You are on page 1of 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isu utama yang sedang merebak di berbagai negara di dunia saat ini adalah
strategi untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi sebuah
negara, hal tersebut berlaku baik di negara maju, maupun negara sedang
berkembang atau selanjutnya disebut NSB. Suatu negara dapat disebut negara
sedang berkembang atau negara maju didasarkan pada keberhasilan pembangunan
oleh negara yang bersangkutan. Suatu negara digolongkan sebagai negara sedang
berkembang jika negara tersebut belum dapat mencapai tujuan pembangunan yang
telah ditetapkan atau belum dapat menyeimbangkan pencapaian pembangunan
yang telah dilakukan. Adapun suatu negara digolongkan sebagai negara maju jika
negara tersebut telah mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang
telah dilakukan, sehingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat
terwujud, baik yang bersiIat Iisik ataupun nonIisik.
Indonesia merupakan negara dalam kategori sedang berkembang, sehingga
sampai saat ini Indonesia masih belum dapat terlepas dari tingkat hidup yang
rendah dan tertekan. Menurut Isnani (2009: 43-45) permasalahan tingkat hidup
yang rendah dan tertekan ini, berakar pada empat bentuk masalah, terdapat pula
kebijakan operasional sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut,
diantaranya:
1. Keganjilan dalam perimbangan antara keadaan Iaktor-Iaktor produksi yang
tersedia. Sugiarto, dkk (2000:15) mendeIinisikan Iaktor produksi sebagai:

18
'sumber-sumber yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa untuk
memuaskan keinginan. Perkembangannya secara total saat ini ada lima hal
yang dianggap sebagai Iaktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal
(capital), sumber daya Iisik (physical resources), kewirausahaan
(entrepreneurship), dan sumber daya inIormasi (information resources)
(GriIIin & Ebert, 2007: 9-10). Permasalahan ini kemudian diatasi dengan arah
kebijakan berupa pembentukan modal diantaranya, berbagai kemudahan
dalam memperoleh kredit usaha, maupun berbagai kemudahan untuk
memenuhi kebutuhan memulai usaha, permasalah ini juga diatasi dengan
upaya pengembangan sumber daya manusia (menumbuhkan jiwa
kewirausahaan dan pendampingan usaha oleh pihak terkait).
2. Kepincangan dalam tingkat pertumbuhan antara berbagai sektor kegiatan
ekonomi. Sektor kegiatan yang paling terlihat mengalami ketimpangan ini
adalah sektor kegiatan pertambangan yang mengalami pertumbuhan yang
pesat, sehingga menghasilkan pendapatan yang tinggi, yang berdampak pada
kesejahteraan beberapa masyarakat yang mengolahnya, sedangkan di sisi lain
pada sektor pertanian misalnya, para pelaku kegiatan di sektor ini harus
berjuang keras, karena hasil pertanianya kadang tak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya, apalagi saat ini banyak gempuran hasil pertanian impor
dari negara lain, yang harga produknya lebih murah bila dibandingkan dengan
harga produk pertanian dalam negeri. Arah kebijakan untuk mengatasi hal ini
adalah mengembangkan berbagai sektor kegiatan ekonomi yang semakin
meluas, misalnya inovasi pengolahan hasil pertanian, intensivikasi, dan
diversifikasi. Selain itu, bisa juga dengan jalan mengembangkan sektor
ekonomi baru yang masih belum banyak digarap.

18
3. Kepincangan dalam pembagian kekayaan dan pendapatan di antara golongan-
golongan masyarakat. Bukan merupakan rahasia umum lagi bila Indonesia
bagian barat khususnya pulau jawa mengalami kemajuan yang pesat, bila
dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, hal ini disebabkan
karena terjadi kurang meratanya pembagian kekayaan dan pendapatan, yang
hanya terkonsentrasi di pulau jawa, padahal ketika kita mau jujur, pulau di
luar jawa sebenarnya memberikan sumbangan kekayaan yang paling besar
dengan hasil pertambangannya. Permasalahan ini diatasi dengan
mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata bagi seluruh
masyarakat Indonesia salah satunya program yang dicanangkan pemerintah
yaitu otonomi daerah, yang diharapkan mampu meningkatkan pemerataan
kesejahteraan, karena tiap daerah memiliki kesempatan untuk mengelola
pendapatan dan kekayaanya sendiri.
4. Kelemahan kelembagaan masyarakat dan siIat hidup masyarakat.
Permasalahan ini adalah masalah non-ekonomi yang menyangkut mulai
pudarnya nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat. Sebagai contoh, saat
ini masyarakat lebih cenderung memilih untuk membelanjakan uangnya
daripada harus menginvestasikan dananya, demi meningkatkan produktivitas
jangka panjang. Permasalahan ini kemudian diatasi dengan semakin
memberdayakan kelembagaan masyarakat ke arah yang lebih baik. serta
memperbaiki siIat-siIat hidup masyarakat agar lebih kondusiI, dengan
menetapkan berbagai kebijakan.
Makalah ini lebih berIokus terhadap masalah yang pertama, yakni
keganjilan dalam perimbangan Iaktor-Iaktor produksi. Produktivitas suatu negara
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam berbagai hal, misalnya: penyediaan

18
modal kerja, peningkatan skill (kemampuan) sumber daya manusia, penyediaan
sarana pendukung (teknologi), penyediaan bahan baku, kemudahan dalam
birokrasi, serta berbagai kebijakan lain yang turut mendukung berbagai usaha
yang dilakukan oleh masyarakat, dalam rangka meningkatkan produktivitas suatu
negara. Singkatnya, ketika pemerintah memberikan dukungan kepada masyarakat
dalam kegiatan menciptakan peluang usaha, maka produktivitas negara akan
semakin meningkat, yang pada akhirnya tingkat kesejahteraan masyarakat juga
akan meningkat.
Namun yang terjadi di Indonesia adalah pemerintah yang lebih pro
terhadap pihak swasta yang memiliki modal besar, terutama swasta asing.
Sehingga pemerintah terkesan mengesampingkan kepentingan warga negara
terutama pada tingkat menengah ke bawah yang justru sebenarnya lebih
membutuhkan dukungan dan perhatian yang besar. Dan tak tanggung-tanggung
masyarakat tingkat menengah ke bawah jumlahnya lebih besar daripada
masyarakat menengah ke atas. BPS (2011) melansir pada tahun ini jumlah
pengangguran mencapai 6,80 persen, sedangkan jumlah warga miskin mencapai
30,02 juta jiwa.
Merupakan sebuah ironi di negeri Indonesia ini yang dikatakan gemah
ripah loh finawi, yang seharusnya dikelola agar tercapai toto tentrem kerto
raharfo. Berbagai sumberdaya alam yang seharusnya dikelola untuk
meningkatkan produktivitas nasional melalui perimbangan Iaktor-Iaktor produksi
malah di politisasi demi kepentingan segelintir orang.
Sepertinya pemerintah mulai sadar dengan keadaan yang melanda negeri
ini, berbagai upaya mulai dilakukan untuk membenahi kekacauan perekonomian,
salah satunya adalah melalui program PNPM Mandiri.

18
B. #:2:8an Ma8alah
1. Bagaimanakah keadaan perimbangan Iaktor-Iaktor produksi di Indonesia?
2. Apakah Iaktor yang menyebabkan kepincangan perimbangan Iaktor-Iaktor
produksi di Indonesia?
3. Apakah dampak ketimpangan perimbangan Iaktor-Iaktor produksi di
Indonesia?
4. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi ketimpangan perimbangan
Iaktor-Iaktor produksi melalui program PNPM Mandiri?
5. Apa saja hal-hal yang menjadi peluang dan tantangan dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri?

. T::an Pen:li8an Makalah
1. Mendeskripsikan keadaan perimbangan Iaktor-Iaktor produksi di Indonesia.
2. Memaparkan Iaktor yang menyebabkan kepincangan perimbangan Iaktor-
Iaktor produksi di Indonesia.
3. Menjelaskan dampak ketimpangan perimbangan Iaktor-Iaktor produksi di
Indonesia
4. Menjelaskan upaya pemerintah dalam mengatasi ketimpangan perimbangan
Iaktor-Iaktor produksi melalui program PNPM Mandiri.
5. Memaparkan hal-hal yang menjadi peluang dan tantangan dalam pelaksanaan
program PNPM Mandiri.

Teknik penulisan makalah ini, berpedoman pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010)


18
BAB II
PEMBAHASAN

A. eadaan Peri2-angan Faktor-faktor Prod:k8i di Indone8ia
aktor produksi merupakan 'sumber daya dasar yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan disuatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa
(GriIIin & Ebert, 2007:9), sehingga Iaktor produksi menempati posisi yang
penting dalam upaya menciptakan peluang usaha bagi masyarakat. Pentingnya
Iaktor-Iaktor produksi dalam menciptakan peluang usaha, antara lain:
1. Tenaga kerja merupakan subyek insani yang secara langsung maupun tidak
langsung menjalankan kegiatan produksi (merencanakan, mengolah, dan
mengontrol) produksi barang maupun jasa. (Alam, 2006: 54)
2. 'Modal berIungsi sebagai penunjang dalam mempercepat atau menambah
kemampuan dalam memproduksi (Alam, 2006:55). Uang dalam proses
produksi, biasanya dijadikan alat untuk membeli bahan mentah, peralatan,
maupun perlengkapan yang mendukung dalam proses produksi.
3. Sumberdaya alam merupakan sumber bahan mentah (input) yang kemudian di
olah (process) untuk dijadikan barang jadi (output).
4. Kewirausahaan adalah sikap mental kreatiI yang dibutuhkan oleh seseorang
untuk menciptakan produk atau menambah nilai guna produk.
5. InIormasi disini diartikan sebagai sumber pengetahuan yang bisa dijadikan
rujukan atau landasan bagi seorang pengusaha untuk melakukan maupun
memutuskan suatu hal yang berhubungan dengan kegiatan usahanya.


18
aktor-Iaktor produksi tersebut tidak akan mungkin bisa dipenuhi oleh
masyarakat secara langsung, akan tetapi membutuhkan campur-tangan pemerintah
dalam hal penyediaanya, dengan kata lain penyediaan Iaktor-Iaktor produksi juga
merupakan tanggung-jawab pemerintah.
Kemiskinan yang masih melanda Indonesia merupakan bukti masih
rendahnya produktivitas nasional, hal ini merupakan akibat keganjilan
perimbangan Iaktor-Iaktor produksi yang menyebabkan masyarakat mengalami
kesulitan dalam pemenuhan Iaktor-Iaktor produksi dalam upaya menciptakan
peluang usaha. Berbagai macam keganjilan tersebut, dijabarkan sebagai berikut:
. Tenaga era
BPS (2011) melansir jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia saat ini
mencapai 119,4 juta orang, hanya sebagian kecil jumlah tenaga kerja yang
terdidik, sedangkan yang lainnya merupakan tenaga kerja tidak terdidik, hal ini
berpengaruh terhadap rendahnya kinerja mereka, asumsinya tenaga kerja yang
terdidik memiliki ketrampilan dan kecakapan yang cukup baik sehingga memiliki
kinerja yang bagus, sebaliknya tenaga kerja yang tidak terdidik memiliki
ketrampilan dan kecakapan yang kurang memadai. Perbedaan pendidikan tenaga
kerja ini akhirnya berpengaruh terhadap perbedaan pendapatan, tenaga kerja yang
terdidik memeperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibanding tenaga kerja tidak
terdidik.
. Modal
Sulitnya pengajuan kredit usaha bagi masyarakat kelas menengah ke
bawah, berbanding terbalik dengan pengajuan kredit usaha bagi masyarakat kelas
menengah ke atas. Kecenderungannya, masyarakat kelas menengah ke atas lebih
mudah untuk mendapatkan kredit.

18
. S:2-erdaya Ala2
Sumberdaya alam yang melimpah di Indonesia, tak menjadikan jaminan
seluruh lapisan masyarakat bisa turut merasakannya. Sumberdaya alam yang
seharusnya dijadikan sebagai sumber mendapatkan bahan mentah oleh masyarakat
untuk kemudian diolah menjadi barang jadi kini sulit untuk didapatkan, kalaupun
ada harganya relatiI mahal. Sumberdaya alam idelanya diolah oleh bangsa sendiri
apapun cara dan jadinya, agar tercapai pemerataan hasil sumberdaya alam.
. ewira:8ahaan
Salah satu elemen yang turut memepengaruhi produktivitas suatu negara
adalah jiwa kewirausahaan, karena jiwa kewirausahaan ini akan mendorong
masyarakat untuk terus produktiI dan selalu berinovasi. Di Indonesia pemerintah
sepertinya lebih memperhatikan pengusaha yang memiliki modal besar, dan
usahanya telah berjalan dengan baik, sementara itu wirausahawan yang harusnya
mendapatkan dukungan dan perhatian yang lebih, seakan-akan dianak-tirikan.
Kewirausahaan seharusnya ditumbuh-suburkan, agar terbuka lapangan usaha
terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah melalui usaha kecil dan
menengah, ketika usaha kecil dan menengah tumbuh subur maka sektor riil akan
mengalami peningkatan.
. Infor2a8i
Pada saat ini sumberdaya yang satu ini, dikategorikan sebagai salah satu
sumberdaya yang cukup penting, karena keberdaan inIormasi yang didalamnya
terkandung pengetahuan, ide, dan gagasan berIungsi sebagai pendorong seorang
pengusaha untuk memulai usahanya. Tak sedikit wirausahawan yang belakangan
ini muncul turut mewarnai bisnis di Indonesia, mereka awalnya memiliki ide
kreatiI nan segar yang kemudian dituangkan dalam bentuk usaha mereka.

18
Permasalahan dalam hal inIormasi yang sering dihadapi adalah minimnya Iasilitas
untuk dapat mengakses inIormasi terutama pada daerah yang terpencil, Iasilitas
tersebut diantaranya adalah internet, telepon, televisi, dan lain sebagainya.
Daerah yang memiliki Iasilitas untuk mengakses inIormasi akan mengalami
kemajuan, sedangkan daerah yang tidak memiliki Iasilitas untuk mengakses
tertinggal jauh, bahkan mengalami kemunduran dalam hal menciptakan peluang
usaha.

B. Faktor yang Menye-a-kan epincangan Peri2-angan Faktor-faktor
Prod:k8i di Indone8ia
Berbagai Iaktor yang menyebabkan kepincangan perimbangan Iaktor-
Iaktor produksi di Indonesia, antara lain:
1. Budaya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang mewarnai percaturan elit
politik di Indonesia, bahkan menurut survey yang dilakukan oleh Bribe Payer
Index (2011), yang dilakukan terhadap 28 negara menunjukkan bahwa
Indonesia menduduki peringkat negara ke empat yang terkorup.
2. #endahnya kesadaran masyarakat, terutama karena masih rendahnya tingkat
pendidikan.
3. embaga keuangan cenderung lebih mempercayai debitur pada kelas
menengah ke atas, dibandingkan masyarakat menengah ke bawah, karena
masyarakat menengah keatas memiliki jaminan yang memadai.
4. Sumberdaya alam telah dimonopoli oleh segelintir kelompok, terutama
kelompok yang berkuasa. Sebagai contoh, tak sedikit perusahaan luar negeri
yang mengeksploitasi sumberdaya alam Indonesia, semisal tambang emas,
tambang minyak, dan masih banyak lagi.

18
5. Pemerintah lebih mengutamakan berbagai kepentingannya terhadap
pengusaha yang memiliki modal besar, sehingga kebijakannya lebih
cenderung pro-terhadap pengusaha tersebut, sementara pengusaha sektor
mikro seperti tidak begitu dihiraukan.
6. Ketidakmerataan pembangunan menyebabkan ketidakmerataan dalam
penyediaan akses inIormasi.

. Da2pak eti2pangan Peri2-angan Faktor-faktor Prod:k8i di
Indone8ia
Berbagai akibat yang ditimbulkan dari ketimpangan perimbangan Iaktor-
Iaktor produksi diantaranya:
1. Sempitnya lapangan usaha menyebabkan jumlah pengangguran di mencapai
6,80 persen (BPS, 2011).
2. Jumlah warga miskin mencapai 30,02 juta jiwa (BPS, 2011).
3. Tingkat kesehatan yang masih rendah.
4. Tingkat kriminalitas semakin meningkat.
5. #endahnya tingkat pendidikan.
6. Tumbuhnya berbagai gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari
NK#I, seperti GAM, #MS,dan GPM.

D. Upaya Pe2erintah dala2 Mengata8i eti2pangan Peri2-angan Faktor-
faktor Prod:k8i 2elal:i Progra2 PNPM Mandiri
. Pengertian PNPM Mandiri
a. PNPM Mandiri adalah gerakan nasional dalam wujud kerangka kebijakan

18
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraannya.
c. Melalui PNPM Mandiri dilakukan hamonisasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan
stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan
d. Keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai
pihak untuk memberikan kesempatan, dan menjamin keberlanjutan berbagai
hasil yang dicapai menjadi kunci keberhasilan proses pemberdayaan
masyarakat. (PNPM Mandiri, 2009:14-15)
. T::an PNPM Mandiri
a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,
kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat
lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan.
b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatiI, dan akuntabel.
c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin.

18
d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli
(swasta, asosiasi, perguruan tinggi, media, SM, dll) untuk mengeIektiIkan
upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
e. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan di wilayahnya.
I. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan keariIan lokal.
g. Meningkatnya inovasi dan pemanIaatan tekhnologi tepat guna, inIormasi dan
komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. (PNPM Mandiri, 2009:15-16)
. Prin8ip Da8ar PNPM Mandiri
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM senantiasa
bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
b. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM, masyarakat memiliki kewenangan
secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola
kegiatan pembangunan secara swakelola.
c. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan
kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai
dengan kapasitasnya.
d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok
masyarakat yang kurang beruntung.
e. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktiI dalam setiap proses pengambilan
keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan
pembangunan.

18
I. Kesetaraan dan keadilan gender. aki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manIaat kegiatan pembangunan.
g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara
musyarawah dan muIakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan
masyarakat miskin.
h. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai
terhadap segala inIormasi dan proses pengambilan keputusan sehingga
pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratiI.
i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara
optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar
pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi
juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
l. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM
harus sederhana, Ileksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat
dipertanggungjawabkan oleh masyarakat. (PNPM Mandiri, 2009:18-20)
. ategori Progra2
Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut:

18
a. PNPM-Inti: terdiri dari program/proyek pemberdayaan masyarakat berbasis
kewilayahan, yang mencakup PPK (Program Pengembangan Kecamatan),
P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) , PISEW
(Pengembangan InIrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah), dan P2DTK
(Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus).
b. PNPM Penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat
berbasis sektor untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang
pelaksanaannya terkait pencapaian target sektor tertentu. Pelaksanaan
programprogram ini di tingkat komunitas mengacu pada kerangka kebijakan
PNPM Mandiri. (PNPM Mandiri, 2009:23)
. o2ponen egiatan
a. Penge2-angan Ma8yarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat; perencanaan partisipatiI,
pengorganisasian, pemanIaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-
hasil yang telah dicapai.
Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana
pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan
operasional pendampingan masyarakat; dan Iasilitator untuk Iasilitasi,
pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran Iasilitator terutama pada
saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama
sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
-. Bant:an Lang8:ng Ma8yarakat
Komponen Bantuan angsung Masyarakat (BM) adalah dana stimulant

18
keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai
sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.
c. Peningkatan apa8ita8 Pe2erintahan dan Pelak: Lokal
Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah
serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku
lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusiI
dan sinergi yang positiI bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam
menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini
antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan
secara selektiI, dan sebagainya.
d. Bant:an Pengelolaan dan Penge2-angan Progra2
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi
kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli
lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,
pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program. (PNPM Mandiri,
2009:25-26)
. #:ang Lingk:p egiatan
#uang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada prinsipnya terbuka bagi
semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati
masyarakat meliputi:
a. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial,
dan ekonomi secara padat karya;
b. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang

18
lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanIaatkan dana
bergulir ini.
c. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang
bertujuan mempercepat pencapaian target-target.
d. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran
kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta
penerapan tata kepemerintahan yang baik di tingkat lokal. (PNPM Mandiri,
2009:26-27)
Seluruh kegiatan yang direncanakan dalam program PNPM Mandiri ini,
merupakan salah satu wujud pengimplementasian Peraturan Presiden No. 5 tahun
2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional, dengan menteri
perencanaan pembangunan nasional sebagai kepala badan perencanaan
pembangunan nasional, sebagaimana yang telah dinyatakan dalam pasal 1 ayat 4

E. Hal-hal yang Menadi Pel:ang dan Tantangan dala2 Pelak8anaan
Progra2 PNPM Mandiri
. Pel:ang
a. Keadaan masyarakat Indonesia yang masih rendah dan tertekan,
membutuhkan suatu program untuk mengatasi keadaan ini.
b. Masyarakat membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk menciptakan
peluang usaha.
c. TaraI pendidikan masyarakat yang masih rendah, sehingga masyarakat
membutuhkan dukungan pendidikan dan pelatihan dari pemerintah, untuk
meningkatkan ketrampilan mereka.

18
d. Masyarakat terutama dihadapai kelas menengah kebawah mengalami
kekurangan modal, sehingga membutuhkan bantuan dana dari pemerintah

. Tantangan
a. uasnya wilayah Indonesia membutuhkan tenaga ekstra untuk dapat
menjangkau wilayah-wilayah ini, terutama pada daerah yang terpencil.
b. TaraI pendidikan masyarakat yang masih rendah, membutuhkan perhatian dan
usaha lebih dari pemerintah untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat.
c. Oknum pengelola PNPM Mandiri yang masih sering melakukan
penyelewengan jabatan.
d. Masih terlalu rumitnya birokrasi di Indonesia, menjadikan masyarakat
cenderung enggan untuk berurusan dengan pemerintah.
e. Terjadi beberapa ketidak-sinkronan antara program yang dicanangkan
pemerintah, dengan adat-istiadat dan budaya masyarakat.












18
BAB III
PENUTUP

A. e8i2p:lan
1. Keadaan masyarakat Indonesia yang masih memiliki tingkat hidup yang
rendah dan tertekan, merupakan dampak dari berbagai keganjilan tingkat
perimbangan Iaktor-Iaktor produksi.
2. Berbagai masalah penyebab terjadinya keganjilan perimbangan Iaktor-Iaktor
produksi di Indonesia, antara lain: KKN yang telah membudaya dalam tubuh
pemerintah, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sulitnya mendapatkan
modal usaha, dan lain sebagainya.
3. Masih tingginya angka kemiskinan, pengangguran , dan kesejateraan
masyarakat merupakan dampak dari rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
akibat kesulitan yang dihadapi dalam memulai dan menjalankan usaha,
permasalahan ini berakar pada keganjilan Iaktor-Iaktor produksi di Indonesia.
4. Untuk mengatasi dampak dari berbagai keganjilan tingkat perimbangan
Iaktor-Iaktor produksi adalah dengan kebijakan operasional berupa berbagai
upaya memberikan kemudahan dalam memperoleh kredit usaha, maupun
berbagai kemudahan untuk memenuhi kebutuhan memulai usaha, dan upaya
pengembangan sumber daya manusia (menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan
pendampingan usaha oleh pihak terkait) melalui program PNPM Mandiri.
5. Mewujudkan Indonesia yang terlepas dari keadaan hidup yang rendah dan
tertekan melalui program PNPM Mandiri merupakan permasalahan yang

18
kompleks, sehingga terdapat berbagai peluang dan tantangan dalam
pengimplementasiannya.

B. Saran
1. Mengingat masih rendah dan tertekannya taraI hidup masyarakat Indonesia,
hendaknya disikapi secara serius oleh pemerintah melalui berbagai upaya yang
harus pro-rakyat.
2. Pemerintah harus mengatasi berbagai penyebab keganjilan perimbangan
Iaktor-Iaktor produksi.
3. Untuk mengatasi taraI hidup yang rendah dan tertekan, pemerintah harus
berIokus terhadap beberapa masalah dasar, diantaranya: penyediaan modal
usaha dan bahan baku serta peningkatan ketrampilan tenaga kerja, inIormasi,
kewirausahaan
4. Program PNPM Mandiri harus dijalan dengan penuh keseriusan oleh berbagai
pihak yang bertanggung jawab menjalankannya.
5. Peluang dan tantangan dalam pengimplementasian program PNPM Mandiri
hendaknya dihapi secara bijak sebagai dinamika perwujudan Indonesia yang
lebih sejahtera.








18
DAFTA# #U1UAN

Alam, S. 2006. konomi (volume 1). Jakarta: Esis.

Badan Pusat Statistik. Keadaan Ketenagakerfaan Februari 2011. (Online),
(http://www.bps.go.id/brsIile/naker-05mei11.pdI), diakses 10 Oktober
2011.

Badan Pusat Statistik. Profil Kemiskinan di Indonesia. (Online),
(http://www.bps.go.id/brsIile/kemiskinan-01jul11), diakses 10 Oktober
2011.

Bribe Payer Index. 2011. Survey Transparency International. Dari Hidayatullah,
(Online), (http://www.hidayatullah.com/read/19648/04/11/2011/indonesia-
negara-keempat-terkorup-di-dunia.html), diakses tanggal 10 Nopember
2011.

GriIIin, W & Ebert, #. 2007. Bisnis (volume 1). Terjemahan Sitha Wardhani.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Isnani, G. 2009. konomi Pembangunan. Sebuah Pengantar untuk Memahami
Proses, Masalah, dan Dasar Kebifakan Pembangunan konomi
Indonesia. Bahan Ajar Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Manajemen akultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

Peraturan Presiden #epublik Indonesia No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Sekretariat Negara #epublik
Indonesia. (Online), (http://www.setneg.go.id/), diakses 10 Nopember
2010

PNPM Mandiri. 2007. Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri. Jakarta: PNPM Mandiri

Sugiarto. Herlambang, T., Brastoro., Sudjana, #., Kelana, S. 2000. konomi
Mikro. Sebuah Kafian Komprehensif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Skripsi,
Tesis, Desertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi
Kelima, Malang: Universitas Negeri Malang.

You might also like