You are on page 1of 18

1

BAB I PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS

1. Mengajar dan Manajemen Kelas a. Kegiatan mengajar Tujuan: secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Proses pengajaran, meliputi : mengidentifikasi tujuan pengajaran, mendiagnose keberhasilan siswa, merencanakan dan menerapkan aktivitas pengajaran, dan mengevaluasi keberhasilan siswa. b. Kegiatan manajerial kelas Tujuan: menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Proses manajerial: menetapkan tujuan manajerial, menganalisis kondisi yang ada, memilih dan menerapkan strategi manajerial, dan menilai efektivitas manajerial. 2. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas a. Pengertian Konsepsi lama: sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Konsepsi modern: proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas. Manajemen berasal dari bahasa Inggris "management", yang artinya pengelolaan, yaitu proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Kelas adalah sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajran yang sama dari guru yang sama pula. Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasanan belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. b. Tujuan manajemen kelas Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.

Menyediakan fasilitas yang mendukung siswa belajar dengan lingkunagn sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas. Membina dan membimbing siswa sesuai latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan sifat-sifat individunya.

3. Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas a. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif. b. Fungsi: memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas, dan memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar. Sedangkan fungsi manajemen yang harus dilakukan kepala sekolah, antara lain: Perencanaan Merupakan suatu proses penentuan dan penyusunan rencana yang akan dilakukan pada masa mendatang secara terpadu dan sistematis. Pengorganisasian Suatu proses yang menyangkut perumusan, rincian pekerjaan dan tugas kepada orang-orang yang berkompetensi sesuai bidangnya secara optimal untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menggerakkan Memberikan pengaruh kepada guru agar tergerak untuk melaksanakan tugas bersama-sama untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Memberikan arahan Memberikan informasi, petunjuk, serta bimbingan kepada guru agar terhindar dari penyimpangan, kesulitan, atau kegagalan dalam menyelesaikan tugas. Pengkoordinasian Menyelaraskan gerak langkah dan memelihara konsistensi guru dalam melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya. Pengendalian Mengendalikan agar tugas yang dibebankan dapat dikerjakan secara optimal. Tiga pendekatan yang bisa dilakukan, yaitu pengendalian yang bersifat pencegahan, pengendalian langsung, dan pengendalian yang bersifat perbaikan. Inovasi

Menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kreatif dan inovatif c. Masalah manajemen kelas Masalah individual Sebab: pemenuhan kebutuhan individu merasa tidak terpenuhi. Kemungkinan tindakan siswa untuk mencari perhatian: siswa bertingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behaviours), tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors), tingakah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors), dan peragaan ketidakmampuan (passive behaviours). Akibat tindakan tersebut, mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku, yaitu: o Pola aktif-konstruktif: pola tingkah laku ekstrim dan ambisius. o Pola aktif-destruktif: pola tingkah laku dalam bentuk membuat banyolan, kasar, suka marah, dan memberontak. o Pola pasif-konstruktif: tingkah laku lamban dengan maksud mendapatkan perhatian. o Pola pasif-destruktif: tingkah laku sifat pemalas dan keras kepala. Masalah kelompok Sebab: tidak terpenuhinya masalah-masalah kelompok Masalah kelompok yang mungkin muncul, antara lain: kelas kurang kohesif, penyimpangan dari norma-norma yang telah disepakati, kelas mereaksi negatif pada salah satu anggotanya, "membombong" anggota kelas yang melanggar norma kelompok, mudah dialihkan perhatiannya, semangat kerja rendah, dan kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Ciri-ciri kelompok dalam kelas o Kesatuan kelompok, dikembangkan dengan menolong siswa agar menyadari hubungan satu sama lain sebagai alat pemersatu. o Interaksi dan komunikasi, guru berupaya membantu agar tugas belajar dapat berlangsung secara wajar. o Struktur kelompok, posisi dalam kelompok layaknya bergantian gar tidak merusak keakraban kelompok.

o Tujuan-tujuan kelompok, ditentukan bersama dalam kelompok sehingga siswa akan bekerja lebih baik dalm menyelesaikan tugasnya. o Kontrol, dilakukan sesuai tingkat kebutuhan kelompok. Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mengontrol kelas dari yang terburuk hingga terbaik adalah: hukuman atau ancaman, pengubahan situasi atau siasat, dominasi atau pengaruh, dan koperasi atu partisipasi. Iklim kelompok adalah hasil dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam kelompok atau produk semua kekuatan dalam kelompok. Keakraban yang kuat akan mengontrol perilaku anggotanya. 4. Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan a. Syarat-syarat kelas yang baik, adalah: Rapi, bersih, sehat, tidak lembab Cukup cahaya yang menerangi Sirkulasi udara cukup Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata rapi Jumlah siswa maksimal 40 orang

b. Syarat-syarat agar kelas nyaman dan menyenangkan Tata ruang kelas, ditata sesuai dengan kebutuhan yang dapat membuat suasana kegiatan pembelajaran menjadi nyaman, termasuk pengorganisasian pendekatan atau metode apa yang dilakukan. Menata perabot kelas Perabot kelas adalah segala perlengkapan yang harus ada di kelas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Contohnya dapat berupa: papantulis, meja kursi guru, meja kursi siswa, almari kelas, jadwal pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan, gambar presiden dan wakil presiden serta lambang Garuda Pancasila, tempat cuci tangan dan lap tangan, tempat sampah, sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam, gambar-gambar/alat peraga, dan kapur/spidol. Perabot dan alat kelengkapan kelas ini adalah tanggung jawab guru dan seluruh siswa, sehingga harus dijaga keutuhan dan kelengkapannya

BAB II PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS

Macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas antara lain: otoriter, intimidasi, permisif, buku masak, instruksional, pengubahan perilaku, sosio-emosional, proses kelompok, ekletik, dan analitik pluristik. 1. Pendekatan Otoriter Bertujuan untuk mengendalikan perilaku siswa dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman secara manusiawi. Strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas, yaitu: menetapkan dan menegakkan peraturan; memberikan perintah, pengarahan, dan pesan; menggunakan teguran; dan menggunakan pemisahan dan pengucilan. 2. Pendekatan Intimidasi Guru berperan memaksa siswa berperilaku sesuai dengan perintah guru, dengan bentuk hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan, dan teguran keras. Kelemahannya adalah bersifat pemecahan masalah secara sementara dan dapat menimbulkan tumbuhnaya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan guru dan siswa. 3. Pendekatan Permisif Guru berperan memaksimalkan kebebasan siswa dan sebagai pendorong mengembangkan potensi siswa secara penuh, sehingga hal tersebut dapat membantu pertumbuhan siswa secara wajar. Kelamahannya adalah kebebasan yang tidak terbatas akan mengancam hak-hak orang lain, sehingga tidak produktif diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kelas. 4. Pendekatan Buku Masak Pendekatan ini bersifat rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan guru apabila menghadapi masalah manajemen kelas. Contoh khasnya antara lain: selalulah menegur siswa dengan empat mata, jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat memperingatkan siswa, tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa, jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan, senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman, selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui

semua peraturan yang ada, dan tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan. Kelemahannya adalah bersifat mutlak, apabila gagal tidak ada alternatif lain, sehingga menumbuhkan sifat reaktif pada guru. 5. Pendekatan Instruksional Pendekatan ini mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakn dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Guru yang berhasil adalah guru yang menyajikan pelajaran yang disiapkan dengan baik, yang berlangsung dengan lancar, dan dengan tempo yang baik, tepat dan jelas arahnya, memberikan kegiatan yang sesuai denagn kemampuan dan minat siswa. 6. Pendekatan Pengubahan Perilaku Berdasarkan pada prinsip-prinsip behaviorisme (perilaku merupakan hasil proses belajar). Guru bertugas menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar belajar, yaitu: penguatan positif (memberikan penghargaan), hukuman(memberikan rangsangan tidak menyenangkan, penghentian (menahan penghargaan), dan penguatan negatif (menarik hukuman). 7. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Guru bertugas membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan hubungan yang positif antara guru adan siswa. Para ahli yang bergagasan tentang pendekatan ini adalah Carl Rogers, Ginott, dan Glasser. 8. Pendekatan Proses Kelompok Pendekatan yang dilakukan dalam manajerial kelas menggunakan skala kelompok. Menurut Schmuk dan Schmuk dalam Weber, enam ciri mengenai manajemen kelas, yaitu: harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan. 9. Pendekatan Ekletik Pendekatan ini merupakan menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan keseluruhan yang bermakna. 10. Pendekatan Analitik Pluristik Pendekatan ini memberi kebebasan guru menentukan srategi yang tepat dalam memanajemeni kelas. Tahapannya yaitu: menentukan kondisi kelas yang didinginkan; menganalisis kondisi kelas yang nyata; memilih dan menggunakan strategi pengelolaan.

BAB III

I, Prosedur Manajemen Kelas


Prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan untuk terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Serangkaian langkah manajemen kelas mengacu kepada 1) tindakan pencegahan (preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang menguntungkan 2) tindakan korektif merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi optimal pembelajaran yang berlangsung. Dimensi tindakan korektif dibagi menjadi 2 yaitu: a. Tindakan yang segera diambil oleh guru saat terjadi gangguan terhadap kondisi optimal pembelajaran (dimensi tindakan) b. Tindakan kuratif yaitu tindakan terhadap tingkah laku menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. Tindakan manajemen kelas juga dapat menjurus kepada tindakan : a) Dimensi pencegahan (preventif), merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsung proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Prosedur dalam dimensi pencegahan adalah berupa langkah-langkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun langkah-langkah pencegahannya sebagai berikut: 1. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru 2. Peningkatan kesadaran peserta didik 3. Sikap polos dan tulus dari guru 4. Mengenal dan menemukan alternattif pengelolaan 5. Menciptakan kontak sosial b) Dimensi kuratif, merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Guru berusaha menumbuhkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri. Langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan sebagai berikut: 1. Mengindentifikasi masalah 2. Menganalis masalah 3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan 4. Mendapatkan balikan

II. Rancangan Prosedur Manajemen Kelas Guru menyusun rancangan prosedur manajemen kelas berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-langkah manajemen kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk tujuan menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi berlangsungnya kegiatan belajar siswa. Penyusunan rancangan prosedur manajemen kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat manajemen kelas. b. Pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi.

c. Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan peserta didik. d. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas e. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur manajemen kelas. Setelah rancangan prosedur manajemen kelas disusun, hal yang penting dan mendapat perhatian adalah proses pelaksanaan rancangan tersebut. Dalam kaitan ini betapa penting dan besarnya peranan dan pengaruh guru. Disamping kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan rancangan tersebut maka sikap, tingkah laku, kepribadian serta kemampuan berinteraksi guru merupakan aspek yang tidak dapat diremehkan. Proses manajemen kelas dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Memahami hakikat, konsep dan tujuan manajemen kelas b. Menentukan masalahnya: preventif atau kuratif c. Mempertimbangkan hakikat anak yang memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan sendiri lalu memperhatikan kenyataan penyimpangan tingkah laku yang ada. d. Menentukan masalahnya: individual atau kelompok e. Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas: preventif individual/ kelompok ataukah kuratif individual/ kelompok f. Menjabarkan langkah-langkah rancangan prosedur manajemen kelas yang meliputi: 1) Pengindentifikasian masalah 2) Penganalisaan masalah 3) Penilaian alternatif pemecahan yang akan dilakukan 4) Pelaksanaan monitoring 5) Pengumpul balikan g. Melaksanakan rancangan yang telah disusun, dimana fungsi dan peranan guru sangan menentukan. h. Melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana hasil pemecahan masalah itu dilaksanakan dan ditaati i. Mendapat balikan, yaitu tahap pelaksanaan yang telah tiba pada penggunaan hasil monitoring untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

10

11

BAB IV PENGATURAN KONDISI DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG

Dalam pengaturan penciptaan iklim belajar yang yang menunjang, hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain: kondisi dan situasi belajar-mengajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. 1. Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar a. Kondisi fisik 1) Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran harus memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa, sehingga tidak saling mengganggu pada saat terjadi aktivitas pembelajaran. 2) Pengaturan tempat duduk harus memungkinkan terjadinya tatap muka dan guru dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Beberapa pola tempat duduk, yaitu: a) pola berderet atau berbaris-berjajar, guru mempunyai otoritas yang tinggi b) pola susunan kelompok, memudahkan siswa untuk bekerjasama, guru hanya memberi bimbingan pada siswa c) pola formasi tapal kuda, guru berada di tengah-tengah siswanya, memberikan kemudahan pada siswa dalam berkomunikasi dan berkonsultasi d) pola lingkaran atau persegi, tanpa ada piminan kelompok, digunakan untuk pola diskusi 3) Ventilasi atau pengaturan cahaya harus cukup menjamin kesehatan siswa 4) Pengaturan penyimpanan barang-barang disimpan pada tempat khusus, yang mudah dicapai kalau segera akan dipergunakan oleh siswa. b. Kondisi Sosio-Emosional 1) Tipe kepemimpinan Guru sebagai administrator, harus menghindari tipe kepempinan yang otoriter, karena dapat menimbulkan sikap agresif dan apatis pada siswa kepada guru. a) Guru sebagai model: pemberi keseimbangan, pengalaman, dan gagasan baru dari pemodelan.

12

b) Guru sebagai pengembang: bekerja sesuai format yang tepat dan benar, tidak senang melihat siswa yang bolos atau malas, pengembang segala bidang. c) Guru sebagai perencanan: ahli dalam bidangnya, mengatur tata ruang sebagai tempat belajaryang menyenangkan, mengharap siswa dapat belajar banyak darinya. d) Guru sebagai pembimbing: yang saling membelajarkan, yang mengajar daalm sistem sosial yang dinamis, yang mengetahui perkembangan individu, yang mengembangkan suasana saling percaya dan terbuka. e) Guru sebagai fasilitator: yang merespon siswa, yamg suka mendengar dan bertanya kepada siswa, dan yang menginginkan siswa belajar mencapai tujuan sesuai harapan siswa. 2) Sikap guru yang sabar dan mau mendengar harapan siswa adalaha sangat bijaksana. c. Kondisi Organisasional Kegiatan rutin hendaknya diatur secara jelas dan terbuka pada siswa. Kegiatan rutinitas, antara lain: pergantian pelajaran, guru berhalangan hadir, masalah antar siswa, upacara bendera, dan kegiatan lainnya. d. Kondisi Administrasi Teknik Kondisi administrasi teknik yang turut mempengaruhi manajemen pembelajaran, antara lain: daftar presensi, ruang bimbingan siswa, tempat baca, tempat sampah, dan catatan pribadi siswa. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar a. Faktor intern, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan), dan faktor kelelahan. b. Faktor ekstern, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 3. Mengajar yang efektif Yaitu mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif dan efisien. Enam prinsip mengajar yaitu: konteks, fokus, sosialisasi, individualisasi, urutan, dan evaluasi.

13

BAB V PRINSIP-PRINSIP DISIPLIN KELAS

1. Pengertian Disiplin Kelas Disiplin adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Sikap disiplin yang dilakukan seseorang sebenarnya adalah suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut dapat diklasifikasikan menjadi: a. Nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai kepercayaan b. Nilai-nilai tradisional c. Nilai-nilai kekuasaan d. Nilai-nilai subjektif e. Nilai-nilai rasional 2. Hak, Kebutuhan Siswa dan Tampilan Guru Hubungannya dengan Disiplin Beberapa hak siswa yang penting dan yang perlu dijamin adalah (1) hak menyelesaikan pendidikan dengan sebaik-baiknya, (2) hak persamaan kedudukan atau kebebasan dari diskriminasi dalam kelompok, (3) hak berekspresi secara pribadi, (4) hak keleluasaan pribadi, dan (5) hak menyelesaikan (studi) secara cepat (Mc Neil dan Wiler,1990). Kebutuhan para siswa adalah faktor yang relevan dalam menentukan banyak sistem disiplin kelas atau sekolah. 4. Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat a. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa Hubungan sekolah dengan orang tua dapat dijalin melalui sarana wadah perkumpulan orang tua siswa, guru atau tenaga kependidikan lainnyadinamakan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan. Dengan adanya hubungan antara sekolah dengan orang tua tersebut maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah: 1) orang tua siswa mengetahui tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah, 2) sekolah mengetahui semua kegiatan orang tua dan para siswa dirumah,

14

3) orang tua siswa mau memberi perhatian yang sangat besar dalam menunjang kegiatan-kegiatan sekolah. b. Hubungan sekolah dengan Instansi terkait Hubungan yang dijalin dan upaya yang perlu dilaksanakan oleh sekolah, antara lain sebagai berikut: 1) ikut serta dalam kegiatan yang diadakan pemerintah, sepanjang tidak mengganggu proses belajar mengajar 2) pada saat yang diperlukan, Kepala Sekolah atau guru yang ditunjuk mengadakan kunjungan ke Instansi Pemerintah sebagai salah satu cara pendekatan dari pihak sekolah, 3) sekali-kali dapat mengundang Pejabat Pemerintah di luar Depdikbud sebagai pembina dalam upacara bendera. c. Hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat Program ini dapat dilaksanakan dalam bentuk: 1) mengunjungi industri dan perusahaan untuk menambah wawasan pengetahuan para siswa, 2) mengundang tokoh-tokoh yang berhasil dalam bidangnya untuk memberikan ceramah di sekolah. d. Hubungan sekolah dengan Lembaga Pendidikan Lain 1) mengadakan kunjungan antar sekolah untuk saling bertukar pengalaman, 2) menjalin kerja sama dalam upaya saling mengembangkan pendidikan di sekolahnya masing-masing, 3) memberikan informasi tentang perkiraan jumlah lulusan sekolah kepada lembaga pendidikan setingkat diatasnya, 4) mengundang pimpinan lembaga pendidikan yang lebih tinggi tingkatnya untuk memberikan ceramah tentang perkembangan pendidikan sesuai dengan jenjangnya. 5. Sumber Pelanggaran Disiplin Pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenuhan terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya, misalnya: a. Tipe kepimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik.

15

b. Pengebirian akan hak-hak kelompok besar anggota sebagai peserta didik oleh sekolah/guru. c. Sekolah/guru tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada di atas atau dibawah rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah. d. Sekolah/guru kurang melibatkan dan mengikutsertakan peserta didik dalam keikutsertaannya dalam bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah sesuai dengan kemampuannya. e. Sekolah/guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah. f. Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orang tua dan antara keduanya juga saling melepaskan tanggung jawab. 6. Peraturan dan Tata Tertib Kelas Sekolah adalah tempat utama untuk melatihkan dan memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas yang diterapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka siswa akan terbiasa berdisiplin. Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktivitas khusus. Misal: penggunaan pakaian seragam; mengikuti upacara bendera; peminjaman buku perpustakaan (Suharsimi Arikunto, 1993:122-123)

16

BAB VI TAHAPAN DAN PENANGGULANGAN PELANGGARAN DISIPLIN

1. Tahapan Memelihara Disiplin a. Pencegahan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah penciptaan suasana kelas, ketepatan perencanaan, dan instruksional. b. Pemeliharaan Pemeliharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan pedoman yang telah ditetapkan agar peserta didik tetap dapat menjalankan tugas-tugasnya. Pedoman itu harus memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, dan kepraktisan ke arah belajar aktif. c. Campur tangan (Intervensi) Campur tangan lebih dilakukan pada gejala utamanya daripada kepada perilaku menyimpangnya. Guru melakukan terapi situasi daripada peraturan disiplinnya. Guru hendaknya menggunakan pendekatan ilmu dan seni mendidik dalam fase ini. Guru memerlukan keahlian dalam langkah-langkah intervensi seperti: bertanya, menatap mata peserta didik, mendekati peserta didik, memberi isyarat dengan tangan atau kepala agar peserta didik tidak berperilaku tidak pantas. d. Pengaturan Tujuan pengaturan perilaku adalah mengurangi kesalahan pelaksanaan pengembangan kecakapan peserta didik. 2. Jenis Gangguan dan Cara Penanggulangan Gangguan Disiplin 2.1 Jenis Gangguan Disiplin a. Gangguan percakapan b. Gangguan melempar catatan c. Gangguan kebebasan yang berlebihan diantara siswa d. Gangguan permusuhan di antara peserta didik atau kelompok e. Gangguan menyontek f. Gangguan pengaduan g.Gangguan tabiat marah

15

17

h.Gangguan penolakan permohonan guru i. Gangguan perpindahan situasi 2.2 Cara menanggulangi gangguan disiplin, antara lain: a. Pengenalan Siswa 1) interest-inventory 2) sosiogram 3) feedback letter b. Melakukan Tindakan Korektif 1) Lakukan tindakan dan bukan ceramah 2) Jangan tawar menawar (do not bargain) 3) Gunakan kontrolkerja 4) Nyatakan peraturan dan konsekuensinya c. Melakukan Tindakan Penyembuhan

Konsep lain dalam mencegah gangguan disiplin kelas dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini: a. Sajian yang menarik b. Penampilan yang menarik c. Ketepatan menangani masalah d. Belajar dari kesalahan e. Penggunaan hukuman

3. Kebiasaan Hidup Tertib Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang. Disiplin tidak lagi merupakan aturan yang datang dari luar yang memberikan keterbatasan tertentu, akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sendiri suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana dimana antara guru dan para siswa terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling menghormati dan saling percaya.

18

MANAJEMEN KELAS
RANGKUMAN MATERI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kelas yang dibina oleh Prof. Dr. H. Moch. Sochib, M.Pd

Oleh : ERNI DWI SURYANINGTYAS NIM 209151425290 OFF/KLS X1-A 2009

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH PROGRAM STUDI S-1 PGSD 2010

You might also like