Professional Documents
Culture Documents
peradilan desa dengan sistem peradilan lainnya. 3. Untuk mengetahui dan memahami upaya pelestarian peradilan desa.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
sendiri. Dimana di dalam masyarakat yang masih sederhana dengan pengetahuan yang sederhana, serta tingginya tingkat kekeluargaan, peradilan desa masih menjadi suatu alternatif utama dari penyelesaian sengketa yang terjadi di masyarakat. Jadi eksistensi daripada peradilan desa di masyarakat kekinian ini masih sangat diakui dan dipercaya pleh masyarakat karena dianggap mumpuni oleh untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di lingkungan desa maupun antar desa secara sederhana dan sesuai dengan rasa kekeluargaan dan gotong-royong, serta nilai adat yang masih kental hidup di dalam jiwa masyarakat.
2.1.2 Perbandingan
antara
Sistem
Peradilan
Desa
Sistem peradilan desa ini masih sangat sederhana jika dibandingkan dengan peradilan lainnya, seperti system pada peradilan umum, militer, maupun peradilan agama. Dimana pada sistem peradilan umum biasanya terdapat tahapantahapan yang disebut dengan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Dan juga adanya tingkatan kasasi dan banding jika putusan perkara dirasa kurang memenuhi rasa keadilan baik oleh penuntut umum maupun penasehat hukum. Selain itu, putusan hakim dalam peradilan umum memiliki kekuatan hukum yang lebih mengikat daripada putusan hakim (prajuru) pada peradilan desa adat yang kebanyakan menggunakan win-win solution. Sanksi yang diberikan oleh peradilan desa juga berbeda dengan sanksi peradilan umum. Pada peradilan biasa, sanksi dapat berupa sanksi pidana, namun pada peradilan desa, sanksi dapat berupa arta danda, sangaskara danda, dan kasepekang. Di dalam peradilan agama, terdapat yang namanya pihak tergugat dan penggugat, dimana masing-masing pihak diberikan waktu untuk menyampaikan replik dan duplik sebelum dicapainya putusan hakim.
membangun
citra
dalam
masyarakat
bahwa
peradilan
desa
merupakan peradilan yang masih sangat mumpuni dan cocok dalam menyelesaikan berbagai kasus yang dialami masyarakat desa dengan asas kekeluargaan dan gotong-royongnya, serta sesuai dengan hukum adat yang berlaku di desa tersebut.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, adapun hal-hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Eksistensi daripada peradilan desa di masyarakat kekinian masih
sangat diakui dan dipercaya oleh masyarakat desa karena dianggap mumpuni untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di lingkungan desa maupun antar desa secara sederhana dan sesuai dengan rasa kekeluargaan dan gotong-royong, serta nilai adat yang masih kental hidup di dalam jiwa masyarakat.
2. Perbedaan yang paling mendasar daripada sistem peradilan desa
dengan sistem peradilan lainnya adalah, sistem peradilan desa yang masih sangat sederhana dengan berdasar kepada asas kekeluargaan, gotong-royong dan mempertahankan nilai adat. 3. Upaya pelestarian peradilan desa dapat dilakukan dengan
mempertahankan KMHA itu sendiri, lalu memberikan citra kepada masyarakat desa bahwa peradilan desa masih sangat mumpuni dan cocok dalam menyelesaikan berbagai sengketa yang terjadi di dalam masyarakat desa.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk masyarakat agar tidak terburu-buru untuk menyelesaikan
sengketa yang dialami melalui jalur peradilan umum. Sebelumnya dapat menggunakan jalur peradilan desa dengan sifat hakim perdamaiannya.
2. Untuk pemerintah agar tetap mempertahankan eksistensi peradilan
desa ini sebagai salah satu alternative dari jalur peradilan yang dipilih oleh masyarakat Indonesia