You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Radiologi adalah ilmu kedokteran gigi untuk melihat bagian dalam tubuh

manusia mengunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Dalam dunia kedokteran gigi radiologi juga digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa, biasa disebut sebagai Dental Radiology. Dental radiograph ini memegang peranan yang penting dalam menegakkan diagnosa, merencanakan perawatan dan mengevalusi hasil perawatan (Margono, 1998). Dental radiology terutama membantu dalam penegakan diagnosa pada kondisi yang tidak dapat ditegakan hanya dengan pemeriksaan klinis saja, sehingga peranan dental radiology sebagai pemeriksaan penunjang. Pada kasus dalam klinik dokter gigi akan banyak dijumpai kondisi penegakan diagnosa, perencanaan perawatan dan evaluasi hasil perawatan yang membutuhkan radiogram, misalnya pada kasus perawatan endodontik, penyakit periapikal, penyakit periodontal, TMJ disorder, fraktur maksilofacial, fraktur mandibula, anomali gigi dan hampir semua bidang dalam kedokteran gigi membutuhkannya (Heiserman, tahun tidak diketahui). Pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai dental radiology dan kaitannya dalam membantu penegakan diagnosa pada kasus anomali gigi dimana pada beberapa anomali gigi ada yang secara nyata diagnosanya dapat ditegakan dengan pemeriksaan klinis dan ada yang tidak. Dental radiology juga dibutuhkan untuk perencanaan perawatan pada beberapa kasus anomali gigi.

1.2

Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pada

kesempatan kali ini kamu akan membahas mengenai: 1. 2. Dental radiology dan teknik-teknik yang digunakan, Anomali gigi dan secara khusus membahas mengenai dens invaginatus, mulberry molar dan microdontia (peg shape),

3.

Laporan kasus pasien dengan multiple dens invaginatus, mulberry molar dan microdontia serta tampilan panoramik radiogramnya,

4. 5.

Analisis kasus dan interpretasi radiogram, Analisis mengenai teknik pemilihan dental radiology terhadap kebutuhan diagnosa anomali gigi.

1.3

Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui berbagai

macam teknik radiografi yang dapat dilakukan dalam bidang kedokteran gigi beserta peranannya dalam penegakkan diagnosa khususnya pada kasus anomali gigi. Proyeksi intra oral dan ekstra oral meskipun terlihat sederhana, sesungguhnya dapat memberikan informasi diagnostik lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan klinis yang maksimal. Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari pembuatan laporan ini, adalah : 1. Dapat mengetahui fungsi radiograf intraoral dan ekstraoral khususnya dalam penegakkan diagnosa anomali gigi. 2. 3. Dapat menentukan teknik terbaik untuk pemeriksaan anomali gigi. Dapat membandingkan hasil radiogram dari teknik yang berbeda dan menentukan kelebihan maupun kekurangannya dalam penegakkan diagnosa anomali gigi.

1.4

Metodologi Metode penulisan yang digunakan dalam laporan ini adalah studi pustaka.

Diawali dengan mencari jurnal berdasarkan tema yang kami dapatkan mengenai radiologi dan anomali gigi. Setelah mendapatkan rumusan masalah, kami mencurahkan pemikiran dan pendapatnya, kemudian kami mengumpulkan data dan informasi dari sumber yang credible seperti buku referensi, website pemerintah, dan artikel yang ditulis oleh orang yang ahli di bidangnya. Data dan informasi yang didapat kemudian direduksi dan didiskusikan, hasil diskusi dituangkan dalam bentuk laporan kelompok.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Laporan Kasus Dens in dente, biasa dikenal dengan dens invaginatus dan melebarnya

senyawa odontoma, adalah suatu malformasi yang terjadi pada gigi susu, permanen, atau gigi supernumerary yang ditandai dengan invaginasi yang mendalam dari permukaan mahkota atau akar yang ditutupi enamel. Kelainan morfologi gigi ini umumnya mempengaruhi gigi seri lateral rahang atas tapi beberapa kasus dens invaginatus telah dilaporkan dalam literatur. Seorang pasien wanita berusia 15 tahun dilaporkan di sini memiliki lima gigi invaginatus: empat diantaranya ditemukan pada gigi insisiv permanen rahang bawah (32,31,41,42) dan satu di gigi permanen insisivus kiri atas pertama (21), ada tambahan temuan gigi yang di amati; gigi permanen molar kiri rahang bawahnya (36) berbentuk murbei, molarization beberapa premolar, beberapa gigi mengalami microdontic (berbentuk kerucut; 11, 24, 26, 34, dan 43), retensi empat gigi susu (53, 52, 62, 63), kehadiran kuman (mikroorganisme) pada gigi permanen, sebuah molar macrodontic dengan akar abnormal (47) dan beberapa radiolusen periapikal yang berhubungan dengan kasus invaginatus (21). Tidak ada temuan riwayat keluarga dengan gigi serupa terhadap pengamatan yang dilakukan pada pasien.

Gambar 1. Tampilan intraoral RA (sumber: )

Gambar 2. Tampilan intraoral RB (sumber: )

2.2

Dental Radiology Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi

pengion dan bentuk-bentuk energi lainnya (non pengion) dalam bidang diagnostik dan terapi, yang meliputi energi pengion yang dihasilkan oleh generator dan bahan radioaktif seperti sinar x (Rasad, 2008). Kedokteran gigi sendiri mempunyai cabang ilmu radiologi yang biasa dikenal dengan dental radiology yang berguna untuk mendukung suatu diagnosis dalam pemeriksaan. Di dalam dental radiology terdapat dua metode penyinaran yaitu intra oral dan ekstra oral berdasarkan penempatan filmnya. Pada intra oral, filmnya diletakkan di dalam rongga mulut pasien selama proses penyinaran, sedangkan pada ekstra oral, filmnya diletakkan di luar rongga mulut pasien dan biasanya berbentuk cassette.

2.1.1 Metode intra oral Metode ini terdapat tiga jenis, yaitu : A. Periapical radiography (radiografi periapikal) Radiografi periapikal berguna untuk menunjukkan gigi geligi secara individual dan jaringan di sekitar apeks gigi. Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal, status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya. Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik, yaitu

a. Paralleling technique Pada teknik ini film ditempatkan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar dengan sumbu gigi. Tubehead diarahkan pada sebelah kanan gigi dan film secara sejajar

Gambar 3. Prinsip kejajaran antara tubehead, gigi dan film pada teknik paralleling (sumber: Whaites ,2003: 92) b. Bisecting angle technique Pada teknik ini tidak mempergunakan pegangan film (film holder) sehingga untuk memposisikan film pada rongga mulut menggunakan jari pasien. Sudut antara sumbu gigi dan sumbu film kira-kira membagi mentally

Gambar 4. Peletakan salah satu sisi film pada insisal gigi sehinggat terbentuk vertical angulation (sumber: Whaites, 2003: 100)

Kedua

radiografi

periapikal

ini

mempunyai

kelebihan

dan

kekurangannya masing-masing. Pada tehnik paralleling sedikit terjadi kesalahan seperti distorsi dibandingkan teknik bisecting angle, namun dengan penggunaan pegangan film ( film holder) sering membuat pasien merasa tidak nyaman. paralleling dan bisecting angle. Berikut perbandingan antara teknik

Gambar 5. Perbandingan gambaran radiografik dengan teknik paralleling (A) dan bisecting angle (B) (sumber: Whaites, 2003: 107)

B. Bitewing technique Teknik ini berguna untuk melihat mahkota gigi posterior rahang atas dan rahang bawah dalam satu film. Pada teknik ini tidak menggunakan film holder melainkan dengan menggigit sayap (wing) dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut. Dengan menggunakan teknik ini dapat mengetahui satuts jaringan periodontal dan efektif untuk mendeteksi deposit kalkulus pada interproksimal.

Gambar 6. Posisi film pada gigi posterior dalam teknik bitewing (sumber: Whaites, 2003: 116) C. Occlusal technique Teknik ini berguna untuk melihat gigi dari bidang oklusal. Dengan teknik dapat tergambar gingival sehingga bisa melihat keadaan patologis gigi atau rahang pada arah buko-lingual, posisi gigi terletak di dalam atau luar lengkung gigi, fraktur dan letak kelainan dari penyakti sialolithiasus. Penggunaanya dengan menggigit film selama penyinaran. Teknik ini mempunyai beberapa cara terkait dengan letaknya, yaitu : a. Maxillary occlusal projection Teknik ini berguna untuk memperlihatkan gambaran radiografik bagian maksila. Terdapat 3 jenis teknik maxillary occlusal projection, yaitu : (i) Upper Standar Occlusal Pada teknik ini film diletakkan pada bidang oklusal gigi dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula kemudian film digigit secara perlahan untuk fiksasi.

Gambar 7. Gambaran radiografik menggunakan teknik Upper Standar Occlusal (sumber: Whaites, 2003: 124) (ii) Upper Oblique Occlusal Pada teknik ini dihasilkan gambaran yang sedikit berbeda dengan Upper Standar Occlusal. Gambaran radiografiknya hanya meliputi gigi-gigi dari insisif lateral hingga molar tiga pada satu sisi atau pada sisi yang dikehendaki saja.

Gambar 8. Gambaran radiografik menggunakan teknik Upper Oblique Occlusal (sumber: Whaites, 2003: 125) (iii) Vertex Occlusal Pada teknik ini film diletakkan pada bidang oklusal gigi dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula kemudian film digigit secara perlahan untuk fiksasi. Gambaran radiografik yang terlihat adalah maksila dengan jaringan di sekitarnya sehingga dapat menentukan posisi bukal/palatal gigi yang tidak erupsi/impaksi.

Gambar 9. Gambaran radiografik menggunakan teknik Vertex Occlusal (sumber: Whaites, 2003: 127) b. Mandibular Occlusal Projection Teknik ini berguna untuk memperlihatkan gambaran radiografik bagian mandibular. Terdapat 3 jenis teknik mandibular occlusal projection, yaitu : (i) Lower 90o Occlusal Pada teknik ini film diletakkan pada bidang oklusal gigi dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula kemudian film digigit secara perlahan untuk fiksasi. Dengan teknik ini terlihat gambaran radiografik oklusal mandibula, jaringan lunak mulut terlihat radiolusen. Pada teknik ini tubehead diarahkan ke ramus mandibula 90o

Gambar 10. Gambaran radiografik menggunakan teknik Lower 90o Occlusal (sumber: Whaites, 2003: 128)

(ii)

Lower 45o Occlusal Pada teknik ini film diletakkan pada bidang oklusal gigi dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula kemudian film digigit secara perlahan untuk fiksasi. Namun yang membedakan adalah tubehead diarahkan ke ramus mandibula 45o . Gambaran radiografik ini dapat berguna untuk melihat keadaan periapikal insisif mandibula dan melihat luasnya fraktur pada anterior mandibula secara vertikal

Gambar 11. Gambaran radiografik menggunakan teknik Lower 45o Occlusal (sumber: Whaites, 2003: 129) (iii) Lower Oblique Occlusal Pada teknik ini film diletakkan pada bidang oklusal gigi dengan bagian distal film menyentuh ramus mandibula kemudian film digigit secara perlahan untuk fiksasi. Yang membedakan dengan dua teknik yang lain adalah tubehead diarahkan pada pertengahan film, dari bawah dan belakang angle mandibula sehingga akan terlihat gambaran

radiografik mandibula pada satu sisi saja.

Gambar 12. Gambaran radiografik menggunakan teknik Lower Oblique Occlusal (sumber: White, 2009: 169) 2.1.2 Ekstra oral Dalam radiologi ekstra oral terdapat berbagai teknik, namun yang akan dijelaskan hanya beberapa saja, antara lain: A. Oblique lateral radiography Teknik radiografi ini masih menggunakan dental x-ray walaupun sudah termasuk metode ekstra oral. Biasanya digunakan untuk membuat radiografik pada rahang bawah. Teknik ini dibagi menjadi dua berdasarkan obyek yang di proyeksikan, yaitu : a. Lateral oblique projection of body mandibulae Pada teknik ini posisi tubehead berada di belakang ramus dan diarahkan melewati radiographic keyhole pada sisi yang

berlawanan, berpatokan pada area premolar- molar.

Gambar 13. Arah tubehead dan film pada teknik Lateral oblique projection of body mandibulae (sumber: Whaites, 2003: 135) b. Lateral oblique projection of ramus mandibulae Pada teknik ini posisi tubehead berada di bawah border inferior mandibula langsung pada daerah posterior menuju ke tengahtengah ramus, dengan jarak 2 cm dari border inferior mandibula di regio molar pertama. Gambaran radiografik yang dihasilkan yaitu ramus mandibula sampai dengan condyle di satu sisi, M3 atas dan bawah satu sisi dalam satu film

Gambar 13. Arah tubehead dan film pada teknik Lateral oblique projection of ramus mandibulae (sumber: Whaites, 2003: 136) B. Skull & maxillofacial radiography Teknik ini memberikan gambaran radiografik dari kepala secara lengkap. Biasanya berguna untuk melihat fraktur di daerah kepala atau maksilofasial, dan kelainan pada Temporo Mandibulae Junction (TMJ). Terdapat beberapa cara untuk untuk teknik ini, yaitu :

a.

Cephalometric projection Penggunaan teknik ini untuk melihat hubungan gigi, struktur kraniofasial dan tulang rahang. Teknik ini dibagi menjadi tiga berdasarkan cara penyinarannya, yaitu: (i) PA (Posteroanterior)Cephalometric Pada teknik ini tubehead diputar 90 sehingga arah sinar X tegak lurus pada sumbu transmental (ii) Lateral Cephalometric

Gambar 14. Arah tubehead dan film pada teknik Lateral Cephalometric (sumber: Whaites, 2003: 161) (iii) Oblique Cephalometric Pada teknik ini arah tubehead berasal dari belakang salah satu ramus untuk mencegah terjadinya superimposisi dari sisi mandibula yang satunya. b. Waters Projection Teknik ini merupakan variasi dari gambaran posteroanterior untuk melihat keadaan sinus maksilaris. Film ditempatkan di depan pasien dan tegak lurus dengan midsagital plane. Agar sinus lebih terlihat maka kepala pasien dinaikkan sampai the canthomeatal line membentuk sudut 37o terhadap cassete.

Gambar 15. Gambaran radiografik menggunakan teknik Waters Projection (sumber: White, 2009: 226) c. Submentovertex Projection Pada teknik ini cassette diletakkan sejajar dengan transversal (horizontal) plane pasien dan tegak lurus dengan midsagital plane dan coronal plane. Biasanya teknik ini digunakan untuk melihat keadaan tulang condyl, sphenoid sinus, lengkung mandibula, dinding dari sinus maksilaris dan kemungkinan fraktur di daerah zygomatic

Gambar 16. Gambaran radiografik menggunakan teknik Submentovertex Projection (sumber: Whaites, 2003: 156)

d. Reverse-Towne Projection Pada teknik ini pasien menghadap film dengan ujung dahi dan ujung hidung menyentuh dahi atau biasa disebut forehead-nose position. Tubehead di arahkan ke atas dari bawah occipital dengan membentuk sudut 30o terhadap horizontal dan sinar melewati condyl.

Gambar 14. Gambaran radiografik menggunakan teknik Submentovertex

Projection
(sumber: Whaites, 2003: 151)

C. Panoramic radiography Teknik ini memberi gambaran radiografik dari kedua rahang dan sekitarnya secara menyeluruh dalam satu film. Kegunaan dari gambaran radiografik ini antara lain untuk rencana perawatan ortodonsi, perkiraan lesi-lesi pada tulang, perkiraan molar ketiga dan lainnya. Tubehead dan film pada teknik ini berputar mengitari kepala pasien searah 180 derajat.

Gambar 17. Pergerakan tubehead dan film pada teknik Panoramic radiography (sumber: Whaites, 2003: 181) 2.3 Anomali Gigi Anomali gigi meliputi variasi jumlah, ukuran, erupsi, atau morfologi dari gigi. Anomali dibagi menjadi kelainan perkembangan dan kelainan yang diperoleh. Kelainan perkembangan adalah anomali khusus yang terjadi selama pembentukan gigi. Terdapat kompleksitas dan interaksi yang terlibat dalam perkembangan gigi dimulai dari inisiasi pada minggu keenam dalam rahim. Sebagian besar dianggap cacat diwariskan. Sebaliknya, merupakan kelainan hasil dari perubahan gigi setelah formasi normal, misalnya gigi yang terbentuk abnormal yaitu akar pendek yang merupakan anomali perkembangan sedangkan pemendekan akar gigi normal oleh faktor eksternal dari resorpsi (Pharoah, 2001). Berikut ini adalah beberapa anomali gigi: 1. Dens in Dente atau Dens Invaginatus

Gambar 3. Dens Invaginatus (Sumber: www.google.co.id) Kira-kira 1% dari penduduk mempunyai dens invaginatus, yaitu suatu kelainan perkembangan dimana enamel dan dentin dari mahkota melipat balik dalam arah apikal ke dalam ruang pulpa di sepanjang sisi palatal atau lingual dan sebuah gigi. Ada berbagai tingkatan lipatan balik dan istilah dens in dente yang secara harfiah berarti gigi dalam gigi, seharusnya dipakai hanya untuk bentuk yang paling parah dari kelainan ini. Dens invaginatus biasanya bilateral dan singulum insisivus lateral atas adalah titik invaginasi yang paling sering, diikuti dengan incisivus sentral atas, mesiodens, kaninus, dan incisivus lateral bawah. Secara klinis keadaan tersebut dapat tampak sebagai suatu celah yang dalam ataupun suatu pit lingual yang masuk. Makanan dapat dengan mudah bersarang dalam invaginasi, mengakibatkan karies yang dapat cepat melanjutkan ke nekrosis pulpa dan rahang periapikal. Secara umum, restorasi pencegahan dilakukan jika risiko mengalami karies tinggi. Secara radiografik, terlihat lapisan longitudinal dan bentuk bola lampu dari lapisan enamel, dentin, dan pulpa yang terletak di tengah dalam mahkota gigi. Gangguan tersebut dapat meluas ke apikal sampai mengenai seluruh akar (Langlais, 1998). 2. Mikrodonsia

Gambar 4. Mikrodonsia Lengkap (Sumber: www.google.co.id) Mikrodonsia mengacu pada gigi-gigi tetap yang jauh lebih kecil dari pada normal. Biasanya timbul bilateral dan sering kali merupakan ciri bawaan keluarga. Mikrodonsia dapat terjadi sebagai suatu temuan terpisah, yang melibatkan satu gigi tetap, biasanya gigi incisivus lateral atas. Istilah peg lateral sering dipakai untuk menjelaskan variasi ini karena gigi tersebut berbentuk konus atau pasak. Molar ketiga adalah gigi paling sering kedua yang terlibat dalam hal itu. Jika mikrodonsia terjadi dalam pola menyeluruh, maka dapat menjadi relatif ukuran rahangnya. Mikrodonsia menyeluruh yang sejatinya adalah jarang terjadi jika ukuran rahang normal dan ukuran gigi yang kecil. Mikrodonsia yang menyeluruh dikaitkan dengan dwafisme pituaria atau terapi karsinoma selama tahap pembentukan dari perkembangan gigi. Mikrodon-mikrodon sejati seharusnya dibedakan dari gigi-gigi sulung persistensi yang kecil dan diperiksa tentang adanaya kelainan yang seringkali ada bersamanya yaitu dens in dente.

Gambar 5. Mikrodonsia Sebagian (Sumber: www.google.co.id) 3. Mulberry Molar Ditemukan pada penderita sifilis kongenital yang terjadi akibat infeksi dari ibu melalui plasenta ke janin yang telah mencapai tahap perkembangan gigi tetap. Mulberry molars adalah gigi yang tidak teratur, biasanya mempengaruhi geraham pertama dan ditandai dengan sebuah mahkota imitasi yang cacat seperti namanya, permukaan berbentuk murbei. Geraham sering terlihat pada pasien dengan sifilis kongenital. Gigi molarya berbentuk seperti bulan (moons molar atau dome shaped), permukaan oklusal kasar, banyak cerukan dan tonjolan (mulberry molar). Kelainan ini tampak pada gigi tetap (Sudiono, 2008).

Gambar 6. Mulberry Molar (Sumber: www.google.co.id)

2.4

Analisa Kasus

Interpretasi Panoramik : a. 17 Peg Shape b. 16 Mikrodonsia c. 14 Peg Shape d. 53 Retensi e. 52 Retensi f. 11 Peg Shape g. 63 Retensi h. 24 Peg Shape i. 27 Peg Shape j. 34 Peg Shape k. 33 Peg Shape l. 32 Dens Invaginatus m. 31 Dens Invaginatus n. 41 Dens Invaginatus o. 42 Dens Invaginatus p. 43 Peg Shape q. 44 Peg Shape r. 47 Anomali Radikuler

Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Panoramik merupakan salah satu foto Rontgen gigi ekstraoral, dengan salah satu keuntungannya adalah mempunyai daerah liputan yang luas daripada intraoral, tetapi kekurangannya adalah interpretasi yang kurang detail. Sementara itu foto periapikal merupakan salah satu foto Rontgen gigi intraoral. Foto periapikal memiliki keuntungan dapat memberikan gambaran detail tetapi daerah liputan foto tidak luas hanya terbatas pada beberapa gigi saja. Dengan adanya perbedaan keuntungan dan indikasi pada foto Rontgen gigi menyebabkan ada jenis foto Rontgen yang sering dipakai dan jarang dipakai., maka dari itu kami ingin mengetahui gambaran distribusi teknik foto Rontgen gigi yang sering dan jarang dipakai. Pada pembuatan radiogram ditentukan berdasarkan kebutuhan pasien dan kebutuhan dari rencana tindakan perawatan yang akan dilakukan oleh dokter gigi, dengan memperhatikan asas ALARA (as low as reasonably achievable) yaitu serendah mungkin yang dapat diterima akal sehat. Dengan memperhatikan kebutuhan pasien dalam hal ini adalah dengan meminimalkan radiasi yang dapat diterima oleh pasien pada saat dilakukannya pengambilan objek dengan tanpa mengurangi tujuan dari radiogram yang akan membantu menegakkan diagnosa dan menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan dengan kondisi saat itu. Berdasarkan kasus yang penulis pelajari, laporan kasusnya membahas mengenai kelainan genetik sehingga menyebabkan anomali yang muncul pada pasien tanpa tujuan untuk perawatan selain dari pembengkakan dan nyeri pada gigi insisivus central yang pasien keluhkan. Foto panoramik yang digunakan kurang tepat, karena tidak menampilkan kelainan pada apeks gigi yang menimbulkan nyeri. Untuk tujuan pengetahuan jenis dan bentuk anomali yang dialami pasien cukup dengan teknik panoramik.

2.5

Perbandingan Teknik

Teknik radiografi yang dilakukan sebagai penunjang diagnosa dalam kasus tersebut merupakan teknik foto panoramik. Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Tujuan dari dilakukannya foto dengan teknik panoramik tersebut adalah untuk melihat penampakan keseluruhan gigi dan membandingkannya dengan gigi lain didalamnya. Cara tersebut sudah cukup, tetapi kasus-kasus seperti dens in dente, mulberry molar, dan gigi kerucut atau peg shape akan lebih efektif apabila dilakukan foto dengan teknik yang bisa menghasilkan detail yang jelas dari setiap kelainan jika tujuannya radiogram untuk rencana perawatan. Untuk kasus seperti dens in dente dengan resiko karies besar, maka akan lebih baik apabila pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan teknik periapikal. Apabila menggunakan teknik tersebut, maka akan menghasilkan foto yang fokus terhadap gigi yang mengalami kelainan serta detail atau komponenkomponen dari gigi dan jaringan pendukung sekitar akan terlihat lebih jelas, sehingga akan mempermudah diagnosa dalam hal rencana perawatan.

Gambar 8. Radiogram dens in dente dengan teknik periapikal (sumber : www.google.co.id)

Tidak ada perawatan khusus yang dapat dilakukan untuk menangani kasus mulberry. Tanpa melakukan foto rontgen, penampakan dari gigi mulberry tersebut sudah dapat terlihat secara intraoral. Tetapi, apabila akan dilakukan foto rontgen, maka dapat menggunakan teknik panoramik, periapikal dan oklusal. Dengan menggunakan teknik oklusal, maka kelainan atau anomali bentuk pada mahkota gigi akan memberikan interpretasi yang abnormal. Namun, apabila dilihat dari keefektifannya, maka foto roentgen itu tidak terlalu berguna untuk mengetahui keabnormalan pada gigi tersebut, karena dengan pemeriksaan intraoral pun keabnormalan pada mahkota gigi sudah dapat kita ketahui. Pada kasus peg shape, teknik foto roentgen berupa panoramic radiography tersebut kurang cocok. Hal itu dikarenakan jika kita menggunakan teknik tersebut, maka mahkota gigi yang berbentuk kerucut tidak akan terlihat. Oleh karena itu, teknik yang cocok untuk kasus di atas adalah teknik periapikal, sehingga rencana perawatan untuk kasus tersebut yang berupa pembuatan crown dan bridge akan lebih mudah. Apabila menggunakan teknik periapikal, maka dapat terlihat kekokohan akar dari gigi yang mengalami anomali, sehingga dapat diketahui apakah akar tersebut berkompeten atau tidak apabila dilakukan rencana perawatan berupa pemasangan bridge dan crown. Pada kasus diatas merupakan dens invaginatus tipe pada gigi dan tipe pada gigi dengan abses pada yang tidak nampak dengan teknik panoramic. Dengan dilakukannya teknik periapical maka hal-hal yang nampak tidak jelas pada panoramic akan menjadi jelas.

BAB III KESIMPULAN

Pada kasus anomali dens invaginatus, mulberry molar dan microdontia yang terjadi pada satu pasien dapat dilakukan teknik radiografi panoramik

DAFTAR PUSTAKA Heiserman, David L. ----. Fundamentals of Dental Radiology- Lessons 3: Prodection of Dental Radiographs dalam www.free-ed.net diakses tanggal 25 Maret 2011. Langlais, R. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta: Hipokrates Pharoah, M. &White S. 2001. Oral Radiology : Principles and Interpretation. Missouri: Elsevier Sudiono, Janti. 2008. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta: EGC http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=9&ved=0CE8QFjAI&url=htt p%3A%2F%2Fapplication.fnu.ac.fj%2Fclassshare%2FOral_Health_Reso urces%2FBDS%2FBDS1%2FDr.%2520Arti%2520%2520Oral%2520Bio%25202010%2FAnomalies%2520of%2520Teeth.pp t&rct=j&q=pengertian%20mulberry%20molar&ei=5QiSTcz9MJCkuAOm 5dTxBw&usg=AFQjCNFOF2QsEoSYVftcu0Et-9gxwwovkg&cad=rja Diakses pada tanggal 29 Maret 2011 http://www.google.co.id/imglanding?q=mulberry+molar&um=1&hl=id&client=fi refox-a&sa=N&rls=org.mozilla:enUS:official&biw=1280&bih=669&tbs=isch:1&tbnid=9Ym67k66EHkQp M:&imgrefurl=http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/Syphilis,%252Bcongenital&imgurl=http: //img.tfd.com/mosby/thumbs/50021Xfx27.jpg&ei=TbGSTey8EoyCvgPG2_28CA&zoom=1&w=250&h=167 Diakses pada tanggal 29 Maret 2011

You might also like