You are on page 1of 2

IX.

PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian anti inflamasi yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas obat antiinflamasi Aspirin dengan membandingkannya dengan piroksikam. Inflamasi dapat terjadi karena lepasnya mediator inflamasi akibat dari membran sel yang mengalami cedera secara fisik, kimia atau mekanik sehingga enzim fosfolipase di sekitar sel akan diasetilasi untuk mengubah fosfolipid menjadi asam arachidonat.pengujian efek obat dilakukan dengan memberikan obat secara oral pada tikus yang menjadi hewan percobaan. Pemilihan tikus sebagai hewan uji pada percobaan ini karena tikus memiliki ukuran kaki yang cukup besar untuk diamati dan diukur. Teknik percobaan anti inflamasi yang dilakukan adalah pembentukan udem dengan karagenan, suatu polisakarida sulfat. Pembentukan udem dengan karagenan ini tidak menyebabkan kerusakan jaringan. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang hanya disuntikkan larutan PGA, kelompok uji I yang diberikan obat aspirin dan kelompok uji II yang diberikan obat piroksikam. Sebelum pemberian obat, terlebih dulu kaki tikus diukur dengan menggunakan alat Plethysmometer air raksa, yang prinsip kerjanya berdasarkan Hukum Archimedes. Setelah masing-masing tikus diberikan perlakuan sesuai

kelompoknya, tikus-tikus tersebut dibiarkan selama 1 jam agar obat-obat tersebut dapat terabsorpsi dengan baik di dalam tubuh tikus sehingga didapat efek yang sesuai. Setelah dibiarkan selama 1 jam, pada bagian telapak kaki kiri tikus disuntikkan karagenan secara subkutan sebagai pembentuk udem (inflamasi). 1 jam kemudian volume kaki yang diberi karagenan diukur setiap 15 menit sekali selama 5 kali pengukuran. Karagenan adalah suatu polisakarida sulfat yang berasal dari tanaman Chondrus crispus. Pembentukan udem oleh karagen tidak menyebabkan kerusakan jaringan meskipun udem dapat bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur akan berkurang dan setelah 24 jam menghitung tanpa meninggalkan berkas. Gejala-gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah kalor, rubor, tumor, dolor dan function laesa. Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain histamine, 5-hidroksitriptamin (5HT), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrien, dan PG. penelitian terakhir menunjukkan autokoid lipid PAF (platelet - activating factor) juga merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit ke daerah ini, terjadi lisis membran lisozim dan lepasnya enzim pemecah.

Fenomena inflamasi pada tingkat bioseluler masih belum dapat dijelaskan secara rinci. Walupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan disepakati. Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrosvakular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Inflamasi diidentifikasikan sebagi suatu reaksi lokal organisme terhadap suatu iritasi atau keadaan non fisiologik. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasasakit atau nyeri

minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivate asam enolat.waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya sehari sekali. Absorpi berlangsung cepat dilambung; terikat 99% pada protein plasma. Obat ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar taraf mantap dicapai sekitar 7-10 hari dan kadar dalam plasma kira-kira sama dengan kadar dicairan sinovia.

You might also like