You are on page 1of 9

AINUL ANUGRAH PARIDE A21110252

Pembangunan Tradisional
Hakekat Pembangunan
Dewasa ini istilah pembangunan telah menjadi kata tunggal yang bermakna majemuk. Kata pembangunan dapat dipahami sekaligus sebagai kata kerja, kata benda dan kata sifat. Dilihat sebagai proses kegiatan yang berlanjut, pembangunan dapat dipandang sebagai kata kerja. Sebagai suatu sistem, proses kegiatan pembangunan itu berlangsung dalam suatu totalitas, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi. Setiap kegiatan dalam proses itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apa yang direncanakan, itu yang akan dilaksanakan. Apa yang dilaksanakan, itu yang akan dievaluasi. Selanjutnya, temuan dari evaluasi menjadi masukan kembali dalam penyusunan rencana baru, begitu seterusnya. Meski proses kegiatan berlangsung secara berulang, namun tidak boleh bersifat rutin dan berjalan ditempat. Kondisi baru harus menjadi makin baik dan meningkat melalu. identifikasi dan upaya untuk memperbaiki kelemahankelemahan yang dijumpai pada setiap tahap dalam proses kegiatan. Dilain pihak, tujuan pembangunan juga terlihat sebagai kata benda. Tujuan yang ingin dicapai itu dapat dilukiskan dengan angka-angka yang konkrit. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan lebih adil, kesempatan kerja yang bertambah banyak, jumlah produksi yang lebih meningkat, sarana transportasi dan komunikasi yang lebih baik dan lebih banyak, jumlah gedung sekolah yang makin bertambah, sarana kesehatan yang lebih banyak dan lebih bermutu, fasilitas produksi dan pemasaran yang lebih mudah serta mendorong kegiatan ekonomi rakyat dan usaha besar, dan sebagainya. Dengan demikian, rumusan tentang tujuan pembangunan harus terukur secara jelas, tidak boleh kabur dan bersifat sloganitas. Tujuan yang kabur dan tidak terukur mempersulit kegiatan evaluasi, sehingga tidak pernah dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada untuk meningkatkan pembangunan. Dalam ukuran yang konkrit, pembangunan baru dianggap berhasil kalau misalnya, hasil produksi dan pelayanan yang tersedia menjadi lebih bermutu dan lebih banyak. Dengan kata lain, pengadaannya menjadi lebih efektif dan lebih efisien. Karena tujuan juga dianggap sebagai kondisi yang lebih baik, istilah pembangunan juga dapat dipandang dalam hubungan sebagai kata sifat. Sebagai kondisi yang lebih baik, tujuan pembangunan menjadi yang diinginkan (desirable). Persoalannya, diinginkan oleh siapa? Selama pembangunan hanya bermanfaat bagi kelompok kecil yang kuat dan membawa melarat bagi sebagian besar golongan miskin, maka pembangunan menjadi tidak disukai oleh masyarakat.

Masalahnya bukan terletak pada pembangunan itu sendiri, tetapi pada kepentingan siapa yang diwakili oleh pembangunan dimaksud.

Pandangan Tradisional
Pada mulanya upaya pembangunan negara sedang berkembang (NSB) diidentikan dengan upaya meningkatkan pendapatan per kapita, atau populer disebut strategi pertumbuhan ekonomi. Semula banyak yang beranggapan yang membedakan negara maju dengan NSB adalah pendapatan rakyatnya. Dengan ditingkatkan pendapatan per kapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi NSB dapat terpecahkan, misalkan melalui apa yang dikenal dengan dampak merembes kebawah (trickle down efect). Indikator berhasil tidaknya pembangunan semata-mata dari meningkatnya pendapatan nasional (GNP) per kapita riil, dalam arti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional dalam harga konstan (setelah dideflasi dengan indeks harga) harus lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan penduduk. Kecenderungan di atas terlihat dari pemikiran-pemikiran awal mengenai pembangunan, seperti teori Harrod Domar, Arthur Lewis, WW Rostow, Hirschman, Rosenstein Rodan, Nurkse, dan Leibenstein. Meskipun banyak varian pemikiran, pada dasarnya mereka sependapat bahwa kata kunci dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan melakukan industrialisasi. Tak pelak lagi konsep dan strategi pembangunan semacam itu dijiwai oleh pengalaman negaranegara Eropa. Inilah disebuteurocentrism, Eropa Sentris, dalam pemikiran awal tentang pembangunan (Hettne,1991). Paham developmentalis gaya eropa ini ditandai dengan munculnya kapitalisme, naiknya masyarakat borjuis sebagai kelas sosial yang dominan, relatif berhasilnya revolusi industri, dan diperkenalkannya perumbuhan sebagai ide perkembangan masyarakat. Tradisi pemikiran arus utama (mainstream) Eropa diterjemahkan lebuh lanjut oleh: 1. Model Liberal: mendasarkan diri pada berlangsungnya mekanisme pasar, industrialisasi yang bertahap, dan perkembangan teknologi. 2. Strategi Kapitalis Negara: merupakan reaksi terhadap paradigma modernisasi. 3. Model Soviet: merupakan pembangunan lebih lanjut dari strategi kapitalis negara, yang nampaknya diilhami oleh kisah sukses Soviet dalam program industrialisasinya. 4. Keynesianisme: merupakan manifestasi dari kapitalisme yang telah mencapai tahap dewasa, yang intinya mengehendaki campur tangan pemerintah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2

Sekitar tahun 1960, ketika data makro yang dapat diperbandingkan secara internasional telah tersedia, Madison, Denison dan para ahli lain menemukan bahwa perbedaan dalam pembentukan modal dan faktor input tidak banyak menjelaskan mengapa timbul perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi. Ternyata baru disadari ada banyak faktor yang tadinya dianggap residual, ternyata ikut berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Residual disini dikaitkan dengan investasi modal manusia dengan kemajuan teknologi. Pentingnyainvestment in man, yang menekankan peranan faktor pendidikan dan budaya, merupakan tahap pertama menuju kosep pembangunan yang semakin tidak murni ekonomi lagi. Pembangunan pun semakin disadari tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi multi dimensi.

Tahap-Tahap Pertumbuhan Rostow


Menurut ajaran Rostow, perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Seperti yang diungkapkan sendiri oleh profesor Rostow pada bab pembuka bukunya yang berjudul The Stages Of Economic Growth : kita dapat mengidentifikasikan semua masyarakat atas dasar dimensi-dimensi ekonomi mereka. Setiap masyarakat pasti terletak dalam salah satu dari lima tahapan ekonomi yang ada, yakni : tahapan masyarakat tradisional, penyusunan kerangka dasar tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan berkesinambungan yang berlangsung secara otomatis, tahapan tinggal landas, tahapan menuju kematangan ekonomi, dan tahapan konsumsi massal yang tinggi...paparan tahapan ini, pada asarnya merupakan sebuah teori pertumbuhan ekonomi dan dalam cakupan yang lebih umum, meskipun ini memang belum lengkap, merupakan teori tentang sejarah modern secara keseluruhan.

a. Tahapan Masyarakat Tradisional


Menurut Rostow, yang dimaksudkan dengan masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai oleh cara produksi yang relatif masih primitif yang didasarkan pada ilmu dan tehnologi pra-Newton dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut telah turun menurun. Dalam suatu masyarakat trasidional, menurut Rostow, tingkat produktivitas per pkerja masih rendah. Oleh karena itu sebagian sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor pertanian ini, strukur sosialnya bersifat hirarkis yaitu mobilitas vertikal anggota masyarakat dalam struktur sosial kemungkinannya sangat kecil. Maksudnya adalah bahwa kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dangan nenek moyangnya. Sementara itu kegiatan politik dan pemerintah pada masa ini digambarkan Rostow dengan adanya kenyataan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, tetapi pusat kekuasaan politik di daerah-daerah berada di tangan para tuan tanah yang ada 3

didaerah tersebut. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh perundingan para tuan tanah di daerah tersebut.

b. Tahap Prasyarat Tinggal Landas


Pembangunan ekonomi menurut Rostow adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem politik, struktur sosial, sistem nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya. Jika perubahanperubahan itru terjadi, maka bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sudah terjadi. Jika suatu masyarakat sudah mencapai pertumbuhan yang demikian sifantnya, dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering terjadi, maka masyarakat tersebut bisa dikatakan berada pada tahap prasyarat tinggal landas. Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self sustained growth). Menurut Rostow , pada tahap ini dan selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Tahap prasyarat tinggal landas ini memiliki dua corak, yakni : 1. Tahap prasyarat tinggal landas yang dialami oleh negara-negara Eropa, asia, Timur-tengah, dan afrika, dimana tahap ini dicapai dengan perombakkan masyarakat tradisional yang sudah lama ada. 2. Tahap prasyarat tinggal landas yang dicapai oleh negara negara yang born free (menurut Rostow) seperti Amerika Serikat, Kanada, australia, Selandia Baru, dimana negara-negara tersebut mencapai tahap tinggal landas tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional . Hal ini dikarenakan sifat masyarakat negara-negara tersebut yang terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat untuk prasyarat tinggal landas. Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh perubahanperubahan lain dalam masyarakat. perubahan-perubahan itulah yang akan memungkinkan terjadinya kenaikan tabungan dan penggunaan tabungan itu sebaik-baiknya. Perubahan yang dimaksud disini adalah misalnya kemampuan masyarakat untuk menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan-penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi. Dan harus ada pula yang dapat memodernisir cara produksi dan harus didukung pula dengan adanya kelompok masyarakat yang menciptakan tabungan dan meminjamkannya kepada wiraswasta(entrepreneurs) yang inovatif untuk meningkatkan produksi dan produktifitas. Selain hal-hal yang telah dijelaskan d atas, Rostow menekankan pula bahwa kenaikan tingkat investasi hanya mungkin terjadi jika tercipta perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan disektor pertnian, pertambangan, dan prasarana harus terjadi bersama-sama dengan

proses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomianya memungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembngan di sektor pertambangan. Menurut Rostow, kemajuan sektor pertanian mempunyai peran penting dalam masa peraluhan sebelum tahap tinggal landas. Peranan sektor pertanian tersebut antara lain : Menjamin penyediaan bahan makanan bagi seluruh penduduk di pedesaan maupun perkotaan. Hal ini menjamin penduduk agar tidak kelaparan dan menghemat devisa karena impor bahan makanan bisa dihindari. Memperluas pasar dari berbagai kegiatan industri. Memperluas pasar industri barang-barang konsumsi Memperluas pasar industri- industri penghasil input pertanian modern seperti mesin mesin pertanian dan pupuk kimia Menaikkan penerimaan pemerintah melalui pajak sektor pertanian Menciptakan tabungan yang bisa digunakan di sektor-sektor lainnya. Sementara pembangunan prasarana, menurut Rostow, bisa menghabiskan sebagian besar dari dana investasi. Investasi di bidang prasarana ini memiliki 3 ciri yaitu: - Tenggang waktu antara pembangunannya dan pemetikan hasilnya (gestation period) sangat lama, - Pembangunannya harus dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan biaya yang banyak, - Dan manfaat pembangunannya dirasakan oleh masyarakat banyak. Berdasarkan sifat-sifat inilah maka pembangunan prasarana harus dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu, Rostow juga menunjukkan bentu perubahan dalam kepemimpinan pemerintah dari masyarakat yang mengalami transisi. Untuk menjaminterciptanya pembangunan yang teratur, suatu kepemimpinan yang baruharuslah mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif (reactive nationalism) yaitu bereaksi secara positif atas tekanan- tekanan dari negara maju.

c. Tahap Tinggal Landas


Pada tahap tinggal landas ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akibat dari perubahanperubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-ibnovasi dan peninkatan investasi. Investasi yang tinggi akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.

d. Tahap Menuju Kedewasaan


Tahap menuju kedewasaan ini menurut Rostow di artikan sebagai masa dimana masyarakat sudah secara efeltif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan produksi. Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin baruakan muncul menggantikan sektor pemimpin lama yang akan mengalami kemunduran dimana sektor pemimpin yang baru ini 5

coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap lepas landas yang terjadi, dan juga oleh kebijaksanaan pemerintah. Dalam menganalisis karakteristik tahap menuju kedewasaan, Rostow menekankan analisisnya kepada corak perubahan sektor pemimpin di beberapa negara yang sekarang sudah maju. ia juga menunjukkan bahwa perubahan sektor pemimpin pada tiap-tiap negara tersebuta adalah berbeda dengan pada tahap tinggal landas.

e. Tahap Konsumsi Tinggi


Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan ekonomi Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi. Pada tahap ini ada 3 macam tujuan masyarakat (negara) yaitu : 1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain. 2. Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state)dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang rogresif 3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) menjadi meliputi pula barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah. Menurut sejarah, Amerika Serikat adalah negara yang pertama yang mencapai tahap konsumsi tinggi ini yaitu pada tahun 1920, kemudian disusul oleh inggris pada tahun 1930-an, Jepang dan eropa Barat lainnya pada tahun 1950-an, dan Rusia setelah kematian Stalin.

2) Model Pertumbuhan Harrod-Domar


Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori HarrodDomar ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Teori Harrod-Domar ini memiliki beberapa asumsi, diantaranya adalah : 1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yng terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2. Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.

4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS), ratio modal output (capital out ratio put= COR) dan rasio pertambahan modal output (incremental capital output ratio = ICOR) besarnya tetap.

Kendala dan Batasan


Berdasarkan teori Harrod-Domar, maka kita akan mengetahui bahwa taktik yang paling mendasar bagi pertumbuhan ekonomi adalah dengan cara meningkatkan bagian dari pendapatan nasional untuk ditabung yaitu memperbesar bagian dari pendapatan nasional yang tidak dikonsumsi. Hambatan utama atau kendala terhadap kemajuan pertumbuhan ekonomi menurut teori ini adalah relatif terbatasnya peluang pembentukkan modal-modal baru , apalagi di negara-negara miskin. Itulah sebabnya mengapa pemikiran inti kendala modal yang dikemukakan oleh aliran pendekatan pertumbuhan dan pembangunan bertahap dijadikan alat pembenaran dan dimanfaatkan sebagai dalih oportunistis untuk mengabsahkan pengaliran modal dan bantuan teknis secara besar-besaran dari negara-negara maju ke sejumlah negara berkembng. Dengan demikian, menurut pemikiran ini, dalam rangka menciptakan kemajuan ekonomi bersama, maka program pemberian bantuan teknis dan finansial secara besar-besaran seperti Marshall Plan harus diadakan lagi, kali ini khusus untuk negara-negara terbelakang di Dunia Ketiga. Kritik Terhadap Model Pertumbuhan Bertahap Meskipun nampak menarik, namun gagasan-gagasan dasar tentang pembangunanyang terkandung dalam teori-teori pertumbuhan bertahap tersebut tidak selalu berlaku. Alasannya yang utamanya adalah karena dalam kenyataannya telah terbukti bahwa pengadaan tabungan dan investasi saja belum cukup menjadi syarat pemacu pertumbuhan ekonomi. Bila ditarik dari dasar yang dijadikan acuan yakni Marshall plan, maka program ini bisa dikatakan berhasil di Eropa karena eropa penerima bantuan tersebut sudah memiliki atau sanggup memenuhi syarat-syarat struktural, institusional, dan sikap-sikap yang diperlukan ( misalnya, adanya pasar-pasar komoditi dan pasar-pasar uang yang telah terintegrasi dengan baik, tersedianya fasilitas transportasi yang memadai, tenaga kerja yang terlatih dan terdidik dengan baik , motivasi yang berhasil dan birokrasi pemerintahan yang efisien) untuk mengubah modal baru secara efektif dan efisien menjadi oitput yang besar dan lebih tinggi daripada sebelumnya. Model pembangunan Rostow dan Harrod-domar secara implisit ternyata mengasumsikan adanya sikap sikap dan pengaturan yang sama di negara terbelakang . akan tetapi asumsi ini tidak sesuai dengan kenyataannya. Karena negara-negara tersebut masih sangat kekurangan faktor-faktor komplementer yang penting seperti misalnya kecakapan manajerial, tenaga kerja yang terlatih, kemempuan perencanaan, danm pengelolaan berbagai proyek pembangunan, dan lain sebagainya.

Bahkan bisa dikatakan bahwa teori-teori pertumbuhan bertahap ini telah gagal total dalam memperhitungkan berbagai kenyataan penting lainnya. Antara lain, bahwasanya negaranegara Dunia Ketiga sekarang ini merupakan bagian integral dari suatu sistem internasional yang sedemikian rumit dan interkatif, sehingga strategi-strategi pembangunan yang paling hebat dan terencana dengan matang sehingga sekalipun dapat dimentahkan begitu saja oleh kekuatankekuatan asing yang keberadaan dan sepak-terjangnya sama sekali di luar kendali negra-negara yang bersangkutan.

Teori-teori perubahan struktural


a. Teori pembangunan Lewis
Salah satu model teoritis tentang poembangunan yang paling terkenal memusatkan perhatiannya pada transformasi struktural suatu perekonomian subsisten, mula-mula dirumuskan oleh W. Arthur Lewis. Menurut teori pembangunan yang diajukan Lewis, perekonomian yang terbelakanterdiri dari dua sektor ( model dua-sektor Lewis), yakni : (1) sektor tradisional, yaitu sektor pedesaan subsisten yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol- yang merupakan indikator situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan surplus tenaga kerja sebagai suatu fakta bahwa sebagian tenaga kerja tersebut ditarik dari sektor pertanian dan sektor itu tidak akan kehilangan outputnya sedikitpun. (2) sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penmpungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten.perhatian utama model ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor yang modern. Lewis mengemukakan dua asumsi mengenai sektor trsdisional. Yang pertama adalah adanya surplus tenaga kerja atau MPLA sama dengan nol. Kedua, bahwasanya semua pekerja di daerah pedesaan menghasilkan output yang sama sehingga tingkat upah riil di daerah pedesaan ditentukan oleh tingkat produktivitas tenaga kerja rata-rata, bukannya produktivitas tenaga kerja marjinal (seperti pada sektor modern)

b. Kritik Terhadap Model Lewis


Meskipun model dua sektor Lewis ini sudah cukup jelas dan secara umum sudah sesuai dengan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi modern negara-negara Barat, namun tiga dari asumsi-asumsi utamanya ternyata sama sekali tidak cocok dengan kenyataan institusional ekonomis di sebagian besar negara-negara dunia ketiga.

Asumsi pertama, model ini secara implisit mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja di sektor modern pasti sebanding dengan tingkat akumulasi modal sektor modern. Semakin cepat tingkat akumulasi modalnya, maka akan semakin tinggi tingkat pertumbuhan sektor modern dan semakin cepat pula penciptaan lapangan kerja baru. Akan tetapi apa yang akan terjadi apabila keuntungan para kapitalis tersebut justru diinvestasikan kembali dalam bentuk barang-barang modal yng lebih canggih dan lebih hemat tenagakerja, bukan pada barang modal yang sebenarnya hanya merupakan duplikasi dari modal yang sudah ada sebelumnya seperti yang diasumsikan leh Lewis?. Asumsi kedua adalah adanya dugaan bahwa di pedesaan terjadi kelebihan tenaga kerja, sedangkan di daerah perkotaan terjadi penyerapan faktor-faktor produksi secra optimal. Namun, hasil dari sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa keadaan sebaliknyalah yang lebih mungkin terjadi didunia ketiga yaitu seperti jumlah pengangguran di perkotaan cukup besar tetapi hanya sedikit surplus tenaga kerja di pedesaan. Dugaan tersebut memang ada pengecualiannya pada at tertetu yakni ketika adanya arus pekerja musiman dan perpindahan permanen penduduk secara geografis. Aka tetapi para hli ekonomi pembangunan saat ini telah sepakat bahwa asumsi surplus tenaga kerja di perkotaan secara empiris lebih tepat daripada asumsi sebaliknya yang dikemukakan Lewis. Asumsi ketiga yaitu dugaan tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif di sektor modern akan menjamin keberadaan upah riil di perkotaan yang konstan sampai pada suatu titik dimana surplus penawaran tenaga kerja habis terpakai, tidak dapat diterima. Pada tahun sebelum 1980-an, salah satu ciri yang mengesankan dari penentuan tingkat upah pasar tenaga kerja perkotaan di hampir semua negara berkembang adalah upah yang diberikan cenderung meningkat sangat besar dari waktu ke waktu, baik secara absolut maupun secara relatif, yakni apabila dibandingkan dengan pendapatan di daerah pedesaan. Dapat disimpulkan bahwa apabila kita memperhitungkan adanya bias penghematan tenaga kerja pada sebagian besar pada sebagian alih teknologi modern, adanya sejumlah pelarin modal ke luar negeri, tidak adanya surplus tenaga kerja di daerah pedesaan , semakin merajalelanya surplus tenaga kerja di daerah perkotaan, dan terus bertahannya kecenderungan peningkatan upah secara cepat pada sektor modern, bahkan juga di tengah terjadinya pengangguran terbuka, model dua sektor ini memang harus ada perubahan baik itu dari segi asumsi-asumsi dan analisisnya.

You might also like