You are on page 1of 14

Analisa data Percobaan 1 1.

Kode- kode saluran untuk pensinyalan biner pada kanal baseband, Dengan membangkitkan urutan biner : B = [ 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 ], Fd = 1 kb/s, Fs = 10 kb/s, T= 1/Fd Dengan menggunakan Syntax Matlab : Modul (<binary_sequence>,<line_code_name>,<Fd>,<Fs>); Dapat ditampilkan beberapa kode saluran yaitu unipolar-NRZ, Bipolar-NRZ dan Biplor-RZ, setelah dibandingkan antara hasil simulasi dan tugas pra percobaan memiliki kemiripan. Kemudian dibandingkan secara random 1000 bit dan diamati, Plot power spectral density (PSD) dari beberapa kode saluran secara linier dan logaritmit, dapat ditentukan pola nilai puncak spectral dan dari 2 (Fp1 & Fp2) dan nol spectral 1&2 (Fn1 & Fn2). Berdasrkan pengamatan dapat disimpulkan dala table 1 : Kode Saluran Fp1(Hz) Fp2(Hz) Fn1(Hz) Fn2(Hz) NRZ Unipolar 1500 2500 1000 2000 NRZ Bipolar 1500 2500 1000 2000 RZ Bipolar 3000 5000 2000 4000 Manchaster 800 3000 2000 4000 AMI 400 1500 1000 2000 Nyquist Bipolar 100 800 200 400

W(Hz) 1000 1000 2000 2000 1000 2000

Hubungan antara PSD sinyal kode Manchaster dengan Fd (laju-data) yang berbeda-beda. Berdasarkan plot PSD,dapat disimpulkan bahwa dengan menaikkan laju data maka puncak PSD juga akan semakin besar. 2. Simulasi kanal Base band dengan derau dibangkitkan urutan biner : B = [ 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 ]. Dengan NRZ-Bipolar diperoleh W = 10Hz Dikirimkan gelombang bipolar NRZ dengan daya derau 0,01W dan bandwidth kanal 4,9KHz informasi yang dikirimkan masih dipertahankan keberadaannya oleh kanal ini, karena urutan biner yang masih ada, bias diketahui karena noise power kecil. Memperbesar daya derau (noise power) mulai dari 0,1; 0,5; 1; 2,5 Watt dengan bandwidth tetap 4,9KHz, Berdasarkan gambar plot yang ada dapat disimpulkan bahwa semakin besar noise power maka ouput pada kanal semakin tidak terbaca urutannya. Pada level darau 5Watt output kana l tidak dapat dibedakan, kemudian dapat diamati pula plot PSD terhadap serau yang ada, pada data tersebut dapat diamati pada penambahan puncak yang semakin membesar disekitar PSD asli, semakin besar noise power semakin besar penambahannnya.

2.2

2.3

2.4

Berdasrakan plot yang sudah dibuat, dapat diketahui pengaruh bandwidth kanal terhadap sinyal yang dikirimkan, kanal yang dipakai low pass filter. Dapat disimpulkan dengan memperkecil bandwidth kanal akan mempengaruhi sinyal asli yang tadinya berupa sinyal Bipolar NRZ (pada 4900Hz) akan berubah menjadi gelombanh sinus (pada bandwidth 5000Hz). Pola mata Membangkitkan pola mata setelah sinyal dengan kode saluran Bipolar NRZ yang dilewatkan pada kanal dengan bandwidth terbatas ( bandlimited). Dari plot yang ada terdapat pola mata sinyal asli dan setelah dilewatkan kanal tersebut. Berdasarkan pembentukan pola mata dari hasil plot, dapat ditemukan besaran-besaran diantarnya periode sampling margin terhadap noise, distorsi dari perlintasan nol, kemiringan dan distorsi maksimum. Dengan membangkitkan pulsa secara random melalui kanal dengan bandwidth dan noise power yang bervariasi maka dapat mengukur besaran t opt(detik), periode sampling (detik), margin terhadap noise (Volt). t opt merupakan dari periode samling dan margin terhadap noise adalah dari bukaan mata. Tabel 2. Data pola mata untuk kode saluran NRZ bipolar
np[W]

3. 3.1

3.2

0,01 0.02 0.08 0.1

bw[Hz] 3000 2000 1000 4000

t opt[dtk]
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

A[dtk] 1 1 1 1 1 1

B[V]

Percobaan tersebut diulangi dengan pembankitan kode Manchester Table.3 Data pola mata untuk kode saluran Manchester
np[W]

0,01

bw[Hz] 3000 2000 1000

t opt[dtk]
0,25 0,25 0,1

A[dtk] 0,5 0,5 0,2

B[V] 0,6 1,2 0,75

4.

4.2

Pembentukan Pulsa dengan ISI Membangkitkan pulsa NRZ unipolar yang diikuti sederetan nol dan melewatkan pada sebuah kanal ISI tanpa derau dengan bandwidth 1500Hz. Setelah memeriksa apakah pengiriman sinyal kanal ISI atau dengan ISI pada kanal dengan derau 0,4 didapatkan nilai 0,0017 Pada perhitungan sinyal asli dengan derau 0,6 di temukan ISI 1,22721 x 100,33 dan pada canal dengan derau 0,4 ditemukan ISI tanpa pembentukan pulsa 1,5786 x 10-0,005, persestase dari pengurangan ISI yang diperoleh dengan pembentukan pulsa ; = ((1,22721 x 10-0,33 - 1,5786 x 10-0,005) : (1,22721 x 10-3)) x 100% = 98,76 %

Tugas Pasca percobaan I 1. kode-kode saluran yang membangkitkan tanpa DC yaitu : AMI, BipolarNRZ dan Manchester, karena komponen Dc mempunyai sensitivitas rendah, sehingga sinyal informasi dengan frekuensi rendah dapat hilang. Kode-kode saluran yang menggunakan time recovery Unipolar NRZ Bipolar RZ RZ AMI Dicode RZ Manchester Jika kode yang dikirimkan hanya1 atau 0 saja maka decoder akan bingung (kode prefiks) sehingga entropytidak maksimal Bandwidth =10000 Hz NRZ Unipolar = 1000Hz Rb = (10000 : 1000) x 1Kbps = 10 Kbps NRZ Bipolar =1000Hz Rb = (10000 : 1000) x 1Kbps = 10 Kbps RZ Bipolar = 2000Hz Rb = (10000 : 2000) x 1Kbps = 5 Kbps Manchester = 2000Hz Rb = (10000 : 2000) x 1Kbps = 5 Kbps AMI = 1000Hz Rb = (10000 : 1000) x 1Kbps = 10 Kbps Nyquist Bipolar = 200Hz Pb = (10000 : 200) x 1Kbps = 50 Kbps Dengan menggunakan Filter raised cosine untuk menekan ISI Kode saluara NRZ bipolar lebih baik di bandingkan dengan kode saluran Manchester, karena dengan t opt lebih besar maka sampling terhadap sinyal informasi lebih banyak sehingga lebih optimal. Tidak tergantung, karena waktu sampling hanya akan berpengaruh pada sampling informasi, sementara derau adiktif hanya mempengaruhi amplitude.

2.

3.

4. 5.

6.

Kesimpulan percobaan I Terhadap berbagai metode saluran (line coding) yang bias di gunakan untuk modulasi baseband digital pada aplikasi komunikasi data yakni NRZ bipolar, NRZ unipolar, Manchester miller, AMI, bipolar Nyquist, unipolar Nyquist, Raised Cosine, dan duo binary, dan masing- masing memiliki sifat spectral dari kode kode saluran tersebut seperti powerspektral density (PSD) Terdapat dua penyebab utama distorsi pada sinyal kanal yakni derau gausian addictive dan pengaruh pemfilteran yang disebabkan oleh bandwidth kanal, pengaruh dari Inteferensi antar symbol (ISI) dan AWGN dapat di Amat dengan Pola mata.

Analisa data Percobaan II 1. 1.1 Matched filter sebagai penerima Optimal Membangkitkan pulsa dengan pulsa tunggal Amplitudo 1, durasi 1ms, fd=1000, fs= 1000 dan T= 1/fd, kemudian sinyal unipolar-NRZ dimasukkan pada suatu matched filter, keduanya kemudian dibuat plot sinyal ASK. Sinyal yang masuk matched filter dan kombinasi keduanya pada waktu 0,99 ms mencapai puncak sama hal nya dengan langkah diatas, tapi kai ini digunakan pulsa menchester dengan lebar 1 ms dan amplitude 1 dengan fd dan fs yang sama. Dari pengamatan plot-plot diatas pada waktu t= 0,5 ms, energy bit (Eb) dari pulsa menchester dengan amplitude 1. Eb = Es / 2 log m Es1 =
2 2

1.2

Eb = 0,5 / 2log2 = 0,5 dt

dimana m= 2 1 bit

1.3

= dt = 0,5 Membuat sinyal RZ- bipolar dengan urutan B= [1 0 0 1 0 1 1], amplitude untuk subplot (211) adalah 1V dan untuk subplot (212) adalah 5V, gambar plot terlampir dalam data percobaan. Deteksi sinyal Membangkitkan urutan biner secara acak sebanyak 10 bit biner dimodulasikan ke gelombanr NRZ, urutan b yang dikirimkan hanya mengamati output x pada matched filter subplot (312). B1= [1 0 0 1 0 1 1 0] Urutan b yang sesunggunya B1 = [1 0 0 1 0 1 1 0] (subplot(311)) Output setelah melewati matched filter B= [1 0 0 1 0 1 1 0] Dengan menggunakan Es =1000, membangkitkan urutan biner 10000bit dengan kode saluran NRZ-bipolar, berdasarkan gambar pola mata dapat diketahui : topt = waktu sampling = 0,5 x 10-3 detik = ambang = 10 V Berdasarkan bit yang ada dilakukan penggunaan BER dengan PSD derau (0,5; 1; 1,5; 2 ) 10-4 w/Hz. Threshold N(t) dan sampling time 5x10-3 detik diperoleh perhitungan dalam table
No/2
0,5 1 1,5 2

2. 2.1

2.2

Pe terukur 0,4982 0.5118 0,4947 0,5038

Pe Teoritis 0,46015 0,4718 0,47745 0,48005

Perhitungan Pe secara Teori

Pe = Q ( Es = = +
2 2

Eb = Es / 2log m

m= 210

dt (dalam 1ms mucul [1 0 1 0 1 0])


2

dt + dt +

dt + dt

dt +

dt +

dt

= 0,002 + 0,001 + 0,001 + 0,001 = 0,005 Eb = 0,005/10 = 0,0005 Maka : No/2 = 0,5 Pe = Q ( No/2 = 1 Pe = Q ( No/2 = 1,5 Pe = Q ( No/2 = 2 Pe = Q ( 2.3

dimana : No= 1 ) = 0,46015 dimana : No= 2 ) = 0,4788 dimana : No= 3 ) = 0,47745 dimana : No= 4 ) = 0,48005

Plot BER, waktu sampling dengan PSD derau kanal 0,5 x 10-4 W/Hz ( gambar terlampir) Pengaruh bandwidth kanal terhadap BER dengan derau sebesar 0,5 x 10-4 W/Hz dan bandwidth 1500, 1000, 500, 350.
Bandwidth (Hz)
1500 1000 500 350

2.4

Pe terukur 0,4936 0,49989 0,4915 0,5014

Dengan bandwidth yang kecil maka di dapat kan gambar (terlampir)

3.

Unjuk kerja penerima optimal terhadap ISI Memodulasi urutan biner b dengan kode saluran NRZ bipolar tanpa derau dengan bandwidth 550Hz. Pe 350Hz = 0,5005 Pe 550Hz = 0,4989

Tugas Pasca percobaan II 1. 2. Gambar gelombang output matched filter jika input gelombang NRZ unipolar [1 0 1 0 0], (gambar terlampir) Setelah melewati matchet filter lebih mudah dikodekan karena decoder hanya perlu melihat output saja. Setelah melewati filter noise nya bias lebih ditekan. T selain topt akan menyebabkan Pe lebih besar karena dengan waktu sampel yang yang tidak optimal maka ekstraksi pesan yang dikirimkan akan menjadi besar kesalahannya. B yang dihasilkan tidak akan maksimal mengakibatkan derau.

3.
No/2
0,5 1 1,5 2

Pe terukur 0,4982 0.5118 0,4947 0,5038

Pe Teoritis 0,46015 0,4718 0,47745 0,48005

Perhitungan Pe secara Teori : Pe = Es = Q( )


2 2

Eb = Es / 2log m

m= 210

dt (dalam 1ms mucul [1 0 1 0 1 0 1])


2

dt +

dt +

dt +

dt +

dt

+ dt + dt = 0,02 + 0,001 + 0,001 + 0,001 = 0,005 Eb = = 0,0005 No/2 = 0,5 dimana : No= 1 Pe = Q ( ) = 0,46015 No/2 = 1 dimana : No= 2 Pe = Q ( ) = 0,4788 No/2 = 1,5 dimana : No= 3 Pe = Q ( ) = 0,47745 No/2 = 2 dimana : No= 4 Pe = Q ( ) = 0,48005

Kesimpulan Percobaan II

1. Matched Filter digunakan sebagai penerima agar hasil pembacaan sinyal optimal 2. Sinyal yang dilewatkan di matched filter dapat dibaca kembali setelah dipisahkan dari noise. 3. Perhitungan Pe secara teoritis dan Pe terukur mempunyai perbedaan yang cukup signifikan, dimana Pe terukur selalu lebih besar dari Pe teoritis.

Analisa data percobaan III 1. 1.1 Pembangkitan sinyal termodulasi bandpass Menampilkan 6 ms pertama sinyal S dan Sa yang bersesuian dengan 6 bit pertama dari urutan biner B=[ 1 0 1 0 0 1] Hubungan dari sinyal tersebut memiliki waktu periode yang sama, ketika sinyal S bernilai 1 maka sinyal Sa akan berisolasi dari 1 sampai -1, dan ketika sinyal S bernilai nol sinyal Sa akan bernilai nol Memplot kerapatan daya dari S dan Sa antara 0 sampai 10Khz ( gambar terlampir) Membangkitkan sinyal PSK dengan terlebih dahulu memodulasi b menjadi sinyal unipolar NRZ, kemudian mencampur (Mix) S dengan osilator local 5Khz , menampilkan 6 ms pertama sinyal S dan Sp (gambar terlampir). Hubungan kedua sinyal tersebut pada saatnilai S berubah dari 1 menjadi 0, maka sinyal Sp hanya berisolasi dari 1 sampai 0. Jika nilai S berubah dari 0 menjadi 1, maka sinyal Sp hanya berisolasi dari 1 sam[ai 0. Selebihnya sinyal Sp berisolasi dari 1 sampai -1. Perbedaan fase antara Sp dengan gelombang pembawa selama periode bit pertama dan kedua sebesar 1800. Memplot kerapatan spectral daya dari S dan Sp ( gambar sudah terlampir). Hubungan kerapatan spectral daya antara S dan Sp mirip namun pada spectral daya Sp adalah Spektral S digeser sebesar 5000 Hz. Membanding Spektrum daya dari ASK dan PSK , kedua Spektrum tersebutmemiliki beberapa persamaan dan perbedaan diantaranya : a. Persamaan Memiliki frekuensi centeryang sama yaitu 5000Hz Mempunyai bandwidth yang sama yaitu 2000Hz b. Perbedaan Amplitudo ASK jauh lebih besar ASK efisien dari segi daya Spektral FSK lebih besar (lebihlebar dari ASK) Membangkitkan sinyal FSK, kemudian diinput kan pada input VCO (Voltage Control Oscilator) dengan frekuensi referensi 5KHz, dengan sensitifitas 2KHz/V (Gambar terlampir). Bentuk spectrum daya yang didapatkan yaitu pada saat S bernilai 1, maka spectrum daya S akan berisolasi lebih rapat, namunpada saat S bernilai 0 maka S ( akan berisolasi lebih Renggang) Deteksi koheren dari sinyal digital termodulasi Bandpass. Untuk demodulasi ASK dimulai dengan mencampurkan dengan sinyal carrier yang dihasilkan oleh osilator local dengan frekuensi dan fase sama dengan LO (asal), (gambar terlampir). Pada gambar menunjukkan PSD dan output Matched filter dari modulasi ASK, Spektrumnya mempunyai frekuensi carrier 10KHz, sedangkan output matchet filter nya sesuai dengan deretan biner yang dibangkitkan.

1.2 1.3

1.4

1.5

1.6

2. 2.1

2.2

Unjuk kerja deteksi koheren terhadap pengaruh derau Tabel 4. BER dan PSK Daya Derau Pe ASK 0,5 W 0,4962 2W 0,5058 3W 0,5049

Pe PSK 0,5010 0,4984 0,5031

2.3

2.4

2.5

Kesalahan Fase (phase Error) Perubahan yang diperoleh semakin besar error fase maka errornya juga semakin besar. Frekuensi Drift Membangkitkan urutan biner 500bit dan dimodulasikan untuk menghasilkan gelombang ASK (gambar Terlampir). Pada saat menggunakan LO dengan frekuensi 5KHz diperoleh amplitude dari 0 sampai 10V, sedangkan pada saat menggunakan frekuensi LO dengan frekuensi 4,975 KHz mempunyai range amplitude -10 sampai 10V Modulasi urutan b untuk menghasilkan gelombang PSK. S =Mix LO (modul (b,bipolar_nrz),5000,0); Kemudian S didemodulasi dengan frekuensi local {4999.5; 4999.4; 4999.3; 4999.2; 4999.1; 4999.0}Hz, diperoleh error sebagai berikut : Frekuensi LO (Hz) 4999.5 0 4999.4 0 4999.3 4999.2 4999.1 4999 0 0 1 1

3. 3.1

3.2

Deteksi Non koherensinyal digital termodulasi bandpass Membangkitkan gelombang ASK dan memodulasi dengan menggunakan penerima Non koheren dimana envelop detector mempunyai frekuensi cutoff 3500Hz (gambar terlampir). Pengkodean mbang (Thershold decoding) dapat diaplikasikan pada detector, hal ini dikarenakan threshold berfungsi untuk menentukan batasan daerah dari tiap - tiap code. Dengan mengulangi bagian ASK pada bagian 2.2 dengan menggunakan daya derau 0,05W untuk detector koheren dan Non koheren (gambar terlampir), maka diperoleh ASK koheren : n2 = 0,05W n2 = 0,05W Pe = 0,3097 Pe = 0,2498

Tugas Pasca percobaan III 1. Bisa, dengan menkombinasikan, spectrum ASK pada Fc0 dan Fc1 Baudrate dari sinyal ditambahkan frekuensi shift, perbedaan Fc1 dan Fc0 sehingga bandwidth: BW= (Fc1 Fc0) + N boud

2.

Yang diplih adalah FSK karena memilki probabilitas error yang lebih kecil Pe ASK

Q(

< Pe FSK = Q (

3.

Non Coherent of FSK

Deteksi Non koheren FSK dengan envolepe detector

Gambar Matchet filter Sinyal input dicerminkan pada sisintput matchet filter lalu digeser sejauh T (perioda), kemudian sinyal disampling setiap t detik yang menghasilkan Z0 dan Z1, kemudian hasil sampling diinputkan pada detector sehingga dapat diketahui perkiraan dari symbol yang dikirim sehingga di peroleh sinyal output. Karena prinsip matched filter tidak digunakan pada deteksi uni polar tetapi dapat digunakan untuk yang bipolar, sehingga deteksi sinyal bipolar yang koheren (ASK, FSK, PSK) dapat dilakukan. Envelope terjadi saat sinyal dengan frekuesi carrier Fs didemodulasi dengan output osilator local dengan frekuensi sebesar F0 yang sedikit berbeda dengan Fc seperti sinya ASK.

Kesimpulan Percobaan III 1. PSD ASK dan PSK mempunyai persamaan dan perbedaan a. Persamaa yaitu mempunyai frekuensi center 5000Hz dan Bandwidth 2000Hz b. Perbadaan yaitu Amplitudo ASK jauh lebih besar dan ASK lebih efisien dari segi daya Error fase mempengaruhi performance sinyal ASK mempunyai Pe yang lebih kecil dari pada PSK

2. 3.

You might also like