You are on page 1of 10

REDUKSI BIJIH BESI LATERIT DARI BAYAH PROVINSI BANTEN DENGAN REDUKTOR BATU BARA

DADANG HIDAYAT

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

ABSTRAK Dadang Hidayat. Reduksi Bijih Besi Laterit dari Bayah Provinsi Banten dengan Reduktor Batubara. Dibimbing oleh Dondin Sajuthi dan Idrus Bambang Iryanto. Bijih besi banyak ditemukan di Indonesia. Permasalahan energi yang dihadapi industri baja nasional dapat diatasi dengan menggunakan reduktor batubara. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan batubara, yaitu sekitar 38,8 milyar ton. Penelitian ini bertujuan melakukan pengkayaan kandungan bijih besi laterit dalam batuan besi dengan benefisiasi, memperoleh suhu optimum dalam reduksi bijih besi laterit, dan membandingkan hasil reduksi antara penambahan kapur dan penambahan bentonit. Penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu preparasi sampel, analisis bijih besi (meliputi silikat, Fe total, dan Fe2+), pembuatan besi spons (reduksi bijih besi), analisis besi spons (meliputi Fe total dan Fe metal), analisis komposisi kimia dari kapur dan bentonit (meliputi CaO, MgO, silikat), dan analisis batubara (meliputi kadar air, volatile matter (vm), kadar fixed carbon (fc), dan kadar abu). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh bahwa kadar silikat menurun setelah dilakukan benefisiasi, yaitu 5.90% menjadi 2.69% sehingga kadar Fe total dapat meningkat, yaitu 56.70% menjadi 64.51%. Batubara yang digunakan termasuk jenis sub-bituminus dengan kadar fixed carbon 47.19% karenanya cukup efektif untuk proses reduksi. Penambahan bentonit berfungsi sebagai perekat sehingga pelet yang diperoleh lebih baik (cukup keras) dan kadar metalisasi lebih tinggi dibandingkan penambahan kapur dengan persen metalisasi berturut-turut, yaitu 82.11% dan 80.63%. Suhu optimum yang diperoleh untuk mereduksi bijih besi laterit dari bayah berkisar antara 1000 oC dan 1100 oC. Bijih besi laterit dari bayah cukup dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif untuk produksi baja.

ABSTRACT Dadang Hidayat. Laterit Iron Ore Reduction from Bayah, Banten Province with Coal Reductor. Supervised by Dondin Sajuthi and Idrus Bambang Iryanto. Iron ore is one of the most usually found metal in Indonesia. The energy problems faced by the national steel industry can be reduced by using coal reductor. Indonesia is a country which has coal reserves at least 38.8 billion tons. The objectives of this research are to enrich laterite iron ore in iron rock with benefiziation, to get optimum temperature of laterite iron ore rediction, and to compare the final reduction result between calcite and bentonite addings. This research covers several stages, includes sample preparation, iron ore analysis (includes silicate, total Fe, and Fe2+), spons iron producing (iron ore reduction), spons iron analysis (includes total Fe and metal Fe), calcite and bentonite chemical composition analysis (includes CaO, MgO, and silicate), and coal analysis (includes moisture contain, volatile matter (vm), fixed carbon (fc) contain, and ash contain). Based on the results of the research is that the silicate content decreased after the benefiziation from 5.90% to 2.69%, which total Fe content has been increased from 56.70% to 64.51%. The used coal was a type of sub-degree bituminus with 47.19% fixed carbon which it was quite effective for reduction process. The function of the bentonit addings was as a sticker which can make the pellet was more better and made the metalization contain was higher than the calcite addings with respectively percentage are 82.11% and 80.63%. The range of optimum temperature of the iron ore laterit reduction from bayah is 1000oC to 1100oC. Laterit iron ore from bayah could be used as alternative raw materials for steel production.

REDUKSI BIJIH BESI LATERIT DARI BAYAH PROVINSI BANTEN DENGAN REDUKTOR BATU BARA

DADANG HIDAYAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Judul Nama NIM

: : :

Reduksi Bijih Besi Laterit dari Bayah Provinsi Banten dengan Reduktor Batu bara Dadang Hidayat G44052926

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D NIP 19541027 19767603 1 001

Idrus Bambang Iryanto, ST NIK 6495

Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA NIP 19610328 198601 1 002

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Reduksi Bijih Besi Laterit dari Bayah Provinsi Banten dengan Reduktor Batu bara dapat diselesaikan. Kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2009 di Laboratorium Kimia Pengendalian Kualitas Besi Spons Bahan Baku dan Bahan Pembantu (PKBS BB dan BP) Divisi Pengendalian Kualitas PT Krakatau Steel Cilegon, Banten. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D dan Bapak Idrus Bambang Iryanto, ST selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukannya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ibu dan bapak tercinta (Hj. Desy Rohayati dan H. Dulmukin), kakak dan adik tersayang (Tedy Hidayat, ST dan Ainurrohmah), dan teman dekat Agustiarani Asih serta seluruh keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungannya. Ucapan terima kasih juga, penulis sampaikan kepada Bapak Didik Eko Trimulyanto selaku training koordinator, Bapak Runtut Bagus Pambudi selaku superintendent laboratorium kimia, Bapak M. Irfan selaku manager pengendalian kualitas, Bapak M. Najib selaku manager keamanan, Ibu Dewi Handayani selaku manager PEAD, dan Bapak Nurjaya selaku koordinator PKL&Riset yang telah memberi kesempatan dan izin untuk penelitian di PT Krakatau Steel. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hj. Yani, Bapak Dede Sukandar, Bapak Kusman, dan Bapak Misto yang telah memberikan arahan dalam melakukan analisis di laboratorium. Fahmi, Agis, dan Desman dari Teknik Metalurgi Untirta, temen-teman di tempat riset (Icha, Ayu, Ria, Anggi, dan Wida), teman-teman kimia 42 IPB (Herman, Hengki, Redo, Bowo, Ecep, Reni, Iki, Mega, dan Janti lain-lain) dan teman-teman Asrama Sylvasari IPB yang telah membantu dan tukar pengetahuan. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juni 2009 Dadang Hidayat

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 23 Januari 1987 dari pasangan H. Dulmukin dan Hj. Desy Rohayati sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menjalankan pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). Tahun 2002 sampai 2005 di SMA Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon. Tahun 2005, penulis melanjutkan studi di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis melakukan praktik lapangan pada tahun 2008 di PT Krakatau Steel, Cilegon dengan judul laporan adalah proses percobaan pembuatan besi spons dari scale wire rod mill. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kampus antara lain Dewan Keluarga Mushala As-Shaf Asrama Putra Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2005/2006, Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Banten tahun 2005/2006, Forum for Scientific Studies tahun 2005/2007, Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah (hubungan luar dan pengembangan sumber daya manusia) tahun 2005/2007, Ikatan Mahasiswa Kimia IPB tahun 2006/2007, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB Departemen Sosial dan Lingkungan tahun 2007/2008, kepengurusan asrama Sylvasari IPB (pengembangan sumber daya manusia, pertahanan dan keamanan, koperasi, dan pecinta alam) tahun 2006/2008.

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................viii PENDAHULUAN............................................................................................ 1 TINJAUAN PUSTAKA Bijih Besi dan Besi Laterit................................................................................. 1 Benefisiasi dan Pembuatan Pelet........................................................................2 Reduksi Bijih Besi..2 Reduksi Langsung dengan Reduktor Padatan dan Gas..................................... 2 Batu bara............................................................................................................ 2 Batu Kapur dan Bentonit.................................................................................... 3 Tinjauan Kinetika Reduksi................................................................................. 4 X-Ray Fluorescence Spectrofotometer dan Carbon/Sulfur Determinator......... 4 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat................................................................................................... 5 Lingkup Penelitian............................................................................................. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengkayaan Kandungan Bijih Besi Laterit dengan Benefisiasi......................... 7 Pengaruh Suhu Pada Persen Reduksi Bijih Besi Laterit.................................... 8 Pengaruh Suhu Pada Persen Metalisasi Bijih Besi Laterit................................. 9 Perbandingan Penambahan Kapur dan Bentonit................................................ 10 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ............................................................................................................11 Saran................................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11 LAMPIRAN..............................................................................................................13

DAFTAR GAMBAR Halaman


1 Diagram kesetimbangan gas CO dan CO2 untuk reduksi bijih besi.. 4 2 Pengaruh suhu pada persen reduksi bijih besi laterit dari Bayah.......................... 8 3 Pengaruh suhu pada persen karbon setelah proses reduksi bijih besi laterit dari Bayah.................................................................................... 9 4 Pengaruh suhu pada persen metalisasi bijih besi laterit dari Bayah...................... 10

DAFTAR LAMPIRAN Halaman


1 Bahan baku dan hasil percobaan............................................................................ 14 2 Alat yang digunakan dalam percobaan . 15 3 Diagram alir reduksi bijih besi ..16 4 Diagram alir benefisiasi......................................................................................... 17 5 Rumus-rumus perhitungan pada metode analisis.. 18 6 Data hasil pengujian ......................................................................19 7 Contoh perhitungan................................................................................................21

viii

PENDAHULUAN Bijih besi merupakan komoditi tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku baja. Bijih besi banyak ditemukan di Indonesia, namun bahan baku baja masih didatangkan dari luar negeri. Berdasarkan BEI News (2005), Cina menggunakan bahan baku baja tertinggi di dunia, yaitu 16.7% pada tahun 2000. Bahan baku baja yang digunakan sebanyak 141.2 juta ton akan tetapi dua tahun kemudian langsung melonjak menjadi 211.2 juta ton. Produksi baja di Cina meningkat setiap tahunnya. Tahun 2003 sampai 2005, produksi baja di Cina berturut-tutut adalah 220, 300, dan 350 juta ton. Konsumsi baja di Indonesia menurut harian umum pelita (2009), tahun 1997 sampai 2000 adalah 36, 13, 14 , dan 26 kilogram per kapita yang mengalami penurunan pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi. Negara lain seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Jepang, AS, dan Korea Selatan berturut-turut adalah 44, 111, 274, 635, 472, dan 846 kilogram per kapita pada tahun 2000. Berdasarkan analisis internal yang dikeluarkan PT Krakatau Steel (KS), konsumsi baja canai panas pada tahun 2007 mencapai sekitar 2,91 juta ton dengan asumsi peningkatan 10%, pada tahun 2008 konsumsi baja domestik akan menyentuh 3.25 juta ton. Kenaikan harga bahan baku baja di pasar internasional, memicu pemerintah dan para kuasa pertambangan (KP) untuk mulai memanfaatkan bahan baku lokal. Menurut Sutisna (2007), ada empat jenis cebakan bijih besi di Indonesia, yaitu skarn, placer, laterit, dan sedimen. Cebakan laterit jumlahnya paling melimpah, yaitu mencapai 1 miliar ton, sedangkan cebakan bijih besi skarn, placer, dan sedimen berturut-turut hanya mencapai 15, 159, dan 1 juta ton. Cebakan ini juga mengandung karbonat, silikat, besi, hematit, dan magnetit sehingga kadar besinya rendah, yaitu hanya 40-60%. Bahan baku lokal berupa bijih besi laterit dapat dijadikan pelet yang akan direduksi menjadi besi spons. Pemanfaatan bijih besi lokal ini dapat mengurangi biaya produksi sehingga harga jual bajanya dapat bersaing. Kenaikan harga tersebut diakibatkan naiknya harga iron ore pellet dan minyak mentah yang terus meningkat membuat harga bahan baku dan biaya produksi baja menjadi tinggi. Salah satu penyebab kenaikan biaya produksi baja adalah tingginya harga impor bahan baku pelet. Selain itu teknologi berbasis gas yang digunakan saat ini seperti Hojalata Y Lamina (HYL) I dan HYL III (dengan

kapasitas kurang lebih 2 juta ton besi spons per tahun) semakin tidak kompetitif untuk dioperasikan. Permasalahan energi yang dihadapi industri baja nasional dapat diatasi dengan menggunakan reduktor batu bara. Menurut Raharjo (2006), Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan batu bara sekitar 38.8 miliar ton dengan 70% batu bara muda dan 30% batu bara kualitas tinggi. Penelitian ini bertujuan melakukan pengkayaan kandungan bijih besi laterit dalam batuan besi dengan benefisiasi, memperoleh suhu optimum dalam reduksi bijih besi laterit, dan membandingkan hasil reduksi antara penambahan kapur dan penambahan bentonit. TINJAUAN PUSTAKA Bijih Besi dan Besi Laterit Mineral merupakan bahan-bahan anorganik alam yang ditemukan dalam kerak bumi sedangkan mineral yang digunakan sebagai sumber untuk produksi bahan-bahan secara komersial disebut bijih besi (Keenan et al. 1992). Bijih besi dapat berupa karang keras sekali, butiran kecil, dan tanah yang gembur dengan warna yang beragam dari hitam hingga merah bata. Besi adalah suatu logam yang sangat kuat dan keras. Namun, kekerasannya tidak melebihi nikel dan kobalt sehingga perlu diberi zat aditif atau dibentuk paduan logam dengan nikel, kobalt, atau logam lain (Meyer 1980). Besi laterit merupakan jenis cebakan endapan residu yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan dengan melibatkan dekomposisi, pengendapan kembali, dan pengumpulan secara kimiawi. Bijih besi tipe laterit umumnya terdapat di daerah puncak perbukitan dengan kemiringan <10%. Kemiringan tersebut menjadi salah satu faktor utama proses pelapukan secara kimiawi yang perannya lebih besar daripada proses mekanik. Sementara struktur dan karakteristik tanah dipengaruhi oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah (Sani 2008). Sutisna (2007) menyatakan bahwa sifatsifat dari cebakan laterit adalah tekstur dapat terlihat jelas, lapisan yang kompak, komposisi mineral besi beragam, kadar Fe berkisar antara 40.00 dan 60.00%, mengandung kadar Ni dan Cr yang lebih rendah daripada jenis laterit, yaitu rata-rata 0.41% Ni dan 2.10% Cr203, khususnya yang berasal dari bijih besi laterit, dapat mengandung bijih besi bog iron, dengan kandungan belerang dan mangan yang tinggi, sedangkan yang berasal sumber air

panas dapat mengandung belerang yang relatif lebih tinggi, dan kadar Al lebih rendah dari tipe lateritik, yaitu sekitar 7.00%. Benefisiasi dan Pembuatan Pelet Bahan baku utama baja berupa bijih besi yang diolah dalam tanur pada suhu tinggi. Bijih besi yang masih tercampur dengan kotoran dapat dimurnikan dengan dicuci terlebih dahulu. Menurut Novyanto (2007), proses pembuangan kotoran, gas, tanah liat, dan pasir adalah pencucian, pemecahan: batuan yang mengandung bijih besi dipecah dengan menggunakan mesin sehingga dihasilkan bijih besi dengan ukuran yang sama, sortir merupakan proses bijih besi melewati roda magnet yang mempunyai sifat kemagnetan kuat sehingga bijih besi terpisah antara kandungan Fe rendah dan kandungan Fe tinggi, dan pemanasan untuk menghilangkan kandungan air dan udara (gas) yang masih menempel di bijih besi. Menurut Meyer (1980 ), pelet merupakan bulatan seperti kelereng yang dihasilkan dari bijih besi alam dengan ciri sebagai berikut: kandungan besi lebih dari 63%, daya serap air berkisar antara 25 dan 30%, ukuran distribusi antara diameter 9-15 mm, daya tahan pada tekan yang tinggi, kecenderungan untuk abrasi rendah, partikel tidak hilang saat pembakaran (tidak terjadi pengecilan dan komposisi mineralnya masih sama), mempunyai tekanan mekanik yang rata-rata pada tekanan panas selama reduksi di udara. Secara garis besar proses pembuatan pelet melalui tiga tahap, yaitu 1) proses penyiapan bahan baku sebelum pembuatan pelet, 2) mencampur bahan campuran dalam tahapan ke-1 dengan air dan membentuknya menjadi bulatan-bulatan kecil dengan diameter 10-20 mm, 3) pembakaran, yaitu membakar pelet hasil tahapan ke-2 setelah dikeringkan untuk meningkatkan kekuatan. Reduksi Bijih Besi Proses penghilangan oksigen dan pengotor bijih besi disebut reduksi. Proses reduksi secara umum terbagi atas dua metode, yaitu reduksi langsung dan reduksi tidak langsung. Proses reduksi bijih besi secara tidak langsung dilakukan dalam tanur tinggi dengan reduktor berupa kokas batu bara dan suhu di atas titik lebur besi. Produk berupa lelehan logam Fe yang selanjutnya diumpankan ke dalam BOF (Basic Oxygen Furnace) dan sebagian kecil akan dicetak menjadi pig iron. Sementara Proses reduksi

langsung merupakan proses pemisahan Fe dari oksigen dengan reduktor berupa padatan seperti batu bara atau gas seperti metana (CH4). Proses reduksi ini dilakukan di bawah titik lebur sehingga produk yang dihasilkan dalam bentuk padatan (Sun 1997). Nomura et al. (2007) menyatakan kebanyakan besi oksida direduksi menjadi logam besi oleh CO yang dihasilkan selama oksidasi karbon. Pada suhu 1200 oC, komponen berupa SiO2 dan FeO di dalam serbuk bijih besi dapat bereaksi menghasilkan suatu campuran FeO dan SiO2, yaitu fayalite (2FeO.SiO2) yang dapat mengisi pori-pori batu bara. Reduksi Langsung dengan Reduktor Padatan dan Gas Proses ini menggunakan reduktor padatan berupa batu bara atau batu arang untuk mereduksi bijih besi. Keseluruhan reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut (Pelton & Christopher 2000) 3Fe2O3 + C 2Fe3O4 + CO, Fe3O4 + C 3FeO + CO, FeO + C Fe + CO, Reaksi ini berjalan secara endotermik atau memerlukan panas. Panas yang diperlukan berasal dari udara dan pembakar. Bijih besi yang digunakan dalam proses reduksi langsung dengan reduktor karbon relatif berkadar Fe rendah (53% Fe) serta tidak memerlukan energi panas untuk mereformasi gas alam sehingga penggunaan energi lebih efisien. Persamaan reaksi reduksi bijih besi oleh gas CO dan H2 ditunjukkan oleh persamaan reaksi (Rosenqvist 1983), 3Fe2O3 + CO 2Fe3O4 + CO2, Fe3O4 + CO 3FeO + CO2, FeO + CO Fe + CO2, atau 3Fe2O3 + H2 2Fe3O4 + H2O, Fe3O4 + H2 3FeO + H2O, FeO + H2 Fe + H2O, Reduksi langsung dengan reduktor gas memerlukan bahan baku bijih besi dengan kadar Fe yang relatif tinggi (60-67%) dan pengotor serendah mungkin (P 0.017%, S 0.011%) baik dalam bentuk pelet ataupun batuan bisa. Batu bara World Coal Institute (2004) menyatakan bahwa batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk, awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Batu bara merupakan batuan organik

You might also like