You are on page 1of 18

ACARA IV EKSTRAKSI DAN EVAPORASI

A. Tujuan 1. 2. 3. Mempelajari dan mengenal ekstraksi maserasi dan soxhlet untuk Mempelajari pengaruh jenis pelarut dan suhu terhadap proses Mengamati sifat fisik minyak (warna, aroma, dan kekentalan). mendapatkan minyak ekstraksi

B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Minyak mentah dedak padi sulit dimurnikan karena tingginya kandungan asam lemak bebas dan senyawa senyawa tak tersaponifikasikan. Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase aktif dalam dedak padi setelah proses penggilingan. Lipase dalam dedak padi mengakibatkan kandungan asam lemak bebas minyak mentah dedak padi lebih tinggi dari minyak mentah lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai edible oil. Ada dua faktor utama dalam pengolahan dedak padi menjadi minyak yaitu stabilisasi secara kimiawi maupun dengan menggunakan panas. Perlakuan ini bertujuan untuk menghancurkan enzim lipase yang ada dalam dedak padi, sehingga rendemen minyak meningkat dan menurunkan kadar asam lemak bebas. Selanjutnya minyak dedak padi hasil ekstraksi dipurifikasi atau dimurnikan. Pemurnian minyak dedak padi tidak jauh berbeda dengan pemurnian minyak nabati lainnya. Dengan tujuan mengilangkan senyawa lilin, asam lemak bebas, pewarna dan bau (Anonim, 2005). Hasil penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian menunjukkan bahwa rendemen minyak dedak padi yang dihasilkan sekitar 14-17 % dengan kandungan protein ampas dedak padi hasil ekstraksi 11-13%. Komposisi dari minyak dedak padi 81-83%

trigliserida, 2-3% digliserida, 5-6 % monogliserida, 2-3% asam lemak bebas, 0,3% wax, 0,8 % glikolipid, 1,6% pospolipid, dan 4 % senyawa tak tersaponifikasi(Anonim, 2007). Minyak kayu manis diperoleh dari tanaman kayu manis, salah satu potensi alam Indonesia. Kandungan utama minyak atsiri ini adalah sinnamaldehida. Reaksi sinamaldehida dan resorsinol dapat menghasilkan C-sinamal kaliks[4]-resorsinarena (CSKR). CSKR mempunyai duabelas residu benzena, delapan gugus hidroksil, dan empat gugus alkenil (ikatan rangkap) (Gambar 1). Keberadaan pasa-ngan electron bebas pada gugus hidroksil, begitu pula keberadaan electron. Pada residu aromatis dan ikatan rangkap diperkirakan akan mempunyai afinitas khusus terhadap kation logam berat, khususnya Pb(II) dan Hg(II). Sesuai teori asam basa keras lunak Pearson, Pb(II) dan Hg(II) merupakan asam lunak, sedangkan CSKR dengan gugus hidroksil, ikatan rangkap, dan cincin aromatis dapat merupakan suatu basa keras ataupun lunak. Dengan demikian, sangat menarik untuk mengetahui interaksi CSKR dengan kation Pb(II) dan Hg(II) (Sardjono, 2008). Minyak dedak padi mengandung 1-2% gamma-Oryzanol, sebuah campuran ester sterol asam ferulat dan alkohol triterpen. GammaOryzanol berfungsi sebagai antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gamma-Oryzanol dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan resiko penyakit jantung koroner, selain itu juga telah digunakan di Jepang sebagai zat antioksidan pada makanan, minuman dan kosmetika (Scavariello dan Arellano, 1998). Dedak padi merupakan limbah pertanian yang murah harganya, dihasilkan dari proses penggilingan padi. Dedak padi tersedia dalam jumlah yang besar. Ekstraksi minyak dedak padi meningkatkan nilai gizi bagi dedak padi tersebut karena meningkatkan kandungan protein dan karbohidrat secara proporsional. Setelah di ekstraksi, mutu penyimpanan dedak padi menjadi lebih baik. Oleh karena itu, dedak padi yang telah di

ekstraksi berharga lebih tinggi daripada dedak padi yang belum di ekstraksi (Zuhra, 2006). 2. Tinjauan Teori Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Sedangkan Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul dalam keadaan cair (contohnya air) secara spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dengan hilangnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Prinsip kerja peralatan evaporator vakum berdasarkan pada kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan turunnya titik didih cairan. Keadaan vakum tersebut terutama dihasilkan dari pompa air yang memindahkan uap terkondensasi dan mendinginkan air dari kondensor (Anonim, 2010). Cara kerja ekstraksi dengan pelarut cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan bunga yang akan diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor khusus, dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada kamar, dengan menggunakan petroleum eter sebagai pelarut. Pelarut akan berpentrasi ke dalam bahan dan melarutkan minyak bahan beserta beberapa jenis lilin dan albuminserta zat warna. Larutan tersebut selanjutnya dipompa ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah. Setelah semua pelart diuapkan dalam keadaan vakuum, maka diperoleh minyak yang pekat. Suhu harus dijaga tetap rendah selama proses berlangsung. Dengan demikian uap aktif yang terbentuk akan merusak persenyawaan minyak. Semua minyak yang diekstraksi dengan pelarut menguap mempunyai warna gelap, karena mengandung pigmen alamiah yang bersifat tidak dapt menguap (Ernest Guenther, 1987). Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Prinsip ekstraksi Maserasi ialah

penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Anonim, 2008). Evaporasi atau penguapan merupakan pengambilan sebagian uap air yang bertujuan utuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu bahan makanan cair. Salah satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa menyebabkan kehilangan zat-zat yang mengandung gizi. Pengurangan volume produk, akan mengakibatkan turunnya biaya pengangkutan. Disamping itu, juga akan meningkatkan efisiensi penyimpanan dan dapat membantu pengawetan, atas dasar berkurangnya jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh microorganisma untuk kehidupannya. Salah satu contoh untuk pengawetan adalah susu kental manis. Operasi penguapan yang mungkin digunakan untuk suatu produk sangat bervariasi, hal ini tergantung pada karakteristik bahan produk. Dalam banyak kasus, karakteristik bahan ini berpengaruh pada design evaporator (alat penguap). Adapun contoh dari karakteristik bahan adalah kekentalan bahan dan kepekatan bahan terhadap suhu serta kemampuan bahan untuk membuat alat mengalami korosi (Sholeh, 2009). C. Metodologi 1. Alat a. Labu leher tiga b. Pendingin balik c. Hot plate d. Alat ekstraksi shoxhlet

e. Rotary evaporator vacum f. Kertas saring g. Gelas ukur h. Termometer i. Timbangan j. Water jet pump (pompa vakum) 2. Bahan a. Kayu manis b. Dedak padi c. Pelarut 3. Cara Kerja a. Kayu Manis Ditimbang kayu manis sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke dalam labu Ditambahkan pelarut dan di-set suhunya sebesar 70C

Diekstraksi dengan cara maserasi selama 4 jam Disaring dengan kertas saring, sehingga diperoleh filtrat (minyak dan pelarut Filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator vacuum sampai semua pelarutnya menguap dan minyak tertinggal

Didapat minyak berupa cairan kental

Dihitung rendemen minyak yang diperoleh

Diamati sifat fisik minyak yaitu warna, aroma, dan kekentalannya

b. Dedak Padi Ditimbang dedak padi kering sebanyak 30 gram dan dibungkus dengan kertas saring Ditambahkan pelarut dan di-set suhunya sebesar 70C

Diekstraksi dengan alat shoxhlet selama 4 jam

Disaring dengan kertas saring, sehingga diperoleh filtrat (minyak dan pelarut Filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator vacuum sampai semua pelarutnya menguap dan minyak tertinggal

Didapat minyak berupa cairan kental Diamati sifat fisik minyak yaitu warna, aroma, dan kekentalannya

D. Hasil dan Pembahasan Tabel 4.1 Tabel Ekstraksi Kayu Manis Pengamatan 1. Perlakuan : a. Metode ekstraksi b. Suhu ekstraksi c. Waktu ekstraksi d. Kecepatan pengadukan e. Pelarut yang digunakan 2. Berat bahan yang akan diekstrak 3. Berat minyak yang didapat 4. Rendemen Minyak 5. Density 6. Volume pelarut 7. Volume pelarut hasil evaporasi 8. Persentase pelarut yang menguap/hilang 9. Warna (dibandingkan dengan bahan) 10. Aroma (dibandingkan dengan bahan) 11. Kekentalan (dibandingkan dengan minyak goreng) Sumber : Laporan sementara Pembahasan : Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Sedangkan Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul dalam keadaan cair (contohnya air) secara spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dengan hilangnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Prinsip kerja peralatan evaporator vakum berdasarkan pada kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan turunnya titik didih cairan. Keadaan vakum tersebut terutama dihasilkan dari pompa air yang memindahkan uap terkondensasi dan mendinginkan air dari kondensor (Anonim, 2010). Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung Hasil Maserasi 70oC 4 jam - rpm Etanol 100 gram 10,4 gram 10,4 % 0,945 gr/ml 400 ml 61 ml 84,75 % Jauh beda Sama Lebih besar Maserasi 70oC 4 jam - rpm Metanol 100 gram 11 gram 11 % 1,1 gr/ml 200 ml 35 ml 82,5 % Jauh beda Sama Jauh beda

benzoin, tiraks dan lilin. Prinsip ekstraksi Maserasi ialah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Anonim2, 2008). Keuntungan dari metode ini adalah peralatan yang digunakan cukup sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel lebih lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, dan tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Pada praktikum acara 4 ini, dilakukan ekstraksi maserasi dengan bahan baku kayu manis. Kayu manis atau cinnamomum menghasilkan kulit yang dinamakan kayu manis. Kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman serta bahan aditif pada pembuatan parfum dan obat-obatan. Menurut Suherdi (1999), nilai utama kayu manis terdapat pada bagian kulit dari batang, cabang serta ranting yang mengandung minyak atsiri, terutama sinamaldehid (60-75%) dan eugenol (4-18%). Sedangkan Rismunandar (1989) menyatakan bahwa minyak atsiri yang berasal dari kulit ini komponen terbesarnya ialah cinnaldehida 60-75% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzoate, dan lainnya. Kadar eugenolnya rata-rata 66-80% . Minyak atsiri atau minyak terbang adalah produk destilasi dari serbuk kulit kayumanis atau bagian tanaman lainnya. Sementara oleoresin adalah hasil ekstraksi dari serbuk tersebut. Nilai oleoresin lebih tinggi dibanding dengan minyak atsirinya. Sebab dalam oleoresin selain terkandung minyak atsiri, juga terikut pula rasa pedas dari produk yang diekstrak. Kayu manis yang telah digiling diekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik, kemudian pelarut diuapkan. Ekstrak yang tertinggal merupakan oleoresin yang biasanya

bercampur dengan minyak, lemak, pigmen dan komponen flavor yang terekstrak dari bahan asal. Oleoresin yang diperoleh merupakan cairan yang kental atau semi padat dengan karakteristik rasa dan aroma sama dengan bahan asalnya. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi maserasi kayu manis ini ialah etanol dan metanol pada suhu 70oC selama 4 jam. Anonim3 (2008) menyebutkan bahwa etanol, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air (tercampur penuh) dan pelarut organik lainnya serta larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena. Etanol memiliki rumus molekul C2H5OH dengan titik didih 78,4oC. Sedangkan metanol, yang dikenal juga sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH dan titik didih 64,7C. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Perbedaan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi maserasi ini mengakibatkan perbedaan hasil akhir dari kayu manis yang diekstrak, meskipun suhu dan perlakuan yang diberikan sama. Pada penggunaan 400 ml pelarut etanol terhadap 100 gram bubuk kayu manis, didapatkan minyak atsiri sebanyak 10,4 gram dengan volume pelarut hasil evaporasi 61 ml atau sebanyak 84,75% pelarut yang hilang atau menguap. Sehingga rendemen minyak yang didapat sebesar 10,4% dengan density 0,945 gr/ml. Sedangkan 200 ml metanol yang ditambahkan dalam 100 gram bubuk kayu manis, menghasilkan 11 gram minyak atsiri dan 82,5% pelarut yang hilang atau menguap, sehingga volume pelarut hasil evaporasi yang tersisa sebanyak 35 ml. Rendemen minyak dari pelarut metanol yaitu sebesar 11% dengan density 1,1 gr/ml. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ekstraksi menggunakan etanol cenderung memiliki laju ekstraksi yang sama namun rendemen oleoresin yang dihasilkan lebih rendah (Anny, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.

Sedangkan Guenther (1950) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap rendemen dan mutu minyak atsiri umumnya dan minyak kayumanis khususnya antara lain adalah metode destilasi (penyulingan), kondisi bahan (ukuran dan kadar air), kondisi penyulingan (lama penyulingan, kepadatan dan cara penyusunan bahan dalam ketel destilasi) dan perlakuan terhadap minyak hasil penyulingan. Sholeh (2009) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi antara lain karakteristik bahan produk. Dalam banyak kasus, karakteristik bahan berpengaruh pada design evaporator (alat penguap). Adapun contoh dari karakteristik bahan adalah kekentalan bahan dan kepekatan bahan terhadap suhu serta kemampuan bahan untuk membuat alat mengalami korosi. Kenampakan fisik kedua minyak yang dihasilkan juga berbeda. Minyak atsiri dengan pelarut metanol berwarna coklat gelap yang jauh berbeda dengan warna bahan, namun dengan aroma yang sama, yaitu aroma kayu manis. Kekentalan minyak ini juga lebih besar, jauh berbeda jika dibandingkan dengan minyak goreng. Sedangkan minyak atsiri dengan pelarut metanol menghasilkan warna dan aroma yang sama dengan minyak atsiri yang menggunakan pelarut etanol. Perbedaannya terletak pada kekentalan minyak atsiri pelarut metanol yang lebih cair jika dibandingkan dengan minyak atsiri pelarut etanol, namun masih lebih kental jika dibandingkan dengan minyak goreng. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa ekstraksi yang menggunakan pelarut etanol menghasilkan ekstrak yang lebih kental (Endah, 2006).

Tabel 4.2 Tabel Ekstraksi Dedak Padi Pengamatan 1. Perlakuan : a. Metode ekstraksi b. Suhu ekstraksi c. Waktu ekstraksi d. Kecepatan pengadukan e. Pelarut yang digunakan 2. Berat bahan yang akan diekstrak 3. Berat minyak yang didapat 4. Rendemen Minyak 5. Density 6. Volume pelarut 7. Volume pelarut hasil evaporasi 8. Persentase pelarut yang menguap/hilang 9. Warna (dibandingkan dengan bahan) 10. Aroma (dibandingkan dengan bahan) 11. Kekentalan (dibandingkan dengan minyak goreng) Sumber : Laporan sementara Pembahasan : Prinsip ekstraksi dengan metode soxhletasi ialah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, menggunakan pelarut yang lebih sedikit dan pemanasannya dapat diatur. Soxhlet 70oC 4 jam - rpm Etanol 30 gram 0 gram 0% 0 gr/ml 180 ml 0 ml 0% Hasil Soxhlet 70oC 6,25jam - rpm Metanol 30 gram 0,83 gram 1,67 % 0,83 gr/ml 150 ml 47 ml 68,67 % Jauh beda (Lebih coklat) Lebih menyengat Lebih kental

Sedangkan kerugian dari metode ini ialah karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. Selain itu, jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. Dan bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif. Metode soxhletasi ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah (Anonim2, 2008). Ekstraksi dengan metode soxhletasi ini menggunakan bahan berupa dedak padi. Minyak yang dihasilkan dari ekstraksi dedak padi, yang lebih dikenal dengan nama Rice Bran Oil ini, dapat dikonsumsi karena mengandung vitamin, antioksidan serta nutrisi yang diperlukan tubuh manusia. Bahkan minyak dedak dapat diolah menjadi minyak goreng yang mutunya lebih baik dari minyak kelapa, minyak sawit maupun minyak jagung. Sharma (2002) menyatakan minyak dedak padi merupakan merupakan medium memasak yang baik karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung lebih banyak mikronutrien, umur simpan yang lebih lama, lebih stabil pada temperatur tinggi, memberikan citarasa dan flavor yang lebih baik pada produk pangan, waktu memasak lebih cepat sehingga menghemat energi hingga 15% selama penggorengan. Llyod et al. (2000) menyatakan bahwa dedak padi mengandung 3-5% lemak tidak tersaponifikasi, yang mengandung komponen antioksidan alami yang unik dan kompleks, yaitu tokoferol, tokotrienol dan orizanol. Tokotrienol terbukti dapat menangkal radikal bebas dalam membran sel dan membantu mencegah penyakit arteri koroner; -orizanol (orizanol) diketahui dapat

menurunkan kolesterol dalam darah dan mengurangi kolesterol pada liver. (Rebecca et al., 2007) Sama seperti ekstraksi dengan metode maserasi pada kayu manis, ekstraksi dengan metode soxhlet pada dedak padi menggunakan 2 jenis pelarut, yaitu etanol dan metanol. Pada penggunaan 150 ml pelarut metanol, setelah 6,25 jam ekstraksi, didapatkan hasil minyak sebanyak 0,83 gram dari 30 gram dedak padi. Dengan volume pelarut hasil evaporasi sebanyak 47 ml atau sebanyak 68,67% pelarut yang hilang atau menguap. Rendemen minyak didapat sebesar 1,67% dan densitas 0,83 gr/ml. Kenampakan minyak yang dihasilkan lebih coklat dari warna dedak padi, dengan aroma yang lebih menyengat dan memiliki kekentalan lebih besar dari minyak goreng. Sedangkan ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol gagal dilakukan karena etanol yang digunakan sebagai pelarut tidak dapat menguap, sehingga pelarut tidak dapat dikondensasikan untuk mengekstrak zat aktif dalam bahan. Dan berakibat pada tidak dapat berlangsungnya keseluruhan sistem sirkulasi. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh pengaturan alat pemanas (hot plate) yang kurang tepat, sehingga etanol yang seharusnya mendidih di suhu 78,4oC (Anonim3, 2008), tidak bisa mendidih dan menguap. Padahal menurut penelitian yang telah dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), rendemen minyak dedak yang bisa dihasilkan dengan pelarut etanol bisa mencapai sekitar 14-17% dengan kandungan protein ampas dedak hasil ekstraksi sekitar 11-13% (Anonim4, 2007). Ekstraksi minyak dedak padi merupakan ekstraksi padat cair. Ekstraksi padat cair dipengaruhi oleh sifat partikel padatan yang diekstraksi, jenis pelarut, dan kondisi berlangsungnya operasi ekstraksi. Ukuran partikel padatan yang akan diekstraksi berpengaruh pada luas area interfacial dan laju transfer massa. Selain itu, permeabilitas partikel juga berpengaruh pada kemampuan pelarut yang digunakan untuk menembus pori-pori dari partikel. Kondisi operasi yang berpengaruh pada proses ekstraksi adalah jenis ekstraktor, temperatur,

perbandingan volume pelarut terhadap berat zat yang diekstraksi, dan waktu ekstraksi (I Dewa Gede Arsa et al., 2009). E. Kesimpulan Dari praktikum acara IV Ekstraksi dan Evaporasi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ekstraksi maserasi merupakan metode ekstraksi dimana pelarut bercampur langsung dengan bahan. 2. Ekstraksi soxhlet merupakan metode ekstraksi dimana bahan ditempatkan dalam kertas saring, sehingga tidak bercampur langsung dengan pelarut. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi antara lain tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut 4. Faktor yang mempengaruhi evaporasi antara lain karakteristik bahan yang terdiri atas kekentalan dan kepekatan bahan terhadap suhu serta kemampuan bahan untuk membuat alat mengalami korosi. 5. Berat minyak yang didapat dari maserasi dengan pelarut etanol sebesar 10,4 gr atau lebih kecil dari maserasi dengan pelarut metanol yaitu sebesar 11 gr. 6. Densitas yang didapat dari maserasi pelarut etanol sebesar 0,945 gr/ml atau lebih kecil dari densitas maserasi pelarut metanol yaitu sebesar 1,1 gr/ml. 7. Rendemen minyak atsiri dari pelarut etanol sebesar 10,4%, sedangkan rendemen minyak pelarut metanol sebesar 11%. 8. Kenampakan fisik minyak atsiri pelarut etanol lebih kental dari kenampakan fisik pelarut metanol, namun dengan warna dan aroma yang hampir sama (lebih gelap dari bahan awal dengan aroma kayu manis yang khas). 9. Metode ekstraksi soxhlet dengan pelarut metanol menghasilkan minyak sebanyak 0,5 gr dengan rendemen minyak 2,77% dan density 0,5 gr/ml. 10. Kenampakan fisik minyak atsiri ekstraksi soxhlet pelarut metanol, lebih coklat dari bahan awal dengan aroma yang lebih menyengat dan kekentalan yang lebih tinggi dari minyak goreng.

DAFTAR PUSTAKA

Anny Sulaswaty. 2003. Proses Ekstraksi dan Pemurnian Bahan Pewangi dari Tanaman Indonesia. http://www.dbriptek.lipi.go.id/. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB.

Anonim. 2005. Minyak Dedak Padi. www.Ricebranoilinfo.co.id. Diakses tanggal 7 Mei 2010 pukul 21.55 WIB. Anonim. 2007. Mengolah Dedak Menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.29 No.4 Th.2007. Anonim.2008.Ekstraksi.http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB. Anonim. 2009. Etanol dan Metanol. http://wikipedia.com/etanol-metanol/. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB. Anonim. 2010. Ekstraksi dan Evaporasi. http://www.docstoc.com/docs. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB. Guenther, E. 1950. Essential Oils. Vol. IV. Van Nostrand Reinhold Co., New York. Llyod et al. 2000. dalam Sarmento C.M.P., Ferreira S.R.S., and Hense H., 2006. Supercritical Fluid Extraction (SFE) of Rice Brain Oil to Obtain Fractions Enriched with Tocopherols and Tocotrienols. Brazilian Journal of Chemical Engineering vol.23 no.2 So Paulo Apr./June 2006. Putrawan, I Dewa Gede Arsa., Mariyana, Rina., dan Rosmayanti, Irna. 2009. Ekstraksi Minyak Dedak padi dengan Menggunakan Isopropil Alkohol. Dalam Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia (SNTKI) 2009. http://www.che.itb.ac.id/sntki2009. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.oo WIB. Rismunandar. 1989. Budiday Kayu Manis. Sinar Baru. Jakarta Sardjono, Ratnaningsih E dkk. 2008. Sintesis Kaliks [4] Resorsin Arena Dari Minyak Kayu Manis Dan Penggunaannya Untuk Ekstraksi Fasa Padat Logam Berat Hg(II) dan Pb(II). Jurnal Pengajaran MIPA Vol.12 No.2. Scavariello, E.M.S and D.B. Arellano. 1998. Gamma-Oryzanol: An ImportatComponent In Rice Bran Oil:, Archivos Latinoamericanos De Nutricion. Vil. 48 Schramm Rebecca et al. 2007. Fractination of the Rice Bran Layer and Quantification of Vitamin E, Oryzanol, Protein and Rice Bran Saccharide. Journal of Biological Engineering Vol.1 No.9. Sharma A. R. 2002. dalam Sharif Kamran et al., Improved Quality of Baked Products by Rice Bran Oil. http://www.pustaka-deptan.go.id. Diakses pada Jumat, 7 Mei 2010 pukul 11.00 WIB. Soleh, Mohammad. 2009. Evaporasi. http://mohammadsholeh.myblogrepublika.com. Diakses pada Minggu, 23 Mei 2010 pukul 20.00 WIB.

Suherdi. 1999. Kajian Produksi Kulit Kayu Manis dari Berbagai Tinggi Tempat di Sumatera Barat. Prosiding seminar penelitian tanaman rempah dan obat Sub Balitto Solok.

Yulia, Endah. 2006. Aktivitas Anti Jamur Minyak Essensial dan Ekstrak Beberapa Tanaman Keluarga Zingiberaceae dan Poaceae Terhadap Jamur Pestaloptiosis versicolor Penyebab Penyakit Hawar Daun pada Tanaman kayu Manis (Cinnamomum zeylanicum). Agrikultura Vol 17No.3 hal: 224-231. Zuhra, Cut Fatimah. 2006. Etanolisis Minyak Dedak Padi yang Diesktraksi Secara Perendaman. Jurnal Sains Kimia Vol. 10, No.1

LAMPIRAN

a. Perhitungan Rendemen = =

b. Perhitungan Density = = c. Persentase Pelarut yang hilang/ menguap

= =

You might also like