You are on page 1of 17

TUGAS MAKALAH PJBL URINARY SISTEM

Disusun Oleh : KIROMI SURIYANDI 0910723030

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

A. KLASIFIKASI LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN INFLAMATION DOSORDER Menurut brunner dan suddart 2001,klsifikasinya yaitu a.perubahan pola pada urinary -retensi urin -inkontinensia urin -kandung kemih neurogenik b.infeksi traktus urinarius 1.bagian bawah: -sistisis interstisIal -uretritis - Prostatitis 2.bagian atas -piolenofritis -abses renal -abses perinefrik -glomerulonefritis c.obstruksi -urolithiasisi -hidrobefrosis

B. DEFINISI LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN INFLAMATION DISORDER 1.bagian bawah: -sistisis interstisIal adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu; 1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra. 2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

-uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air kemih dari kandung kemih keluar tubuh. Kuman gonorrhoe biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri. -Prostatitis adalah suatu reaksi inflamasi pada prostat, disebabkan oleh bakteri atau non bakteri Ada empat tipe-tipe dari prostatitis: Acute bacterial prostatitis (prostatitis bakteri akut) Chronic bacterial prostatitis (prostatitis bakteri kronis) Chronic prostatitis without infection (prostatitis kronis tanpa infeksi) Asymptomatic Inflammatory Prostatitis (peradangan prostatitis asymptomatic)

2.bagian atas -Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). -abses renal -glomerulonefritis

GNA adalah inflamasi glomeruli yang terjadi ketika kompleks antigen-antibodi terjebak dalam membran kapiler glomerular Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai C. EPIDEMIOLOGI LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN INFLAMATION DOSORDER sistisis interstisIal Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita, dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanitawanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal. Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.

Uretritis Diantara PMS yang lain, uretritis paling sering dijumpai, walaupun di beberapa negara kedudukan ini telah digeser oleh uretritis non- gonore Di Amerika Serikat pada abad ke-20, terdapat 200 juta kasus gonore baru per tahun. Epidemiologinya dipengaruhi oleh faktor behavior, termasuk peningkatan aktivitas seksual, populasi yang tinggi, dan peningkatan infeksi yang berulang. Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,

dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok usia 15 sampai 35 tahun. Pada tahun 2000, wanita yang lebih banyak terinfeksi adalah pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun, sedangkan pria yang lebih banyak terinfeksi adalah pada kelompok usia 20 sampai 24 tahun. Insidensi gonore meningkat karena ada N. gonorrhoeae yang resisten terhadap antibiotik, yaitu Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG). Bakteri ini meningkat di banyak negeri, termasuk di Indonesia. Prostatitis piolenofritis Pielonefritis adalah penyakit yang sangat umum terjadi, dengan frekuensi12-13 kasus per tahun pada 10.000 penduduk yang berjenis kelamin wanita d a n 3 - 4 k a s u s p e r 1 0 . 0 0 0 p a d a p r i a . W a n i t a m u d a u m u m n y a y a n g p a l i n g mungkin akan terkena karena secara tradisional mencerminkan aktivitas seksual dalam kelompok umur. Bayi dan orang tua juga berisiko tinggi karenamencerminkan perubahan anatomi dan status hormonal.

abses renal glomerulonefritis Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%) GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan paling sering ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki laki dan perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada faktor resiko yang berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan prevelansi penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi

meningkat pada orang yang sosial ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat.

D. PATHOPHYSIOLGY LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN INFLAMATION DOSORDER

sistisis interstisIal Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih Jalur infeksi - Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita - Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk ke kandung kemih. - Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksiti - Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi. Uretritis Uretra Gonorhoeal disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifosium meatal terjadi disertai rasa terbakar ketika urinasi. Rabas uretral purulen muncul dalam 3-4 hari setelah kontak seksual. Pada wanita rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit bersifat asimtomatik. Pada pria melibatkan jaringan disekitar uretra menyebabkan periuretritis, prostitis, epididimis dan striktur uretra. Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan disuria tingkat sedangparah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit-sedang.

Prostatitis Patofisiologi Pnb masih belum jelas seluruhnya, namun diduga mekanismenya hampir serupa dengan prostatitis bakterial kronis. Prostatitis secar umum digambarkan sebagai proses fokal baik akut maupun kronis. Area inflamasi berdekatan dengan zona periferal, kemudian meluas ke zona periuretral. Zona periferal prostat tersusun atas sistem duktus yang drainasenya kurang baik. Jika prostat mengalami pembesaran akan mengakibatkan obstruksi uretra. Selanjutnya akan menyebabkan refluks urine ke dalam duktus prostatikus. Apabila urine yang terkontaminasi misalnya kuman penyebab PMS mengalami refluks, maka akan mengakibatkan infeksi ascending dan dimulainya proses inflamasi. Pada prostatitis yang disebabkan oleh agen non infeksius, umumnya proses dimulai dengan striktur uretra atau gangguan dalam proses pengosongan kandung kemih. Refluks urine mengakibatkan iritasi dan inflamasi akibat kontak dengan bahan kimiawi dalam urine. Proses berikutnya adalah fibrosis tubulus, terbentuknya batu prostat, sehingga terjadi obstruksi duktus prostatikus dan terhambatnya sekresi prostat. Obstruksi dan stagnasi mencetuskan proses inflamasi dan gejala sindrom prostatitis.

piolenofritis Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau karena infeksi streptococcus yang berasal dari darah (descending).

abses renal glomerulonefritis E. FAKTOR RESIKO LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN INFLAMATION DISORDER

1.bagian bawah: sistisis interstisIal 1. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing. 2. Cara cebok yang salah, yaitu dari belakang ke depan. Cara cebok seperti ini sama saja menarik kotoran ke daerah vagina atau saluran kencing. 3. Suka menahan kencing. Kebiasaan ini memungkinkan kuman masuk ke dalam saluran kencing. Hal ini karena uretra perempuan yang pendek. 4. Tidak kencing sebelum melakukan hubungan seks. Biasanya hal ini banyak terjadi pada pasangan yang baru menikah, karena itu disebut honeymooners cystitis. 5. Memiliki riwayat penyakit kelamin. 6. Memiliki riwayat penyakit batu di daerah saluran kencing.

Uretritis 1. Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan factor yang cukup mempengaruhi patogenesis dari urethritis, wanita cenderung terkena urethritis karena urethranya lebih pendek dari laki-laki dan uretranya cenderung didiami oleh basil gram negative. 2. Faktor genetic

Banyak bukti yang mendukung bahwa faktor genetik mempengaruhi kerentanan terhadap bakteri-bakteri penyebab urethritis, golongan darah yang diturunkan dari factor keturunan itu juga mempengaruhi tingkat kerentanan tubuh.

3. Faktor aktivitas seksual Faktor aktivitas seksual ini merupakan factor yang paling dominan dari factor yang mempengaruhi terjadinya urethritis, wanita yang memiliki uretra lebih pendek dari lakilaki akibat dari perilaku seks bebas dapat menyebabkan terinfeksinya uretra, dan pada laki-laki yang perilaku seksualnya tidak normal seperti homoseksual bisa berjangkit penyakit-penyakit pada saluran kemih seperti urethritis, aktivitas seksual ini juga dapat mengakibatkan banyak penyakit-penyakit yang disebabkan karena aktivitas seksual yang terlalu bebas dan tidak steril.

Prostatitis 3. Penggunaan kateter dari vesika urinaria 4. Biopsi prostat 5. UTI

2.bagian atas Piolenofritis -Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat -Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter. -Kehamilan -Kencing Manis -Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.

abses renal abses perinefrik

glomerulonefritis F. MANIFESTASI KLINIS LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN INFLAMATION DISORDER 1.bagian bawah: sistisis interstisIal 1) Disuria (nyeri waktu berkemih) 2) Peningkatan frekuensi berkemih 3) Perasaan ingin berkemih 4) Adanya sel-sel darah putih dalam urin 5) Nyeri punggung bawah atau suprapubic 6) Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

Uretritis - Mukosa merah dan edema. - Terdapat cairan eksudat yang purulent. - Ada ulserasi pada uretra. - Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis Go yaitu good morning sign. - Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok nanah. - Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita gonorhoe.

Prostatitis Paling sering dikeluhkan: NYERI Prostat/perineum Skrotum dan atau Testis Penis Kandung kemih Punggung dan LUTS : Sering BAK : 2% : 6% : 6% : 46 % : 39 %

Sulit BAK seperti pancaran lemah, mengedan Nyeri saat BAK/nyeri bertambah saat BAK

2.bagian atas Piolenofritis Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat. Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar-samar dan demam menjadi hilang timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali.

abses renal abses perinefrik glomerulonefritis - Hematuria - Oliguria -Edema ringan sekitar mata atau seluruh -Gangguan gastrointesti -Sakit kepala, merasa lemah -Nyeri pinggang menjalar sampai ke abdomen G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC INFLAMATION DISORDER 1.bagian bawah: sistisis interstisIal a. Urinalisis 1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN

2) Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih. b. Bakteriologi 1) Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 103 organisme ) 2) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik. c. Pemeriksaan USG abdomen d. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP

uretritis PEMERIKSAAN STUDI LAB: Uretritis dapat didiagnosa dengan bantuan pemeriksaan pada studi lab:

Pemeriksaan adanya pengeluaran nanah yang berlebihan, Melihat dengan mikroskop meningkat atau tidaknya jumlah sel darah putih Pengujian adanya N. gonorrhoeae dan C.trachomatis Bentuk gram Pemeriksaan urine Percobaan amplifikasi pada asam nukleat

STUDI IMAGE PROSEDUR * Kateterisasi * Chystoscopy

Prostatitis Pemeriksaan laboratorium Piuri (>10/LPB) Silinder lekosit Hematuri (>5/LPB) Proteinuri Bakteriuri (>100.000 koloni/ml urine)

Urin tampak keruh

2.bagian atas Piolenofritis -Whole blood -Urinalisis -USG dan Radiologi -BUN -creatinin -serum electrolytes

abses renal abses perinefrik glomerulonefritis Pada laboratorium didapatkan: - Hb menurun - Ureum dan serum kreatinin meningkat - Elektrolit serum (natrium meningkat) - Urinalisis (BJ. Urine meningkat, albumin , Eritrosit , leukosit ) - Pada rontgen:IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS LOWER DAN UPPER URINARI TRACT INFECTION DAN INFLAMATION DISORDER 1.BAGIAN BAWAH: sistisis interstisIal Pemberian terapi single : trimekstropin sulfametroxazole (bactrhim,septa) Pemberian terapi 1-3 hari : Nitrofurantoin (Macrodantin, Furadantin), Chephalaxin (keflek), Ciprofloksasim (cibrloksin, noroksin), Ofdlksasin (floksin) Pemberian anlgesik untuk mengurangi nyeri.

uretritis Penatalaksanaan terapi berdasarkan panduan The Center for Disease Control and Prevention. Antibiotika yang direkomendasikan untuk N. gonnorrheae: Cefixime 400 mg oral Ceftriaxone 250 mg IM Ciprofloxacine 500 mg oral Ofloxacin 400 mg oral Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal. Infeksi gonorrheae sering diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh karena itu perlu ditambahkan antibiotika anti-chlamydial : Azithromycin, 1 gr oral (dosis tunggal) Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari Erythromycine 500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari Ofloxacin 200 mg oral 2 kali sehati slama 7 hari

Prostatitis Prostatitis bakterial akut dapat merupakan infeksi yang serius, dibutuhkan pemberian AB parenteral dosis tinggi seperti aminoglikosid dan derivat penisillin, atau sefalosporin generasi ke 3, sampai keadaan membaik atau normalnya parameter tanda infeksi. Pada kasus yang lebih ringan dapat diberikan fluorokuinolon peroral sedikitnya 10 hari. Prostatitis bakterial kronis dan Inflamasi CPPS diberikan fluorokuinolon atau trimetoprim per oral selama 2 minggu sejak diagnosis awal. Kemudian pasien harus dinilai kembali, dan AB diteruskan jika kultur sebelum terapi positif atau pasien merasa adanya efek positif terapi. Disarankan periode pengobatan 4 6 minggu.

2.BAGIAN ATAS Piolenofritis

1. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (ProBanthine) Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif. 2. Penetalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007: Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi. Monitor Vital Sign Melakukan pemeriksaan fisik Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis. Memantau input dan output cairan. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes) Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karna pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yangdapat membuat psien berkecil hati

abses renal abses perinefrik glomerulonefritis Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus. 1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir

menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya. 2. Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis. 3. Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi. 4. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis. 5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan adakalanya menolong juga.

You might also like