You are on page 1of 15

PTK 1 III PERMANGANOMETRI

I. JUDUL Titrasi Permanganometri II. PRINSIP PERCOBAAAN Reaksi Oksidasi dan Reduksi III. MAKSUD DAN TUJUAN a. Praktikan memahami konsep dasar reaksi oksidasi dan reduksi (redoks) b. Untuk mengetahui konsentrasi larutan sampel secara oksidimetri\ IV. REAKSI PERCOBAAN 2 KMnO4 + 3 H2SO4 + 5 (COOH)2 V. TEORI Dari sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hydrogen disebut juga reduksi, sehingga kehilangan hydrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi reaksi lain dimana baik oksigen maupun hydrogen tidak ambil bagian belum dapat dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan electron, disusun orang. Sebelum mencobamendefinisikan lebih cermat apa arti istilah istilah itu, baiklah diperiksa beberapa reaksi ini a. Reaksi antara ion besi(III) dan timah(II) menuju terbentuknya besi(II) dan Timah(IV): 2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn2+ 2 MnSO4 + K2SO4 + 8 H2O + 10 CO2

Jika reaksi ini dijalankan dengan hadirnya asam klorida, hilangnya warna kuning ( ciri khas Fe3+) dapat diamati dengan mudah. Dalam reaksi ini Fe3+ dan direduksi menjadi Fe2+ dan Sn2+ dioksidasi menjadi Sn4+. Sebenarnya apa yang telah terjadi adalah warna Sn2+ memberikan electron electron pada Fe3+, maka terjadilah serah terima (transfer electron)

b.

Jika sepotong besi (misalkan Paku) dibenamkan dalam larutan tembaga sulfat, paku itu akan tersalut logam tembaga yang merah, sementara itu dapatlah dibuktikan adanya besi(II) dalam larutan. Reaksi yang berlangsung adalah : Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu

Dalam hal ini logam besi menyumbangkan electron electron kepada ion tembaga(II). Fe teroksidasi menjadi Fe2+ dan Cu2+ tereduksi menjadi Cu. c. Pelarutan zink dalam asam klorida juga merupakan reaksi oksidasi reduksi Zn + 2H+ Zn 2+ + H2

Elektron diambil oleh H+ dari dalam Zn2+; atom hydrogen tanpa muatan bergabung menjadi molekul H2. d. Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodide menjadi iod, sementara dirinya direduksikan menjadi bromida : BrO3- + 6H+ + 6IBr- + 3I2 + 3H2O

Tidak mudah untuk mengikuti serah terima electron dalam hal ini, karena suatu reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya. Namun Nampak bahwa ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal. e. Lebih ruwet lagi adalah oksidasi hydrogen peroksida menjadi oksigen dan air oleh permanganat, yang ia sendiri tereduksi menjadi mangan(II): 2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O

Sepuluh electron disumbangkan oleh lima molekul hydrogen peroksida kepada dua electron ion permanganat dalam proses ini. Melihat contoh contoh ini dapat ditarik kesimpulan umum dan dapatlah didefinisikan oksidasi dan reduksi sebagai berikut : Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu electron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,

Zat pengoksidasi dan zat pereduksi Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan oksidator.

Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah karbon monooksida. Jadi dapat disimpulkan:
y y

oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain, reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lain

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.

Larutan KMnO4 Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
y

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+

10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat. Oksidasi dan Reduksi a. Bilangan oksidasi Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul atau dalam ion yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang ke-elektronegativannya lebih rendah mempunyai muatan positif. Karena muatan listrik tidak berbeda dalam hal molekul yang terdiri atas atom yang sama, bilangan oksidasi atom adalah kuosien muatan listrik netto dibagi jumlah atom. Dalam kasus ion atau molekul mengandung atom yang berbeda, atom dengan keelektronegativan lebih besar dapat dianggap anion dan yang lebih kecil dianggap kation. Misalnya, nitrogen berbilangan oksidasi 0 dalam N2; oksigen berbilangan oksidasi -1 dalam O22-; dalam NO2nitrogen +4 dan oxygen -2; tetapi dalam NH3 nitrogen -3 danhidrogen +1. Jadi, bilangan oksidasi dapat berbeda untuk atom yang sama yang digabungkan dengan pasangan yang berbeda dan atom dikatakan memiliki muatan formal yang sama nilainya dengan bilangan oksidasinya. Walaupun harga nilai muatan formal ini tidak mengungkapkan muatan sebenarnya, namun nilai ini sangat memudahkan untuk untuk menghitung elektron valensi dan dalam menangani reaksi redoks.

b. Reaksi redoks Awalnya, oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau pembentukan senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi adalah kebalikan oksidasi. Definisi reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap elektron, dan oksidasi adalah reaksi yang membebaskan elektron. Oleh karena itu, suatu pereaksi yang memberikan elektron disebut reduktor dan yang menangkap elektron oksidator. Akibat reaksi redoks, reduktor mengalami oksidasi dan oksidator mengalami reduksi. Contohnya, dalam reaksi antara logam molibdenum dan gas khlor membentuk molibdenum pentakhlorida, 2 Mo + 5 Cl2 Mo2Cl10

molibdenum adalah reduktor dan berubah bilangan oksidasinya dari 0 menjadi +5 dan khlor adalah oksidator dan berubah bilangan oksidasinya dari 0 ke -1.

Bilangan oksidasi logam dalam senyawa logam transisi dapat bervariasi dari rendah ke tinggi. Bilangan oksidasi ini dapat berubah dengan reaksi redoks. Akibat hal ini, jarak ikatan dan sudut ikatan antara logam dan unsur yang terkoordinasi, atau antar logam, berubah dan pada saat tertentu keseluruhan struktur kompleks dapat terdistorsi secara dramatik atau bahkan senyawanya dapat terdekomposisi. Reaksi senyawa logam transisi dengan berbagai bahan oksidator atau reduktor juga sangat penting dari sudut pandang sintesis. Khususnya, reaksi reduksi digunakan dalam preparasi senyawa organologam, misalnya senyawa kluster atau karbonil logam. Sementara itu, studi transfer elektron antar kompleks, khususnya reaksi redoks senyawa kompleks logam transisi telah berkembang. Taube mendapat hadiah Nobel (1983) untuk studi reaksi transfer elektron dalam kompleks logam transisi dan mengklasifikasikan reaksi ini dalam dua mekanisme. Mekanisme transfer elektron dengan ligan jembatan digunakan bersama antara dua logam disebut dengan mekanisme koordinasi dalam, dan mekanisme reaksi yang melibatkan transfer langsung antar logam tanpa ligan jembatan disebut mekanisme koordinasi luar. Mekanisme koordinasi dalam bila [CoCl(NH3)5]2+ direduksi dengan [Cr(OH2)6]2+, suatu kompleks senyawa antara, [(NH3)5Co-Cl-Cr(OH2)5]4+, terbentuk dengan atom khlor membentuk jembatan antara kobal dan khromium. Sebagai akibat transfer elektron antara khromium ke kobalmelalui khlor, terbentuk [Co(NH3)5Cl]+, dengan kobal direduksi dari trivalen menjadi divalen, dan [Cr(OH2)6]3+, dengan khromium dioksidasi dari divalen menjadi trivalen. Reaksi seperti ini adalah jenis reaksi redoks melalui mekanisme koordinasi dalam. Anion selain halogen yang cocok untuk pembentukan jembatan semacam ini adalah SCN-, N3-, CN-,dsb. Mekanisme koordinasi luar. Bila [Fe(phen)3]3+ (phen adalah ortofenantrolin) direduksi dengan [Fe(CN)6]4- , tidak ada jembatan ligan antar logam dan elektron berpindah dari HOMO Fe(II) ke LUMO Fe(III) dalam waktu yang sangat singkat dan kontak langsung antar dua kompleks. Akibat transfer elektron ini, terbentuk [Fe(phen)3]2+ dan [Fe(CN)6]3-. Reaksi seperti ini adalah reaksi redoks melalui mekanisme koordinasi luar, dan karakteristik sistem kompleks yang memiliki laju substitusi ligan yang sangat lambat dibandingkan dengan laju transfer elektron, khususnya dalam sistem yang memiliki ligan yang sama tetapi bilangan oksidasi yang berbeda, [Fe(CN)6]3- dan [Fe(CN)6]4- yang memiliki laju transfer elektron yang besar.

Reaksi ion mangan(II) dalam larutan Ion yang paling sederhana dalam bentuk mangan dalam larutan adalah ion heksaaquomangan(II) [Mn(H2O)6]2+.

Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan ion hidroksida Ion hidroksida (seperti dari larutan natrium hidroksida) dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion mangan. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, kamu akan memperoleh kompleks tidak bermuatan kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan.

Dalam tabung reaksi, perubahan warna yang terjadi adalah:

Larutan [Mn(H2O)6]2+ sebenarnya tidak berwarna. Endapan coklat pucat di oksidasi menjadi mangan(II) oksida yang berwarna coklat lebih gelap pada saat bersentuhan dengan oksigen dari udara. Reaksi ion heksaaquomangan(II) dengan larutan ammonia. Amonia dapat berperan sebagai basa maupun sebagai ligan. Pada kasus ini, pada konsentrasi laboratorium yang biasa, amonia berperan sebagai basa dapat menghilangkan ion hidrogen dari kompleks aquo.

Endapan coklat pucat di oksidasi menjadi mangan(II) oksida yang berwarna coklat lebih gelap ketika bersentuhan dengan oksigen dari udara. Tidak terlihat perbedaan bentuk reaksi antara reaksi tersebut dengan reaksi yang terakhir.

Beberapa sifat kimia kalium manganat(VII) Kalium manganat(VII) (kalium permanganat) merupakan agen pengoksidasi yang kuat.

Penggunaan kalium manganat(VII) sebagai agen pengoksidasi dalam kimia organik Kalium manganat(VII) biasa digunakan dalam larutan netral atau larutan yang bersifat basa dalam kimia organik. Pengasaman kalium manganat(VII) cenderung untuk lebih meningkatkan kekuatan destruktif agen pengoksidasi, memecah ikatan-ikatan karbon-karbon.

Larutan kalium manganat(VII) biasa dibuat sedikit basa dengan larutan natrium karbonat, dan perubahan warna yang khas adalah sebagai berikut:

Pengertian oksidasi dan reduksi disini lebih melihat dari segi transfer oksigen, hidrogen dan elektron. Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan oksigen. Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:

Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi REDOKS. Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini tidak banyak digunakan. Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen. Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen. Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:

Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan kalium dikromat (IV) yang diasamkan dengan asam sulfat encer. Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor)


y Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada zat lain, atau memindahkan hidrogen

dari zat lain.


y Zat pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari zat lain, atau memberi hidrogen kepada

zat lain. Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron. Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron:

Contoh sederhana Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:

Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton).

Jika diperhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II). Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor). Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator). Dapat disimpulkan sebagai berikut, peran pengoksidasi dalam transfer elektron:
y Zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain. y Oksidasi berarti kehilangan elektron (OIL RIG). y Itu berarti zat pengoksidasi mengambil elektron dari zat lain. y Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron

Atau dapat disimpulkan sebagai berikut:


y Suatu zat pengoksidasi mengoksidasi zat lain. y Itu berarti zat pengoksidasi harus direduksi. y Reduksi berarti mendapat elektron (OIL RIG).

Jadi suatu zat pengoksidasi harus mendapat elektron. Harga bilangan oksidasi 1. 2. Unsur bebas bilangan Oksidasi = 0 Oksigen Dalam Senyawa Bilangan Oksidasi = -2 Kecuali : a. Dalam peroksida, Bilangan Oksidasi = -1 b. Dalam superoksida, Bilangan Oksida = -1/2 c. Dalam OF2, Bilangan Oksidasi = +2 3. 4. Hidrogen dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1, kecuali dalam hibrida = -1 Unsur-unsur Golongan IA dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1

5. 6. 7. 8.

Unsur-unsur Golongan IIA dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +2 Bilangan Oksidasi molekul = 0 Bilangan Oksidasi ion = muatan ion Unsur halogen F : 0, -1 Cl : 0, -1, +1, +3, +5, +7 Br : 0, -1, +1, +5, +7 I : 0, -1, +1, +5, +7

VI. ALAT DAN BAHAN A. Alat : 1. Neraca / Timbangan 2. Buret 3. Labu ukur 4. Bulp 5. Pipet Ukur 6. Erlenmeyer 7. Labu semprot 8. Statif dan klaim buret 9. Corong 10. Termometer

B. Bahan 1. Serbuk Asam oksalat ((COOH)2.2H2O) 2. Larutan KMnO4 0,1 N (kode Q) 3. Larutan H2SO4 4 N 4. Kertas karbon VII. PROSEDUR Penetapan konsentrasi KMnO4 0,1 N dengan Bahan Baku Primer Asam Oksalat 1. Dibuat 100 mL larutanbaku primer asam oksalat ((COOH)2). 2H2O) 2. Dipipet 10 mL larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

3. Ditambahkan 10 mL larutan H2SO4 4 N kemudian diencerkan dengan air suling hingga volume mencapai 50 mL 4. Kemudian larutan tersebut dipanaskan hingga suhu 750C

5. Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga mencapai Titik Akhir larutan Merah muda seulas 6. Dicatat volume KMnO4 7. Dilakukan sebanyak 3 kali VIII. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN Sampel Kode Q Bobot Asam Oksalat = 0.6258 gram Percobaan I II III Volume rata-rata Volume (ml) 11.52 11.50 11.48 11.50

Normalitas KMnO4 = IX. PEMBAHASAN

= 0.0864 N

Sebagai oksidator yang banyak digunakan adalah KMnO4 dalam lingkungan asam sulfat. Kalium permanganate adalah larutan baku sekunder, dimana larutan yang tidak dapat ditentukan langsung konsentrasinya dari penimbangan kalium permanganate. Dalam lingkungan asam oleh suatu reduktor akan mereduksikan ion permanganate menjadi ion mangan (II) seperti reaksi redoks di bawah ini : MnO4- + 8 H+ + 5e Mn2+ + 4H2O E0 = 1,51 Volt

Asam yang digunakan adalah asam sulfat jangan sekali-kali menggunakan asam HCl, HBr, HI dan HNO3, karena asam tersebut dapat teroksidasi oleh KMnO4, reaksinya sebagai berikut: 2KMnO4 + 16 HCl 2MnCl2 + 2 KCl + 8H2O + 5 Cl2

Dan HNO3 adalah asam yang bersifat oksidator yang dapat mengoksidasikan zat reduktor seperti reaksi KMnO4 dalam lingkungan H2SO4 , reaksinya sebagai berikut : 2KMnO4 + 3 H2SO4 Reduktor + On K2SO4 + 2MnSO4 + 3 H2O + 5 On hasil oksidasi

Dari reaksi diatas Bobot Ekuivalen dari KMnO4 adalah 1/5 Bobot molekulnya. Dalam lingkungan netral atau sedikit basa pH 4-10 2KMnO4 + H2O 2MnO2 + 2KOH + 3On Eo=1,70 Volt

Maka Bobot ekuivalennya sama dengan Bobot Molekulnya. Dalam lingkungan alkali sering terjadi reaksi sebagai berikut: MnO4- + e MnO2E0=0,54 volt

Barium klorida ditambahkan untuk mengendapkan BaMnO4 maka dengan demikian warna hijau akan hilang dan dapat juga untuk mencegah terjadinya reduksi lebih lanjut. Yang paling sering digunakan adalah reaksi dalam lingkungan yang sangat asam dan permanganate bereaksi dengan cepat seperti reaksi sebagai berikut: MnO4- + 8H2O + 5 e Mn2+ + 4H2O

Tetapi ada juga beberapa zat memerlukan pemanasan atau penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi. Kenyataan bahwa banyak reaksi permanganate berjalan lambat. Kelebihan sedikit saja permanganate pada titik akhir titrasi cukup menyebabkan pengendapan MnO2. Dimana reaksi berjalan lambat maka MnO2 biasanya tidak mengendap pada akhir titrasi. Permanganate merupakan pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2, reaksi yang terjadi: 3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 8H+

Untuk pencegahan terendapnya MnO2 maka dalam pembuatan laruta permanganate diharuskan melarutkan Kristal, pemanasan untuk merusak zat-zat pereduksi dan penyaringan dengan asbes atau kaca masir untuk menghilangkan MnO2. Larutannya kembali distandarisasikan, dan

disimpan ditempat gelap atau botol yang berwarna gelap dan jangan diasamkan, maka konsentrasinya tidak akan berubah dalam waktu yang cukup lama. Natrium oksalat baik juga untuk bahan baku primer karena sangat murni, stabil selama pengeringan dan tidak higroskopis. 2 KMnO4 + 3 H2SO4 + 5 (COOH)2 2 MnSO4 + K2SO4 + 8 H2O + 10 CO2

Cara yang digunakan untuk menentukan konsentrasi permanganate dengan menggunakan asam oksalat menggunakan cara Mc. Bride. X. KESIMPULAN Permanganatometri adalah cara penitaran dengan menggunakan bahan kalium permanganate sebagai larutan baku sekunder. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indicator. Penentuan konsentrasi permanganate dengan menggunakan asam oksalat sebagai bahan baku primernya harus berlangsung dalam kondisi asam, dengan pemberian pemanasan dan harus berlangsung cepat. Pada saat penitaran larutan Kalium permanganate harus ditutupi oleh kertas karbon agar larutan permanganate tidak mudah terurai. XI. TUGAS Sebutkan indikator redoks 3 macam!
Indicator 5-Nitro-1,10-phenantheoline iron (II) sulphate (nitroferroin) 1,10-Phenanthroline iron (II) sulphate (ferroin) 2,2;-bipyridil iron (II) Sulphate 5,6-dimethylferroin N-Phenylanthranilic acid 4,7-Dimethyl-1,10-phenanthroline Iron(II) sulphate (4,7dimethylferroin) Diphenylaminesulphonic acid Diphenylbenzidine Diphenylamine 3,3 -dimetylnaphthidine Starch-I3i, KI Perubahan Warna Bentuk oksidasi Bentuk reduksi Biru pucat Biru pucat Biru muda Biru pucat Pucatungu kemerahan Biru pucat Merah-violet Violet Violet Ungu kemerahan Biru merah Merah Merah Merah Tak berwarna Merah Tek berwarna Tak berwarna Tak berwarna Tak berwarna Tak berwarna Formal Potensial pada pH 0 (volts) 1,25 1,06 1,02 0,97 0,89 0,88 0,85 0,76 0,76 0,71 0,53

Methylene blue

Biru

Tak berwarna

0,52

XII. DAFTAR PUSTAKA 1. Vogel Analisis Anorganik kualitatif edisi kelima hal 107-108 2. Drs. Ardi Sumarna Pengantar kimia Analisis II Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor, 2000

You might also like