You are on page 1of 12

LAPORAN PATIENT ENCOUNTER

DISPEPSIA e.c GASTRITIS

Disusun Oleh ALFINA AYYU RACHMAH 0807101050012 ( A5) ALLAMAL IQBAL 0807101010171 (A5) AULIA RAHMATUN NUFUS 0807101010090 (A5) CUT KHAIRANI 0807101050055 (A5) FATHUR RIZKY 0807101010188 (A5) HERNAWATI 0807101010013 (A5) M.SAFRIZAL PUTRA 0807101050039(A5) NAILUS SAADAH 0807101010078 (A5) NANDA RIZKA 0807101010075 (A5) RAIS AL-ABQARY 0807101010152 (A5) ROMI RANUTA 0807101010180 (A5) RIZKI WAHYUNI 0807101010121 (A5) AFRIYANI KHUSNA (0807101010049) A-11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2009/2010

Pendahuluan
A. Definisi Dispepsia

Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk sindrom atau kumpulan gejala / keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh/begah. Keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada tiap pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat berganti atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan maupun kualitasnya. Terdapat berbagai definisi tentang dispepsia. Salah satunya yang dapat dipakai adalah dyspepsia refers to pain or discomfort centred in the upper abdomen. Definisi ini berdasarkan criteria Rome II tahun 1999-2000. Jadi dispepsia bukanlah suatu penyakit tapi merupakan suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya. Hampir setiap hati kita temukan penderita datang berobat dengan keluhan nyeri perut atas,pedih,mual, yang kadang-kadan disertai dengan rasa panas di dada dan perut lekas kenyang,anoreksi, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan asam dari mulut. Semua keluhan tersebut disebabkan oleh adanya kelainan di saluran makan bagian atas. Kumpulan gejala tersebut disebut sindroma dyspepsia. Untuk menentukan penyebabnya yang perlu dilakukan adalah melakukan pemeriksaan dengan berbagai penunjang diagnostik. Dyspepsia secara garis besar di bagi menjadi dua kelompok yaitu : *Dispepsia Organik : yaitu kelompok penyakit organic seperti tukak peptic, gastritis, batu kandung empedu *Dispepsia Fungsional : telah dilakukan sarahna penunjang diagnostic yang konvensional atau baku (radiologi,endoskopi, laboratorium) tidak dapat memperlihatkan adanya gangguan patologis structural atau biokimiawi,atau dengan kata lain,disebut gangguan fungsional.

Dispepsia e.c Gastritis

Gastritis merupakan suatau keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,kronis,difus,local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis.

Gastrititis Superfisialis Akut Merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak, dan merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri, kafein, alcohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H.Pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut.organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain yang terlibat misalnya anti inflamasi nonsteroid. Manifestasi klinik gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa , mual, atau muntah, perdarahan, dan hematemesis. Gastritis superficial akut biasanya mereda bila agen penyebabnya dihilangkan.

Gastritis Atrofik Klinis

Gastritis kronis di tandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal dan chief sel. Dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa memiliki permukaan yang rata. Gastritis kronis digolongkan menjadi 2 kategori ; gastritis tipe A (atrofik atau fundal) dan tipe B (antral). Gastritis kronis dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma.

B. Etiologi
Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster/duodenum,

gastritis, tumor, infeksi helicobacter pylori


Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotic,

digitalis, teopilin, dsb. Penyakit pada hati, pankreas, sistem bilier: hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik. Penyakit sistemik: diabetes militus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner. Bersifat fungsional: yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti adanya kelainan/gangguan organik/sturuktural biokimia dikenal sebagai dispepsia fungsional/dispepsia non ulkus.

C. Patofisiologi Hubungan Antara kebiasaan minum kopi dan dyspepsia e.c Gastritis Pasien kemungkinan mengalami gastritis disebabkan konsumsi kafein yang berlebihan. Gastritis berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gejala-gejala dari Gastritis antara lain adalah rasa perih, atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas, mual, muntah, kehilangan selera makan, kembung, terasa penuh pada perut bagian atas setelah

makan,lemas, serta perdarahan lambung. Gastritis dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi bakteri, pemakaian obat penghilang rasa nyeri ( obat antiinflamasi non steroid [NSAID]) secara terus menerus, konsumsi alkohol secara berlebihan, penggunaan kokain, stress fisik, hingga autoimun, radiasi, Crohns disease, dan faktor lain.Penyebab tersering dari gastritis adalah infeksi bakteri yaitu bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini hidup dibagian dalam mukosa lambung yang melapisi dinding lambung. Diet atau bebrapa makanan juga sangat berpengaruh dalam gangguan saluran pencernaan atas seperti makanan yang mengandung zat asam seperti kopi,jeruk,dan tomat,serta diet lemak,makanan pedas, cokelat, dan kafein. Kami akan membahas patofisiologi mengenai sindroma dyspepsia yang terjadi pada pasien berdasarkan kebiasaan pola hidup pasien dalam mengonsumsi kopi secara berlebihan.

Efek Buruk Kopi Pada Saluran Cerna Atas a. Kopi dapat menurunkan tekanan Spinkter esophageal bagian bawah Berdasarkan penilitian yang dilakukan efek kopi telah terbukti dapat menurunkan tekanan spinkter esophageal bagian bawah.dan berkontribusi akan terjadinya gastroesophageal reflux.

b. Keasaaman kopi dapat mengiritasi lambung Kopi bersifat sangat asam dan dapat merangasang hipersekresi asam lambung.kopi tanpa kafeintelah terbukti dapat meningktkan kadar keasaman dalam asam lambung lebih tinggi dibandingkan dengan kopi yang berkafein. Kafein dan kopi keduanya dapat merangasang sekresi asam lambung. Sedangkan kopi tanpa kafein dapat meningkatkan kadar gastrin serum. Selain itu kopi cenderung mempercepat proses pengosongan lambung, yang dapat berakibat banyaknya isi lambung yang bersifat sangat asam melewati usu kecil lebih cepat daripada biasanya.Dan hal ini dapat menyebabkan cedera jaringan usus.

c. Kopi dapat meningkatkan Hormon Stress Kafein dalam kopi mengangkat hormone stress seperti kortisol, epinefrin(juga dikenal sebagai adrenalin) dan norepinefrin. Hormone hormone ini bertanggung jawab untuk meningkatkan denyut jantung,peningkatan tekanan darah, dan rasa was was. Darah dialihkan dari system pencernaan sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan.Sirkulasi oksigen ke otak dan ektremitas menurun dan system kekebalan pun terganggu. Dengan gaya hidup yang seperti ini dapat meningkatkan kondisi stress terus menerus akibat pengonsumsian kafein sehingga dapat mempengaruhi terjadinya Heart Burn(mulas) dan gejala GER.meskipun hubungan antara stress dan gejala reflux belum jelas teteapi bukti menunjukkan bahwa kecemasan bersamaan kelelahan yang terus menerus serta stress sangat berkaitan dengan faktor terjadinya heart burn dan reflux esophagus.

d.

Kopi menekan system kekebalan

Penekanan system kekebalan kronis disebabkan oleh peningkatan kadar hormone stress disebabkan oleh asupan kafein sehinnga dapat menciptakan suasan di mana bakteri helicobacter pylory dapat berkembang dalam perut, sehingga terjadilah ulcer.

e. Kopi mengganggu GABA metabolism GABA(Gamma aminobutyric acid) adalah neurotransmitter yang dihasilkan secara alami di otak dan system saraf serta saluran GI. Yang memainkan peranan penting dalam suasan hati dan manajemen stress serta memberikan efek menenngkan pada saluran pencernaan. Berdasarkan hasil penelitian kafein ditemukan dapat menggannggu pengikatan reseptor GABA untuk mencegah melaksanakan fungsinya untuk penenang. Jika pengelolaan stress ini terganggu hal ini pun akan ,memperburuk keadaan pada system pencernaan.

D. Management dan Edukasi Pasien dyspepsia e.c gastritis

Management Pendekatan Diagnostik : a. Anamnesis yang akurat untuk memperoleh gambaran keluhan yang terjadi, karakteristik keterkaitan dengan penyakit tertentu, keluhan bersifat local atau pun manifestasi gangguan sitemik. b. Pemeriksaan fisik untuk mengindentifikasi kelainan intra abdomen atau intra lumen yang padat (misalnya tumor), organomegali, atau nyeri tekan yang sesuai dengan adanya rangsang peritoneal atau peritonitis. c. Laboratorium untuk mengindentifikasi adanya faktor infeksi (lekositosis), pancreatitis (amylase,lipase), keganasan saluyuran cerna. d. Ultrasonografi untuk mengindentifikasi kelainan padat intra abdomen, misalnya kandung empedu, kolesistitid, sirosis hati.
e. Endoskopi (esofagogastroduodenoskopi) pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk

dikerjakan bila dyspepsia tersebut disertai oleh keadaan yang disebut alarm symptoms yaitu adanya penurunan berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan adanya obstruksi, muntah darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama dan terjadi pada usi lebih dari 45 tahun. Keadaan ini sangat mengarah kepada gangguan organic, terutama keganasan, eingga memerlukan eksplorasi diagnosis secepatnya.
f. Radiologi (barium meal) ; pemeriksaan ini dapat mengindentifikasi kelainana

structural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau gambaran kearah tumor.

Pengobatan

Farmakologi Antasida Merupakan obat yang paling umum dikonsumsi oleh pasien dyspepsia Penyekat H2 reseptor Seperti; Simetidin, Ranitidine, Famotidine,Nizatidine.Juga umum diberikan kepada pasien dyspepsia.manfaatnya untuk menghilangkan rasa nyeri pada ulu hati. Penghambat Pompa Proton Seperti; Omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol, Esomeprazol. Sitoproteksi ( misopristol dan sukralfat)
Jika disebabkan infesi H.pylory maka dilakukan eradikasi terhadap kuman

tersebut dengan pemberian antibiotic, antibiotic yang diberikan adalah klaritomisisn, amoksilin, metronidazol, dan tetrasiklin. Nonfarmakologi Mengatur pola makan secara teratur Tidak mengonsumsi obat-obat antiinflamasi (OAINS)
Tidak mengonsumsi makanan maupun minuman yang dapat meningkatkan

sekresi asam lambung, seperti alcohol, kopi, makanan yang pedas dan yang mengandung asam, dan lain-lain. Menghidari rokok.

Edukasi kepada Pasien Memberi pemahaman kepada pasien akan pentingnya pola makan yang teratur.

Memberi pemahaman kepda pasien tentang efek kopi,alcohol, dan rokok yang buruk bagi kesehatan. Memberi pemahaman kepada pasien akan pentingnya terapi yang diberikan serta kerja sama dari pasien itu sendiri dalam mempercepat proses penyembuhan. Memberi pemahaman kepada pasien untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang dapat meningkatkan sekresi asam lambung, sperti makanan yang pedas, dan asam.

Laporan Hasil Pemeriksaan Pasien I. Riwayat Penyakit Pasien yang Dikunjungi

Seorang pasien bernama Ny. E berumur 28 tahun, bertempat tinggal di Mane Dayah dan bekerja sebagai IRT datang ke Puskesmas Darul Kamal dengan keluhan nyeri ulu hati. Nyeri dirasakan sejak beberapa jam yang lalu dan sekarang menyebar disekitar perut kanan bawah dan terkadang juga di perut kiri bawah. Nyeri seperti terbakar , ditusuk tusuk, perih dan terasa panas. Pasien mudah merasa kenyang dan tidak nafsu makan. Pasien sering bersendawa, buang angin dan disertai perut kembung. Pasien juga mengeluh mual dan terkadang disertai dengan muntah. Biasanya mual dirasakan setelah makan. Pasien tidak mengalami mencret atau diare. Buang air besar dan warna tinja normal. Pasien juga merasakan asam dan pahit pada lidahnya. Ny. E merasakan gejala seperti ini sebanyak 3 kali dalam sebulan. Pasien berobat ke Puskesmas Darul Kamal untuk mengurangi keluhannya.

Pasien menderita penyakit maag sejak umur 15 tahun. Ibu pasien juga mengalami penyakit yang sama. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi dan pola makan yang tidak teratur.

II.

Faktor Resiko yang ada pada Pasien

Pasien sering mengkonsumsi makanan yang merangsang peningkatan sekresi asam lambung, seperti minum kopi, makanan pedas.

Pasien memiliki pola makan yang tidak teratur, seperti jarang sarapan.

III.

Riwayat Pengobatan dan Respon terhadap Pengobatan

Pasien sering datang ke Puskesmas Darul Kamal untuk mendapatkan obat yang dapat mengurangi keluhannya

IV.

Masalah Masalah Lain yang Ada pada Pasien

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan pasien memiliki permasalahan pada saluran cerna yaitu pada lambungnya dengan dugaan Dyspepsia et causa Gastritis. Dimana pada anamnesis system organ didapatkan pasien mengalami nausea (+), anoreksia (+), ructus (+), pyrosis (+), nyeri epigastrium (+), dan meteorismus (+).

V.

Keterkaitan Hasil Observasi dengan Masalah Pasien

Dari hasil observasi yang dilakukan pada pasien, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik umum, vital sign, dan pemeriksaan khusus abdomen didapatkan pasien yang menderita keluhan dyspepsia et causa gastritis, dengan gejala yang khas yaitu nyeri tekan pada ulu hati dan juga merasakan nyeri sebelum dan sesudah makan. Berdasarkan teori dan gambaran kondisi pasien ketika dilakukan pemeriksaan, dapat diduga pasien mengalami Dyspepsia e.c gastritis dan salah satu faktor resiko yang sangat jelas menimbulkan keluhan tersebut pada pasien yaitu pola makan yang tidak teratur dan kebiasaan minum kopi.

EVALUASI a. Hal-hal positif - Dokter di puskesmas menyambut para mahasiswa dengan lumayan ramah. - Lingkungan puskesmas lumayan bersih dan menyenagkan - Pasien yang berobat di Puskesmas Darul kamal ramah-ramah.

b. Hal-hal negative Susah menemukan pasien yang mengalamai gangguan saluran pencernaan, dan kami harus menunngu sangat lama.

Kami harus melakukan pemeriksaan secepat mungkin, karena kebanyakan pasien buruburu, terdesak oleh urusan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA Cessation of Caffeine Consumption.. The New England Journal of Medicine. The New England Journal of Medicine. 16(327): 1109-14. 16 (327): 1109-14. 32 32 Lane, JD, Adcock, RA, Williams, RB and CM Kuhn. Lane, JD, Adcock, RA, Williams, RB dan CM Kuhn. 1990. 1990. Caffeine effects on cardiovascular and neuroendocrine responses to acute psychosocial stress and their relationship to level of habitual caffeine neuroendokrin consumption. Psychosomatic Medicine. Psychosomatic Medicine. 52(3):320-36. 52 (3) :320-36. 24 24 Price,Wilson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit EGC. Jakarta Ilmu penyakit Dalam,Edisi IV jilid I, FKUI, Jakarta. Sujono,Hadi. Gastroenterologi \

You might also like