenohumoral)
merupakan 50 kasus dari semua dislokasi. 80 dari dislokasi regio
bahu ini adalah tipe dislokasi bahu anterior. Stabilitas sendi bahu
tergantung dari otot - otot dan kapsul tendon yang mengitari sendi bahu.
Sedangkan hubungan antara kepala humerus dengan cekungan glenoid
terlalu dangkal. Oleh karena itu pada sendi glenohumoral sering terjadi
dislokasi, baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi. Melihat
lokasi kaput humeri terhadap glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah
anterior dan lebih jarang ke arah posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi
yang pertama mengalami kerusakan atau avulasi dari fibrocarltilage antara
kapsul sendi dengan glenoidalis di bagian anterior dan inIerior. Dengan
adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah mengalami dislokasi
ulang bila mengalami cedera lagi. Hal ini disebut sebagai recurrent
dislokasi.
Dislokasi Acromioclavicularis
Kekuatan sendi akromioklavikular disebabkan oleh simpai sendi
dan ligament korakoklavikular. Dislokasi sendi akromioklavikular tanpa
disertai rupturnya ligament korakoklavikuar, biasanya tidak menyebabkan
dislokasi Iragmen distal ke cranial dan dapat diterapi secara konservatiI
dengan mitela yang disertai latihan dan gerakan otot bahu. Bila tidak
berhasil atau adanya robekan ligament korakoklavikula kadang dilakukan
operasi reposisi terbuka dan pemasangan Iiksasi interna.


Gambar 4. Dislokasi acromioclavicularis
Dislokasi Sternoclavicular
Dislokasi sternoklavikular ini jarang terjadi dan bisa terjadi akibat
trauma langsung klavikula kearah dorsal yang menyebabkan dislokasi
posterior atau retrosternal. Atau bisa terjadi akibat tumbukan pada bagian
depan bahu sehingga bagian medial dari klavikula tertarik kearah depan dan
menyebabkan lepasnya sendi sternoklavikular kearah anterior. Pengobatan
konserIatiI dengan reposisi dan imobilisasi bisa berhasil dan bila gagal perlu
dilakukan operasi. Yang terpenting ialah latihan otot supaya tidak terjadi
hipotroIik pada otot bahu.

Gambar 5. Dislokasi Sternoclavicular
Tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu:
Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya

Cambar 6 Shoulder dlslocaLlon

You might also like