You are on page 1of 2

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) pada Laki-Laki 54 Tahun Memiliki Kebiasaan Minum Alkohol Dibuat oleh: Agustiana,Modifikasi terakhir

pada Sun 07 of Aug, 2011 [20:09] ABSTRAK ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Seorang pria berusia 54 tahun datang dengan keluhan nyeri dada seperti di tusuk-tusuk dan di tekan benda berat, dimulai dari dada bagian tengah dan menjalar ke leher. Nyeri di rasakan 10 menit konsisten, reda bila istirahat. Kebiasaan sering minum alkohol minimal 1 x seminggu. Pemeriksaan fisik nyeri tekan di ulu hati. Gambaran EKG ST elevasi di V1-V6, T inverted dan Q patologis. Penatalaksanaan dengan tirah baring, oksigen, terapi cairan, diet rendah garam, analgesik, antikoagulan, sedatif, trombolisis, antihipertensi. KASUS Seorang pria berusia 54 tahun datang dengan keluhan nyeri dada seperti di tusuk-tusuk dan di tekan benda berat, dimulai dari dada bagian tengah dan menjalar ke leher. Nyeri di rasakan 10 menit konsisten, reda bila istirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati. Keluhan dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Riwayat penyakit dahulu sering minum alkohol minimal 1 x seminggu.pasien juga sering mengeluh nyeri di ulu hati. Keadaan umum gelisah, kesadaran composmentis. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 135/94 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,2 C. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ulu hati. Cor dan Pulmo dalam batas normal. Pemeriksaan radiologi cor pulmo dalam batas normal. EKG ST elevasi di V1-V6, T inverted dan Q patologis. DIAGNOSIS Penyakit jantung koroner ST elevasi miokard infark TERAPI Non farmakologi berupa bed rest, rendah garam, oksigen. Farmakologis berupa IInfus D5% + heparin 10.000 IU 20 tpm, ISDN 3x10 mg, Aspilet 1x1, Petidin kalau perlu, Diazepam 3x5 mg, Simvastatin 0-0-1, Captopril 2x6,5 mg, Bisoprolol 1 x 5 mg. DISKUSI Penyakit jantung koroner ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama. Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung. Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian tersangkut di

bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut menyebabkan rusaknya bagian otot jantung yang disebut infark. Faktor risiko biologis yang tak dapat diubah, yaitu : usia dan jenis kelamin, ras dan riwayat keluarga. Faktor resiko yang dapat diubah adalah : Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi danKadar Kolesterol HDL rendah, hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, hobi makan junk food, obesitas, diabetes, stres dan jarang berolahraga. Gejala klinis, antara lain: nyeri dada (letak, kualitas, hubungan dengan aktivitas dan lamanya serangan), sesak nafas, mudah lelah dan palpitasi. Pada pasien ini gejala klinis yang ditemui berupa nyeri dada, nyeri dada sifatnya khas mengarah ke diagnosis klinis berupa penyakit jantung kronis. Meliputi sifat, lokasi dan penyebaran, kualitas, intensitas dan pengaruh terhadap aktifitas. Pemeriksaan dengan EKG memperkuat diagnosis karena suatu infark, perlu dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Faktor usia merupakan resiko terjadinya penyakit jantung koroner, kebiasaan merokok dan alkohol ikut berperan memperberat infark. Pemeriksaan penunjang dengan EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Menunjukkan perubahan elevasi segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal, pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta. Pemeriksaan laboratorium pada diagnosis infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark jantung akut Penatalaksanaan dengan istirahat total, diet makanan lunak serta rendah garam, pasang infus dekstrosa 5 % emergency, atasi nyeri : Morfin 2,5 5 mg iv atau petidin 25 50 mg im Lain lain: nitrat , antagonis kalsium , dan beta bloker.Oksigen 2 4 liter/menit, sedatif sedang seperti diazepam 3 dd 2 5 mg per oral.Antikoagulan : Heparin 20000 40000 U/24 jam atau drip iv atas indikasi Diteruskan dengan asetakumarol atau warfarin, streptokinase / trombolisis. KESIMPULAN Penyakit jantung koroner meliputi angina pektoris (stabil dan unstabil) dan infark miokard (STEMI dan NSTEMI). Membedakan jenis kelainan penyakit dilakukan berdasarkan nyeri, pemeriksaan enzim jantung dan EKG. Menghindari faktor resiko merupakan upaya preventif yang paling penting. REFERENSI Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI. Kalim. Harmani dkk, 2004. Tata Laksana Sindroma Koroner Akut dengan ST Elevasi. Jakarta:PERKI. Santoso M., Setiawan T. 2005. Penyakit Jantung Koroner. Cermin Dunia Kedokteran No. 147, 2005. Pg 5-9

You might also like