You are on page 1of 108

i

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi PERANAN KEPALA DESA DALAM PROSES PEMBANGUNAN DI DESA DADEKO KECAMATAN LAROMPONG SELATAN KABUPATEN LUWU

yang dipersiapkan dan disusun oleh Ummu Habibah Gaffar E 121 07 053

telah disetujui oleh: Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Juanda Nawawi, M.Si NIP.19520818 198403 1002

Drs. A. M. Rusli, M.Si NIP. 19640727 199103 1008

Menyetujui:

Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Dr. Muhammad, M.Si NIP. 19710917 199703 1 001

Dr. Gau Kadir, MA NIP. 19500117 198003 1 002

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan berkah dan limpahan rahmat serta hidayahNya, sehingga skripsi yang berjudul Peranan Kepala Desa Dalam Proses Pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu ini, dapat penulis selesaikan. Penulis sangatlah menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi isinya. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk usul, saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan berikutnya. Pada kesempatan ini pula, penulis tak lupa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Allah SWT dan Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang senantiasa melimpahkan rahmat kepada penulis. 2. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Drs. Abdul Gaffar T dan ibunda Syamsiah Muhammad S,pd. Yang telah mencurahkan seluruh cinta, kasih saying, cucuran keringat dan air mata, untaian doa serta pengorbanan tiada henti, yang hingga kapanpun penulis takkan bisa membalasnya. Maafkan jika Ananda sering menyusahkan,

merepotkan, serta melukai perasaan ibunda dan ayahanda.

iii

Keselamatan Dunia Akhirat semoga selalu untukmu. Semoga Allah selalu menyapamu dengan Cinta-Nya. Serta Saudaraku tercinta Umi Kaltsum, Syamsidar Gaffar serta adik-adikku tersayang Abdul Rafli Rifai G, dan Rahmi Rahayu, yang telah mencurahkan kasih saying, dorongan moril dan materi, serta senantiasa menemani penulis dalam duka, canda dan tawa. 3. Prof. Dr. H. Juanda Nawawi, M.Si selaku pembimbing I serta Drs. A. M. Rusli, M.si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap Dosen pengajar dan Staf pegawai di lingkungan FISIP UNHAS yang pernah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis. 5. Bapak Dr. Muhammad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 6. Bapak Dr. H.A. Gau Kadir, MA. Selaku Ketua Program studi Ilmu Pemerintahan Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 7. Bapak Kepala Desa Dadeko, Iskandar dan segenap staf dan masyarakat Desa Dadeko, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.

iv

8. Keluarga Besar Muhammad Risani Abbas , terima kasih atas segala bimbingan dan nasehatnya selama penulis menginjakkan kaki di kediamannya. 9. Keluarga Kecil Mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2007, Renaissance 07: Amel, Arni, Ayu, Cici, Desi, Dian, Fitri, Ima, Inna, Lala, Ocha, Oki, Ridha, Ririn, Tika, Uya, Vita, Yanti, Aan, Adam, Agustan, Anshari, Ardi, Arif A, Arif S, Asrul, Chido, Didot, Hirfan, Irfan, Irham, Jiman, Ka Enda, Kalman, Ka Zulfan Kiki, M. Ansari, Ridwan, Ricky, Rudi, Udin, Uga, dan Uun. Kebersamaanmu akan menjadi sejarah yang takkan lekang oleh zaman dan takkan pudar oleh waktu. 10. Kanda-kanda dan adik-adik di Bumi Orange HIMAPEM FISIP UNHAS, Revolusioner 05, Rezpublica 06, Glanost 08, Aufklarung 09, Volksgeis10. 11. Teristimewa penulis sampaikan kepada Tawan yang senantiasa memberikan support dan menemani penulis dalam menyelesaikan studi ini. 12. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang patut mendapatkan ucapan terimah kasih. Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak penulis menginjakkan kaki pertama di Universitas

Hasanuddin hingga selesainya studi penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan. Adapun mengenai kebaikan-kebaikan penulis, itu semata-mata datangya dari Allah SWT, karena segala kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pegembang ilmu pengetahuan. Semoga kesemuanya ini dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin!

Sekian dan terimakasih. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Mei 2011

Penulis

vi

ABSTRAKSI

UMMU HABIBAH GAFFAR. NIM E 121 07 053. Peranan Kepala Desa dalam Proses Pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu, dibawah bimbingan Prof. Dr. H. Juanda Nawawi, M.Si dan Drs. A. M. Rusli, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang Peranan Kepala Desa dalam Proses Pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu dan faktor-faktor yang mempengaruhi Peranan Kepala Desa Dalam Pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompon Selatan Kabupaten Luwu. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang memberikan gambaran faktual mengenai peran kepala desa dalam proses pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik studi kepustakaan (study research), dan studi lapang (field research) dalam bentuk observasi dan wawancara (interview). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif sesuai dengan indicator dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kepala desa dalam pembangunan antara lain (a) pengayom, (b) pembina, (c) pelayan masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peranan kepala desa dalam pembangunan adalah sebagai berikut; Faktor pendukung: (a)kekuasaan, (b) kewibawaan, (c) keturunan. Faktor Penghambat; (a)kondisi penduduk, (b) adat istiadat, (c) faktor fasilitas atau peralatan.

vii

ABSTRAC

Ummu Habibah Gaffar. Student ID (NIM) E 121 07 053. THE ROLE OF VILLAGE'S CHIEF IN THE DEVELOPMENT PROCESS IN DADEKO VILLAGE, SOUTH LAROMPONG, LUWU DISTRICT, under the guidance of Prof.. Dr. H. Juanda Nawawi, M. Si, and Drs. A. M. Rusli, M. Si

The aim of this study is to obtain an idea of the role of the village's chief on the development process in the village of Dadeko, South Larompong, Luwu District and the influencing factors that influence the village chief's role in the development of Dadeko village, South Larompong, Luwu District. This research use descriptive type of research, which provides a factual descriptions of the role that held by the village's chief in the development process at Dadeko Village, South Larompong, Luwu District. The data was collected by using literature studies (research studies), and field studies (field research) in the form of observations and interviews. The data obtained were analyzed qualitatively according to the indicator in the research. The results of this research indicate that the role of village's chief in the village of Dadeko development, including: (a) Nurturer, (b) builder, (c) public servants. As for the factors that influence the role of village's chief in the village development are as follows; supporting factors: (a) Power/control (b) authority, (c) Heredity. Obstacles: (a) conditions of the population, (b) customs, (c) facilities or equipment factors.

viii

DAFTAR ISI LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................. ABSTRAKSI ......................................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... .............................................................................. i ii vi viii xi xii

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 1.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 1.3.2. Manfaat Penelitian ...................................................... 1.4 Kerangka Konsep ................................................................... 1 5 6 6 7 7 12 12 12 12 13 13 15 15

1.5 Metodelogi Penelitian .............................................................. 1.5.1 1.5.2 1.5.3 1.5.4 1.5.5 1.5.6 Lokasi Penelitian ........................................................ Tipe dan Dasar Penelitian ........................................... Informan ...................................................................... Sumber Data ............................................................... Teknik Pengambilan Data ........................................... Analisis Data ...............................................................

1.6. Definisi Operasional ................................................................

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori dan Konsep Peran ........................................................... 2.2 Tinjauan Umum Kepala Desa ................................................. 2.2.1 Pengertian Pemerintahan Desa dan Kepala Desa ....... 18 21 21

2.2.2 2.2.3

Tugas, Wewenang, Kewajiban Kepala Desa .............. Peranan Kepala Desa ................................................. ...............................................................

25 27 29

2.3. Pembangunan Desa

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Keadaan Geografis 3.1.1 3.1.2 ................................................................. 44 44 45 46 46 46 47 47 48 48 49

Letak dan Luas Wilayah ............................................... Keadaan Alam dan Iklim .............................................

3.2 Keadaan Demografis .............................................................. 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5 3.2.6 3.3 Jumlah Penduduk ........................................................ Agama ........................................................

Sumber Mata Pencaharian ......................................... Pendidikan Kesehatan Sosial Budaya ........................................................ ........................................................ ........................................................

Penyelenggaran Pemerintahan ...............................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Informan ............................................................. 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4 Usia Informan Jenis Kelamin ............................................................. ............................................................. ..................................................... 55 55 57 57 59

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan ....................................................................

4.1.5

Penghasilan ................................................................ Kepala Desa Dalam Proses Pembangunan

60

4.2 Peranan

Desa Dadeko 4.2.1 4.2.2 4.2.3

.........................................................................

61 66 72 77

Peran Kepala Desa Sebagai Pembina Masyarakat ..... Peran Kepala Desa Sebagai Pengayom Masyarakat ... Peran Kepala Desa Sebagai Pelayan Masyarakt .......

4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan kepala desa dalam pembangunan desa Dadeko ................................................... 4.3.1 Faktor Pendukung 4.3.1.1 4.3.1.2 4.3.1.3 4.3.2 Keturunan ...................................................... .................................................... 81 81 81 83 85 86 86 87 89

Kewibawaan .................................................. Kekuasaan ................................................... ....................................................

Faktor Penghambat 4.3.2.1 4.3.2.2 4.3.2.3

Kondisi Penduduk ........................................ Partisipasi Penduduk ...................................

Faktor Fasilitas atau Peralatan .....................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 5.2 Kesimpulan Saran ............................................................................. 91 95

........................................................................

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ....................................................... Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Dadeko ............. Gambar 3.2 Struktur Organisasi BPD Dadeko ..................................... 11 53 54

xii

DAFTAR TABEL

BAB IV Tabel 4.1 Karakteristik informan menurut umur

Halaman ................................... 56 57 58 59 60

Tabel 4.2 Karakteristik informan menurut jenis kelamin ....................... Tabel 4.3 Karakteristik informan menurut tingkat pendidikan ............... Tabel 4.4 Karakteristik informan menurut pekerjaan ............................ Tabel 4.5 Karakteristik informan menurut penghasilan ........................

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai konsekuensi dari proklamasi yang dicetuskan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia terus berusaha untuk memajukan dan mengembangkan dirinya dari suatu keadaan dan kondisi kemasyarakatn yang tradisional menuju kepada suatu keadaan dan kondisi kemasyarakatan yang jauh lebih baik. Keadaan dan kondisi sebagaimana yang diharapkan dan dicita-citakan telah digariskan serta disepakati bersama oleh bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Pembukaan Undang-Undang 1945, tepatnya pada alinea ke 4, yang berbunyi yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan Negara sebagaimana yang diamanatkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah bersama seluruh rakyat Indonesia melaksanakan Pembangunan Nasional di segala bidang, mulai dari tingkat Pusat sampai ke tingkat Pedesaan. Dan agar pelaksanaannya bisa lebih berdaya guna dan berhasil, maka pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan secara bertahap, dimana setiap tahap

pembangunan berikutnya.

akan

merupakan

landasan

bagi

tahap

pembangunan

Upaya pembangunan yang demikian itu dikenal dengan SPPN (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional). SPPN merupakan rangkaian

program pembangunan yang menyeluruh, terencana, terarah, terpadu, dan berlangsung secara terus-menerus. Sedangkan tujuan pembangunan

nasional sendiri sebagaimana di amanatkan di dalam UUD 1945 adalah: Untuk mewujudkam masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai Atas dasar uraian di atas, terlihat bahwa pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berorientasi pada kepentingan bangsa, dan Negara, dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang besendikan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Mengingat bahwa pembangunan Nasioanal adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada tingkat Pusat saja, akan tetapi juga dilaksanakan sampai ketingkat desa diseluruh pelosok

tanah air. Apalagi melihat kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal dan bermukim di wilayah pedesaan, maka oleh Pemerintah sejak era reformasi bersamaan dengan proses amandemen UUD 1945, Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang dulunya dikenal dengan Repelita secara umum digantikan dengan Propenas yang kemudian terus berkembang sampai amandemen ketiga (2001) dan keempat (2002) yang pada akhirnya di tahun 2004 dikeluarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN masih selalu menaruh perhatian yang besar terhadap Pembangunan Desa.

Dari

uraian

tersebut

tampak

jelas

bahwa

Pemerintah memang

dalam

melaksanakan

program

Pembangunan

Nasioanal,

menaruh

perhatian yang besar terhadap pembangunan di daerah pedesaan. Hal ini karena pembangunan desa merupakan bagian internal dari pembangunan nasional, mempunyai arti yang sangat strategis dimana desa secara keseluruhan merupakan basis terdepan dari Ketahanan Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian pula dengan berhasilnya

Pembangunan Desa akan merupakan ujung tombak bagi berhasilnya Pembangunan Nasional secara keseluruhan.

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa, maka yang dimaksud dengan Desa adalah:

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam penyelengaraan urusan rumah tangga Desa, pemerintah desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan atas inisiatif sendiri sesuai dengan keadaan dan kebutuhan yang diperlukan. Pemerintah Desa mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan atau menentukan langkah-langkah yang akan dan harus ditempu dalam rangka kegiatan Pemerintahan dan Pembangunan di Desanya.

Pembangunan

di

desa

menjadi

tanggungjawab

Kepala

desa

sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No 72 tahun 2005 ditegaskan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan

Upaya untuk mencapai keberhasilan Pembangunan Desa yang optimal, perlu mendasarkan pada pendekatan bahwa pembangunan desa harus dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan mendapat bantuan dan bimbingan dari Pemerintah. Dalam hal ini diperlukan adanya

sosok pemimpin yang baik dari Kepala Desa yang dapat menggerakkan kegiatan pemerintahan, kemasyarakatan, dan perubahan yang diinginkan.

Begitu pentingnya peranan Kepala Desa selaku pemimpin formal di Desa untuk mendorong dan menggerakkan aktivitas ke arah tujuan yang diinginkan. Karena sebagaimana yang dikemukakan oleh Mashuri Maschab bahwa:

Tingkat kemampuan aparat pelaksana akan mempengaruhi jadwal penyelenggaraan pelaksanaan dan program, karena mempengaruhi pencapaian kelancaran

kesempurnaan

sasaran(Mashuri

Maschab: 1983). Oleh karena itu faktor kemampuan Kepala Desa selaku aparat pelaksana dan merupakan pemimpin formal di Desa mempunyai peranan yang sangat sentral yang dapat mempengaruhi terhadap keberhasilan pelaksanaan pembangunan di desanya. Karena dari kemampuan Kepala Desa yang memadai tersebut, akan memudahkan Kepala Desa yang

bersangkutan di dalam mempengaruhi dan mengarahkan masyarakat untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Peranan Kepala Desa sangatlah menentukan bahkan menjadi kunci utama dapat tidaknya proses pembangunan itu berjalan secara baik dan lancar.

Bertitik tolak dari uraian di atas maka merupakan hal yang menarik untuk diangkat menjadi suatu bahan penelitian dengan judul: PERANAN KEPALA DESA DALAM PROSES PEMBANGUNAN DESA DADEKO KECAMATAN LAROMPONG SELATAN KABUPATEN LUWU.

1.2. Rumusan Masalah Dari apa yang diuraikan di atas maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut: a. Bagaimana peranan Kepala Desa dalam Pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu? b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peranan Kepala Desa dalam Pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan, sebagai berikut: a. Untuk mengetahui peranan Kepala Desa dalam Pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peranan kepala kepala Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu.

1.3.2. Manfaat Penelitian yaitu: Manfaat penelitian yaitu: a. Bagi ilmu pengetahuan: Kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang menggeluti bidang kajian ilmu pemerintahan. b. Bagi instansi terkait dan masyarakat Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah atau Dinas Instansi terkait, serta Pemerintah Desa sendiri di dalam

mengevaluasi keberhasilan serta kendala-kendala yang dihadapi untuk pelaksanaan program-program pembangunan di masa-masa mendatang. 1.4. Kerangka konseptual Kepala desa yang dalam hal ini berkedudukan sebagai pemimpin formal memiliki peranan yang strategis dalam membawa masyarakat kea rah tujuan pembangunan desa yang dicita-citakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 Tentang Desa pasal 14 yakni Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa pasal 14 maka, kepala desa mempunyai wewenang : a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyarkatan Desa (BPD) b. c. Mengajukan rancangan peraturan desa menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e. f. g. h. membina kehidupan masyarakat desa; membina perekonomian desa; mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dari tugas, dan wewenang kepala desa seperti tersebut di atas, maka kepala desa mempunyai peranan dan tanggung jawab yang sangat berat

karena selain menyelenggarakan urusan pemerintahan, kepala desa juga merangkap sebagai pengusaha tunggal di bidang pembangunan,dan kemasyarakatan. Untuk mencapai tujuan pemerintah desa dalam hal pembangunan maka diperlukan kerja sama anatara pemimpin dan masyarakat yang dalam hal ini dihgarapakan peran aktif dari masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam pelaksanaan program pembangunan. Karena dalam proses pembangunan, masyarakat desa ditempatkan dalam posisi ganda yakni sebagai subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan, masyarakat desa memiliki tanggung jawab untuk memberikan partisipasi dan kontribusinya dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan sebagai obyek pembangunan, masyarakat desa memiliki hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil dan kemajuan yang dicapai dari proses pembangunan. Adapun beberapa pendapat ahli tentang pengertian pembangunan, antara lain: Ginanjar Kartasasmita mendefinisikan pembangunan sebagai berikut: Pembangunan sebagai suatu proses perubahan kea rah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

Sondang P Siagian mendefinisikan pembangunan sebagai berikut : Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha

pertumbuhan dan peruabahan yang terencana yang dilakukan secara

10

sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Dari pengertian tersebut di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa dengan melaksanakan pembagunan maka keadaan suatau masyarakat dapat mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Keadaan ini tidak terlepas dari peranan kepala desa dalam memanfaatkan kemampuannya secara optimal sebagai administrator pembangunan yakni merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan pembangunan. Dalam usaha

pembangunan tersebut sangat diperlukan kerja sama anatara pemimpin dan yang dipimpin. Untuk lebih jelasnya pembahasan penelitian ini dapat dilihat pada bagan kerangka konseptual pada gambar 1.1

11

Bagan Kerangka Konseptual

Pemerintahan Desa (Kepala Desa)

PP No. 72 Thn 2005

PERAN KEPALA DESA


(PP No. 72 Thn 2005)

 Pembina  Pengayom  Pelayan Masyarakat

PEMBANGUNAN NON FISIK DESA (Program Kerja Desa Dadeko)  Penguatan Swadaya Masyarakat Tani  Pembinaan generasi muda.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 1. Faktor Pendukung 2. Faktor Penghambat

Gambar 1.1

12

1.5.

Metodologi Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu. peneliti memilih tempat ini dengan

pertimbangan bahwa desa Dadeko merupakan salah satu desa yang telah maju di bidang pendidikan sehingga nantinya peneliti dapat memperoleh data yang akurat , selain itu desa ini juga mudah dijangkau sehingga dapat membuat peneilitian ini efektif dan efisien. 1.5.2 Tipe dan Dasar Penelitian a. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif adalah tipe penelitian deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran secara jelas tentang peranan kepala desa terhdap proses pembangunan di Desa Dadeko Kecamatan Larompomg Selatan Kabupaten Luwu b. Dasar penelitian ini adalah studi kasus yang memfokuskan masalah pada pembangunan non fisik Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu 1.5.3 Informan Informan dari penelitian ini terdiri dari seluruh komponen atau bagian yang terlibat dalam proses pambangunan Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kbupaten Luwu.

13

Adapun informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: y y y y y y y y Kepala Desa Sekretaris Desa Kaur Pembangunan Kepala Dusun Ketua BPD Ketua Kelompok Tani/pemuda Anggota Tani/pemuda Tokoh dan warga masyarakat Total 1.5.4 Sumber Data Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh berdasarkan sumbernya dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari informan dengan pengamatan secara langsung, Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen atau arsip resmiu, yang berhubungan dengan penelitian. 1.5.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan maka penulis menggunakan beberapa teknik = 1 orang = 1 orang = 1 orang = 3 orang = 1 orang = 7 orang = 8 orang = 4 orang = 26 orang

14

dalam pengumpulan data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: a. Observasi, yaitu proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian. b. Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai serta memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun tahapan-tahapan wawancara meliputi: 1. 2. 3. Menentukan siapa yang diwawancarai Mempersiapkan wawancara Melakukan wawancara produktif 4. Menghentikan wawancara. c. Studi Kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku majalah, surat kabar, dokumen-dokumen,undang-undang dan media informasi lain yang ada hubungannya dengan proses pembangunan desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu wawancara dan memperoleh rangkuman dan memelihara agar wawancara

15

d. Penelusuran data online, data yang dikumpulkan melalui online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online sehingga memungkinkan peneliti dapat

memanfaatkan data-informasi yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin. Dan dapat

dipertanggungjawabkan secara akademik. 1.5.6 Analisis Data Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk kata-kata lisan maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian baik dari hasil study lapang maupun study literatur untuk kemudian memperjelas gambaran hasil penelitian. 1.6. Definisi Operasional Untuk memudahkan suatu pemahaman agar memudahkan penelitian ini maka penulis memberikan beberapa batasan penelitian, dan fokus penelitian ini yang dioperasionalkan melalui beberapa indikator sebagai berikut :

16

a.

Pembangunan desa adalah suatu proses perubahan dan perbaikan yang dilaksanakan secara sadar, terencana dan terarah dari suatu keadaan yang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik yang ada dan berlangsung di desa. Pembangunan Non Fisik lebih difokuskan pada penguatan swadaya tani dan pembinaan generasi muda berdasarkan dari program kegiatan pembangunan Desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu.

b.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa , Peranan Kepala Desa dalam

pembangunan di desa Dadeko dapat dioperasionalkan dengan indikator sebagai berikut: 1) Pembina 2) Pengayom 3) Pelayan Masyarakat c. Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan keepala desa di desa Dadeko Kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu dapat dioperasionalkan dengan indikator sebagai berikut: 1) Faktor Pendukung a.) Keturunan

17

Keturunan yang dimaksud disini adalah sosok pemimpin yang berasal dari keluarga baik-baik sehingga ia bisa

memperoleh pengakuan masyarakat akan keberadaannya dalam masyarakat. b.) Kewibawaan Kewibawaan adalah sebagai kekuatan yang terpancar dalam diri seseorang karena kelebihan yang dimilikinya sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya. c.) Kekuasaan Kekuasaan adalah kekuatan, legalitas dan otoritas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. 2) Faktor Penghambat a.) Kondisi Penduduk adalah keadaan masyarakat yang

beraneka-ragam. b.) Partisipasi Penduduk Partisipati Penduduk adalah keterlibatan anggota

masyarakat dalam pembangunan. c.) Fasilitas atau Peralatan Tersedianya fasilitas atau peralatan yang dapat menunjang lancarnya kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan.

18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Teori Dan Konsep Peran Peranan berasal dari kata peran, berarti suatu yang mewujudkan

bagian yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa (W.J.S.Poerwadarminta.1976).1

Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto, sebagai berikut: Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi kedudukan perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang ibu dalam

tertentu. Misalnya

dalam

keluarga,

perilaku

keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.

W.J.S.Poerwadarminta.Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985),h. 735

19

Adapun makna dari kata peran dapat dijelaskan lewat beberapa cara. Pertama, suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari keluarga drama atau teater yang hidup subur pada jaman Yunani Kuno (Romawi). Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakteristik yang disandang untuk dibawakan oleh seseorang aktor dalam sebuah pentas drama. Kedua, suatu penjelasan yang menunjuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Ketiga, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional menyebutkan bahwa peran seorang aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam satu penampilan/unjukperan (role performance). Pada dasarnya ada dua paham yang dipergunakan dalam mengkaji teori peran yakni paham strukturisasi dan paham interaksionis. Paham strukturisasi lebih mengaitkan antara peran-peran sebagai unit kultural, serta mengacu ke perangkat hak dan kewajiban, yang secara

normatif telah dicanangkan oleh system budaya. Sistem budaya tersebut, menyediakan suatu system posisional, yang menunjuk pada suatu unit dari struktur social. Pada intinya, konsep struktur menonjolkan suatu konotasi pasif-statis, baik pada aspek permanensasi maupun aspek saling-kait antara posisi satu dengan lainnya. Paham

20

interaksionis, lebih memperlihatkan konotasi aktif-dinamis dari fenomena peran terutama setelah peran tersebut merupakan suatu perwujudan

peran (role performance), yang bersifat lebih hidup serta lebih organis, sebagai unsur dari system sosial yang telah diinternalisasi oleh self dari

individu pelaku peran. Dalam hal ini, pelaku peran menjadi sadar akan struktur social yang didudukinya. Karenanya ia berusaha untuk selalu Nampak dan dipersepsi oleh pelaku lainnya sebagai tak menyimpang dari system harapan yang ada dalam masyarakatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku seseorang sangat diwarnai oleh banyak faktor, serta persepsinya tentang faktor-faktor tersebut. Persepsi yang dimiliki itu pulalah yang turut menentukan bentuk sifat dan intensitas peranannya dalam kehidupan organisasional. Tidak dapat disangkal pula, bahwa manusia sangat berbeda-beda, seorang dengan yang lainnya, baik dalam arti kebutuhannya bagi kategori umum maupun dalam niatnya yang kesemuanya tercermin dalam kepribadian masing-masing. Keanekaragaman kepribadian itulah, justru yang menjadi salah satu tantangan yang paling berat untuk dihadapi oleh setiap pimpinan dan kemampuan menghadapi tantangan itu pulalah salah satu indikator terpenting, bukan saja daripada efektifitas kepemimpinan seseorang akan tetapi juga mengenai ketangguhan organisasi yang dipimpinnya. Karena demikian eratnya kaitan antara persepsi seseorang dengan kepribadian dan

21

perilakunya, maka mutlak perlu bagi pimpinan organisasi untuk memahami dan mendalami persepsi para bawahannya, baik yang menyangkut peranan bawahan tersebut dalam usaha pencapaian tujuan organisasi maupun mengenai berlangsungnya seluruh proses administrasi dan manajemen dalam organisasi yang bersangkutan.

Menurut Beck, William and Rawlin 1986 hal 293 pengertian peran adalah cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Dari penjelasan di atas penulis dapat simpulkan bahwa Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Sementara untuk posisi tersebut merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok sosial.

2.2. Tinjauan Umum Kepala Desa 2.2.1. Pengertian Pemerintahan Desa dan Kepala Desa Keberadaan desa telah dikenal lama dalam tatanan pemerintahan di Indonesia bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Masyarakat di Indonesia

22

secara tradisional dan turun temurun hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang disebut dengan desa. Dalam perkembangannya desa kemudian tetap dikenal dalam tata pemerintahan di Indonesia sebagai tingkat pemerintahan yang paling bawah dan merupakan ujung tombak pemerintahan dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam system Pemerintahn Nasional dan berada di daerah Kabupaten.

Menurut Binarto R, pengertian desa adalah sebagai berikut: Pengertian desa adalah suatu perwujudan geografif yang ditimbulkan oleh unsur sosial, politis, dan kultural yang terdapat disitu dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain. Kemudian pengertian Pemerintahan Desa sendiri, menurut Momon Soetisna Sendjaja dan Sjachran Basan, yaitu: Pemerintahan Desa adalah kegiatan dalam rangka

menyelenggarakan pemerintahan yang dilaksanakan eleh Pemerintah Desa. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa disebutkan bahwa: Pasal 1 angka 5

23

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 1 angka 6 Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 1 angka 7 Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa Kepala Desa mempunyai peran dan juga kedudukan yang sangat penting dalam Pemerintahan Desa. Ia merupakan pemimpin terhadap jalannya tata urusan pemerintahan yang ada di desa. Seorang Kepala Desa merupakan penyelenggara dan sekaligus sebagai penanggung jawab atas jalannnya roda pemerintahan dan pembangunan di dalam wilayahnya.

24

Disamping menjalankan urusan pemerintahan dan pembangunan, Kepala Desa juga mempunyai kewajiban lain yaitu menyelenggarakan urusan di bidang kemasyarakatan membina ketentraman dan ketertiban masyarakat serta membina dan mengembangkan jiwa dan semangat gotong-royong masyarakat. Dengan berbagai kenyataan seperti di atas maka dapat dikatakan

bahwa tugas dan kewajiban seorang KepalaDesa amatlah berat. Menginat tugasnya yang berat tersebut maka dalam menjalankan tugas dan kewajibannya terutama dalam hal ini perlu dibantu oleh perangkat desa yang lain di samping perlu baginya untuk mengadakan kerjasama dan koordinasi dengan aparat pemerintah yang ada diatasnya maupun dengan aparat lain yang terkait. Sebagai seorang Kepala Desa, sekaligus pemimpin dalam

pemerintahan desa maka seorang Kepala Desa harus mempunyai jiwa pemimpin, mampu dan mau bekerja sama dengan para perangkat desa yang lainnya maupun dengan aparat pemerintah lain di atasnya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Pemerintah Desa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkat Desa. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan.

25

2.2.2. Tugas, Wewenang, Kewajiban Kepala Desa Berdasarkan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dapat disimpulkan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Kepala Desa mempunyai wewenang: j. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyarkatan Desa (BPD) k. l. Mengajukan rancangan peraturan desa menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; m. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; n. o. p. q. membina kehidupan masyarakat desa; membina perekonomian desa; mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

26

r.

melaksanakan

wewenang

lain

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan. Kewajiban Kepala Desa adalah : a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) b. c. d. e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Melaksanakan kehidupan demokrasi Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa g. h. i. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik Melaksanakan keuangan desa j. k. l. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa dan mempertanggungjawabkan pengelolaaan

27

m.

Membina, mengayomi, dan melestarikan nilai-nilai sosila budaya dan adat-istiadat

n. o.

Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup

Selain kewajiban-kewajiban sebagaimana yang dimaksud di atas Kepala Desa juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang lainnya yang harus dikerjakan yaitu untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, kepada memberikan Perwakilan laporan Desa keterangan (BPD), serta

pertanggungjawaban

Badan

menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. 2.2.3. Peranan Kepala Desa Peranan kepala desa dalam struktur masyarakat desa sangat besar. Hal ini karena kebanyakan desa-desa di Indonesia masyarakatnya masih bercorak paternalistik. Oleh karena itu apa yang dianggap baik dan benar, yang dianjurkan, yang dikatakan dan dilakukan oleh kepala desa merupakan pedoman dan contoh langsung bagi anak buahnya untuk melakukan tindakan yang sama. Seorang kepala desa, mempunyai kekuasaan dan wewenang yang besar untuk mengatur rakyatnya. Kepala desa adalah patron

28

bagi masyarakat desa. Agar kepala desa mampu mempertahankan kekuasaan dan wewenangnya, ia selau mencari kekuatan legitimasi kedudukannya dengan cara mengaitkan dirinya secara geneologis dengan pemegang kekuasaan yang lebih tinggi. Dalam kasus pengaitan geneologis ini juga dilakukan dengan nenek moyangnya yang pernah menjadi kepala desa dahulu. Pengaitan secara geneologis ini dimaksudkan untuk memperkuat perannya dalam memegang kekuasaan dan wewenang. Sebab tanpa legitimasi tersebut, maka perannya sebagai pemimpin tertinggi desa akan hilang. Selain dengan mengaitkan secara geneologis, kepala desa sejak tahun 1950-an juga memanfaatkan berbagai kekuatan sosial politik , seperti partai politik. Semasa Orde Baru, demi tegaknya legitimasi kedudukannya, para kepala desa mengidentifikasikan dirinya dengan Golongan Karya (Golkar). Oleh karena itu, tak aneh bila Golkar memperoleh kemenangan di hampir seluruh desa di Indonesia. Mereka mempunyai target kemenangan bagi Golkar di desanya. Ini nampaknya sebagai imbalan atas keterkaitannya dengan Golkar yang telah memperkuat kedudukannya dalam kekuasaan. Dalam proses pembangunan desa, peran kepala desa juga sangat besar. Menurut pengamatan Hofsteede (1992) terhadap peran kepala desa di 4 desa di Jawa Barat membuktikan hal itu. Para kepala desa yang diteliti menunjukkan bahwa mereka sebagai pengambil prakarsa dalam suatu

29

proyek pembangunan. Mereka mendiskusikan dan seterusnya merapatkan dalam rapat desa untuk mengambil keputusan pelaksanaan suatu proyek. Ada beberapa faktor yang menyebabakan peran kepala desa demikian besar, yaitu pertama, kepala desa kebanyakan desa mempunyai wewenang yang betul-betul nyata. Mereka bagaikan raja-raja kecil di desanya. Hal itu ditambah sikap masyarakat yang bersifat patenalistik. Kedua, kepala desa mempunyai posisi yang kuat sebagai wakil pemerintah di desa. Hal ini karena bupatilah yang membuat keputusan akhir dan memberi surat pengangkatannya, meskipun kepala desa dipilih oleh rakyat secara langsung. 2.3 Pembangunan Desa Sebelum membahas lebih jauh apa itu Pembangunan Desa, ada baiknya dipahami terlebih dahulu makna dari pembangunan itu sendiri. Definisi pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan

berkesinambungan/berkelanjutan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternative yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik (Anwar 2005, Dalam Hubungan Dengan Konsep Pembangunan Daerah). Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. (http://profsyamsiah.

30

word.press.com./xmlrpc.php,

diakses

tanggal

04

Mei

2011).

Istilah

pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

Begitu pula dengan Suharyanto mengartikan pembangunan sebagai proses perubahan dari suatu kondisi tertentu ke kondisi lebih baik. Pembangunan dapat diartikan juga sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004

31

Sondang P Siagian mendefinisikan pembangunan sebagai suatu:

Pembangunan

adalah

suatu

usaha

atau

rangkaian

usaha

pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Definisi di atas memberikan penjelasan bahwa pembangunan merupakan proses perubahan yang dilakukan secara sadar oleh bangsa, Negara dan pemerintah menuju modernitas yakni cara hidup lebih baik dari pada yang sebelumnya mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan Negara.

Selanjutnya Menurut Wrihatnolo pembangunan diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari definisi dari definisi ekonomi, social, politik, atau hokum.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan

perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan,

32

perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi

Bratakusumah, 2005). Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya

(Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek

kehidupan masyarakat. Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi

33

semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke

materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress),

pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,

pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan

34

adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya. Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisional. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak

35

jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan, Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya

pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan

pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat. Pengertian Pembangunan Desa

Drs A Surjadi (dalam buku Pembangunan Masyarakat Desa) mengemukakan arti pembangunan adalah:

36

Pembangunan Desa adalah suatu gerakan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dari seluruh gerakan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dari seluruh masyarakat dengan

demokratisasi aktif dan apabila mungkin didasarkan atasa inisiatif ini tidak dating, maka deperlukan teknik-teknik untuk menimbulkan dan mendorongnya keluar supaya kegiatan dan respon yang antusias itu dapat terjamin. Pembangunan desa adalah suatu pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan didasarkan kepada taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan tugas dan kewajiban masyarakat desa

(AgusthoaKaswata; 1985 : 24). Dari beberapa pendekatan di atas pelaksanaan pembangunan desa dapat dikemukakan : a. Pembangunan desa yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya adalah suatu pembangunan akan langsung

menyentuh kebutuhan sebahagian besar rakyat Indonesia, dimana lebih dari 80% penduduk bermukim di pedesaan. b. Pembangunan desa mencakup keseluruhan aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat desa, dan terdiri atas sektor dan program yang saling berkaitan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan bantuan dan bimbingan pemerintah melalui berbagai departemen dan non departemen dengan aparatnya di daerah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

37

c.

Pembangunan desa mempunyai makna yang lebih hakiki bagi masyarakat Indonesia karena dalam realisasi fisiknya justru bersifat menyeluruh dan menyebar luas ke seluruh pelosok pedesaan serta dengan menggali segala potensi dengan menggerakkan partisipasi masyarakat untuk memadukannya.

d.

Pembangunan desa mempunyai arti yang sangat strategis dalam rangka pembangunan nasional, karena desa beserta masyarakatnya merupakan landasan atau basis dari kekuatan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Ini dapat diartikan sebagai titik sentral dari pembangunan nasional, karena pembangunan desa merupakan pembangunan yang langsung bersangkutan dengan masyarakat yang berada di pedesaan. Semua jenis pembangunan, baik pembangunan sektoral, pembangunan regional maupun

pembangunan khusus (inpres), semuanya diarahkan ke pedesaan. e. Pada akhirnya pembangunan desa tidak mungkin hanya dilakukan oleh sepihak saja tanpa koordinasi dan kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah sampai pemerintah desa. Dari sini pulalah perlu inisiatif bahwa, beban dan tanggung jawab

pembangunan bukanlah tugas ringan, justru berhasil tidaknya pembangunan desa akan berakibat langsung kepada kehidupan dan penghidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

38

Dengan melihat pendekatan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh warga desa maka pembangunan desa dapat dilihat sebagai suatu

proses. Dikatakan sebagai proses karena memperlihatkan jalannya proses perubahan yang berlangsung dari cara yang tradisional ke arah yang lebih maju dan lebih menekankan kepada aspek perubahan yang terjadi pada masyarakat. Sasaran Pembangunan Desa

Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa sasaran yang dapat dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa adalah sebagai berikut:

1.

Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola

seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang banyak dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan. Program-program pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat

dikembangkan di desa adalah: p. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan berupa penyediaan kredit tanpa bunga.

39

q.

Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak.

r.

Pengembangan dan pemberdayaan koperasi serta pengusaha mikro kecil dan menengah melalui pembinaan pengusaha kecil,

pengembangan industri kecil dan pembangunan prasarana dan sarana ekonomi desa. s. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam rangka menunjang industri kecil perdesaan 2. Pengembangan Sumberdaya Manusia yang handal Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses pembangunan desa. Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka semakin mendorong kemajuan suatu desa. Program-program yang dapat dikembangkan diantaranya: a. b. c. d. e. f. Program pengembangan pendidikan Program peningkatan pelayanan kesehatan Pembinaan generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja. Pembinaan kehidupan beragama. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat

40

3.

Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas

pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Program pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang mampu memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah. Dari penjelasan di atas, peneliti menfokuskan pembangunan desa pada pembangunan non fisik yang lebih difokuskan lagi pada penguatan swadaya tani dan pembinaan generasi muda. Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama

perekonomian desa. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi keluarga pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan Mc.Douglass dan Friedman (1974, dalam Pasaribu, 1999) sebagai siasat untuk pengembangan perdesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam pengembangan

agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini pada dasarnya

41

memberikan pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan atau dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedman adalah kota di ladang.

Ada beberapa alasan mengapa harus dilakukan pembangunan pertanian yaitu sebagai berikut :

1. Selama ini ukuran keberhasilan pembangunan hanya dilihat dari terciptanya laju pertumbuhan perekonomian yang tinggi dimana alat yang dipergunakannya adalah dengan mendorong industrialisasi di kawasan-kawasan perkotaan. Kondisi ini bila ditinjau dari pemerataan pembangunan telah memunculkan kesenjangan antara kawasan perdesaan dan perkotaan karena sektor strategis yang didorong dalam proses industrialisasi hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat (Sonarno, 2003); 2. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2035 akan bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlah saat ini atau menjadi 400 juta jiwa, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan rawan pangan di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi perkapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya dalam waktu beberapa tahun yang akan datang Indonesia

42

membutuhkan tambahan ketersediaan pangan yang lebih dari 2 kali lipat jumlah kebutuhan saat ini (Siswono Yudohusodo, 2002); 3. Untuk mengurangi tingkat kemiskinan, karena menurut Mukhtar Sarman (2009) petani sangat identik dengan kemiskinan dan kemiskinan itu paling banyak ditemukan di desa.

Strategi Pembangunan Desa

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa secara lebih efektif, maka pemerintah desa dan masyarakatnya perlu menciptakan suatu strategi pencapaian tujuan tersebut. Dalam merancang strategi yang dimaksud, pemerintah desa perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1.

Keterpaduan pembangunan desa, dimana kegiatan yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.

2.

Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan.

3.

Keberpihakan, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil kepada seluruh masyarakat desa.

4.

Otonomi

dan

desentralisasi,

dimana

masyarakat

memperoleh

kepercayaan dan kesempatan luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun pemanfaatan hasilnya.

43

Manajemen Pembangunan Desa

Rencana-rencana pembangunan yang telah disusun dan ditetapkan bersama dalam suatu forum musyawarah (yang sering disebut

musrenbangdes) hendaknya dapat dilakukan secara baik. Untuk itu para pelaku pembangunan di desa harus dapat menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan pembangunan desa sebagai berikut: 1. Accountable, Pengelolaan kegiatan harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. 2. Transparant, pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat. 3. Acceptable, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan masyarakat. 4. Sustainable, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan.

44

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian ini. Adapun hal-hal yang akan dikemukan dalam bab ini terdiri dari keadaan geografis, keadaan demografi, dan penyelenggaraan pemerintahan di desa Dadeko. 3.1 Keadaan Geografis 3.1.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Dadeko merupakan salah satu dari 10 desa yang terdapat di kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu, diantaranya Desa Laloa, Desa Batu Lappa, Desa Bonepute, Desa Temboe, Desa Salusana, Desa Dadeko, Desa Sampano, Desa Malewong, Desa Babang, Desa Ganda Batu. Untuk mengetahui secara jelas letak geografis desa Dadeko, maka disajikan batas-batas desa sebagai berikut. 1. Sebelah Utara 2. Sebelah timur 3. Sebelah selatan 4. Sebelah Barat : Desa Sampano : Desa Babang : Desa Temboe : Desa Temboe

45

Luas wilayah Desa Dadeko adalah 11 Km2. Desa Dadeko terdiri dari tiga dusun yakni: 1. Dusun Dadeko 2. Dusun Damaci 3. Dusun Tobilla Adapun Orbitrasi atau jarak antara Desa Dadeko dengan pusat pemerintahan kecamatan, kabupaten dan provinsi yaitu: 1. Jarak ke ibukota Kecamatan terdekat yaitu 5 km dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit. 2. Jarak ke Ibukota Kabupaten yaitu 34 km dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit. 3. Jarak ke ibukota Provinsi yaitu 302 km dengan waktu tempuh kurang lebih 7 jam. 3.1.2 Keadaan alam dan iklim. Tipologi Desa Dadeko adalah desa dataran. Keadaan tanah di Desa Dadeko terbilang cukup subur, hal ini terlihat dari sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Pada umumnya di Kabupaten Luwu termasuk di dalamnya desa Dadeko terbagi dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Pada umumnya di Kabupaten Luwu termasuk di dalamnya desa Dadeko terbagi dua musim yakni musim dan musim kemarau. Desa ini

46

memiliki ketinggian tanah di atas permukaan laut 0-20 meter. Khusus Desa Dadeko memilki curah hujan 60-70 Mm yang berlangsung +4 bulan dalam setahun. Adapun suhu rata-rata di desa salukanan yakni 35 C, sementara bentang wilayahnya adalah wilyah dataran rendah. 3.2 Keadaan Demografi 3.2.1 Jumlah Penduduk Keadaan penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang pelaksanaan pembangunan di desa. Berdasarkan data yang diperoleh dari pendataan masyarakat desa pada tahun 2009, menunjukkan bahwa jumlah penduduk desa Dadeko tahun 2009 adalah 1.436 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 314 KK. Pembagian penduduk di desa Dadeko dapat disajikan sebagai berikut : 1. Jumlah penduduk laki-laki 2. Jumlah penduduk perempuan 3. Jumlah kepala keluarga 3.2.2 Agama Mayoritas penduduk desa Dadeko adalah pemeluk agama islam. Menurut data kependudukan, jumlah penduduk yang beragama islam yakni sebesar 100%. Dikarenakan masyarakat desa Dadeko memeluk agama islam maka jumlah sarana peribadaan yang ada di Desa Dadeko berjumlah 2 buah mesjid : : : 694 orang 742 orang 314 KK

47

1. Dusun Dadeko, 1 mesjid 2. Dusun Damaci, 1 mesjid 3.2.3 Sumber Mata Pencaharian Wilayah desa Dadeko adalah Wilayah dataran dengan latar belakang masyarakatnya adalah bertani dan PNS. Bertani merupakan mata

pencaharian pokok masyarakat pada umumnya dimana tanaman coklat merupakan komoditi andalan untuk desa ini. Adapun sebagian masyarakat bekerja sebagai PNS yang rata-rata bertempat tinggal di dusun dadeko, damaci dan tobilla 3.2.4 Pendidikan Di desa Dadeko terdapat Taman kanak-kanak sebanyak 1 buah TK, sekolah Dasar 1 buah. Dari segi pendidikan, penduduk desa Dadeko sudah bisa dikatakan maju karena rata-rata penduduknya di setiap rumah pasti ada yang sarjana, hal ini juga dapat dilihat dari prestasi anak-anak SD dan SMP yang sering mengikutilomba di tingkat kecamatan dan kabupaten yang selalu meraih juara bahkan ada yang sampai tingkat provinsi. Jika kita memperhatikan fasilitas pendidikan dan prestasi anak-anak di desa ini maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat di desa Dadeko memilki kesadaran terhadap pentingnya pendidikan.

48

3.2.5

Kesehatan

Secara umum kondisi kesehatan di desa Dadeko sudah terbilang bagus, hal ini dikarenakan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan. Khusus di Desa Dadeko ada beberapa sarana dan prasarana (berdasarkan Laporan data profil Desa Dadeko tahun 2009) yaitu : 1. Posyandu 2. Bidan Desa 3. Pustu : : : 2 unit . 1 unit

3.2.6 SosiaL Budaya Kehidupan sosial budaya dalam tataran masyarakat Desa Dadeko merupakan suatu tataran masyarakat yang berpegang teguh pada

kepercayaan agama islam. Akulturasi budaya islam dengan budaya yang berkembang dalam masyarakat desa sudah bisa dikatakan jarang karena masyarakat di desa ini sudah rata-rata berpendidikan. Hubungan

kekerabatan dan ikatan kekeluargaan dalam lingkup desa Dadeko sangat erat dimana masyarakat merupakan suatu gemeinschaft yang memiliki unsur gotong royong yang kuat. Hal ini dapat dimengerti karena penduduk desa merupakan face to face group dimana mereka saling mengenal betul seolah-olah mengenal dirinya. Hubungan kekeluargaan di antara masyarakat Desa Dadeko sangat erat, hal ini di sebabkan karena terjadinya perkawinan sesama warga desa.

49

Hal ini yang kemudian berdampak eratnya kekeluargaan dan emosional yang terjalin di antara masyarakat desa Dadeko. 3.3 Peyelengaraan Pemerintahan Desa Adapun Penyelenggara pemerintahan di Desa Dadeko terdiri dari : 1. Kepala Desa 2. Sekretaris Desa 3. Kaur Pemerintahan 4. Kaur Pembangunan 5. Kadus Dadeko 6. Kadus Damaci 7. Kadus Tobilla Adapun rincian tugas/program kerja Desa Dadeko antarA lain : 1. Kepala Desa I. Menyelenggarakan pemrintahan desa, pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatn. II. Membinan perangkat desa dan administrasi kantor III. Menghadiri rapat koordinasi dan undangan yang dilaksanakan di desa, kecamatan dan pemerintah kabupaten. IV. Dalam menyelenggarakan program kerja kepala desa,

dilaksanakan dengan:

50

a) Kedudukan kepala desa adalah perangkat desa sebagai kepala pemerintahan yang berada dan bertanggung jawab kepada bupati melalui camat. b) Tugas dan tanggung jawab kepala desa adalah : 1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai kewenangan yang diberkan 2. Berkewajiban mengetahui permasalahan yang terjadi di desa dan cara memecahkan masalah tersebut. 3. Pelayanan umum 4. Memberikan pertanggung jawaban bupati sehubungan dengan tugas-tugas yang diberikan. 2. Bidang Pemerintahan 1. Mengadakan pembinaan administrasi desa 2. Rapat koordinasi tentang pelaksanaan semua peraturan

Kabupaten Luwu 3. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa 4. Bersama-sama dengan BPD menyusun dan Menetapkan APBN 5. Melakukan pendataan dan pembinaan administrasi penduduk 6. Pemberdayaan dan pelestarian lembaga adat 7. Menetapkan pengelolaan tanah kas desa, tanah adat dan aset desa.

51

8. Penetapan batas desa 3. Bidang Pembangunan 1. Koordinasi, membina dan mengawasi pelaksanaan proyek-proyek yang dialokasikan di desa Dadekoa 2. Menghadiri rapat Musbang Desa dan Musrembag Kecamatan 3. Menghadiri Rapat Intersipikasi penagihan PBB 4. Menghadiri rapat-rapat Sosialisasi 5. Penguatan swadaya masyarakat tani 6. Pengembangan lembaga adat 7. Mendukung terlaksananya penataan lahan klarifikasi kebun 8. Pengawasan perluasan areal perkebunan 9. Pemeliharaan rutin jalan kabupaten yang ada di desa salukanan 10. Pembinaan Generasi muda 4. Bidang Kemasyarakatan 1. Koordinasi dan melaksanakan pengendalian dalam rangka

penanggulangan bencana alam 2. Pembinanaan terhadap masyarakat pengrajin. 3. Penyuluhan sederhana tentang pemberantasan penyakit menular. 4. Pengawasan terhadap dukun bayi 5. Pengawasan terhadap tenaga medis di Pustu dan Polindes. 6. Pelaksanaan Posyandu

52

7. Ikut memfasilitasi dan memotivasi kelompok belajar yang ada di Desa Dadeko. 8. Ikut memfasilitasi dan memotivasi kelompok belajar yang ada di Desa Dadeko. 9. Pendataan penyandang masalah social dan potensi kesejahteraan sosial. 10. Pengawasan terhadap pengedar dan pengguna NARKOBA. 11. Motivasi pelaksanaan gerakan saying ibu 12. Pengelolaan dana sehat 13. Pengawasan terhadap media informasi yang beredar.

53

Struktur Pemerintah Desa Bontongan

Kepala Desa Iskandar

BPD

Sekretaris Desa Marsuki Bakri

Kaur Pemerintahan Sudirman S

Kaur Pembangunan Sukirman

Kaur Umum Nursidar

Kadus Dadeko H. Bakri

Kadus Damaci Lahude

Kadus Tobili Annas

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Dadeko

54

STRUKTUR ORGANISASI BPD (BADAN PERMUSYAWARATAN DESA) DESA DADEKO

KETUA Usman M S,pd

WAKIL KETUA Juman S.E

ANGGOTA o o o o o Abd. Halim Drs. Anwar Drs. Ilyas Nur Aisya Drs. Burhan S,pd

Gambar 3.2 : Struktur Organisasi BPD Dadeko

55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang didapatkan penulis selama melakukan penelitian di Desa Dadeko kecamatan Larompong Selatan Kabupaten Luwu. Bab ini menguraikan tentang karakteristik informan, peran kepala desa dalam pembangunan di Desa Dadeko dan faktor-faktor yang mempengaruhi peran kepala desa dalam proses pembangunan desa Dadeko. 4.1 Karakteristik Informan Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, maka pemilihan informan telah dilakukan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 26 orang. Ke-26 orang tersebut mempunyai latar belakang yang berbeda, baik dari segi umur, pendidikan, maupun pekerjaan. 4.1.1 Usia Informan Karakteristik informan menurut usia secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.1:

56

Tabel 4.1 Karakteristik Informan Menurut Usia Usia 20 29 Tahun 30 39 Tahun 40 49 Tahun 50 59 Tahun 60 Tahun Jumlah Frekuensi (f) 7 5 11 2 1 26 Persentase (%) 28,00 19,23 42,3 7,69 3,84 100

Sumber Data: Hasil wawancara,23 Maret 2010 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa komposisi yang

mendominasi pada penelitian ini yaitu pada usia 40-49 tahun yaitu sebesar 42,3%, informan pada usia 20-29 tahun sebesar 28,00% dan 30-39 tahun sebesar 19,23%, selanjutnya informan pada usia 50-59 tahun yaitu sebesar 7,69%, sedangkan pada usia 60 tahun adalah informan yang paling sedikit. Usia 40-49 merupakan frekuensi yang paling banyak di lokasi penelitian, peneliti mendapatkan bahwa selain Kepala Desa, Kepala Dusun, dan tokoh masyarakat yanga berada pada usia tersebut. Pada usia ini juga rata-rata berasal dari petani, sedangkan usia 20-29 dan 30-39 merupakan pemuda sekaligus petani muda di desa Dadeko dan sesuai dengan metode pengambilan sampel, pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik

57

tertentu yang dianggap mempunyai sangkut-paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya serta dianggap mampu memberikan informasi dan data-data yang akurat. 4.1.2 Jenis Kelamin Tabel 4.2 Karakteristik Informan Menurut Jenis Kelamin

No 1. 2.

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Frekuensi (f) 21 5

Persentase (%) 80,76 19,23 100

Jumlah 26 Sumber Data : Hasil wawancara, 23 Maret 2010

Berdasarkan komposisi informan pada jenis kelamin, informan pada laki-laki sebesar 80,76% atau 21 orang, sedangkan pada perempuan sebesar 19,23% atau 5 orang. Berdasarkan rasio diatas, jumlah informan laki-laki merupakan yang paling banyak, hal ini didasari karena informan laki-laki merupakan yang selalu bergelut dengan aktivitas keseharian jadi lebih mengetahui tentang permasalahan. Sedangkan perempuan merupakan pekerja pasif dirumah,

4.1.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang utama dalam pencapaian hasil penelitian ini, tingkat pendidikan pada informan sangat

58

berpengaruh pada kemampuan memberikan informan terkait dengan objek penelitian ini, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah dan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan dapat melihat serta memahami persoalan yang dibutuhkan dalam pembangunan di desa maka peneliti juga membutuhkan informan yang berpendidikan tinggi untuk bisa memberikan informasi dan data-data yang akurat. Table 4.3 Karakteristik Informan Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat Diploma Sarjana Jumlah

Frekuensi(f) 0 0 1 18 2 5 26

Persentasi(%) 00,00 00,00 3,84 69,23 7,69 19,23 100

59

4.1.4 Pekerjaan Tabel 4.4 Karakteristik Informan Menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Mahasiswa/Pemuda Petani PNS Guru Wiraswasta Lainnya Jumlah

Frekuensi ( f ) 3 13 4 2 0 4 26

Persentase (%) 11,54 50,00 15,38 7,69 00,00 15,39 100

Sumber Data : Hasil wawancara, 23 Maret 2010 Berdasarkan table 4.4, pekerjaan yang paling banyak yang dikerjakan oleh informan adalah pada Petani dengan 13 orang atau 50 %, pepemuda/mahasiswa 3 orang atau 11,54 %, PNS dengan 4 orang atau 15,38%, Guru dengan 2 orang atau 7,69 %, lainnya dengan 4 orang atau 15,39 %. Pekerjaan lain yang dimaksud disini terbagi atas beberapa antara lain IRT, Honorer, serta pensiunan PNS.

60

4.1.5 Penghasilan Tabel 4.5 Karakteristik Informan Menurut Penghasilan Penghasilan per-Bulan < Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 1.000.000 >Rp 1.000.000 Jumlah Frekuensi (f) 6 12 8 26 Persentasi (%) 23,08 46,15 30,77 100

Sumber Data : Hasil wawancara, Maret 2010 Karakteristik informan berdasarkan penghasilan per-bulan pada tabel 4.5 menunjukkan penghasilan yang berbeda-beda satu sama lain. Informan yang memiliki penghasilan > Rp 500.000 sebanyak 6 orang atau 23,08%, Rp 500.000 Rp 1.000.000 sebanyak 12 orang atau 46,15%, sedangkan yang memiliki penghasilan atau 30,77%. Sesuai dengan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini yang dilakukan secara Purposive Sampling maka peneliti sengaja mempetakan informan agar dapat menentukan jawaban yang bisa diharapkan dalam pengembangan penelitian ini dengan hareapan bahwa informan akan mampu memberikan informasi dan data-data yang akurat. >Rp 1.000.000 sebanyak 8 orang

61

4.2 Peran Kepala Desa dalam Proses Pembangunan Desa Dadeko Kepala desa merupakan pemimpin tertinggi di desa. Oleh karena itu kepala desa merupakan penanggung jawab atas jalannya roda pemerintahan dan roda pembangunan sehingga maju mundurnya pelaksanaan

pembangunan di desa tergantung dari kepemimpinan kepala desa dalam mempengaruhi masyarakatnya untuk turut serta di dalam pembangunan.

Pembangunan

di

desa

menjadi

tanggungjawab

Kepala

desa

sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No 72 tahun 2005 ditegaskan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Kedudukan

kepala

desa

sebagai

kepala

pemerintahan

dan

pembangunan serta pemimpin formal masyarakat sangatlah penting di dalam kelancaran pembangunan sehingga mengharuskan pemerintah desa

mempunyai aparatur dan pemimpin yang ahli di bidangnya, sehingga program dan tugas pemerintah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal diatas senada dengan hasil wawancara saya dengan masyarakat desa Dadeko seperti yang diungkapkan oleh Drs. Amiruddin

(wawancara,tanggal 24 April 2011, jam 10.30): Saya sangat senang bisa bekerjasama dengan seorang kepala desa yang benar-benar dapat memberikan panutan, pelayanan sekaligus mengayomi masyarakat yang memerlukan bantuan. Kepala desa juga sama sekali tidak mebeda-bedakan antara yang tua dan muda,

62

kelompok yang mendukung dan menentangnya saat pemilihan. Sehingga masyarakat bisa lebih antusias dan berpartisipasi terhadap segala program yang dicanangkan oleh kepala desa Untuk pembangunan non fisik, khususnya meningkatkan swadaya masyarakat dalam bidang pertanian dan pembinaan generasi muda merupakan program utama kepala desa, mengingat rata-rata penduduk di desa Dadeko berasal dari petani yakni 75% dari 1.436 jiwa dengan usia 25 tahun ke atas sudah mulai bergelut di bidang pertanian, ini dikarenakan

selain di dukung oleh wilayahnya yang sebagian besar dari luas wilayah 11 km2 adalah wilayah pertanian, penduduk di Desa Dadeko banyak yang nikah dini . Hal ini senada dengan yang dikatakan bapak Kepala Desa Dadeko (wawancara tanggal 27 Februari 2011) mengatakan: Masyarakat saya disini 75% mata pencahariannya adalah petani, mulai dari usia 25 tahun ke atas sudah banyak yang menjadi petani ini dikarenakan pada usia tersebut sudah banyak yang nikah dini. Sehingga saya sebagai pemimpin di desa ini menjadikan pertanian sebagai fokus pembangunan khususnya pembangunan non fisik di Desa Dadeko ini. Pembangunan kan bukan hanya dari segi fisik saja, pembangunan non fisik pun sangat penting yang saya maksudkan disini contohnya saja bagaimana selalu mempengaruhi masyarakat untuk selalu ikut dalam setiap penyuluhan pertanian yang diadakan pemerintah setempat, menyempatkan untuk tudang sipulung untuk membicarakan persoalan yang menimpa para petani yang tidak bisa diselesaikan bersama kelompoknya kalau perlu kita panggilkan penyuluh pertanian untuk mengatasinya.

63

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sanusi T ketua kelompok tani dari Dusun Dadeko (wawancara tanggal 22 Maret 2011), mengatakan: Saya bersyukur dalam bidang pertanian, pak kepala desa sangat memperhatikan nasib kami dengan mengajukan kerjasama dengan pemerintahan setempat untuk bisa mengadakan penyuluhan baik itu adanya persoalan ataupun hanya sekedar menambah pengetahuan kita sehingga pengetahuan kami akan pertanian bisa bertambah luas. Kemudian ditambahkan lagi oleh Bapak Alamsyah pada wawancara 24 Maret, seorang petani mengatakan bahwa: Untuk masalah pembangunan khususnya para petani di desa Dadeko sendiri, kepala desa sering mempengaruhi kami untuk bisa ikut serta dalam penyuluhan. Biasanya itu bapak, na kasi tauki bilang ada itu nanti penyuluhan pertanian datangki nah. Malahan na pastikanki untuk benar-benar datang. Kadang klo nda mauka datang, na pengaruhika maanfaatnya itu penyuluhan makanya tertarikma untuk hadir. Begitu pula yang di ungkapkan bapak Usman M S,pd ketua BPD desa Dadeko (wawancara pada tanggal 22 Maret 2011) mengatakan: Menurut saya, kami sebagai mitra kerja kepala desa, melihat beliau dalam mempengaruhi masyarakatnya sudah cukup baik, sehingga masyarakat khususnya petani lebih berantusias untuk hadir di setiap penyuluhan yang diadakan. Hal ini bisa berdampak positif untuk petani dalam meningkatkan pengetahuannya akan pertanian itu sendiri misalnya meningkatkan kreatifitas petani dalam mengenal potensi diri dan lingkungan dan bahkan bisa meningktakan nilai tambah usaha tani Dari pernyataan-pernyataan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa bapak kepala desa Dadeko benar-benar telah melakukan kerja sama

64

dengan pemerintah untuk mengadakan penyuluhan pertanian. Bahkan beliau dengan caranyanya sendiri untuk bisa mempengaruhi masyarakatnya hadir.. Sehingga masayarakat khususnya petani bisa memperoleh manfaat dari penyuluhan tersebut. Diantara lain; meningkatkan pengetahuan dan

kemajuan dalam penguasaan teknologi, meningkatkan kreatifitas petani mengenai potensi diri dan lingkungan, meningkatkan nilai usaha tambah tani, meningkatkan kemandirian petani dan kelompok tani, memperluas jejaring komunikasi dan jejaring pemasaran antar petani. Namun semua ini tidak bisa berjalan tanpa dana yang mendukung untuk mengadakan penyuluhan. Kepala Desa dalam menyikapi ini bisa terbantu dengan bantuan dana dari pemerintah. Beliau pun selalu bersikap transparant baik masalah pembangunan maupun masalah bantuan yang didapatkan desa baik dari pemerintah maupun dari desa lain hal ini sesuai dengan prinsip pengeloalaan pembangunan desa. Hampir semua bantuan yang masuk ke desa selalu dirapatkan dengan warga. Seperti yang dikatakan pak Drs. Amiruddin, yakni setiap ada bantuan yang diterima, maka kepala desa selalu mengadakan rapat agar bantuan yang diperoleh ini dapat terbagi rata keseluruh warga. Dalam rapat ini selalu dihadiri oleh seluruh tokoh-tokoh masyarakat, pemuka agama, dan pemuda, bahkan hanya 2-3 orang yang biasanya tidak hadir dalam rapat dari 30 undangan yang biasa disebarkan oleh saya sendiri baik berupa undangan tertulis maupun lisan. Selanjutnya hasil rapat ini akan

65

disampaikan kepada warga baik melalui pemberitahuan di masjid sehingga semua hasil keputusan rapat dapat diketahui oleh warga dengan baik. Untuk masalah pengambilan keputusan sendiri, kepala desa bisa dikatakan orang yang sangat demokratis karena segala sesuatunya selalu di serahkan dulu kepada masyarakat kemudian jika sudah di sepakati , barulah kepala desa memutuskan. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Drs. Amiruddin (wawancara, tanggal 24 Maret 2011): Dalam setiap rapat yang diadakan bapak kepala desa tidak pernah mengambil keputusan secara sepihak, ia selalu merundingkan baik itu dengan anggota BPD maupun kepada peserta rapat. Beliau pun tak segan-segan untuk meminta saran peserta Hal ini menunjukkan bahwa desa Dadeko dalam proses pelaksanaan pembangunan non fisik dengan cara selalu melibatkan unsur masyarakat dalam setiap ada kegiatan dan pengambilan keputusan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat di desa Dadeko rasa kekeluargaan dan jiwa gotong royongnya masih erat terjalin di tengah masayarakat walaupun di zaman yang telah berubah. Agar peranan kepala desa dapat mempengaruhi masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat melaui indikator-indikator perannya sebagai Pembina, pengayom, dan pelayan masyarakat sebagai berikut.

66

4.2.1 Peran kepala desa sebagai Pembina masyarakat Kegiatan memberi contoh atau lebih dikenal dengan keteladanan merupakan unsur yang memegang peranan penting dan sangat menentukan bagi berhasilnya seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsi dan tugas bawahan/orang yang dipimpin sehingga dapat mengikuti apa yang

dikehendakinya dalam pelaksanaan tugas. Hal ini bisa kita lihat dari cara pembinaan yang dilakukan seorang kepala desa. Aktivitas untuk memberi tuntutan/pembinaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan baik itu untuk perangkat desa maupun untuk masyarakatnya. Tujuannya adalah agar perangkat desa atau masyarakatnya itu tahu dan mengerti apa yang harus dikerjakan serta timbul kemauan untuk mengerjakan sesuatu sesuai kehendak kepala desa. Perkataan pembinaan ini mempunyai cakupan kegiatan yang cukup banyak, akan tetapi yang jelas pembinaan mengandung arti pembangunan yaitu merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dan juga mengandung makna sebagi pembaruan, yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan, menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Dalam hubungannya dengan pembinaan, Taliziduhu Ndraha

mengungkapkan bahwa yang menjadi sasaran pembinaan khususnya dalam

67

pembinaan masyarakat adalah mentalitasnya. Mentalitas yang belum sadar harus dibangunkan, yang tidak sesuai dengan pembangunan harus dirubah, yang belum beres harus ditertibkan dan yang masih kosong harus diisi. Dalam kaitannya dengan pembinaan masyarakat desa, kepala desa selaku pemimpin di desa dadeko yang didominasi oleh para petani dan memiliki banyak pemuda yang bergelut di dalamnya, perlu untuk membuat suatu organisasi kepemudaan. Karena dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan di desa pemudahlah yang pertama akan turut serta dalam berpartisipasi. Hal ini bertujuan agar segala aspirasi dari pemuda dapat

tertampung dan tersalurkan dengan baik, dimana hal ini dapat memberikan dampak yang positif bagi pemuda maupun kepala desa sendiri. Dalam hal desa Dadeko sendiri, organisasi kepemudaan yang dibentuk oleh kepala desa adalah kelompok tani , kelompok tani dalam hal ini didasari dari banyaknya pemuda yang memilih bergelut sebagai petani/berkebun. yang bertujuan untuk menyerap tenaga kerja khususnya pemuda yang lebih memilih bekerja sebagai petani sehingga mereka dapat lebih muda diarahkan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Kelompok tani ini sendiri terbagibagi ke setiap dusun dimana tiap dusun memiliki setidaknya 2-3, yang jumlahnya 7 kelompok tani di Desa Dadeko. Pengelompokkan ini dilakukan agar pemerintah dapat dengan mudah mengkoordinir masyarakat agar dalam hal penyaluran bantuan semuanya dapat memperoleh secara merata selain

68

itu juga agar memudahkan pemerintah dalam hal pembinaan kepada tiap kelompok tani sendiri. Beliau pun berusaha untuk selalu memberikan pengertian kepada masyarakatnya khususnya kelompok tani untuk selalu mengikuti penyuluhan pertanian di adakan di Desa Dadeko. Hal ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan petani dalam memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam pertanian. Hal ini senada dengan pak Alimuddin tokoh masyarakat (wawancara tanggal 28 Maret 2011): Bapak Kepala desa selalu memberikan dorongan kepada warga untuk mengikuti penyuluhan misalnya saja, ketika diadakan

penyuluhan pertanian yang bekerjasama dengan pemerintah. Beliau mengajak dan memberikan pemahaman betapa pentingnya mengikuti penyuluhan tersebut yang nantinya akan berpengaruh juga pada hasil pertanian mereka. Begitu juga jika ada kegiatan kepemudaan yang akan dilaksanakan, misalnya perlombaan olahraga volley beliau selalu mengajak masyarakat untuk ikut serta guna meningkatkan

silahturahmi antara dusun Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh bapak Fatur (wawancara tanggal 26 Maret 2011) seorang petani, yakni: Peran kepala desa dalam hal pembinaan kelompok tani sangat membantu kami tentang pengetahuan pertanian itu sendiri menjadi lebih luas, ini bisa dilihat dari hasil yang meningkat dibandingkan dari kemarin-kemarin. Ini semua berkat kerjasama yang dilakukan kepala

69

desa dengan dinas pertanian untuk melakukan penyuluhan kepada kelompok tani yang ada di desa ini. Kemudian ditambahkan oleh bapak Sanusi (wawancara tanggal 25 Maret 2011) seorang petani, yakni: Berkat inisiatif Kepala Desa untuk membentuk kelompok tani, dan dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh dinas pertanian saya sangat bersyukur sebab ini berimbas pada pendapatan kami yang lumayan bisa dikatakan meningkatlah dibanding yang lalu.

Sedangkan organisasi kepemudaan lainnya adalah Karang Taruna, namun Karang Taruna di Desa Dadeko ini sudah lama terbentuk sebelum bapak Kepala Desa Dadeko terpilih. Walaupun demikian, sebagai pemimpin tertinggi di desanya Beliau selalu memberikan perhatian yang penuh dengan cara memperkuat silahturahmi antar pemuda desa misalnya saja perlombaan olahraga antar dusun. Kepala desa sadar dan mengerti tentang pentingnya pembinaan pemuda desa, hal ini dilakukan agar pemuda desa dapat dilibatkan dalam setiap kegiatan di desa dan juga dapat membantu setiap kegiatan yang akan dilaksanakan kepala desa. Beliau juga mengatakan tujuan dibentuknya Karang Taruna adalah untuk menjadi mitra pemerintah dalam mengatasi masalah masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat serta dapat membangun daerah dan pemuda dengan cara memberdayakan serta membekali pemuda dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat sehingga

70

para pemuda dengan ber Karang Taruna bisa tetap menjalin silahturahmi antar sesama pemuda desa. Seperti yang termatub pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang pedoman umum Penyelenggaraan Pemerintahan desa pada pasal 14 ayat 2 wewenang Kepala Desa YAKNI; a. Membina kehidupan masyarakat desa b. Mebina perekonomian desa Hal senada diungkapkan oleh Kepala Desa Dadeko (wawancara pada tanggal 27 Februari 2011) mengatakan : Karang Taruna sangat perlu diperhatikan, kenapa saya katakan demikian karena Karang Taruna tidak bisa terlepas dalam penyelenggaraan pembangunan di desa ini, Karang Taruna pun menjadi mitra pemerintah dalam mengatasi masalah masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat serta dapat membangun daerah dan pemuda dengan cara memberdayakan serta membekali pemuda dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat sehingga para pemuda dengan ber Karang Taruna bisa menjalin silahturahmi antar sesama pemuda desa. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh pak Adi (wawancara tanggal 24 Maret 2011) seorang tokoh pemuda, yakni: Selama ini saya melihat, bapak kepala desa selalu memberikan perhatiannya kepada para pemuda di desa ini. Walaupun memang Karang Taruna sudah ada sebelum beliau menjabat sebagi kepala desa, Bapak Iskandar tetap saja selalu membuat kegiatan-kegiatan kepemudaan misalnya pertandingan olahraga antar dusun dengan dukungan disetiap kegiatan kepemudaan mungkin karena tanggung jawab dan kewajiban beliau sebagai pemimpin tertinggi di desa ini sehingga beliau tetap memperhatikan pemuda di desa ini. Kepala

71

desa juga sangat dekat dengan kita sehingga jika ada kegiatan yang dilaksanakan, kita pun berusaha memberikan bantuan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Kemudian ditambahkan oleh bapak Annas (wawancara tanggal 24 Maret 2011) sebagai kepala dusun Tobilli , yakni: Bapak Kepala Desa sangat dekat dengan pemuda di desa ini, dia selalu ada disetiap kegiatan kepumudaan bukan hanya sekedar hadir tetapi pak Iskandar selalu memeberikan solusi dan bantuan dalam kegiatan agar bisa berjalan lancar. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepala desa dapat mendorong proses pembangunan ke arah yang lebih baik dengan memanfaatkan tenaga dari pemuda di desa sekaligus memanfaatkan potensi-potensi desa yang sungguh banyak, seperti dalam hal pertanian dimana disini dibentuk sebuah kelompok tani dengan memanfaatkan tenaga pemuda yang cenderung bergelut di dunia pertanian yang terbukti dapat merubah gaya hidup petani di desa ini. Hal ini mengakibatkan perekonomian desa menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga berimbas kepada kehidupan masyarakat desa menjadi lebih baik. Aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Desa lebih bersifat penjelasan akan makna, maksud, tujuan dan manfaat dari pelaksanaan pembangunan. Sebab bagaimana pembangunan akan dilaksanakan, lebih banyak dimusyawarahkan dengan warga desa umumnya dan dengan tokoh masyarakat khususnya. Melalui pembinaan inilah dibangkitkan semangat dan

72

kemauan serta ditumbuhkan jiwa membangun dalam diri warga desa. Dalam melakukan aktivitas pembinaan ini, Kepala Desa menyatukan dirinya terhadap semua warga di manapun dan dalam keadaan apapun dan tidak menciptakan batas demarkasi, sehingga warga desa merasa menjadi satu dengan Kepala Desanya. Kepala desa juga bertindak tidak dalam posisinya sebagai Kepala Desa. Melalui perilaku seperti inilah beliau melakukan pendekatan untuk menciptakan dan mebina kebersamaan dengan warga desa. Kepala Desa lebih berperan sebagai pembinaan yang secara moral dan emosional dapat mempengaruhi kesediaan warga desa untuk dibimbing. Kepala desa bertindak dalam prinsip di depan memberi petunjuk dan teladan, di belakang memberi perlindungan dan kekuatan moral

4.2.2 Peran kepala desa sebagai pengayom masyarakat. Seni kepemimpinan adalah kemampuan mempraktekan ilmu Teori Kepemimpinan kepada orang yang dipimpinnya yang kenyataannya tidak selalu sama dengan yang diajarkan dalam ilmu teory kepemimpinan. Hal ini terjadi karena setiap individu manusia yang dipimpin memiliki karakter yang berbeda satu sama lainnya, memiliki interest/kepentingan pribadi yang berbeda. Perbedaan itu kalau diseragamkan sesuai keinginan kita sebagai pemimpin, akan menimbulkan resistensi baik secara terbuka ataupun

73

tertutup. Aturan kepemimpinan militer yang otoriter, akan lebih memudahkan seseorang pemimpin militer untuk melakukan seni kepemimpinannya, tapi dilingkungan orang sipil akan menjadi lebih complicated, lebih rumit. Salah satu yang mempersulit melakukan Seni Kepemimpinan sebenarnya adalah kemampuan seseorang untuk mampu menumbuh kembangkan Ketaatan Terhadap Disiplin. Disiplin artinya adalah Bersedia melakukan semua aturan yang ditetapkan oleh lingkungan hidupnya secara tulus ikhlas, tanpa harus dipaksa dan diawasi terus menerus oleh pemimpin, dilakukan secara lahir dan batin. Kunci sukses seorang pemimpin adalah Mampu menumbuh

kembangkan rasa taat yang tulus dan ikhlas dihati dan fikiran anak buahnya, yakni: a. Mampu memberikan suri Tauladan dalam Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan YME, serta ketaatan terhadap Peraturan Disiplin itu sendiri. b. Mampu menegakkan hokum dan disiplin dilingkungan secara jujur, benar dan adil. c. Mampu bersikap dan berperan sebagai pengayom anak buahnya yang membutuhkan perhatian, bantuan, nasihat, petunjuk, secara tulus, dan ikhlas.

74

d. Mampu

menjadi

seorang

guru,

pembimbing,

dalam

setiap

permasalahan baik masalah tugas maupun pribadi. e. Mampu berperan dan bersikap sebagai kawan yang baik, yang mau mendengarkan segala curhat dan keluhan anak buahnya, pada saat saat santai diluar jam pekerjaan kantornya, Wawancara dengan bapak Natsir seorang guru di dusun Damaci Pada tanggal 25 Maret 2011, mengatakan: Untuk masalah keamanan, kepala desa sebagai pengayom masyarakat di desa ini sudah sangat cepat tanggap jika sewaktuwaktu hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian, perkalian pemuda dll. Beliau biasanya mencari solusi untuk penyelesaian masalah dengan cara kekeluargaan maupun .namun ada juga warga yang merasa jengkel untuk diselaikan kepihak yang berwajib (polisi). (wawamcara, tanggal 25 Maret 2011). Hal senada di ungkapkan oleh pemuda desa Andi Ressi pada (wawancara, tanggal 25 Maret 2011), mengatakan: Saya rasa kepala desa sangat peduli dalam hal keamanan desa, bisa dilihat dari tingkat pencurian lambat laun sudah berkurang. Beliaupun cepat tanggap jika sesuatu menimpa masyarakatnya dengan menghubungi pihak berwajib ditambah lagi dengan pengaktifan rondaronda malam membuat masyarakat merasa aman. Sejalan dengan itu kepala dusun Damaci Mengatakan jika semula kami memang pernah merasa takut akan pencurian sepeda motor yang terjadi beberapa bulan lalu yang sangat meresahkan warga tetapi sekarang kami khususnya warga Damaci sudah merasa aman, ini karena kepala desa langsung mengadakan pertemuan dengan tiap-tiap kepala dusun beserta

75

tokoh-tokoh masyarakat untuk mencari jalan keluar dalam mengatasi persoalan ini dan dalam rapat ini dihasilkan keputusan untuk mengaktifkan kembali ronda malam di tiap-tiap dusun agar keamanan desa dapat terjaga dengan baik, selain itu kepala desa juga sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian sehingga bisa melihat sendiri saat ini jika kita sudah tidak takut untuk keluar sendirian walaupun sudah malam. Hal ini dipertegas oleh Syamsinar pada (wawancara pada tanggal 25 Maret 2011), mengatakan: Saya sering ke kantor desa dan disana terlihat jelas bagaimana Kepala Desa melakukan tugasnya dengan maksimal, bagaimana ia mengarahkan bawahannya dan saya rasa dia termasuk kepala desa yang bisa dijadikan panutan oleh bawahannya. Jadi, beliau benarbenar mampu melakukan perannya sebagai pengayom masyarakat. Begitupula dengan yang diungkapkan oleh pemuda desa Sirajuddin (wawancara, tanggal 25 Maret 2011), mengatakan bahwa: Bapak kepala desa merupakan orang yang sangat dekat dengan warga begitupun dengan para pemudanya. Biasanya dia selalu menyempatkan diri untuk bercerita-cerita dimana dalam percakapannya itu beliau tidak henti-hentinya menyarankan kita untuk menjaga silahturahmi dengan warga dususn sebelah agar kerukunan antar dusun tetap terjalinb. Sejalan dengan itu menurut Fargun seorang tokoh pemuda di dusun damaci mengatakan jika selain menjadi pengayom masyarakat, kepala desa dalam pergaulannya sehari-hari dikatakan dekat dengan masyarakat sehingga dia bisa mengikis sekat-sekat yang ada antara tiap-tiap dusun

76

sehingga kita bisa melihat sekarang pemuda antara dusun yang semulanya tidak pernah rukun, sekarang sudah ada interaksi yang positif dan tidak ada lagi yang namanya perkelahian antara pemuda dusun, apalagi kalau ada pesta perkawinan yang identik rentan akan terjadinya kerusuhan tapi sekarang sudah jarang kita jumpai hal tersebut. Ini semua terjadi karena usaha kepala desa yang memang berniat untuk menyatukan masyarakatnya baik itu melalui kegiatan pertandingan olahraga antara dusun maupun kunjungannya rutinnya ke tiap-tiap dusun, yang terbukti berhasil. Hal senada dengan yang dikatakan oleh ibu Marsyuna seorang ibu rumah tangga pada (wawancara 25 Maret 2011), mengatakan: Yang saya lihat selama ini, bapak Kepala Desa termasuk sosok ramah dan supel. Kenapa saya katakan begitu, sebab dalam keseharian beliau tak segan-segan untuk menyapa bahkan kadangkadang menyempatkan diri untuk ngobrol walaupun cuma sebentar, hal ini cukup mampu mempererat tali silahturahmi Hal ini senada pula oleh Sirajuddin seorang pegawai negeri sipil pada wawancara 25 Maret 2011, mengatakan: Kepala desa sangat dekat dengan masyarakat, beliaupun selalu berusaha menjaga kerukunan antara masyarakat. Bisa dilihat dari, seringnya diadakan pertandingan antar dusun misalnya pertandingan olahraga; bola volli, takrow dan sepakbola. Bahkan beliau tak segansegan meminta nomor masing-masing kepala keluarga di desa ini, ini dilakukan agar beliau tidak los contek jika sewaktu-waktu ada apa-apa yang terjadi kepada masyarakatnya.

77

Dari berbagai pernyataan diatas wawancara yang dilakukan dengan warga desa Dadeko maka dapat dilihat jika Bapak Iswanto yang selaku kepala desa Dadeko mampu mengayomi masyarakatnya dengan menjaga kerukunan antara masyarakat di tiap-tiap dusun dengan cara melakuakan serangkaian pertandingan olahraga antara dusun, menjaga keamanan desa dengan mengaktifkan kembali ronda malam , selain itu juga melalui sikap kepala dusun yang selalu berinteraksi dengan masyarakat dengan baik dan bersifat ramah tamah dengan seluruh masyarakatnya. 4.2.3 Peran Kepala Desa Sebagai Pelayan Masyarakat Pemimpin berdasarkan konsep teoritis, memiliki tanggung jawab yang besar baik dalam suatu birokrasi pemerintahan maupun swasta. Dengan demikian peranan pemimpin sangat penting dalam usaha mencapai tujuan suatu birokrasi, sehingga dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan yang dialami. Menurut Sinambela (2006:106), pelayanan adalah: Apapun tingkatan pemimpin birokrasi yang dimiliki, pada dasarnya tidak mengurangi tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang mempunyai peranan untuk memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, karena dengan peranan pemimpin berusaha memberikan pelayanan publik terbaik, itulah salah satu faktor pemimpin untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Seperti halnya kepala desa yang lain, kepala desa Dadeko bukan hanya sebagai Pembina dan pengayom masyarakat tapi juga diharapkan mampu menjadi pelayan masyarakat. Dengan kata lain, kepala desa

78

pertama-tama harus bisa menerima atau menampung semua aspirasi masyarakatnya agar dapat lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bapak Mahmudin pada wawancara pada tanggal 25 Maret 2011, mengatakan: Dalam masalah aspirasi masyarakat, kepala desa selalu memberikan kesempatan kepada warga untuk mengeluarkan aspirasinya baik

dalam rapat-rapat yang dilakukan di kantor maupun di mesjid. Beliau pun tak pernah gengsi untuk selalu meminta saran dari seluruh peserta rapat. Sehingga masyarakatpun tak pernah malu atau takut mengeluarkan uneg-unegnya, kritik dan saran yang membangun.

Kemudian ditambahkan oleh bapak Sudirman S (wawancara tanggal 27 Maret 2011) selaku kaur pemerintahan, mengatakan bahwa: Bapak kepala desa yang satu ini memang beda dari yang lain karena selain muda juga dia sangat terbuka dan sangat menyukai jika ada saran dan kritik yang ditujukan kepadanya.dan untuk menampung segala saran dan kritik tersebut maka dia mengangkat kami perwakilan tiap-tiap dusun untuk bekerja di kantor desa baik sebagi kaur atau sebagai perangkat desa yang lain. Dalam hal pembahasan aspirasi dari masyarakat maka kepala desa biasa melakukan rapat desa. Biasanya kepala desa hanya mengundang perwakilan dari masyarakat saja seperti tokoh-tokoh masyarakat saja, dan yang dianggap berkompeten dalam hal itu.

79

Bapak Marsuki pada wawancara tanggal 25 Maret 2011 mengatakan: Dalam hal pembangunan desa, bapak kepala desa biasa mengundang kami untuk rapat. Yang diundang biasanya tokoh-tokoh masyarakat saja agar rapat dapat berjalan lancar dan agar tujuannya dapat tercapai, tetapi selain itu kepala desa juga biasanya mengundang masyarakat yang ingin hadir dan rapat melalui pengumuman di mesjid. Hal senada diungkapkan oleh bapak Azwar pada (wawancara tanggal 27 Maret 2011), yakni: Menurut saya kepala desa orangnya sangat terbuka, saya katakan begini karena saya biasa hadir di setiap rapat-rapat membahas masalah dana yang diterima pemerintah. Bahkan jumlah dana pun tidak pernah disembunyikanya, beliau selalu menyembutkan sedetail mungkin jumlah dananya lengkap dengan bukti pemberian pemerintah. Pada saat rapatpun, aspirasi masyarakat pun selalu ia butuhkan , agar bantuan dana yang masuk ini bisa benar-benar merata. Keterbukaan Kepala Desa untuk dikoreksi, dibimbing dan diarahkan, dan kesediaannya untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan operasional pembangunan desa merupakan kunci kedekatan dan kebersamaan Kepala Desa dengan warganya, sehingga jika ada kegiatan-kegiatan yang ingin dilaksanakan dari ide Kepala Desa. Dierima dan dilaksanakan oleh warga desa secara bersama atau gotong-royong. Begitu pula dalam pengangkatan perangkat desa dari perwakilan tiaptiap dusun seperti yang dikemukan oleh bapak Marsuki bertujuan agar

80

pelayanan kepada masyarakat tidak hanya mampu tertumpu pada kepala desa sendiri tapi dapat terbagi rata sehingga jika ada masyarakat yang ingin dilayani dan kepala desanya kebetulan tidak ada di tempat maka dapat diwakili oleh bawahannya sehingga masyarakat dapat terlani secara maksimal tanpa membeda-bedakan status dan asal dusunnya. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh bapak Tahir pada (wawancara 27 Maret 2011), yakni.: Dalam hal pelayanan kepada masyarakat, Kepala Desa selalu standby dimanapun ia berada. Kenapa saya katakan begini karena walaupun tidak sedang dikantor , beliau selalu menyempatkan diri untuk melayani masyarakatnya yang sedang membutuhkan pelayanan. Misalnya saja sewaktu saya memerlukan stempel desa dan tanda tangannya untuk keperluan administrasi, dimana pun berada pasti bisa dilayani dengan cepat karena stempel dan polpennya selalu disiapkan di dalam bagasi motornya. Sehingga urusan saya pada saat itu, bisa selesai dengan cepat.

Hal senada diungkapkan oleh bapak Sudirman S ( wawancara tanggal 28 Maret 2011), selaku kaur pemerintahan, mengatakan bahwa: Untuk urusan di kantor desa, kami tidak pernah memungut biaya administrasi sepersen pun dan sudah tidak memakan waktu yang lama. Ini juga lebih ditekankan oleh kepala desa untuk tidak mengenakan biaya administrasi kepada masyarkat. Beliau sebisa mungkin melayani masyarakat dengan adil, sehingga masyarakat bisa puas dengan pelayanan kita.

Pelayanan yang diberikan oleh kepala desa kepada warga telah memuaskan warga sehingga pembangunan yang dilaksanakan di desa

81

Dadeko dapat berjalan atau terlaksanan dengan lancar dengan adanya dukungan dari seluruh masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepala desa kepada masyarakat dalam hal ini berupa pengurusan surat-surat yang sudah tidak membutuhkan biaya dan waktu yang lama, bagaimana kepala desa menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat dan lainnya yang menjadi kebutuhan atau kepentingan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan jika pelayanan kepala desa Dadeko bagi masyarakatnya sudah cukup adil dan masyarakat dapat menikmati layanan yang diberikan oleh kepala desa secra adil. Hal ini didasari karena keterbukaan kepala desa terhadap kritik dan saran dan juga dari segi pelayanan yang tidak mebeda-bedakan antara yang muda dengan yang tua dan antara warga dari dusun satu dengan dusun yang lain.

4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan kepala desa dalam pembangunan desa Dadeko Ada dua faktor yang mempengaruhi peranan kepemimpinan kepala desa dalam pembangunan desa Dadeko yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: 4.3.1 Faktor Pendukung 4.3.1.1. Keturunan Keturunan bagi masyarakat desa merupakan hal yang perlu diperhatikan jika hendak melaksanakan perannya sebagai kepala desa,

82

karena di dalam masyarakat desa masih terdapat sekelompok masyarakat yang senantiasa mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat yang lama. Keturunan yang dimaksud disini adalah karena nenek moyangnya atau orang tuanya pada zaman dahulu memiliki posisi dan fungsi tertentu dalam masyarakat sehingga ia memperoleh pangakuan masyarakat akan keberadaannya dalam masyarakat secara turun temurun walaupun telah

terjadi pergeseran nilai-nilai tetapi dikalangan masyarakat masih diakui sebagai tokoh, sebagai panutan yang mempunyai pengaruh secara kharismatik. Untuk desa Dadeko sendiri, walaupun masyarakatnya sudah banyak yang memiliki pendidikan yang tinggi tetapi mereka tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat yang sifatnya bermanfaat bagi masyarakat sendiri. Oleh karena itu, dalam menjalankan perannya sebagai seorang kepala desa dalam kehidupan sehari-hari maka faktor keturunan ini perlu diperhatikan. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh bapak Muhammad pada (wawancara pada tanggal 29 Maret 2011), yaitu: Selain faktor pendidikan, dalam menjalankan peran seorang kepala desa maka kita juga harus melihat bagaimana keturunannya karena walaupun pendidikannya tinggi tetapi keturunannya jelek maka hal ini walaupun pendidikannya persefsi yang negatif di masyarakat, yakni masa ketakutan keluatganya saja dia tidak bisa bina apalagi mau memimpin kita.

83

Kemudian ditambahkan oleh bapak Rusmin (wawancara pada tanggal 28 Maret 2011), mengatakan bahwa: Kata bersyukur memiliki seorang kepala desa, selain memiliki pendidikan yang tinggi dia juga mempunyai latar belakang keturunan yang baik sehingga dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala desa dia selalu mendapat respon yang baik dari masyarakat, sehingga seperti yang kita lihat jika kepala desa sedang ingin melakukan sosialisasi di masjid setelah shalat jumat maka jarang sekali koita melihat warga yang keluar dari masjid.

4.3.1.2

Kewibawaan

Untuk menopang kedudukannya sebagai pemimpin, maka kepala desa haruslah memiliki wibawa baik terhadap bawahannya maupun dimata masyarakatnya. Namun bukan berarti kewibaan harus membatasi diri terhadap masyarakat, tetapi bagaimana memberi pandangan kepada masyarakat bahwa sebagai seorang pemimpin ia harus memiliki wibawa kepada masyarakat bahwa sebagai seorang pemimpin ia harus memiliki wibawa. Adapun pengertian Kewibawaan dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang memancar dalam diri seseorang karena kelebihan yang dimilikinya sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya. Kepala desa dalam melakukan tindakan, beliau juga melihat dari berbagai aspek kehidupan dan sudut pandang sehingga keputusan yang dia ambil pun bijaksana demi terwujudnya tujuan bersama maka secara tidak

84

langsung kewibawaan tersebut akan terpancar dalam diri seorang pemimpin tersebut.

Tidak hanya dalam mengambil keputusan kewibawaan seorang pemimpin dapat terlihat tetapi dapat juga dilihat dari bagaimana seorang pemimpin dapat mengendalikan dirinya terutama dalam mengendalikan emosinya dalam menyelesaikan suatu masalah. Jadi, apabila seorang pemimpin dapat melalui suatu proses dari mengedalikan diri sendiri hingga dapat mengendalikan orang lain demi terwujudnya suatu keputusan bersama maka bisa dikatakan pemimpin tersebut telah menggunakan kekuasaanya dengan baik dan dia memiliki suatu kewibawaan yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap orang yang dipimpin.

Apakah hal tersebut juga dimiliki oleh kepala desa Dadeko, maka kita bisa melihat dari hasil wawancara dengan beberapa warga desa Dadeko. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Drs. Syaiful pada (wawancara tanggal 27 Maret 2011), yakni: Kepala desa dikenal ramah kepada warganya namun hal tersebut tidak membuat wibawanya jatuh di mata masyarakat, ini semua karena kepala desa bisa dan mampu menempatkan dirinya jika sedang bergaul dengan pemuda desa jika sedang berbincang-bincang begitupula dengan orang-orang tua, beliau saya lihat sangat sopan jika berhadapan dengan mereka. Hal ini bisa membuat kepala desa dikagumi oleh masyarakatnya bahkan mendapat dukungan dari

85

masyarakat jika kepala desa sedang melaksanakan kegiatan di desa ini baik berupa tenaga maupun materil yang seadanya, sehingga kegiatan bisa berjalan dengan baik.

Kemudian ditambahkan oleh Marsuki Bakri selaku sekretaris desa (wawancara,tanggal 27 Maret 2011), mengatakan bahwa: Yang saya lihat selama ini, bapak kepala desa merupakan sosok pemimpin yang bisa dikatakan berwiba, ini bisa dilihat pada saat beliau memimpin rapat baik orang tua maupun pemuda selalu menjadi pendengar yang baik apa yang beliau katakan dan sangat jarang terjadi keributan disaat beliau memimpin rapat dan masih banyak contohnya.

4.3.1.3

Kekuasaan

Kekuasaan adalah kekuatan, legalitas dan otoritas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. Tanpa kekuasaan bagaimana mungkin seorang pemimpin mampu menjalankan tugasnya karena hanya dengan kewenanganlah seseorang berhak memerintah orang lain. Adapun beberapa sumber-sumber kekuasaan menurut Harbani Pasolong (Kepemimpinan Birokrasi:107), yakni; 1. Kekuasaan menghargai, yaitu kekuasaan yang diperoleh dari fakta bahwa seseorang dikenal sebagai pemberi pengaruh, mempunyai kemampuan untuk memberi imbalan orang lain,

86

dikenal sebagai orang yang dipengaruhi, untuk melaksanakan perintah, yang mungkin dinyatakan atau tersirat. 2. Kekuasaan sah atau kekuasaan formal adalah kekuasaan yang ada ketika seseorang bawahan atau orang yang dipengaruhi mengakui bahwa pemberi pengaruh berhak atau secara hokum boleh menggunakan pengaruh dalam kaitan tertentu. 3. Kekuasaan keahlian adalah berdasarkan pada keyakinan atau pengertian bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahuan spesifik atau kepekaan relevan yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. 4. Kekuasaan rujukan adalah kekuasaan berdasarkan pada

keinginan dari orang yang mempengaruhi untuk menjadi seperti atau menyamakan dirinya dengan pemberi pengaruh. 4.3.2 Faktor Penghambat 4.3.2.1 Kondisi Penduduk

Sebagai pemimpin masyarakat, maka sudah selayaknya apabilah seseorang kepala desa mengetahui kondisi atau keadaan masyarakat yang sebenarnya. Sebab dengan mengetahui kondisi masyarakat yang

sebenarnya maka dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengambil keputusan dan tindakan. Sebab bila pemimpin tidak menegtahui

87

kondisi masyarakat maka akam menjadi suatu kesalahpahaman yang tidak dapoat diterima oleh masyarakat.

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Nurfaidah pada (wawancara, tanggal 29 Maret 2011), yakni: Kondisi penduduk desa Dadeko yang cukup beragam ini semula sangat meyulitkan kepala desa dalam menjalankan tugasnya tetapi seiring dengan waktu hal ini dapat diatasi kepala desa dengan cara sering bersilaturahmi dengan warga. Kemudian ditambahkan oleh bapak Muhaimin pada (wawancara pada tanggal 1 April 2011), mengatakan bahwa: Walaupun kepala desa merupakan warga desa Dadeko tetapi faktor kondisi penduduk ini masih menjadi kepala dalam melaksanakan tugas saat dia terangkat karena beliau kebanyakan bergaul di ibu kota kabupaten tetapi sekarang sudah bisa beliau atasi sehingga kepala desa dalam menjalankan tugasnya mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengambil keputusan dan tindakan.

4.3.2.2. Partisipasi Penduduk Faktor kedua adalah partisipasi penduduk dimanan faktor ini tidak kalah pentingnya dalam sebuah pembangunan. Rakyat adalah komponen utama yang harus dilibatkan dalam setiap proses pembangunan. Kebutuhan, kepentingan dan harapan rakyat menjadi arah setiap kebijakan . pemberian kesempatan bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi merupakan salah satu komponen bagi masyaraklat untuk ikut berpartisipasi merupakan salah satu

88

komponen untuk mencapai pembangunan desa, sebab tanpa dukungan dan partisipasi penduduk maka pembangunan tidak akan berhasil. Oleh sebab itu untuk kelancaran pembangunan maka masyarakat harus berpartisipasi dimana dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti kesediaan masyarakat untuk mengahadiri rapat-rapat yang dilaksanakan di desa, member ide atau gagasan, menyumbang tenaga maupun berupa uang atau barang. Seperti yang di ungkapkan oleh Kepala desa Dadeko,

(wawancara,pada tanggal 27 Maret 2011): Mengenai partisipatif masyarakat merupakan tantangan sendiri buat saya, tapi saya tetap berusaha untuk bisa dekat dengan masyarakat untuk bisa terlibat langsung dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Misalnya saja jika ada perlombaan olahraga antar dusun, biasanya ada juga pemuda yang tak peduli untuk terlibat tetapi saya tetap memberikan pengertian akan tujuan dari kegiatn kegiatan tersebut bahwa pertandingan ini untuk lebih meningkatkan silahturahmi antar masyarakat/pemuda antar dusun dan biasanya setelah itu pemuda tersebut pun tertarik untuk ikut bahkan memanggil teman-temannya baik untuk menjadi peserta lomba ataupun menjadi penonton yang memberi support teman-temannya. Begitu pula dengan pengadaan kerja bakti, saya beruha untuk mengajak masyarakat walaupun cuma sebentar. Yah, tapi tetap saja partisipatif masyarakat ini bisa menjadi penghambat kelancaran pembangunan desa jika masyarakat tidak sadar akan pentingnya keterlibatan mereka di setiap kegiatan-kegiatan desa. Hal senada dengan yang dikatakan oleh bapak Drs. Alimuddin, yakni membuat masyarakat untuk bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan merupakan tantangan besar yang pernah dialami kepala desa karena

89

masyarakatnya yang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di kebun masing-masing tetapi karena berkat pendekatan kepala desa yang sering dilakukan kepada masyarakat membuat masyarakat sedikit demi sedikit sudah sadar jika bukan mereka maka siapa lagi yang akan membangun desanya, sehingga dapat kita lihat seperti sekarang dimana jika ada kerja bakti maka jarang sekali terlihat ada warga yang tidak ikut berperan serta dalam kegiatan tersebut, dan jikapun ada masyarakat yang tidak ikut maka biasanya dia hanya memberikan bantuan berupa materi sebagai pembeli rokok untuk warga yang sedang bekerja. 4.3.2.2 Faktor Fasilitas atau Peralatan Untuk melaksanakan tugasnya, pemerintah desa membutuhkan fasilitas atau peralatan dalam menjalankan fungsinya, tersedianya fasilitas atau perlengkapan yang tersedia menunjang lancarnya suatu kegiatan yang akan dilaksankan, dimana salah satu faktor itu adalah tersedianya kantor desa dalam menunjang terselenggaranya pemerintahan desa dan sebagai tempat dalam menjalankan tugas dalam pengelolaan, pelaporan, pencatatan dan berbagai kegiatan lainnya. Kegiatan masyarkat berdemokratis dalam pembangunan dipengaruhi oleh ketersedianya fasilitas atau peralatan, misalnya dalam pertemuan desa/rapat desa akan berjalan lancar jika tersedianya tempat beserta peralatan tulis menulis untuk misalnya papan tulis(black board) yang

90

digunakan dalam rapat tersebut. Peneliti mengambil contoh(berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai warga) pada saat kantor desa belum menetap dan belum direnofasi malahan kadang-kadang mengandalkan rumah warga. Hal ini juga bisa jadi tidaknya terselenggaranya pemerintahan desa dengan baik dan pelayanan kepada masyarakat akan tersendat. Hal senada diungkapkan oleh masyarakat Andi Munawwir dalam (wawancara, tanggal 29 Maret 2011): Saya rasa fasilitas sangat dibutuhkan untuk menunjang terselenggaranya pemerintahan desa dengan baik, contoh kecilnya saja di saat akan diadakan rapat sangat dibutuhkan tempat yang memadai agar rapat bisa berjalan dengan lancar perlengkapan, tulis menulis pun jika tidak tersedia bisa menghambat rapat. Jadinya, jika peralatan tidak memadai hal ini yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam pembangunan desa. Olehnya itu, dari data diatas dapat dilihat faktor fasilitas atau peralatan mempengaruhi partisipasi masyarakat fdalam pencapaian pembangunan desa. Semakin lengakap fasilitas atau peralatan yang tersedia di desa akan membuat partisipasi masyarakat akan meningkat, sebaliknya semakin tidak lengkap fasilitas/peralatan yang tersedia akan membuat partisipasi

masyarakat kurang.

91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Pada Bab IV telah diuaraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang Peranan Kepala Desa dalam Proses Pembangunan Desa. Disamping itu pula dikemukakan beberapa factor yang mempengaruhi peran kepala desa dalam pelaksanaan pembangunan desa. Dalam Bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan serta saran-saran yang berhubungan dengan hasil penelitian. 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat penulis tarik adalah sebagai berikut : 1. Peran kepala desa dalam proses pembangunan di desa Dadeko dapat dilihat dari beberapa indikator, yakni: a. Peran kepala desa sebagai Pembina: Dengan banyaknya anak muda yang bergelut di bidang pertanian, maka kepala desa berinisiatif untuk membentuk kelompok tani dimana setiap dusun setidaknya memiliki 2-3 kelompok tani di setiap dusun yang jumlahnya 7 kelompok tani. Hal ini cukup memudahkan kepala desa dalam melakukan pembinaan kepada mereka dengan melakukan kerjasama dengan dinas pertanian agar dapat

melakukan penyuluhan kepada warganya secara teratur sehingga hasil pertanian mereka dapat lebih memuaskan. Selain itu beliau

92

juga membangkitkan semangat dan kemauan serta menumbuhkan jiwa membangun dalam diri warga desa dengan cara memberikan pemahaman akan pentingnya penyuluhan pertanian sehingga petani-petani di Desa Dadeko terpengaruh untuk selalu hadir disetiap penyuluhan yang diadakan pemerintah setempat. Dalam hal pembinaan generasi muda desa Dadeko selain dilibatkan pengurusannya dalam kelompok tani, melalui Karang Taruna beliau selalu mengadakan kegiatan-kegiatan kepemudaan yang dapat bermanfaat bagi mereka. Misalnya perlombaan olahraga antar dusun guna mempererat silahturahmi antar pemuda. b. Peran kepala desa sebagai pengayom masyarakat: dengan berbagai terobosan yang telah dilakukan oleh bapak Iskandar yang selaku kepala desa Dadeko, maka kita bisa menarik kesimpulan jika beliau sudah mampu mengayomi pemuda desa dengan menjaga kerukunan di tiap-tiap dusun. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan serangkaian pertandingan olahraga antara dusun, menjaga keamanan desa, selain itu juga melalui sikap kepala dusun yang selalu berinteraksi dengan masyarakat dengan baik dan bersifat ramah kepada seluruh masyrakatnya.

93

c. Peran kepala desa sebagai pelayan masyarakat: pengangkatan perangkat desa dari tiap-tiap dusun merupakan hal yang membuat pelayanan kepada masyarakat dapat terlaksana secara efisien dan efektif. Pelayanan yang diberikan kepala desa kepada masyarakat dalam hal ini berupa pengurusan surat-surat yang sudah tidak membutuhkan biaya dan waktu yang lama, penyelesaian masalah yang dihadapi petani menyangkut dan lainnya yang menjadi kebutuhan atau kepentingan masyarakat. Sehingga masyarakat merasa jika pelayanan yang diberikan kepala desa cukup memuaskan hal ini didasari karena keterbukaan kepala desa terhadap kritik dan saran dan juga dari pelayanan yang tidak membeda-bedakan antara yang muda dengan yang tua, dan antara warga dari dusun satu dengan dusun yang lain. Berdasarkan ketiga indikator peran yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan jika dalam melakukan perannya sebagai seorang kepala desa, bapak Iskandar sudah menjalankan tugas dan perannya sesuai semestinya sehingga masyarakat dapat bekerjasama dengan pemerintah desa dalam menyukseskan pembangunan di desa Dadeko.

94

2. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

peran

Kepala

Desa

dalam

pembangunan di Desa Dadeko terdiri dari: a. Faktor pendukung yang terbagi lagi menjadi: 1. Kewibawaan: dalam kehidupan sehari-harinya, kepala desa bisa dianggap orang yang ramah terhadap masyarakat tetapi hal tersebut tidak membuat kewibawaannya jatuh dimata masyarakat sehingga dalam melakukan perannya sebagai kepala desa hal ini sangat berpengaruh. 2. Kekuasaan: hal ini yang menjadi factor utama yang

mempengaruhi peran kepemimpinan kepala desa dalam pembangunan, karena tanpa kekuasaan maka kepala desa tidak memilki kekuatan, wewenang legalitas gunan dan otoritas yang dan

memberikannya

mempengaruhi

menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan pembangunan. 3. Keturunan: walau masyarakat desa Dadeko sudah terbilang maju dalam pendidikan tetapi mereka tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat yang sifatnya bermanfaat bagi masyarakat sendiri. Oleh karena itu kepala desa juga setidaknya berasal dari keturunan yang baik karena hal tersebut dapat menambah nilai positif bagi dirinya sebagai seorang pemimpin.

95

b. Faktor penghambat yaitu: 1. Kondisi Penduduk: dengan belatar belakang penduduk yang memiliki kondisi yang berbeda-beda antara satu dusun dengan dusun yang lain sehingga hal ini menyulitkan kepala desa dalam melaksanakan perannya. 2. Partisipasi penduduk: faktor lain yang menghambat kepala desa dalam melaksanakan perannya adalah partisipasi penduduk, dimana masyarakat cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya di kebun ketimbang ikut serta dalam kegiatan pembangunan di desa . 3. Fasilitas atau peralatan: faktor ini merupakan faktor yang paling menghambat kepala desa dalam melaksanakan perannya karena segala fasilitas/peralatan yang tersedia akan membuat partisipasi masyarakat kurang.

5.2. Saran 1. Peningkatan peran kepala desa dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Dadeko harus lebih dioptimalkan lagi dengan

mengupayakan berbagai cara untuk merangsang masyarakat untuk ikut berpartisipasi di desa, dimana guna mewujudkan cita-cita

96

pembangunan yakni tercapainya hidup sejahtera kepada semua warga masyarakat desa Dadeko. 2. Agar peran seorang kepala desa dapat optimal maka mungkin lebih seorang PNS sebagai penghargaan kepada jasa mereka karena walau bagaimananpun desa merupakan tonggak dari pemerintahan.

You might also like