You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh 3 stadium, yakni : 1) stadium inkubasi sekitar 10-12 hari dengan sedikit tanda-tanda atau gejalagejala, 2) stadium prodromal dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat, dan 3) stadium akhir dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam yang tinggi. (Nelson) Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Virus morbili secara alami hanya menginfeksi manusia dan binatang yang menyusui. Virus morbilli mempunyai persamaan yang paling dekat dengan Rinderpestvirus yang merupakan virus pathogen pada sapi dan diperkirakan virus ini berkembang dalam lingkungan dimana sapi dan manusia hidup bersama. 1 Morbilli merupakan penyakit endemic pada sebagian besar dunia. Morbili sangat menular, sekitar 90% berasal dari kontak keluarga yang rentan mendapat penyakitbserta sering menimbulkan komplikasi yang serius. Hampir semua anak di bawah usia 5 tahun di Negara berkembang akan terserang penyakit ini, sedangkan di negara maju biasanya menyerang anak usia remaja atau dewasa muda yang tidak terlindungi oleh imunisasi. 1,2 Pada tahun 1960-an di Amerika, morbilli merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian 400 balita setiap tahunnya. Di Indonesia penyakit morbilli pernah menyebabkan wabah serius di pulau Lombok dengan kematian 330 anak diantara 12.107 kasus dan juga pada pulau Bangka dengan kematian 65 diantara 407 kasus, wabah juga terjadi di daerah-daerah lainnya seperti Palembang, Madura, Lampung, dan Bengkulu. 123

Penyakit morbili sebenarnya bukan penyakit yang berakibat fatal apabila menyerang anak-anak yang sehat dan bergizi baik, namun apabila dinegara dimana anak yang menderita kurang gizi sangat banyak, morbilli merupakan penyakit yang berakibat fatal dan menyebabkan kematian sampai 5-12 %. Gejala morbilli agak sulit di deteksi secara dini, dikarenakan gejala yang ditimbulkan seperti batuk, pilek, dan demam yang menyerupai gejala flu biasa. Munculnya bercak merah dikulit pun hamper menyerupai bercak merah yang diakibatkan keracunan obat atau alergi karena dingin. 124 B. Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami penyakit morbilli dari mulai definisi, epidemiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, sampai dengan penatalaksanaan dan pencegahannya. b. Tujuan Khusus Sebagai syarat ujian stase ko-assisten bagian Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Morbili adalah penyakit infeksi virus akut menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral (prodromal), b. stadium erupsi, c. stadium konvalesensi. B. Etiologi Penyebab morbili adalah virus RNA dari family Paramyxovirus yaitu genus morbilivirus. Virus morbilli terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan ialah melalui droplet dan kontak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus ini sangat sensitive terhadap panas dan dingin serta dapat diinaktifkan pada suhu 300C dan -200C, sinar ultraviolet, eter, ripsin dan betapropilakton. nelson Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul. Penyebaran virus maksimal terjadi melalui tetesan-tetes semprotan selama stadium kataral (masa prodromal). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan dapat terjadi sebelum hari ke 7. Tindakan pencegahan isolasi terutama di Rumah Sakit atau institusi lain, harus dipertahankan dari hari ke-7 sesudah pemajanan sampai hari ke-5 sesudah ruam muncul. C. Epidemiologi Campak adalah endemic pada sebagian besar dunia. Dahulu, epidemic cenderung terjadi secara ireguler, tampak pada musim semi di kota-kota besar

dengan interval 2 sampai 4 tahun. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga bayi dapat menderita morbili. Bila ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita penyakit ini setelah bayi dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus. Bila ibu hamil menderita morbili pada trimester pertama, kedua, atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. D. Patologi Lesi esensial campak terdapat di kulit, membrane mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuclear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya ada hyperplasia jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multinukleus berdiameter sampai 100 m (sel raksasa Warthin-Finkeldey) dapat ditemukan. Di Kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrane mukosa trakeobronkial. Pneumotitis interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinasi perivaskuler pada daerah otak dan medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut Dawson (subacute sclerosing panencephlitis (SSPE), dapat ada degenerasi korteks dan substansi putih (alba) dengan benda-benda inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik.

Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lender nasofaring, bronkus dan konjungtiva. E. Gejala Klinis Masa tunas penyakit morbili ialah 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu: 1. Stadium kataral (prodromal) Stadium ini biasanya berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadangkadang terdapat macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2. Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk macula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal dan muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya.

Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang, selain itu terdapat juga sedikit splenomegali. Tidak jarang juga disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. F. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan atas gejala dan tanda-tanda sebagai berikut : Anamnesis 1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek, nyeri menelan, harus dcurigai atau didiagnosis banding morbilli. 2. Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan. 3. Dapat disertai diare dan muntah. 4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, ptekie, ekimosis. 5. Anak yang beresiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbilli (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi morbilli. Pemeriksaan fisik 1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda tanda nasofaringitis dan konjungtivitis. 2. Pada umunya anak tampak lemah. 3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).

4.

Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam

makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian ke seluruh tubuh. F. Diagnosis Banding 1. German measles (rubella) dibandingkan morbilli. Penyakit ini lebih ringan daripada morbilli. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, demam ringan, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga. Ruam morbilli tampak halus yang diawali pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam 3 hari serta kurang mencolok daripada ruam morbilli sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit. 2. Eksantema subitum Penyakit ini disebabkan oleh virus dan biasanya muncul pada bayi berusia 6-36 bulan. Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal, ruam tidak mencolok, dan tidak mengenai muka sedangkan hal tersebut sangat khas untuk campak. Rubeola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari morbilli dimana ruam dari roseola infantum tampak ketika demam menghilang, walaupun batuk ada. 3. Infeksia ricketsia Ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada morbilli khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat dan juga tidak diketemukannya bercak koplik. G. Komplikasi Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum sehingga dapat terjadi anergi (uji tuberculin yang semula positif menjadi negative). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis dan bronkopnemonia. Bronkopnemonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus, streptococcus, dan staphylococcus. Bronkopnemonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun (missal: tuberculosis), leukemia dan lain-lain.

Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili hidup (ensefalitis morbili akut) pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif (immunosuppressive measles encephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan sisa deficit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000. SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit ini progesif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Disertai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagian penderita meninggal dunia dalam 6 bulan-3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih bias terjadi. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE dapat timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10 juta, sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10 juta. Immunosuppressive measles encephalopathy didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif. Diafrika didapatkan kebutaan pada anak yang menderita malnutrisi. Komplikasi campak menjadi lebih berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang berumur lebih kecil. Komplikasi-komplikasi tersebut diantaranya : 1). Diare yang diikuti dehidrasi

2). Otitis media 3). Laringotrakeobronkitis (croup) 4). Bronkopneumonia 5). Ensefalitis akut, terjadi pada 2-10/10000 kasus dengan angka kematian10-15%. 6). Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), yang merupakan suatu proses degenerative susunan saraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorasi tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi campak onset lambat. Terjadi pada 1/25000 kasus, menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. H. Pengobatan Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila terjadi kejang. Dan pemberian vitamin A. Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu >39.00), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi. Tanpa komplikasi a. Pasien dirawat di ruang isolasi b. Tirah baring ditempat tidur c. Vitamin A 100000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. d. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi. Pengobatan dengan komplikasi Ensefalopati a. Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari/ dan ampisillin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari

b. Kortikosteroid : deksamethason 1mg/kgbb/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5 g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tapering off) c. Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit. Bronkopneumonia a. Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisillin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari. b. Oksigen 2 liter/menit c. Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit. Enteritis Lakukan koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi. Pemantauan/monitoring a. Pada kasus campak dengan komplikasi bronchopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberculin setelah 1-3 bulan penyembuhan. b. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk, konsultasi pada divisi nutrisi dan metabolik. c. Pantau tumbuh kembang sesuai usia. Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. I. Prognosis Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. H. Pencegahan Dilakukan dengan pemberian live attenuated measles vaccine. Mula-mula digunakan strain Edmonston B, tetapi karena strain ini menyebabkan panas tinggi dan eksantem pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh setelah vaksinasi, maka

vaksin Edmonston B diberikan bersama-sama dengan globulin-gama pada lengan yang lain. Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan globulin-gama. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibody secara baik karena masih ada antibody dari ibu. Tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberculosis diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas. Vaksin tersebut di atas dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap telur, karena vaksin morbili ini ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang secara antigen adalah berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu penyakit alergi sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili juga dapat diberikan kepada penderita tuberculosis aktif yang sedang mendapat tuberkulostatika. Vaksin morbili tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak dengan tuberculosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif. Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja atau sebagai vaksin measles-mumps-rubella (MMR). Bila seseorang telah mendapat immunoglobulin atau transfuse darah maka vaksinasi dengan vaksin morbili harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak dengan infeksi saluran pernafasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai demam, anak dengan defesiensi imunologik, anak yang sedang diberi pengobatan intensif dengan obat imunosupresif. Apabila sudah terpapar kontak infeksi lebih dari 72 jam, namun kurang dari 7 hari dapat diberikan NHIG (Normal Human Immunoglobulin). Pemberian

antibody ini mempunyai kekurangan karena imunitas yang diberikan bersifat sementara yaitu 3-4 minggu. Profilaksi dengan NHIG sebaiknya dalam 5 hari setelah mendapat paparan infeksi virus, terutama diberikan kepada : 1. Penderita immunocompromized yang berat 2. Wanita Hamil dengan IgG campak yang negative 3. Anak berumur antara 6-9 bulan 4. Anak berumur kurang dari 6 bulan bila ibunya didiagnosis menderita penyakit campak atau seronegatif. 5. Anak yang mempunyai indikasi kontra untuk mendapat vaksin campak hidup.

You might also like